Thomas Hobbes adalah filosof yang pertama-tama menulis filsafat dengan menguraikan makna manusia Siapakah manusia?. Thomas Hobbes belajar sangat baik dari Aristoteles, bahwa manusia adalah makhluk berakal budi. Manusia disebut makhluk berakal budi karena dia bisa mengatakan masa depan, cita-cita, tujuan hidup. Dengan sesamanya, manusia dapat menentukan/merumuskan tujuan hidup bersama. Sementara bagi Aristoteles, keburukan adalah pencederaan tujuan hidup bersama. Orang yang melukai tujuan hidup bersama artinya merusak kodrat manusia. Inilah keburukan, yaitu ketika orang tidak mengarahkan diri pada tujuan bersama. Aristoteles membuat etika moral baru tanpa teologi dengan berpedoman pada apa yang disebut dengan tujuan. Dari Aristoteles dapat dilihat bahwa manusia kembali bukan pada apa yang tampak wah, tetapi kembali pada apa yang menjadi tujuan hidup bersama. Namun Thomas Hobbes mendeklarasikan diri sebagai filsuf yang mengambil jalan berbeda dengan Aristoteles. Perbedaannya terletak pada pemahaman tentang manusia. Manusia Hobbes adalah makhluk yang sendirian, kesepian. Ketika manusia menjadi homini lupus, tidak ada manusia yang dapat hidup bersama. Manusia selalu menerkam, memakan, menghantam yang lain. Hobbes tidak sedang berilusi, tetapi ia berada pada disposisi di mana manusia di hadapannya adalah pribadi yang tak pernah puas dengan apa yang dia miliki, menghancurkan yang lain, iri dan cemburu dengan yang lain. Hobbes menjelaskan kodrat manusia dalam kondisi alamiahnya dalam state of nature. State of nature is the state where Three is no law, constitution, leaders. Sejak Thomas Hobbes, politik menjadi milik manusia sebagai makhluk individu. Yang dimaksud individu adalah dia dengan segala kebebasan dan hak-hak yang menyertainya. Hobbes menggulirkan sebuah wacana modern yang diwarisi oleh Machiavelli, yaitu soal penguasa. Dalam Hobbes, politik adalah urusan individu. Legitimasi kekuasaan hanya menjadi sah ketika mengabdi, membela individu. Hobbes betul-betul mengubah cara berpikir baru. Hobbes mengintroduksi politik sebagai sebagai sebuah konsen, persetujuan. Political power doesnt come from above. it is come from below. Lalu, bagaimana dengan legitimasi seorang pemimpin? Menurut Hobbes hanya menjadi mungkin kalau difondasikan pada kesepakatan. Negara dibentuk dari dua hal yaitu natural dan artificial. Artifisial artinya bahwa negara merupakan produk ART, atau ARTE, artinya seni. Dalam bahasa Yunani, ARTE mengatakan semua kepandaian, keindahan, kesenian. Logika kekuasaan politik yang diurus oleh Hobbes berada pada koridor artifisial. Aristoteles, Machiavelli, Thomas Aquinas, Agustinus, Plato masuk dalam koridor natural. Apa yang dimaksud dengan artifisial Hobbes? Menurut Hobbes, manusia sebagai individu dilahirkan bebas, dilahirkan sama, artinya sama dalam hubungannya dengan kebebasan. Selain itu, ketika manusia itu lahir, manusia memiliki apa yang disebut fakultas tubuh dan akal budi yang sama. Hobbes sadar bahwa tak mungkin sama persis, sebab ada yang lebih pandai, pandai, dan kurang pandai, dari sisi akal budi. dari sisi tubuh, problemnya sama, yaitu ada yang besar, kecil, tinggi, pendek, kuat, lemah, gemuk, kurus, dst. Bagaimana mungkin secara filosofis, manusia sejauh dilahirkan sama dalam kemampuan tubuh dan akal budi. De facto, kemampuan manusia itu berbeda-beda, tetapi mengapa bagi hobbes disebut sama? Mengapa de facto manusia terlahir beda? de facto manusia berbeda dalam kemampuan fisik dan akal budi, mengapa manusia terlahir sama? Karena menurut Hobbes, perbedaan fisik dan akal budi tidak terlalu penting. Hobbes benar-benar melihat bahwa perbedaan ini tidak penting. Semua manusia punya segala kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan mengancam yang lain. Manusia sama-sama bisa mengancam hidup manusia yang lain. Kalau aristoteles, manusia sama karena punya tujuan yang sama. Bagi hobbes, manusia sama karena punya titik tolak yang sama yaitu untuk mempertahankan hidupnya, manusia mengancam hidup orang lain. hobbes mengambil sikap realisme. manusia pada prinsipnya ingin membela hidupnya. kalau manusia tidak mempertahankan hidupnya, itu karena injil, kitab suci. Sebelum ada kitab suci, manusia, menurut Hobbes, selalu ingin mempertahankan diri. Bagaimana Aristoteles menjelaskan politik? Every polis is a community of some kind, and every community is established with a view to some good; for mankind always act in order to obtain that which they think good. But, if all communities aim at some good, the state or political community, which is the highest of all, and which embraces all the rest, aims at good in a greater degree than any other, and at the highest good. (Politics by Aristotle) Artinya, setiap negara adalah komunitas yang didirikan dengan pandangan untuk meraih kebaikan, karena manusia selalu bertindak dan berpikir untuk mendapatkan itu yang mereka pikir baik. Tetapi jika semua komunitas itu mengejar kebaikan, maka polis (komunitas politik), yang adalah lebih tinggi dari semuanya, dari sendirinya merangkul segalanya, dan terarah kepada kebaikan yang lebih tinggi tingkatannya dari segala yang lain, itulah kebaikan tertinggi. Menurut Aristoteles, manusia memiliki tujuan untuk mengejar kebaikan. Kalau ada manusia-manusia (komunitas), maka mereka memiliki tujuan untuk mengejar kebaikan- kebaikan. Ketika kita bicara tentang kebaikan sebagai tujuan dari manusia, kita diajar oleh Aristoteles dalam apa yang disebut etika. Inilah etika. Etika berada dalam ranah politik. Maka pembicaraan politik tidak pernah lepas dari etika. Asal-usul negara natural berada dalam ikatan etika komunitas. Individu Aristoteles berarti manusia memiliki keterarahan pada polis. Kalau manusia tidak tinggal dalam polis, maka tidak hidup. Akibat dari skema ini, logika kecilnya ialah begini. Menurut Socrates, yang lebih banyak mengkritisi Platon, manusia terdiri atas rasio, spirit, dan appetitive (keinginan). Maka skema negara menjadi pemimpin, militer dan produsen. Masalahnya sekarang bagaimana dengan negara artifisial? Bagi Hobbes, manusia itu bukan dilahirkan lantas mengejar kebaikan. Manusia, begitu dilahirkan, meraung-raung (menangis), dan manusia dilahirkan bebas. Bagaimana kalau manusia tinggal dalam komunitas seperti ini? Jika manusia bebas, di mana kebebasan Hobbes berarti saling mengancam, berarti satu sama lain terancam. Satu sama lain saling mengancam. Tak ada waktu semenit pun bagi manusia untuk merasa aman dan nyaman. Tidak ada sense of gathering, rasa kebersamaan. Maka logikanya, tidak ada komunitas. Thomas Hobbes melukiskan bahwa hidup jenis ini, brutish, poor, short, kumuh, kumal, pendek, dan penuh dengan segala ketakutan. Dalam Hobbes, hati nurani ialah keterlaluan kalau kamu kerasan tinggal dalam komunitas macam ini. Bagi Hobbes, tujuan manusia adalah keluar dari situasi itu. Inilah awal dari negara. Dari sendirinya, kira-kira negara itu apa bagi Hobbes kalau de facto manusia seperti yang digambarkan di atas? Apa yang harus dikerjakan? Hidup bersama dalam The State of Nature seperti dalam Leviathan 13 (L 13) In such condition, there is no place for industry(kerajinan tangan), because the fruit thereof is uncertain: and consequently no culture of the earth; no navigation, nor use of the commodities that may be imported by sea; no commodious building; no instrument of moving and removing such things as require much force;Industri tidak dapat dijalankan karena hasilnya tidak pasti. Misalnya kalau bertani, baru bertunas sudah dicabut orang. Konsekuensinya tidak ada kultur bumi, tidak ada navigasi transportasi, tidak ada gunanya komoditas-komoditas diimpor melalui laut, tidak ada pelabuhan, tidak ada bangunan yang nyaman, semua saling mengancam, tidak ada instrumen untuk mengangkut ke sana ke mari apa saja yang membutuhkan tenaga. No knowledge of the face on the earth, tidak ada ilmu pengetahuan, no account of time, tidak ada aturan waktu, no arts, tidak ada seni, no letters, tidak ada surat menyurat, no society and which is worst of all, continual fear, and danger of violent death; and the life of man, solitary, poor, nasty, brutish, and short. Yang paling parah adalah ketakutan terus-menerus, bahaya kematian, dan hidup manusia menjadi sendiri, miskin, kotor, kumuh, dan pendek. Kalau hidup manusia saling mengancam, apakah masih ada rasionalitas? Apakah masih ada hal yang tersisa dalam rasionalitas manusia? Bagi Thomas Hobbes ketika manusia menjadi liar, jalang, dan asling mengancam, dari sendirinya rasionalitas berupa itu yang dimiliki oleh setipa manusia yang digunakan untuk membela diri. Bagaimana caranya? Kalau caranya masih pribadi per pribadi, persona per persona, setiap orang masih memasang pedang untuk berhadapan dengan yang lain. Maka harus diakui adanya kodrat kedua (law of nature yang kedua), artinya ini kita membicarakan manusia, bukan binatang. Manusia jelas tidak mungkin kerasan hidup seperti ini. Maka harus diandaikan dalam diri manusia ada kerinduan yang dimiliki oleh umum bahwa tak mungkin hidup seperti ini diteruskan. Harus ada yang disebut dengan kedamaian sebagai second law of nature. Bagaimana caranya berdamai? Menurut Thomas Hobbes, bahwa kondisi state of nature yang kacau ini harus diatur, harus diluruskan. Bagaimana caranya? Caranya Thomas Hobbes ialah harus ada apa yang disebut kontrak, kesepakatan untuk memilih, memutuskan yang menjadi pemimpin di antara mereka. Bagaimana caranya memilih pemimpin? Sebelum ada PEMILU, ada poin filosofis yang jauh lebih penting yaitu ketika pemimpin ada, pemimpin itu harus memiliki segala hak untuk mengeksekusi kepemimpinannya. Dia harus punya kekuasaan untuk meratifikasi hukum, meluruskan kehidupan. Komunitas-komunitas juga harus rapi dalam tata hidupnya. Hukum berfungsi untuk melindungi hak dari setiap manusia yaitu hidup. Jangan sampai ada ancaman. Karena logika Hobbes ialah bahwa manusia seperti serigala (homo homini lupus), penguasa ini harus kuat sekali. Pemerintahan harus kuat, bahkan sangat kuat, tak terkalahkan. Namun tidak ada pemerintahan seperti ini di dunia. Pemerintahan sekuat Leviatan, tak akan ada yang mengalahkan. Inilah pertama kali negara disebut organ badan. Manusia adalah bagian dari tubuh.