Anda di halaman 1dari 18

105

BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan


Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang
Sustainable architecture atau Environmental friendly development.
Environmental friendly development adalah pembangunan yang ramah
lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya, sebuah
bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat dihargai
untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable
architecture pada bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari
environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu
bangunan tidak bisa dilihat dari sudut ketahanan fisik bangunan saja.
Sustainable architecture ini tetntunya mempunyai beberapa prinsip yang
diambil untuk digunakan sebagai knsep dasar perancangan ini. Dalam hal ini
penulis mengambil pengaplikasian prinsip Sustainable architecture terkait
dengan penghematan energy, khususnya memasukan cahaya alami (daylighting)
dengan menggunakan atau memanfaatkan orientasi bangunan terhadap orientasi
atau garis edar matahari di Indonesia, khususnya Jakarta.
Pada bagian ini pembahasan konsep dasar perancangan meliputi data
proyek dan penerapan topik tema dalam bangunan.
V.1.a Data Proyek
Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m
2
. Keliling tapak 477,74m
1
.
GSB = 10m ( Utara ) dan 8m ( Selatan ) atau sesuai gambar.
KDB = 20%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 = 2.178.24m
2
.
Maksimum lapis = 24 lapis.
KLB 2,5 = 2,5 x 10.891,18= 27.227,95 m
2


106

Data proyek pada hasil desain :


KDB : 1.999,17 m
2

KLB : 26.177 m
2
(18 lantai)
Luas area tidak terbangun : 8.800,83 m
2

Luas area penghijauan : 3.241,1 m
2

Luas area parkir : 4.477,4 m
2

Luas area servis pada site : 1533 m
2

Luas area servis di bangunan : 8.047,8 m
2

Luas area utama : 18.778,2 m
2

V.1.a Topik dan Tema
` Wisma atlet di Senayan dirancang dengan pendekatan sustainable
architecture atau arsitektur berkelanjutan, untuk upaya dalam
pengoptimalan pencahayaan alami ke dalam bangunan khususnya dari
orientasi bangunan. Untuk pengaplikasian arsitektur keberlanjutan pada
bangunan wisma atlet ini penulis memilih menggunakan arah atau
orientasi bangunan terhadap arah atau garis edar matahari untuk
menangkap cahaya alami.Penyusun memilih hal ini karena bertujuan
untuk menghemat penggunaan energi listrik yang dibutuhkan untuk
pencahayaan pada siang hari khususnya dan mengurangi efek dari radiasi
matahari. Pemanfaatan pencahayaan alami dengan memanfaatkan
potensi-potensi alam yang ada di sekitar lingkungan dan arah orientasi
bangunan yang akan di desain. Pengaplikasian sustainable architecture
yang mengacu pada penerapan kenyamanan visual dengan pencahayaan
alami pada wisma atlet di Senayan agar dapat tercipta sebuah rancangan
desain yang dapat menghemat penggunaan energi listrik untuk
pencahayaan di dalam bangunan.
V.2. Konsep Perencanaan dan Perancangan Makro
V.2.a Penentuan Arah Orientasi Bangunan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di bab sebelumnya
terkait dengan orientasi bangunan yang efektif untuk pengoptimalan
107

cahaya alami agar mencapai konsep hemat energy yang diinginkan,


penulis meilih alternatif yang terakhir dari analisa tersebut.
Gambar V.2.1 Orientasi massa alternatif 6

Sumber : Pribadi
Orientasi bangunan ini hampir sama dengan bangunan existing,
tapi menggunakan prinsip Heinz Frick untuk melakukan pemantulan
cahaya diantara bangunan, sehingga bagian utara dan selatan pada
masing-masing bangunan mendapatkan pantulan cahaya pada siang hari
atau pagi hari. Arah bangunan ini juga memanjang dari dari timur ke
barat yang merupakan arah paling efektif untuk menanggulangi radiasi
matahari dan mendapatkan cahaya alaminya. Dari hasil analisa yang di
dapat menunjukan bangunan yang dimari baik dari tower dan
podiumnyangkan dapat mengurangi penggunaan cahaya sekitar 2%.
Tabel V.2.1 Diagram penggunaan energidan biayanya

Sumber : pribadi
108

Rangkuman hasil diagram diatas yaitu sebagai berikut :


Penggunaan energy untuk cahaya 19%, dan untuk pendingin atau
AC 67%.
Penggunaan energy listrik 78%.
Dari diagram tersebut menunjukan efek penggunaan energi listrik
dan bahan bakar lainya, juga penggunaan AC dan pencahayaan yang
lebih efektif dibanding dengan alternatif desain yang lain. Desain yang
ini juga menyesuaikan konsep dengan pendapat dari studi pustaka yang
sudah dilakukan.
V.2.b Penentuan dan Pengolahan Pintu Masuk
Pengolahan awal yaitu untuk sirkulasi pejalan kaki, sepeda dan
pengguna sepeda motor. Pada arah utara terdapat 1 akses untuk pejalan
kaki yaitu pintu masuk ke plaza. Sementara untuk sepeda hanya melalui
ke parkiran sepeda motor. Sementara untuk motor hanya melalui arah
selatan saja, pertimbanganya agar mempunyai jalurnya sendiri dan tidak
terjadi bentrok atau cross dengan pengguna mobil.

Gambar V.2.2 Sirkulasi pejalan kaki dan sepeda motor

Sumber : pribadi
Pedestrianpejalankaki
Parkirmotor
dansepeda
Pedestrianpejalankaki
Alurmobilumum,
servis,danbus
109

Sementara untuk akses masuk kendaran mobil umum, servis dan


bus ke dalam bangunan dibuat hanya satu pintu saja, yaitu di arah utara
dan keluar di arah selatan tapak. Hal ini dilakukan agar dapat menghemat
pengerasan dan menghindari cross dengan para pejalan kaki dan
pengguna motor. Pola masuk motor dan mobil sengaja dipisahkan agar
tidak terjadi bentrok, dan untuk parkir terdapat pada bagian belakang
atau selatan tapak untuk para pengguna wisma sementara untuk
pertimbangan kekurangan lainya dibuatkan basement. Lobby letaknya
sengaja dibuat dua arah agar bagian depan atau utara bangunan dapat
steril dari aktifitas kendaraan bermotor didalam tapak tersebut.
Area untuk keluar dan masuk servis hanya pada arah selatan
bangunan, agar tidak menganggu sirkulasi kendaraan yang lain di dalam
tapak tersebut.
V.2.c Pengolahan Ruang Luar
Pada ruang luar dibuat plaza dan ruang public lainya seperti
retail-retail dan juga taman sebagai RTH yang berada dalam tapak.
Plaza ini berfungsi sebagai meetpoint atau ruang berkumpul dari para
penghuni atau bukan penghuni yang memang sengaja datang hanya
untuk bersosialisasi atau datang ke retail-retail yang ada di dalam
bangunan wisma tersebut. Sementara pada bagian belakang lobby
sengaja ditempatkan di belakang agar para penghuni atau orang yang
akan menghuni mempunyai zona tersendiri dan pada bagian depan dibuat
plaza atau retail ruang luar.
Gambar V.2.3 Konsep ruang luar plaza

Sumber : pribadi
110

Gambar V.2.4 Konsep Lobby




Sumber : pribadi
Vegetasi-vegetasi yang ada dalam penerapan rancangan dapat
berfungsi selain sebagai penyejuk, keindahan, pemantul cahaya dan juga
sebagai pembatas antar ruang.
V.2.d Konsep Zoning Horizontal
Pada lantai-lantai dasar difungsikan sebagai ruang-ruang yang
bersifat publik atau umum seperti retail-retail dan plaza. Ruang-ruang ini
dapat berfungsi sebagai ruang bersosialisasi. Zoning lainya yaitu untuk
taman, parkir motor, dan mobil yang diletakan berdasarkan analisa pada
bab sebelumnya. Taman yang dekat plaza dapat berguna sebagai
penyejuk dan buffer atau penyaring baik polusi udara atau suara yang
berasal dari depan bangunan atau arah utara bangunan selain itu juga bisa
sebagai area jogging track.






Arealobbydepan
Arealobbybelakang
111

Gambar V.2.5 Konsep Zoning Horizontal



Sumber : pribadi
V.2.3 Konsep Zoning Vertikal
Lantai dasar difungsikan sebagai area publik termasuk fasilitas-
fasilitas penunjangnya seperti restaurant, plaza, area bersama, dll.
Sedangkan untuk area privat dan semi privat diletakan di lantai-lantai
podium dan lantai tipikal lainya. Ruang ruang penunjang diletakan di
podium karena pengguna ruang-ruang tersebut didominasi oleh penghuni
jadi agar terjaga sifat yang semi privat dari ruang-ruang yang berada di
podium bangunan.
Gambar V.2.6 Konsep Zoning Vertikal







Sumber : pribadi
Plaza
Hunian
Parkirdansirkulasi
taman
112

V.3. Konsep Perancangan Mikro


V.3.a Konsep Pengolahan Fisik Bangunan
Pengolahan massa bangunan dibuat memanjang mengikuti
bentuk tapak sesuai dengan analisa karena arah tersebut merupakan
yang terbaik untuk menghindari panas dari radiasi matahari.
Setelah itu tower bangunan dibuat dua bangunan terpisah agar tidak
monoton dan terkesan datar karena lahan yang panjang.
Gambar V.3.1 Konsep Fisik Bangunan

Sumber : pribadi
Pola bentuk bangunan menggunakan pola linear yang berbelok.
Hal ini dimaksudkan untuk menanggapi bentuk tapak yang memanjang,
sehingga adanya keserasian antara tapak dan bangunannya juga membuat
suatu kesan ruang luar yang mempunyai daya tarik perjalanan baik dari
segi arsitektur maupun segi komersialnya.
V.3.b Konsep Pengolahan Tampak Bangunan
Pengolahan fasad bangunan ini terbagi menjadi dua yaitu pada
podium dan pada tower yang berisi hunian-hunian. Pada bagian podium
tampak bangunan dibuat lebih dinamis karena fungsi ruang-ruangnya
lebih bebas, jadi dibentuk lebih dinamsi dibanding dengan tower
hunianya. Sementara pada tower huniannya, pengolahan tampak
ViewarahGBK
Polabentuk
bangunan
113

menggunakan efek dari terbentuknya balkon-balkon dan kisi-kisi atau


sun screen yang dibuat untuk keperluan yang berkaitan dengan desain
dan energi dalam bangunan.
Gambar V.3.2 Konsep Tampak Bangunan


Sumber : pribadi
Sementara untuk peletakan outdoor unit AC, diletakan pada area
yang tersisa di area balkon. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlihat
langsung ke luar bangunan.
V.3.c Konsep Hubungan Ruang
Berdasarkan analisa terhadap fungsi dan kegiatan, hubungan
antar ruang yang terjadi dialam bangunan adalah sebagai berikut :


114

Gambar V.3.3 Skema Hubungan Ruang Horizontal










Gambar V.3.4 Skema Hubungan Ruang Vertikal

Sumber : Pribadi
V.3.d Konsep Sirkulasi Horizontal Pada Lantai Dasar
Kesan yang ingin ditimbulkan pada sirkulasi horizontal pada
lantai dasar adalah kesan modern yang ditimbulkan oleh material-
material terkesan natural atau alami, seperti tanaman merambat, lantai
beton yang hanya di plur atau penggunaan batu alam. Juga ornamen-
115

ornamen yang digunakan terkesan modern sehingga membuat pengguna


jalan atau penghuni merasa tertarik dan ingin lebih mengetahui keadaan
selanjutnya.
Gambar V.3.5 Konsep Sirkulasi Horizontal

Sumber : pribadi
V.3.e Konsep Sirkulasi Horizontal Pada Lantai Tipikal
Pada sirkulasi horizontal di lantai tipikal ini konsep yang
digunakan adalah single loaded. Untuk memaksimalkan pencahayaan
alami di dalam koridornya, desain membuat ruang kecil yang berfungsi
memasukan cahaya dan udara ke dalam bangunan sehingga koridor
didalam bangunan tidak terasa gelap. Pemasukan cahaya alami itu bisa
dengan membuat void yang besar dengan tujuan untuk memasukan
cahaya yang maksimal, juga degan penambahan skylight pada atapa,
sementara pada setiap lantai terdapat dimana ruang atau daerah kosong
yang diberikan rooster yang berfungsi untuk memasukan pengudaraan
secara alami sehingga udara yang masuk juga dapat keluar atau terjadi
cross ventilation pada skylight.
Gambar V.3.6 Konsep Sirkulasi Horizontal





Gambar V.3.5 Konsep Sirkulasi Horizontal

116

V.3.f Konsep Sirkulasi Vertikal


Untuk konsep sirkulasi vertical ini, seperti dianalisa bab
sebelumnya, penyusun menggunakan lift dan tangga darurat yang
ditempatkan pada setiap bangunan atau tower. Sementara untuk lift
dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk penghuni dan servis. Untuk
penghuni dibedakan zonanya untuk ke tower hunian dan servis. Untuk
podium menggunakan escalator dan pada lantai dasar untuk memberikan
kemudahan bagi pembawa troli dan juga aksesibel difabel diberikan
ramp dengan standart sesuai yang dibahas di bab sebelumnya.
V.3.g Konsep Pencahayaan
Pada pencahayaan bangunan ini untuk siang hari tetap
mengutamakan pencahayaan alami kedalam bangunan dan setiap
ruangan yang didalamnya. Dan untuk malam hari tetap menggunakan
pencahayaan buatan dan tetap mempertimbangkan efisiensi penggunaan
energy lampunya. Untuk massa pada bangunan tower sesuai dengan
analisa yang dilakukan terkait dengan orientasi matahari dan
memberikan void besar pada lantai hunian yang berfungsi untuk
memaksimalkan pencahayaan alami dalam koridor bangunan, sementara
untuk mengurangi panasnya radiasi matahari yaitu menggunakan
teknologi kaca insulasi yang dapat menahan dan mengurangi radiasi
yang dihasilkan oleh mathari.
Gambar V.3.7 Konsep Pencahayaan









Voiduntukmemasukancahaya
117


Sumber : pribadi
V.3.h Konsep Sistem Pengudaraan
Kombinasi antara penghawaan alami dan buatan tetap diperlukan
mengingat keadaan iklim tropis yang cukup panas. Selain itu keadaan
udara atau kadar polusi di Indonesia yang tinggi membuat pengudaraan
mau tidak mau harus menggunakan penghawaan buatan atau AC. Untuk
pengudaraan alami massa dibuat tidaklah masif dengan diberi kisi-kisi
atau rooster sehingga udara masih bisa masuk dan melewati bangunan
dan terjadi cross ventilation dengan membuat ruang atau daerah kosong
yang sengaja untuk memsukan udara alami dan skylight yang bisa
menjadi tempat keluar atau naiknya udara, hal ini diharapkan dapat
mengurangi beban penggunaan ac. Selain itu penambahan untuk area
greencatchment pada fasade yang selain untuk fungsi estetis juga
dimaksudkan agar dapat menyaring udara alami yang masuk ke dalam
bangunan dan mendinginkanya.
Gambar V.3.8 Konsep Pengudaraan

Sumber : pribadi
Sunscreendanoverhangpada
hunian
Tampakvoid
118


Gambar V.3.9 Konsep Pengudaraan

Sumber : pribadi
V.3.h Konsep Utilitas
1. Utilitas
Ruangyangdiberiroosterdan
voidyangdiatasnyaterdapat
skylightuntukcahayadanudara
119

Konsep yang digunakan untuk utilitas sepserti yang sudah


dijelaskan pada bagian analisis, dan untuk skematik gambarnya yaitu
pad seperti pada gambar skematik berikut :

Gambar V.3.10 Konsep Utilitas



Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
2. Instalasi Listrik
Kebutuhan listrik diambil dari PLN, dialirka ke gardu/trafo untuk
disalurkan ke ruang apnel induk dan dibagi lagi kepanel-panel cabang.
Genset disiapkan untuk keperluan pada saat listrik dari PLN terputus.
Ruang genset dan ruang-ruang panel lainya diletakan terpisah atau
debasement agar bunyi dan getaran yang dihasilkan tidak menganggu ke
ruangan yang lain. Akses khusus juga diberikan untuk kendaraan servis
yang ingin ke ruangan-ruangan tersebut. Berikut merupakan diagram
tipikal pasokan listrik:


120

Gambar V.3.11 Diagram Tipikal Pasokan Listrik



Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
3. Pengolahan dan Pembuangan Sampah
Pengolahan sampah menggunakan shaft-shaft yang sudah dibuat
di setiap lantai, lalu diambil di bagian bawah oleh mobil pengangkut
sampah.






121


Gambar V.3.12 Gambar Saluran Pembuangan Sampah

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
4. Antisipasi kebakaran
Bangunan menggunakan system konstruksi tahan api yang dapat
melindungi penghuni walaupundalam keadaan terbakar dalam waktu
minimal 2 jam. Setiap komponen bangunan menggunakan konsep ini
khususnya pada lift dan tangga darurat. Penempatan jarak tangga darurat
yang sesuai standarnya. Juga penggunaan smoke detector dan sprinkler
pada koridor-koridor dan ruangan lainyadan penempatan hidran yang
sudah diperhitungkan jumlahnya pada bagian analisis sebelumnya. pada
tangga darurat.
Gambar V.3.13 Gambar peletakan tangga darurat




122

V.3.h Konsep Sistem Struktur


Sistem struktur yang dipakai yaitu struktur portal (rigid frame)
dengan core atau inti bangunan dan yang dibantu dengan shearwall pada
inti bangunan atau core dari bangunan wisma ini dan dengan pondasi
pilecab atau tiang pancang pada pondasi bawahnya.
Gambar V.3.14 Gambar Struktur Bahan Baja dan Sistem Dilatasi


Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
Gambar V.3.15 Gambar Struktur

Sumber : pribadi

Anda mungkin juga menyukai