Anda di halaman 1dari 16

1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-
persoalan yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan
pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak
dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.

Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah guru memiliki perananan yang
sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang
keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan
personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama
ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif,
memenuhi sasaran, serta realistik.

Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui
sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama
keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa,
orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering
muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah.

Dalam makalah ini akan saya khususkan pembahasan tentang bimbingan dan konseling
di sekolah oleh guru bimbingan konseling dan tenaga-tenaga lainnya disekolah. Sekolah
merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi warga masyarakat.


2 | P a g e

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas terdapat berbagai macam masalah mengenai
Bimbingan dan Konseling, akan tetapi pada makalah kali ini penulis membatasi masalah
yang akan disampaikan di dalam penyajian makalah ini. Adapun rumusan masalah dari
makalah ini antara lain ;
1. Apakah yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling ?
2. Apakah tujuan dari Bimbingan dan Konseling ?
3. Apakah yang dimaksud dengan orientasi Bimbingan dan Konseling ?
4. Apa saja prinsip prinsip dari Bimbingan dan Konseling ?
5. Apa saja asas asas dari Bimbingan dan Konseling ?


C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyajian makalah ini antara lain ;
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bimbingan dan Konseling.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Bimbingan dan Konseling.
3. Untuk mengetahui orientasi Bimbingan dan Konseling.
4. Untuk mengetahui prinsip prinsip dari Bimbingan dan Konseling.
5. Untuk mengetahui asas asas dari Bimbingan dan Konseling.












3 | P a g e

BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING


A. PENGERTIAN
Secara kebahasaan istilah bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu
Guidance and Counseling.Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing mendapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Pada prinsipnya bimbingan mengandung unsur pokok sebagai berikut :
1. Merupakan proses yang berkelanjutan. Bahwa bimbingan dilakukan secara
sistematis, disengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada tujuan.
2. Bisa diberikan kepada individu maupun kelompok.
3. Dapat diberikan kepada siapa saja.
4. Bertujuan agar seseorang bisa mengembangkan diri secara optimal.
5. Adanya penggunaan media dan pendekatan pribadi.
6. Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut klien)yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Namun pada dasarnya konseling mengandung hal-hal pokok sebagai berikut ;
1. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dan mengadakan
komunikasi langsung.
2. Interaksi antara klien dan konselor berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
3. Tujuan hubungan konseling adalah terjadinya perubahan tingkah laku klien.
4 | P a g e

4. Model interaksi terbatas pada interaksi verbal antara klien dan konselor.
5. Merupakan proses yang dinamis
6. Didasari atas penghargaaan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa konseling adalah suatu proses memberi
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bertujuan mengatasi masalah
yang dihadapi klien.
B. TUJUAN
Tujuan dari Bimbingan dan Konseling terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu ;

1. Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan Bimbingan Konseling secara umum adalahuntuk membantu
individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemempuan dan bakat-bakatnya), berbagai latar
belakang yang ada (keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta dengan tuntutan
positif lingkungannya.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Bimbingan Konseling merupakan penjabaran tujuan umum yang
dikaitkan sengan masalah individu yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas
permasalahan yang dialami individu tersebut.

C. FUNGSI
Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
5 | P a g e

mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para
konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-
obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
4. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial,
diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
5. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
6. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6 | P a g e

7. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli.
8. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
9. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
10. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
11. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi
yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)
sesuai dengan minat konseling.
D. ORIENTASI
Dalam bimbingan konseling ini orientasi di bagi atas 3 macam yaitu :

1. Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan ini adalah orientasi yang lebih mengarah kepada satu orang
siswa yang sedang mengalami masalah.

7 | P a g e

Di mana Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan orientasi perseorangan dalam
Bimbingan Konseling ini adalah
a) Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang
menjadi sasaran layanan.
b) Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu
untuk memahami kebutuhan-kebutuhan, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-
kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar
dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kea rah pengembangannya
yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungan.
c) Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
d) Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan
persaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan
kebutuhan klien setepat mungkin.

2. Orientasi Perkembangan
Dalam Orientasi perkembangan adalah orientasi yang lebih memperhatikan kepada
tingkah laku perkembangan anak baik itu masih kecil maupun sampai menuju ke dewasa.
Ivey dan Rigazio Digilio, menekankan bahwa orientasi perkembangan justru
merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan
konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan
konseling.
Selanjutnya ditegaskan pula bahwa praktek bimbingan dan konseling tidak lain
adalah memberikan kemudahan yang berlangsung pada perkembangan yang
berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai
terhalangnya perkembangan dan hal itu semua mendorong konselor dan client bekerja
sama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan
client.

3. Orientasi Permasalahan
8 | P a g e

Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak
mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling,
sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan
dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu
tercapainya kebahagiaan itu.
Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan
dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin
menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan
terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi
masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah
dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi
pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu
dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan
fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah
dapat terentaskan masalahnya.
Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan
mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan
merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah
sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat
diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan
kelompok.

E. PRINSIP PRINSIP
Prinsip prinsip Bimbingan Konseling yaitu ;
1) Berkenaan dengan Klien
9 | P a g e

Hal yang mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip ini merupakan variasi dan
keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah
laku dalam perkembangandan kehidupannya.
Prinsip-prinsipyang berkenaan dengan klien, yaitu :
a) Bimbingan dan konseling melayani semua individu (klien), tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku klien yang
terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik.
c) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek
perkembangan individunya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama terhadap perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

2) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Berkenaan dengan Konselor
Konselor melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dengan mulai
memahami tujuan diadakannya pelayanan. Kemudian program bimbingan dan konseling
secara teratur dan optimal dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Konselor harus mampumengarahkan individu untuk pengembangan individu agar
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
b) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli (konselor) dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
c) Kerjasama antara pembimbing, guru, dan orang tua menentukan hasil
pelayananan bimbingan

3) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Berkenaan dengan Masalah
Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif terhadap perkembangan dan kehidupan
individu akan menimbulkan hambatan-hambatan yang akhirnya menimbulkan
masalah tertentu pada individu. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah
individu, yaitu :
10 | P a g e

a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut kondisi
mental/ fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di lingkungannya dan
sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu dan hal ini menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
4) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Berkenaan dengan Program Layanan
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan secara
insidental maupun terprogram. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan individu, karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
c) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkesinambungan darri jenjang
pendidikan yang terendah sampai yang tinggi.
d) Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya
penilaian yang teratur dan terarah.

5) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan amat baik mengingat sekolah memilki kondisi dasar yang
menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Namun harapan akan tumbuh
kembangnya pelayanan bimbingan dan konseling masih tetap berupa harapan, karena
keberadaannya di sekolah seperti belum dikehendaki. Dalam kaitan ini, Belkin (1975)
menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :
a) Konselor harus memulai kariernya dengan program kerja yang jelas, dan mamiliki
kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut, serta memberikan
kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui
program-program yang hendak dijalankan.
11 | P a g e

b) Konselor harus selalu bersikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan
hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa.
c) Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor
profesional dan menerjemahkannya peranannya itu ke dalam kegiatan nyata.
d) Konselor bertanggungjawab kepada semua siswa.
e) Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu
siswa-siswa yang mengalami masalah dan siswa-siswa yang menderita gangguan
emosional.
f) Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah,
memberika perhatian yang peka terhadap kebutuhan harapan, dan kecemasan-
kecemasannya.

F. ASAS - ASAS
Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1. Asas Kerahasiaan (confidential)
yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor)
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan
yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)
mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru
Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing
(konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar
12 | P a g e

peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan
asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan
yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan
dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru
Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat
aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian
yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu
peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian
yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling
yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang.
Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat
sekarang.
7. Asas Kedinamisan
yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta
didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu
ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
13 | P a g e

dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat
penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih
jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-
benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.
Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-
guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor),
dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang
berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani
yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

14 | P a g e

IMPLIKASI DAN APLIKASI PRINSIP DAN ASAS BK
Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan yang digunakan untuk membantu seorang
klien mengatasi masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan dan konseling terdapat prinsip-
prinsip dan asas-asas yang menjadi pedoman bagi pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam
hal ini seorang konselor hendaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip dan asas-asas yang
menjadi pedoman dalam pelayanan bimbingan dan konseling tersebut. Konselor yang telah
memahani secara benar prinsip-prinsip dan asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan
konseling ini diharapkan dalam pelayanan yang dilakukannya tidak keluar dari kaidah-kaidah,
prinsip-prinsip, juga asas-asas tersebut. Semua itu diharapkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling dan agar dapat mencapai tujuan
pelayanan secara optimal.




















15 | P a g e






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Secara kebahasaan istilah bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu
Guidance and Counseling.Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing mendapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

IMPLIKASI DAN APLIKASI PRINSIP DAN ASAS BK
Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan yang digunakan untuk membantu
seorang klien mengatasi masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan dan konseling
terdapat prinsip-prinsip dan asas-asas yang menjadi pedoman bagi pelayanan
bimbingan dan konseling. Dalam hal ini seorang konselor hendaknya mampu
menerapkan prinsip-prinsip dan asas-asas yang menjadi pedoman dalam pelayanan
bimbingan dan konseling tersebut. Konselor yang telah memahani secara benar prinsip-
prinsip dan asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling ini diharapkan dalam
pelayanan yang dilakukannya tidak keluar dari kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, juga
asas-asas tersebut. Semua itu diharapkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling dan agar dapat mencapai tujuan pelayanan secara
optimal.

16 | P a g e


SARAN



DAFTAR PUSTAKA


http://tukimendotcom.wordpress.com/2013/01/06/asas-asas-bimbingan-konseling/

http://selladwi.wordpress.com/2014/01/16/prinsip-prinsip-dan-asas-bimbingan-dan-konseling-2/

http://homecounseling.weebly.com/prinsip-prinsip-bimbingan-konseling.html

http://orientasidalambimbingankonseling.blogspot.com/

http://warnaa-warnii.blogspot.com/2013/01/orientasi-pada-bimbingan-dan-konseling.html

http://yana-anggraini.blogspot.com/2013/06/pelayanan-dasar-pelayanan-pra-konseling_4.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/02/07/pelayanan-dasar-bimbingan-dan-konseling-
kurikulum-bimbingan/

Anda mungkin juga menyukai