Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet
merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping
mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil
dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan
distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara
ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat
dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan
kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu
jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika
yang sesuai (Ansel, 1994 ; Depkes RI 1995)
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang
tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya
memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk
menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pembuatannya.
Apabila pemakain obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk
kapsul dan tabletlah yang menjadi pilihan pasien. Dari sudut pandang farmasetik
bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair, sehingga
bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk
kering yang digunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah dicampur
dengan air) kurang begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi
2

disenangi oleh sebagian pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk
sediaan padat lainnya akan tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se
dalam pengobatan terbatas, tetapi penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup
luas. Kebanyakan bahan-bahan obat yang dipakai sekarang terdapat dalam
bentuk serbuk atau kristal dan dicampur dengan unsur-unsur serbuk lainnya
sebagai pengisi dan penghancur sebelum dibuat menjadi bentuk sediaan padat.
Obat bentuk serbuk juga ditambahkan ke dalam salep, pasta, supositoria dan
bentuk sediaan lainnya pada waktu pengolahannya. Demikian pula granul yang
merupakan gumpalan-gumpalan bahan dari bentuk serbuk diolah menjadi
partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya disiapkan bentuk cair
sebelum dipakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat sebagai bahan
pengisi.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sedian padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
teblet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya. Kebanyakan tablet diggunakan pada pemberian obat-obat
secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna,
zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral

B. Tujuan Praktikum
Dapat mengetahui tata cara pelaksanaan praktikum teknologi sediaan
solid dalam bentuk tablet menggunakan granulasi basah.
Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.

C. Tujuan Formulasi Tablet
3

1. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (Parasetamol) yang
akan digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.
2. Mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan tambahan
berdasarkan kajian praformulasi bahan
3. Mampu menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
satu batch.
4. Mampu melakukan evaluasi serbuk, granul, tablet dan menganalisa
penyimpangan yang terjadi selama pembuatan tablet.














4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi.(USP 26, Hal 2406).Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut
kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. (Ilmu
Resep, Hal 165).
Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling
utama untuk memperoleh efek sistemik, dan dari obat-obat yang diberikan
melalui mulut, maka sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi.
Tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam peracikan
obat karena terbukti sangat menguntungkan dari massanya yang dapat dibuat
secara masinel dan harganya murah. Selain itu, takarannya tepat, dikemas dengan
baik, praktis dalam transportasi dan penyimpanannya, serta mudah ditelan.
Bentuk tablet biasanya silinder, kubus, cakram, telur, atau ada juga yang
berbentuk peluru.
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga,
lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari /
mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet
umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya
berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar
tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan
tablet yang lain.
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang
terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.
5


B. Komponen Tablet
Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi,
bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan
pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia
2. Bahan excipient / bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar
mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya
sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase,
dan selulosa mikrokristal
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan
pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa,
CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal dan
povidon sambung-silang.
d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam,
asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan
bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi
dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi kurang
memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih
tinggi.
6

e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya
serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk
identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat
yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak
atsiri.
C. Metode Pembuatan Tablet
Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat
langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar
dan memudahkan pecahnya tablet. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi
granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat
satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi .
Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu
dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak
tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding
bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya,
tablet makin mudah pecah.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
lepas dari matris (die)
7

Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-
butiran serbuk lembut/halus (fines) antara 10% 20% yang bermanfaat untuk
memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan
granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.

1. Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat
tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa
basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan
cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan
dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila
cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi
yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
8

massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi
tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar
terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan
menjadi lebih cepat.Setelah pengeringan granul diayak kembali, ukuran
ayakan tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet
yang akan dibuat.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat
disimpan lama dibanding cara granulasi kering.

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat
aktif dan eksipient dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa
padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi
untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban.
Pada proses ini, komponenkomponen tablet dikempakan dengan
mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikempakan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging,
pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal.
Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin
khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat
bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang
putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan
9

teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan
tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir diantara penggiling.
Metode ini digunakan jika kandungan zat aktif dalam tablet tinggi, zat
aktif susah mengalir dan zat aktif sensitif terhadap panas dan
lembab.Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses
granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana sedangkan
kerugiannya menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan
cara granulasi basah.
3. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa melalui perlakuan
awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi
zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr
dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif
tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang
langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika
terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk
metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik,
bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam
massa tablet.

D. MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET
1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah,
yang disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan,
adanya udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi
10

terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak
pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang
terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau
overlubrikasi dengan stearat.



3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompressi pada kelembapan tinggi.

4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.
5. Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih.
7. Binding
11

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

E. PEMERIKSAAN DAN UJI GRANUL
1. Distribusi ukuran partikel, Menggunakan ayakan No. 12-14
2. Sifat aliran
Menggunakan alat flow rate tester (g/menit).
Sudut henti Sifat alir
< 25 mudah mengalir
25 45 Mengalir
> 45 sukar mengalir

3. Kompresibilitas
Persen (%) kemampatan (K) = Do Df x 100%
Do
Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)
Syarat = % K < 20 %
4. Susut Pengeringan/ Kadar uap
Susut pengeringan diukur dengan alat Karl fischer dan moisture balance.
Susut pengeringan = Wo - Wt
Wo
Sp = susut pengeringan
Wo = berat mula-mula
Wt = berat setelah dikeringkan

12

Kadar uap = Wo - Wt
Wt

F. EVALUASI TABLET
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan
telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya
adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 1
1
/
3
tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan
terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan
Dilakukan dengan alat Hardness tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas
permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam
kilogram. Satuan kekerasan adalah Newton, kp.
4. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji
adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu.
Uji friabilitas biasanya dilakukan selama 15-20 menit tergantung spesifikasi
alat. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%.
Perhitungan : f = a b x 100 %
a
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji
5. Uji keseragaman Bobot
13

Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan
Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)
2 tablet (kolom A) 1 tablet (kolom B)
2 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari
bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak
satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
6. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratn farmakope Indonesia 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus
hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih
dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
7. Uji Keseragaman Kandungan
Uji ini biasanya dilakukan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg. Pengujian
dilakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan FI 4 ; tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang kadarnya di luar rentang 85-115 % dari kadar rata-rata dan tidak boleh
lebih dari 1 tablet yang kadarnya diluar rentang 75-125 % dari kadar rata-rata.
8. Uji Disolusi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan
tercapai kadar maksimum didalam media disolusi serta bagaimana profil zat
aktif secara in vitro.

G. Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk dan Granul
14

Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik serbuk dan
granul, yaitu:

1. Pengujian Ukuran Partikel
Uji Ukuran Partikel ditentukan dengan menggunakan alat sieving
analyzer dengan cara :
a. Susun saringan kawat (pengayak) pada alat Shaker Mekanik dengan
wadah terletak paling bawah.
b. Susunan dimulai dari bawah ke atas, dimana ayakan dengan jumlah
lubang yang paling banyak terletak pada susunan paling bawah, semakin
ke atas jumlah lubangnya semakin sedikit.
c. Setelah ayakan tersusun sebanyak 5 buah, masukkan bahan padat/serbuk
ke dalam ayakan paling atas.
d. Tutup ayakan paling atas dengan penutup dan pastikan alat tertutup
dengan erat dan pengayak tersusun kuat satu sama lainnya.
e. Pastikan susunan ayakan terkunci pada Shaker Mekanik, sehingga tidak
terlepas pada saat shaker bekerja.
f. Atur waktunya, lalu nyalakan mesinnya.
g. Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak, lalu timbang.
h. Catat hasilnya dan buat grafik ukuran partikel di kertas grafik








Gambar 1. Sieving Analyzer
15

2. Pengujian Kadar Air
Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan
basah dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai %susut pengeringan
dan %kadar uap. Kadarnya sekitar 2% - 3%.
Alat yang digunakan untuk pengujian kadar air yaitu timbangan analitik,
botol timbang dan oven.





Gambar 2. Alat untuk mengukur kadar air serbuk dan granul
3. UjiSifat Alir/Sudut diam ( Angle of Repose )
Untuk menentukan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan flowrate
tester. Uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu zat berupa serbuk
mengalir bebas dari corong keatas suatu dasar membentuk kerucut yang
sudut kemiringannya diukur, semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan

semakin kecil, maka sifat aliran serbuk semakin baik untuk sebagian besar
produk farmasi memiliki kemiringan dengan range 25
o
30
o
.






Gambar 2. Flowrate Tester
4. Pengujian Kompresibilitas
16

Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks pengetapan
(dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan
kurang dari 20%, maka akan mempunyai sifat alir yang makin baik pula
(Fessihi dan Kanfer, 1986). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
gelas ukur.




Gambar 4. Gelas ukur
H. Cara Pengujian Tablet
1. Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan
mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang cembung maka
tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin cekung punch semakin
cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian sehingga
mudah dipotong potong secara tepat untuk klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan
dalam cetakan dalam jumlah tekanan waktu dilakukan kompressi. Termasuk
dalam hal ini, diameter tablet, tebal tablet, kekerasan tablet, waktu hancur
tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa tablet dan
kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus diperiksa dan diproduksi satu batch
tablet seperti juga dilakukan dari suatu batch produksi kebatch produksi
berikutnya untuk menjamin keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi
efek terapinya.

2. Keseragaman Bobot
17

Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan ditekan akan
menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan
(granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus disesuaikan
dengan bobot tablet yang diharapkan.
Sebenarnya bobot tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung volume
dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis tengah cetakan
dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompressi).
3. Keseragaman Ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya selama
produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan
pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan.
Tablet diukur dengan jangka sorong selama proses produksi, agar yakin
ketebalannya sudah seragam. Maka berbedanya ketebalan tablet lebih
dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada
tekanan yang diberikan.





Gambar 5. Jangka Sorong
4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.
Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot
tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin besar tekanan semakin
keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul menentukan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah
waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet
18

ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancur dengan sempurna begitu
digunakan atau dapat dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini
perlu dibagi untuk pemakaiannya.
Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk
tablet adalah 4 kg/cm
2
. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi
supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya.
Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ini dengan memakai sebuah
Hardnees Tester. Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukan tablet
tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dan penanganan,
pengemasan dan penglepasan.





Gambar 6. Hardness Tester

5. Waktu Hancur Tablet
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau
dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih
dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan
jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih. Alat yang digunakan
yaitu Desintegrator Tester.


19





Gambar 7. Desintegrator Tester
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya
terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan
yang tertinggal pada tabung alat uji merupakan masa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang
kapsul yang tidak larut.
6. Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.






Gambar 8. Friabilator Tester

Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat
diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran. Umumnya tablet yang bobotnya
lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk pengujian
keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet maksimum yang memenuhi
syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman, 1990)
20

7. Uji Keseragaman Kandungan
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar
zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera
pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut
tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
8. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam
masing masing monografi obat. Pengujian merupakan alat yang objektif
dalam menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat.
Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh dan tergantung
pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa
merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.

I. MONOGRAFI ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN
1. Zat Aktif :Paracetamol/acetaminophen
Sifat Kimia
Nama Lain : Acetaminofen,
Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]
Rumus Molekul : C
8
H
9
NO
2

rumus bangun :



Berat Molekul : 151
Kemurniaan : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan
tidak lebih dari 101,0% C
8
H
9
NO
2
dihitung
terhadapzat anhidrat.
Sifat Fisika
21

Organoleptis
Bentuk : Serbuk
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Kelarutan
Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian etanol P, 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol, dan dalam 9 bagian
propilenglikol
Stabilitas
Terhadap pelarut :Paracetamol sangat stabil dalam air
Terhadap PH :Waktu paruh dalam larutan terdapat pada PH 6
diperkirakan selama 21,8 tahun, penurunannya dikatalisis oleh asam
dan basah dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada PH 2,28 tahun pada
PH 9.
Terhadap cahaya : -
Terhadap oksigen : -
Sifat Farmakologi
Khasiat :Analgetikum dan Antipiretikum. Efektif pada
berbagai jenis keadaan artritis dan rematik
termasuk nyeri otot rangka juga dada, nyeri
kepala, dysmenore, myralgia, dan neuralgia.
Efek Samping : Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah
Tempat absorpsi : Diabsorpsi cepat dan sempurna di saluran
cerna
Waktu paruh : Konsentrasi tertinggi dalam plasma antara 1
sampai
3 jam
22

Interaksi obat
1. Aspirin : Konsentrasi parasetamol dalam darah akan
meningkat dengan adanya aspirin.
2. Kloramfenikol :Parasetamol meningkatkan waktu paruh
kloramfenikol.
Dosis
Dosis Lazim 5-10 Tahun (1XP) : 100-200 mg
(1XHP ) : 400-800 mg
>10 Tahun (1XP) : 250 mg
(1XHP) : 1 g
Dewasa (1XP) : 500 mg
(1XHP) : 500 mg 2 g
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tak tembus
cahaya

2. Zat Tambahan
A. Bahan pengikat (binder), penghancur (disintegrant): Amilum
1. Rumus molekul : (C
6
H
10
O
5
)n
2. BM : 50.000 160.000
3. PH : 5,5 6,5 untuk 2% b/v
4. Fungsi : Glidan, diluen, binder, disinteran
5. Kompresibilitas : -
6. Densitas : -
7. Distribusi partikel : 10 100 m
8. Rentang : 2 32 m
9. Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dingin (95
0
) dan
dalam air
dingin
23

10. Organoleptis : serbuk, putih hampir putih dan pahit.
11. Flowability : 10,8 11,7 g/s pati jagung.
12. Stabilitas dan penyimpanan :
amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari
(high humidity) saat digunakan sebagai pelincir atau disintegran
pada sediaan padat, amilum dipertimbangkan sebagai bahan inert
dibawah kondisi penyimpanan normal. Namun larutan amilum
yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak stabil dan
rentan serangan mikroorganisme dan menyebabkan a wide voriety
of starch derivatives and modified storches that have unique
phisical properties. Amilum harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat ditempat sejuk dan kering.

B. Bahan Pelincir (glidant, antiadherent) : Talk
1. Sinonim : Magnesi osmanthus; powdered talc; purified
French chalk.
2. CAS : Talk [14807-96-6]
3. Rumus Empiris : Mg
6
(Si2O
5
)
4
(OH)
4

4. BM : 0
5. pH : 7-10 untuk 20% b/v
6. Fungsi : Anti cracking,glidant, diluent, lubricant
7. Aplikasi dalam formula farmasetik dan teknologi :
Penggunaan Konsentrasi
(%)
Dusting powder 90 99
Glidant dan tablet lubricant 1 10
Tablet dan capsule diluent 5 3

24

8. Pemerian : Talk sangat halus, putih keabu-abuan, tidak
berbau,tidak berasa serbuk kristal menempel / melekat pada kulit,
lembut jika disentuh, bebas dari pasir (hidrofobik).
9. Kelarutan :Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,
pelarut organic dan air
10. OTT : Dengan ammonium
11. Kekerasan : 1,0 1,5
12. Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan senyawa surfaktan
13. Wadah : Dalam wadah tertutup baik, tempat yang
dingin dan kering.
14. Stabilitas dan penyimpanan :
Bahan stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu
160%
0
selama lebih dari satu jam. Juga dapat disterilkan dengan
diekspos pada etylen OH, atau irradasi sama. Talk harus disimpan
dalam wadah tertutup, baik ditempat yang sejuk dan dingin.

C. Bahan Magnesium Stearat
Sinonim : Magnesii Stearas, magnesium
distearate; magnesia stearas, magnesium octadecanoate, asam
oktadekanoat, magnesium garam, asam stearat, garam magnesium,
Synpro 90
Rumus Kimia : C36H70MgO4
BM : 591,24
Struktur Formula : (CH3(CH2)16COO)2Mg
Deskripsi :Magnesium stearat adalah, serbuk putih
yang sangat halus, dipercepat atau giling, bubuk teraba dari bulk
density yang rendah, memiliki bau samar asam stearat dan rasa
25

yang khas. Serbuk berminyak dengan menyentuh dan mudah
melekat pada kulit.
Kelarutan : Praktis tidak larut didalam air, dalam
etanol 95% dan dalam eter
Sifat khas : Bentuk kristal kemurnian tinggi
magnesium stearat telah diisolasi sebagai trihidrat, dihidrat, dan
sebuah anhidrat.
Fungsional Kategori : Zat tambahan Tablet dan kapsul
pelumas
Aplikasi di Farmasi Perumusan atau teknologi: Magnesium stearat
secara luas digunakan dalam kosmetik, makanan, dan formulasi
farmasi. Hal ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam kapsul
dan pembuatan tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b /
b. Hal ini juga digunakan dalam krim penghalang.
Titik lebur : 117-150 0C (sampel komersial);
Inkompatibilitas :Inkompatibilitas dengan asam kuat,
alkalis, dan garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan
pengoksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan
dalam produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan
paling alkaloid garam
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik

D. PATI (Starch)
Sinonim : Amido; amidon, amilo, amilum, C *
PharmGel; Eurylon; fecule; Hylon; maydis amilum, Melojel,
Meritena; oryzae amilum; Pearl; Perfectamyl; pisi amilum, Pure-
Dent, Purity 21; Purity 826; solani amilum, amilum tritici, Uni-
Murni.
26

Rumus melokul : (C6H10O5)n dimana n= 300 1000.
Deskripsi : Pati terjadi sebagai tidak berbau dan berasa,
halus, putih untuk off-white bubuk. Ini terdiri dari butiran bulat
atau bulat telur sangat kecil atau biji-bijian yang ukuran dan
bentuk yang karakteristik untuk setiap botani variasi.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%)
dan dalam air.) Pati mudah larut dalam air panas pada suhu di atas
suhu gelatinisasi. Pati yang sebagian larut dalam dimetilsulfoksida
dan dimetilformamida.
Fungsional Kategori : Tablet dan kapsul pengencer, tablet dan
kapsul disintegran; tablet pengikat; agen penebalan.
Aplikasi di Farmasi atau teknologi : Pati merupakan eksipien
serbaguna digunakan terutama dalam lisan solid- dosis formulasi
di mana ia digunakan sebagai pengikat , pengencer , dan
disintegran . Sebagai pengencer , pati digunakan untuk penyusunan
standar triturates pewarna , obat kuat, dan ekstrak herbal ,
memfasilitasi pencampuran berikutnya atau proses pencampuran
dalam operasi manufaktur . Pati juga digunakan dalam formulasi
kapsul kering penuh untuk penyesuaian volume matriks mengisi , (
1 ) dan untuk meningkatkan bubuk mengalir , terutama ketika
menggunakan pati kering . Jumlah pati 3-10 % b / b dapat
bertindak sebagai antiadherent dan pelumas di tablet dan pengisian
kapsul . Dalam formulasi tablet , baru disiapkan pasta pati
digunakan pada konsentrasi 3-20 % b / b ( biasanya 5-10 % ,
tergantung pada Jenis pati ) sebagai pengikat untuk granulasi basah
. Pengikat yang dibutuhkan rasio harus ditentukan oleh studi
optimasi , menggunakan parameter seperti tablet kerapuhan dan
kekerasan , waktu hancur , dan laju disolusi obat
27

Inkompatibilitas : Pati inkompatibilitas dengan zat
pengoksidasi kuat. berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan
yodium.
Penyimpanan : Disimpan didalam wadah yang tertutup
baik.

E. Laktosa
Sinonim : Laktosum, Saccharum lactis
Rumus kimia : C12H22O11.H20
BM : 36,30
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
agak manis
Kelarutan : Larut didalam 6 bagian air mendidih,
sukar larut didalam etanol 95%, praktis tidak larut didalam
kloroform, dan eter.
Penyimpanan : didalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan ( bahan pengisi)
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi hailard tupe
mungkin terjadi antara senyawa laktosa dengan kelompok
berwarna cokelat. Reaksi ini terjadi lebih mudah daripada bahan
28

amorf dengan kristal laktosa meteri kering yang mengandung
laktosa amorf 10 % yang rentang terhadap perubahan warna


























29

BAB III
METODE KERJA PEMBUATAN TABLET
A. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
a. Neraca Analitik, Timbangan
b. Lumpang dan stamper, Perkamen,
c. Sendok tanduk, Spatel, batang pengaduk
d. Lemari pengering, Pengayak mesh no 12, 14, 16
e. Alat Alat gelas (Gelas ukur, Corong, Beaker Glass, Kaca arloji, labu
ukur 10 ml)
f. Alat Alat Evaluasi Granul (Piknometer, Tapp Volumeter, Mesin
Pengayak berbagai ukuran(ayakan vibrasi) , Flowrate Tester ( sifat alir
dan sudut istirahat), Oven, Krush, Stopwatch, Mesin Cetak tablet single
punch )
g. Alat Alat Evaluasi Sediaan Tablet (Jangka Sorong, Penggaris (ukuran
tablet), Desintegrator Tester (waktu hancur), Alat pemecah tablet,
Friabilator Tester (kerapuhan ), Abration Tester (friksibilitas), Hardness
Tester/ Stokes Monsato (kekerasan tablet), Dissolution tester (uji disolusi)
, Spektrofotometer(penetapan kadar).

2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Parasetamol
b. Amylum
c. Magnesium stearat
d. Talcum
e. Laktosum
f. Aerosil
g. Aquadest
30

h. NaOH
i. Parafin
j. Dapar Pospat
B. Prosedur Kerja
1. Disediakan alat dan bahan
2. Dilakukan pengujian mutu serbuk
3. Dilakukan pengkajian praformulasi dan membuat formulasi tablet
4. Ditimbang Parasetamol, laktosum, amylum untuk membuat pasta pati,
amylum untuk penghancur dalam
5. Dibuat larutan/suspensi pasta pati
6. Gerus bahan padat satu per satu lalu keluarkan dari lumpang dan kemudian
dimasukan dalam wadah granulasi
7. Ditambahkan pasta pati sampai terbentuk massa granul yang saling melekat
8. Diayak dan kemudian ditimbang berat granul basah (sebelum dikeringkan).
9. Dikeringkan granul dilemari pengering selama 5 jam.
10. Dilakukan pengujian mutu granul
11. Ditimbang talk dan magnesium stearat dan dilakukan lubrikasi
12. Dicetak campuran bahan tersebut menjadi tablet
13. Dilakukan pengujian mutu tablet
14. Dimasukan kedalam wadah dan diberi etiket.

C. Prosedur Tetap dan Instruksi Kerja Proses Pembuatan Tablet
(Terlampir)



31

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Perhitungan formula
Formula yang dibuat :
R/ parasetamol 500 mg
Muchil amili 10%
Mg stearat 1 %
Starch 5 %
Laktosa ad 600 mg
4.a.1 Penimbangan bahan
Jumlah tablet yang dibuat = 100 tablet
Bobot tiap tablet = 600 mg
Parasetamol 500mg
Penimbangan : 500 mg x 100 tablet = 50 g
Muchilago amili 10 %
Penimbangan :

= 12 g


Starch 5 %
32

Penimbangan :

= 3 g
Mg stearat 1 %
Penimbangan :

= 3 g
Talk 2 %
Penimbangan :

= 1,2 g
Laktosa ad 600 mg
Penimbangan : 600 mg x 100 tablet = 60 g
60-56 = 4 gr
4.A.2 Cara Kerja Pembuatan Granul
1. Buat muchilago amili 10 % dengan 1,5 bagian air, dipanaskan sampai
terbentuk larutan suspense yang jernih dan mudah dituang ( larutan
kanji )
2. Campur dan gerus homogeny serbuk parasetamol dan starch didalam
lumping sampai homogeny
3. Kemudian tambah larutan kanji sedikit demi sedikit sampai terbentuk
adonan yang dapat dikepal seperti bola yang bila kepalan tersebut
dipecah akan memberikan butiran terpisah
4. Catat jumlah larutan kanji yang digunakan dan hitung selisih jumlah
awal larutan kanji dan jumlah kanji yang tersisa
5. Adonan tersebut diayak dengan ayakan mesh 14 dengan sedikit
tekanan memakai stamfer atau perata seperti botol yang dimiringkan,
granul ang didapat ditampung didalam wadah
33

6. Keringkan granul di dalam lemari pengering suhu 50-60
0
C selama 8-
12 jam yang kemudian di ayak lagi dengan mesh 16 dan ditimbang
jumlah granul yang didapat (62,221g)
7. Jumlah fase luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul
kering yang dihasilkan. Kemudian apabila pencetakan akan
dilaksanakan maka granul kering dan fase luar dicampur homogen
dan campuran siap dicetak.
8. Sebelum pencetakan tablet, lakukan evaluasi granul

4.a.3 Pembuatan Tablet
1. Campurkan granul dengan fase luar ( mg stearat, talk, starch ),
homogenkan
2. Timbang granul masing-masing 600 mg untuk 1 tablet
3. Cetak dengan mesin tablet
4. Lakukan evaluasi tablet

B. Evaluasi Granul
4.b.1 BJ Benar
Alat dan bahan :
Timbangan
Granul 2 g
Piknometer
paraffin
Prosedur kerja :
1. Timbang sampel sebanyak 2 g
2. Tentukan volume piknometer (10 ml)
34

3. Timbang berat piknometer kosong
4. Timbang berat piknometer yang telah diisi paraffin
5. Kemudian tuangkan paraffin dan piknometer dibersihkan
6. Masukkan sampel dan tambahkan paraffin, biarkan selama 5 menit
sampai paraffin diserap oleh granul
7. Hitung BJ benar dengan rumus

Bj benar =
( )
()()


4.b.2 Volumetri (Bj Mampat)
Alat dan bahan :
Alat volumetric
Granul 30 g
Prosedur kerja :
1. Ke dalam gelas takar masukkan 30 g granul kemudian ratakan secara
perlahan
2. Mampatkan granul dengan menjalankan alat sebanyak 1250 kali
hentakan dengan alat volumeter
3. Lihat volume setelah pemampatan
4. Lakukan pemampatan kedua kalinya dengan menjalankan alat
sebanyak 1250 kali hentakan dengan alat tap volumeter
5. Lihat volume setelah pemampatan (B)
6. Bila selisih A dan B tidak lebih dari 2 cm3 maka A adalah volume
mampat, maka bobot jenis mampat dapat dihitung dengan rumus
Bj nyata setelah pemampatan =
35





4.b.3 Distribusi Ukuran Granul /Ayakan Vibrasi
Alat dan bahan :
Ayakan vibrasi
Timbangan
30 g granul
Prosedur kerja :
1. Timbang 30 g granul
2. Letakkan granul yang telah ditimbang tadi di atas ayakan yang paling
atas
3. Getarkan mesin selama 10 menit, dengan amplitude 50 atau
tergantung dari ketahanan granul pada getaran
4. Timbang granul yang tertahan atau tertinggal pada setiap ayakan
5. Hitung persentase (%) granul pada tiap-tiap pengayak

Ayakan vibrasi =




4.b.4 Kadar (kandungan air)
Alat dan bahan :
Krush
Timbangan
36

Oven
Stopwatch
5 g granul
Prosedur Kerja :
1. Timbang 5 g granul
2. Timbang berat krush kosong
3. Timbang berat krush yang telah diisi granul
4. Masukkan krush kedalam oven pada suhu 105
0
C, biarkan selama 15
menit
5. Keluarkan dan krush didinginkan hingga beratnya konstan
6. Timbang beratnya
7. Kemudian krush dimasukkan lagi kedalam oven dan tunggu selama
15 menit
8. Lakukan perlakuan yang sama seperti yang di atas hingga beratnya
konstan

( )



4.b.5 Kecepatan Aliran Serbuk dan Sudut Istirahat
Alat dan bahan :
Corong
Flowrate Tester
Kertas grafik
Stopwatch
30 g granul
37

Prosedur kerja :
1. Letakkan corong dengan keadaan lobang corong tertutup pada suatu
ketinggian yang dikehendaki (H) di atas kertas grafik yang terletak
pada bidang horizontal
2. Timbang granul yang akan diukur sebanyak 30 g
3. Granul dituang perlahan-lahan ke dalam corong, kemudian buka
tutup lobang corong dan catatlah waktu yang diperlukan granul untuk
mengalir menggunakan stopwatch
4. Amati dan ukur jari-jari (r) dari atas tumpukan granul yang berbentuk
kerucut dan tinggi tumpukan granul (h)
5. Hitung sudut istirahat/ sudut longsor granul

Tg = h/r

C. Evaluasi Tablet
4.c.1 Bentuk dan ukuran Tablet
Alat dan bahan :
Jangka sorong
Tablet parasetamol
Prosedur Kerja :
1. Ambil 20 tablet
2. Ukur masing-masing diameter dan ketebalan tablet dengan
menggunakan jangka sorong

4.c.2 Kekerasan Tablet
38

Alat dan bahan :
Alat pemecah tablet, Stokes Monsato
Tablet parasetamol
Prosedur Kerja :
1. Percobaan dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak
2. Letakkan sebuah tablet diantara pengapit tetap dengan plat datar yang
diam, tablet dijepit dengan memutar alat penekan. Angka yang
ditunjukkan oleh jarum pada skala dinyatakan sebagai titik nol
3. Alat penekan diputar kembali sampai tablet retak atau pecah. Catat
skala yang terukur. Kekerasan tablet adalah selisih skala terukur saaat
tablet pecah dengan skala yang dianggap sebagai titik nol
4. Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke 10 tablet diukur
5. Kekerasan variasi dilihat dari harga SD

4.c.3 Friabilitas/ kerapuhan tablet
Alat dan bahan :
Alat friabilator Tester
10 tablet parasetamol
Prosedur kerja :
1. Percobaan dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak
2. Tablet dibersihkan dari debu dan kemudian ditimbang (Wo)
3. Masukkan tablet kedalam alat dan lakukan pemutaran alat friabilator
sebanyak 100 kali putaran
4. Bersihkan tablet dan timbang kembali (W1)
5. Hitung % friabilitas tablet
39

% F =
()



4.c.4 Friksibilitas
Alat dan bahan :
Abration tester
10 tablet parasetamol
Prosedur kerja :
1. Percobaan dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak
2. Tablet dibersihkan dari debu dan kemudian ditimbang (Wo)
3. Masukkan tablet kedalam alat dan lakukan pemutaran alat friabilator
sebanyak 100 kali putaran
4. Bersihkan tablet dan timbang kembali (W1)
5. Hitung % friksiabilitas tablet

% F =
()



4.c.4 Uji keseragaman sediaan
Prosedur kerja :
1. Percobaan dilakukan terhadap 10 tablet
2. Penimbangan dilakukan pada masing-massing 10 tablet dan hitung
bobot rata-rata
3. Hitung standar deviasi

40

S = [
()

]

4.c.5 Uji waktu hancur
Alat yang digunakan : Desintegrator Tester
Prosedur kerja :
1. Ambil 6 tablet yang diambil secara acak
2. Masukkan 1 tablet pada masing-masing tablet pada tiap tabung dan
jalankan alat
3. Gunakan air yang bersuhu 370 C sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
4. Angkat keranjang jika tablet telah hancur
5. Catat waktu yang dibutuhkan tiap-tiap tablet untuk hancur

4.c.6 Penetapan kadar
Alat dan bahan :
Pipet volume
Alat spektrofotometri
Lumpang
timbangan
Labu ukur
Gelas ukur
Corong
Aquadest
NaOH
41

Prosedur kerja :
1. Timbang 10 tablet, catat beratnya
2. Gerus tablet hingga halus dan timbang berat tablet setara dengan
75mg
3. Masukkan dalm labu ukur 100 ml, tambahkan NaOH 0,1 N sebanyak
25 ml. kemudian encerkan dengan aquadest sebanyak 50 ml
4. Kocok selama 15 menit hingga serbuk parasetamol hancur, kemudian
addkan hingga 100 ml
5. Ambil 5 ml filtrate, masukkan dalam labu ukur 50 ml dan di addkan
hingga tanda batas
6. Ambil filtratnya 5 ml dan tambahkan 5 ml NaOH kemudian di
addkan hingga tanda batas
7. Ukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometri UV pada
panjang gelombang 257 nm
8. Catat absorbannya

4.c.7 Uji Disolusi
Alat dan bahan :
Dissolution tester
Labu ukur 10 ml
Alat spektrofotometri
Pipet tetes
Vial
Pipet volume
Parasetamol
Dapar fosfat
42

Prosedur Kerja :
1. Buat terlebih dahulu kurva kalibrasinya dengan cara sebagai berikut
:
- Timbang 10 mg Parasetamol murni dan masukkan kedalam
labu ukur 100 ml
- Addkan dengan larutan dapar fosfat.
- Buat konsentrasinya 8,10,12,14 dan 16 g/ml
- Ukur absorbannya pada panjang gelombang 254 nm
2. Pengujian disolusi dengan cara :
- Masukkan tablet ke dalam alat dengan jarak waktu
memasukkannya 2 menit
- Pipet 5 ml larutan pada menit ke 5,10,15,30, masukkan ke
dalam vial
- Masukkan 5 ml dapar fosfat ke dalam alat untuk
menggantikan larutan yang dipipet tadi
- Masing-masing larutan di pipet 0,5 ml masukkan ke dalam
labu ukur 10 ml.addkan dengan dapar fosfat
- Ukur absorbannya dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 254 nm







BAB V
43

HASIL PENGAMATAN

A.HASIL PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET
5.A.1 Rancangan Metode dan Formula
Metode : granulasi basah
Dosis : 500 mg
Tabel . Rancangan Formulasi
Fungsi Bahan Nama Bahan
Pemakaian Bahan
Lazim %
Per
Tablet
Per
Batch
Bahan Aktif Parasetamol 40 50 % 48 % 120 mg 60 g
Pengikat Pasta pati 10 % 5 25 % 20 % 50 mg 25 g
Penghancur
Dalam
Pati jagung 5 15 %
5 % 12,5 mg 6,25 g
Penghancur
Luar
5 % 12,5 mg 6,25 g
Lubrikan Mg.Stearat 0,25 2 % 2 % 5 mg 2,5 g
Glidan Talk 5 % 5 % 12,5 mg 6,25 g
Pewarna Sunset yellow q.s 2 % 5 mg 2,5 g
44

Pemanis Glukosa 85 % 8 % 20 mg 10 g
Pengaroma Pengaroma jeruk q.s 2 % 5 mg 2,5 g
Pengisi Laktosa q.s 3 % 7,5 mg 3,75 g
Jumlah total : 100 % 250 125g

5.A.2Alasan Pemilihan Metode
Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk mendapatkan hasil
yang baik.
Zat aktif stabil dan tahan terhadap pemanasan dan air
Memperbaiki sifat aliran obat
5.A.3 Alasan pemiliham bahan
Paracetamol
Merupakan zat aktif yang memiliki sifat alir kurang baik. Umum
digunakan cara granulasi basah, Paracetamol berkhasiat annalgetik
atau anntypiretik.
Laktosa
Sebagai bahan pengisi yang memiliki sifat alir kurang baik umum
digunakan untuk granulasi basah, bersifat inert.
Amylum
Sebagai pengikat diambil 33,3% karena Paracetamol bersifat hidrofob.
Sebagai penghancur luar, karena sifatnya mudah mengenbang bila
didispersikan kedalam air, diambil sebanyak 10% karena besarnya
bobot tablet yang dibuat. Maka bahan penghancur yang dibutuhkan
cukup besar, selain itu bahan amylum mudah didapat dan harganya
relative murah.
45

Talcum
Kombinasi kedua bahan ini baik digunakan untuk granulasi basah.
Sifat talcum yang hidrofob akan meningkatkan density sebelum
dicetak dan sebagai lubricant.
Mg. stearat
digunakan sebagai lubrikan atau pelincir yang berfungsi untuk
mencegah atau mengurangi gesekan antara dua permukaan yang
relative bergerak.




















46


B.HASIL PENGUJIAN MUTU SERBUK DAN GRANUL
A. Hasil Evaluasi Granul
5.a.1 BJ Benar
Diketahui :
- Berat sampel = 2 g
- Volume piknometer = 10 ml (a)
- Berat piknometer kosong = 15,9745 g (b)
- Berat piknometer + paraffin = 24,5966 (c)
- Berat piknometer + sampel = 18,6328 g (d)
- Pikno + sampel + paraffin = 25,6328 g (e)
Perhitungan :
P =


P =


P =

Bj benar =
( )
()()

Bj benar =
()
()()

Bj benar =


Bj benar = 1,1715
47

5.a.2 Pemeriksaan Bobot Jenis
( BJ Nyata Sebelum Pemampatan, BJ Nyata Setelah Pemampatan, dan
Kompresibilitas )

Berdasarkan hasil praktikum dengan menggunakan gelas ukur diperoleh data
sebagai berikut
- Berat Granul = 30 gram
- Volume Awal = 56 ml
- Volume Akhir = 47,5ml

( )
()
()





( )

()
()



















48

Dari data Rasio Housner dan Kompresibilitas granul, diperoleh persentase
kompresibilitas granulparasetamol adalah 15,17%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kompresibilitas granul parasetamol sesuai dengan kompresibilitas yang
dipersyaratkan yaitu 12 16%.

5.a.3 Ayakan Vibrasi ( Distribusi Ukuran Partikel )

Ayakan vibrasi =




1. Ayakan no 35 =



= 47,49 %


2. Ayakan no 40 =



= 12,613 %


3. Ayakan no 45 =



= 4,063%


4. Ayakan no 60 =



= 7,758%


49

5. Ayakan no 70 =



= 8,947%


6. Ayakan no 80 =



= 0,827%

7. Ayakan no 100 =



= 1,97%


8. Ayakan penampung =



= 6,483%
Berat total :


= 11,67225%


5.a.3 Kadar (kandungan Air)
Alat yang digunakan : oven, krush,timbangan analitik,stopwatch
Diket :
- Berat krush kosong = 27,3813 g
- Berat krush berisi sampel = 32,3808 g
- Berat krush setelah pemanasan pertama = 32,3288 g
50

- Berat krush setelah pemanasan kedua = 32,3117 g
- Berat krush setelah pemanasan ketiga = 32,2796 g
Perhitungan :

()


= 0,2138%

()


= 0,28685%

%KL total =


= 0,25%

5.a.4 Kecepatan aliran serbuk dan sudut istirahat
granul yang dibutuhkan : 30 gram
kecepatan aliran : 9,90 gram/detik
Percobaan 1
Diketahui :
- Tinggi = 3,0 cm
- waktu = 3 menit 05 detik
51

- r = 5
perhitungan :
tq A =


= 0,6
Percobaan 2
Diketahui :
- tinggi = 3,2 cm
- waktu = 3 menit 09 detik
- r = 5
perhitungan :
tq A =


= 0,711

Percobaan 3
Diketahui :
- tinggi = 3,2 cm
- waktu = 2 menit 95 detik
- r = 5
perhitungan :
tq A =


= 0,673
52


sudut istirahat =


= 0,6613
Kecepatan Aliran = Berat Serbuk (g)/ Waktu (detik)
= 30 gram / 3 menit 03 detik
= 9,90 gram/detik

B. Hasil Evaluasi Tablet
5.b.1 Bentuk dan Ukuran Tablet
No Diameter Tebal
1 1,28 cm 0,41 cm
2 1,285 cm 0,41 cm
3 1,285 cm 0,41 cm
4 1,285 cm 0,41 cm
5 1,285 cm 0,41 cm
6 1,285 cm 0,41 cm
7 1,29 cm 0,41 cm
8 1,285 cm 0,41 cm
53

9 1,285 cm 0,41 cm
10 1,285 cm 0,41 cm
11 1,285 cm 0,41 cm
12 1,285 cm 0,41 cm
13 1,285 cm 0,41 cm
14 1,285 cm 0,41 cm
15 1,285 cm 0,41 cm
16 1,285 cm 0,41 cm
17 1,285 cm 0,41 cm
18 1,285 cm 0,41 cm

Rata-rata diameter = 1,285 cm
Rata-rata tebal tablet = 0,41 cm

5.b.2 Kekerasan Tablet
No Kekerasan
1 10 kg/cm
2

2 10 kg/cm
2

3 9 kg/cm
2

54

4 10 kg/cm
2

5 9,5 kg/cm
2

6 10 kg/cm
2

7 9 kg/cm
2

8 9,5 kg/cm
2

9 10 kg/cm
2

10 9 kg/cm
2


5.b.3 Friabilitas/ kerapuhan tablet
Dketahui :
- Wo = 6,0032 g
- Wt = 6,0018 g

( )


=
( )


= 0,0233%

5.b.4 Friksiabilitas
Diketahui :
- Wo = 6,0018 g
55

- Wt = 5,9909 g

( )



( )




5.b.5 Uji keseragaman sediaan (bobot)
Berat 10 tablet :
Berat rata-rata pertablet :

Tabel : Data Hasil Pengujian Keseragaman Bobot
No Berat tablet (x
1
-x
2
)
2

1 0,5944 g
2 0,5946 g
3 0,6034 g
4 0,6063 g
5 0,6030 g
6 0,5970 g
7 0,6074 g
8 0,6099 g
56

9 0,5967 g
10 0,5905 g


Tabel 9. Data Penyimpangan terhadap bobot rata-rata

Bobot rata-rata
(gram)
Penyimpangan terhadap
bobot ratarata
A (%) B (%)
25
26 150
151 300
Lebih dari 300
15
10
7,5
5
30
20
15
10


5.b.6 Uji waktu hancur
No Tabung Waktu Kesimpulan
1 Tabung 1 4 menit 19 detik
Waktu hancur semua tablet
memenuhi syarat karena <
dari 15 menit.
2 Tabung 2 6 menit 21 detik
3 Tabung 3 6 menit 31 detik
57

4 Tabung 4 6 menit 39 detik
5 Tabung 5 6 menit 52 detik
6 Tabung 6 8 menit 37 detik

Jadi waktu hancur =


= 6 menit 55 detik

5.b.7 Penetapan kadar
Diperoleh data sebagai berikut :
Data Kalibrasi
Abs = KIC + KO
Y = bx + a
KI = 0,070655
Ko = 0,000645
r
2
= 0,9990
- Absorbansi yang diperoleh = 0,565 nm
- Panjang gelombang = 257 nm
- Kesetaraan = 75 mg
- Berat 10 tablet = 6,0108 g
58

Penetapan kadar =





5000x = 75 x 6,0108


0001 g

5.b.8 Disolusi
Persamaan kurva kalibrasi
KI = 0,052042
Ko = 0,051621
Abs = KIC + KO
Y = 0,052042x + 0,051621
R
2
= 0,9890




Data hasil uji disolusi tablet
59

No 5
1
10
1
15
1
30
1

Tablet 1 0,210 0,233 0,274 0,301
Tablet 2 0,217 0,250 0,281 0,284

Data kurva kalibrasi

No C Abs
1 0,0000 0,000
2 4,0000 0,285
3 6,0000 0,406
4 8,0000 0,488
5 10,000 0,565
6 12,000 0,677
7 14,000 0,772
8 16,000 0,864




60


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembuatan Granul
Pada praktikum kali ini, formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
R/ parasetamol 500 mg
Muchil amili 10%
Mg stearat 1 %
Starch 5 %
Laktosa ad 600 mg
Dengan formula ini akan dibuat sebanyak 100 tablet parasetamol dengan dosis
sebesar 500 mg. Pembuatan tablet dilakukan dengan menggunakan metode granulasi
basah. Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase
dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah seperti muchilago amili,
digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi
tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif dan beberapa zat tambahan pada
formula diatas memiliki laju alir yang buruk sehingga tidak memungkinkan untuk
digunakan metode kempa langsung.
Pembagian fase luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik
setiap zat yang digunakan. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, zat pengisi, dan
zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu yang lama karena pada
proses pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah, pemanasan
61

dalam oven bertujuan untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul.
Adapun fase dalam yang digunakan seperti parasetamol (zat aktif), muchilago amili
(pengikat) dan laktosa (pengisi).
Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk membantu proses
pengempaan tablet, yaitu zat pelincir dan zat eksipien lain yang tidak tahan
pemanasan dalam waktu lama sehingga ditambahkan setelah proses granulasi selesai.
Pada pembuatan tablet parasetamol ini, fase luar yang digunakan adalah magnesium
stearat sebagai lubrikan, talcum sebagai glidan, dan starch yang digunakan sebagai
desintegran.
Pada formula diatas, PCT atau parasetamol sebagai zat aktif dengan efek
farmakologis sebagai zat antipiretik dan analgesic. PCT dimasukkan ke fase dalam
karena stabil dalam pemanasan yang lama.
laktosa merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai
pengisi dan pengikat karena harga ekonomis sehingga mengurangi biaya
produksi. Fungsi sebagai pengisi untuk menambah massa tablet yang akan
dicetak dan fungsi sebagai pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi
sehingga dapat tercampur dengan homogen. Amprotab dapat digunakan
sebagai zat pengikat dengan pencampuran amprotab dan aquadest hangat
dengan konsentrasi 3-20 % b/b untuk mendapatkan amprotab pro pasta segar
(HOPE, 2009). Pada praktikum ini dibuat amprotab propasta dengan
konsentrasi 15% yang ditambahkan secukupnya.
PVP merupakan zat tambahan fase luar digunakan sebagai pengikat
yang membantu pengikatan fase luar dengan granul fase dalam. PVP walaupun
berfungsi sebagai pengikat dimasukkan ke fase luar karena tidak tahan dengan
pemanasan yang lama (HOPE, 2009). Selain itu juga berfungsi sebagai
disintegrant yang membantu penghancuran tablet sehingga meningkatkan
kelarutan obat dalam cairan tubuh. PVP sebagai pengikat dan disintegrant
62

digunakan sebanyak 0.5- 5% (HOPE, 2009). Pada praktikum ini digunakan
PVP sebanyak 5 % agar tablet lebih mudah hancur dan larut dalam tubuh.
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang
berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar
ke seluruh tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di
cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat,
sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang
banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk memberikan hasil
yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai fase
dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan sebanyak 1- 10% dan
magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (HOPE, 2009). Pada
praktikum ini digunakan talcum 2% dan magnesium stearat 1%, penambahan
hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet terlalu
keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme didalam
tubuh.
Proses pembuatan tablet paracetamol pada praktikum ini dilakukan
dengan metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara
pembuatan tablet kompresi yang paling banyak digunakan. Granulasi
merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk dicetak menjadi
massa yang dapat ditabletasi. Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet
paracetamol adalah paracetamol 250mg, amprotab 30mg, amprotab pro paste
15% q.s. sebagai fase dalam, PVP 5%, Talcum 2%, dan Mg Stearat 1% sebagai
fase luar. Paracetamol merupakan zat aktif yang memiliki khasiat sebagai
analgesik dan antipiretik. Amprotab berfungsi sebagai zat pengisi dan
disintregan, sedangkan amprotab pro pasta digunakan sebagai zat pengikat
pada fase dalam. PVP berfungsi sebagai pengikat untuk fase luar, talcum
berfungsi sebagai pelincir dan diluent, sedangkan Mg stearat berfungsi sebagai
zat pelincir.
63

Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama
yang harus dilakukan adalah menggranulasi fase dalam dari formula diatas.
Muchilago amili yang digunakan sebagai pengikat dibuat dalam konsentrasi 10%
dengan cara 10 gr laktosa ditimbang dan dilarutkan dalam 1,5 ml bagian air dan
dipanaskan hingga terbentuk suatu mucilago yang bening dan mudah untuk dituang.
Untuk pemakaian terbaik, konsentrasi maksimum muacilago yang digunakan sebagai
larutan kanji ini biasanya 15%, karena tablet yang mengandung amilum dengan
konsentrasi tinggi tidak dapat dicetak dikarenakan kompresibilitas nya yang tidak
baik.
Selanjutnya, parasetamol sebagai zat aktif dan starch sebagai desintegran
dicampurkan hingga terbentuk suatu campuran yang homogen. Strach merupakan
disintregan yang paling umum digunakan. Mekanisme kerja nya adalah dengan
membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat
cairan masuk ke dalam pori-pori tablet (kapiler).
Suspensi jernih ( larutan kanji yang terbentuk) sebelum nya dicampurkan
sedikit demi sedikit kealam campuran parasetamol dan starch hingga terbentuk suatu
massa yang dapat dikepal. Penambahan larutan pasta kanji (muchilago amili) harus
dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan, karena apabila muchilago amili yang
digunakan terlalu banyak akan menyulitkan proses granulasi dan pada akhirnya tablet
yang dihasilkan akan sangat keras dan waktu hancur nya akan sangat lama.
Selanjutnya, massa campuran tadi dimasukkan ke dalam alat granulasi yang
disebut granulator. Pada alat granulator ini, massa dilewatkan pada mesh atau ayakan
dan diberi tekanan agar terbentuk suatu granul sehingga luas permukaannya
meningkat dan proses pengeringan berjalan dengan lebih cepat. Ukuran mesh yang
digunakan biasanya mesh no.14. Granul yang terbentuk, selanjutnya dikeringkan
dengan cara dimasukan ke dalam oven pada suhu 50-60
0
C selama 18-24 jam.
Setelah proses pengeringan selesai, granul kemudian di masukan kembali ke
dalam granulator dan diayak dengan menggunakan ayakan yang ukuran nya lebih
64

kecil, biasa nya digunakan ayakan no.16 agar ukuran granul menjadi lebih homogen.
Setelah itu, granul yang diperoleh kemudian ditimbang, dan dievaluasi.
Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan distribusi granul,
laju alir, bulk density, Bj benar, kompresibilitas, dan susut pengeringan atau lost of
drying (LOD), serta sudut istirahat. Laju alir granul memegang peranan penting
dalam pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan
mempunyai keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan
menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong, Sudut
istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang
datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah
sempit dalam hal ini adalah corong.
Adapun pembahasan mengenai evaluasi granul sebagai berikut :
6.a.1 Bj benar

6.a.2 Volumetri ( Bj Mampat)

6.a.3 Distribusi Ukuran Granul ( ayakan vibrasi)
Selanjutnya adalah uji distribusi ukuran partikel dimana ada beberapa metode
yang berbeda untuk menyaring, tergantung pada material yang akan diukur. Dalam
metode yang digunakan pada praktikum kali ini digunakan metode horizontal sieving.
Metode Horizontal sieving. Metode Sieve Shaker Horizontal sendiri dapat
dideskrisikan saringan tumpukan bergerak dalam lingkaran horizontal dalam alat.
Sieve Shaker Horizontal sebaiknya digunakan untuk sampel berbentuk jarum, datar,
panjang atau berserat, sebagai orientasi horizontal hanya beberapa partikel yang dapat
masuk ayakan dan ayakan tidak terhalang begitu cepat. Daerah sieving besar
memungkinkan pengayak dalam jumlah besar sampel, misalnya ditemui dalam
analisis ukuran partikel bahan bangunan dan agregat. Interval ayakan pada metode ini
sangat berpengaruh pada hasil percobaan. Pada alat ini dimana mesh/ayakan terbesar
65

diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin
kecil.
Pada uji keseragaman ukuran partikel ini, akan semakin baik jika ukuran dari
granul tidak terlalu jauh perbedaannya dengan granul lain. Pada pengujiannya granul
terdistribusi lebih banyak pada ukuran tertentu yang berarti kualitas dari granul
(keseragaman ukuran partikelnya) cukup baik sebagai bahan baku pecetakan tablet.
Tujuan dilakukan ayakan ini adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran
granul . diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda . percobaan ini berhubungan
dengan sifat aliran granul. jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik.
Diharapkan mengikuti distribusi normal.

6.a.4 Kadar ( kandungan air )
Salah satu cara evaluasi granul adalah dengan pengujian kandungan air
(kadar), sehingga dapat diketahui jumlah atau massa (air) yang hilang selama proses
pemanasan berlangsung yang dilakukan pada suhu 105
0
C. pengukurannya dengan
menggunakan alat moiusture balance atau oven.
Adapun tujuan dilakukan evaluasi kadar air dalam granul adalah untuk
mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi atau
menghindari masalah-masalah yang kemungkinan akan terjadi selama proses
pengempaan tablet, terutama granul yang lembab yang dapat menjadi masalah utama
dalam proses pengempaaan tablet.
Pada evaluasi ini, granul yang digunakan sebanyak 5 gram. Granul kemudian
dimasukkan kedalam krush yang sebelumnya telah ditimbang dan dimasukkan
kedalam oven pada suhu 105
0
C.Tujuan dimasukkan kedalam oven adalah untuk
mengurangi jumlah atau kadar air yang terdapat didalam granul dengan pemanasan
sehingga kelembaban granul berkurang. Adapun syarat kadar air menurut monografi
sekitar 2 - 4%. Jika persentasenya berada dibawah nilai standar yang ditetapkan,
berarti granul yang dibuat tidak memenuhi syarat dan masih memiliki kelembaban
66

yang tinggi. Kemudian pada percobaan ini, perlakuan ini terus diulang hingga
beratnya konstan.
Persentase kelembaban granul yang diperoleh setelah pemanasan pertama
diperoleh sekitar 0,2138%. Sedangkan percobaan yang kedua sebesar 0,28685%..
Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali disebabkan beratnya baru konstan pada
pengulangan yang kedua.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kadar atau kandungan granul tidak
memenuhi persyaratan karena persentase yang diperoleh berada dibawah nilai standar
yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan kalau granul memiliki kelembaban yang
tinggi yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti bahan pengikat yang
digunakan tidak tepat atau jumlah yang digunakan terlalu banyak sehingga
menyebabkan granul menjadi lembab atau basah.

6.a.5 kecepatan aliran serbuk (sudut istirahat)
Pengukuran laju daya alir dilakukan dengan alat Powder Flow Tester dimana
akan dihitung sudut istirahatnya. Dari tes ini dapat diukur diameter lingkaran gunung
serbuk yang terbentuk, tinggi puncak serbuk dan sudut istirahat dan dihitung apakah
laju alir granul yang digunakan itu baik atau tidak. Karena jika granul yang
digunakan tidak baik maka kemungkinan pada saat pencetakan tablet hasil tablet akan
berbeda keseragaman bobotnya.
Pengukuran sifat alir granul dengan metode corong dipengaruhi oleh beberapa
kondisi pengamatan seperti :
- Berat granul
- Diameter corong (bagian atas dan bawah)
- Ukuran partikel granul
- Panjang tangkai corong
- Cara penuangan sampel
- Pengaruh getaran luar
67


Untuk sejumlah berat granul yang sama, makin cepat waktu alirnya maka sifat alir
serbuk semakin baik. Uji laju alir ini dilakukan untuk 30 g granul. Dalam percobaan
ini kualitas granul akan semakin baik apabila gunungan granul terbentuk semakin
tinggi dan semakin cepat alirannya. Kecepatan aliran granul pada uji ini yaitu sebesar
9,90 gram/detikyang berarti kualitas granul dapat dikategorikan kurang baik pada uji
ini dimana batas kecepatan alirnya yaitu tidak boleh lebih rendah dari 10 gram/detik.
Kemudian uji sudut istirahat memberikan hasil sebesar 0,6613 yang berarti
kualitasnya sangat baik karena sudut istirahatnya lebih kecil dari 30.

6.a.6 kompresibilitas
Selanjutnya adalah mengukur kepadatan/ kompresibilitas dari bubuk, granul,
serpih dan zat curah lainnya. Pada praktikum ini granul yang diperlukan adalah
sebanyak 30 gram. Kepadatan dari tablet menentukan hasil dari tablet untuk
keseragaman bobot, waktu hancur, dan juga pada proses pencetakan.
Semakin tidak mampat serbuknya maka granul yang dihasilkan akan semakin
baik karena tidak terdapat ruang kosong pada granul tersebut. Terdapatnya ruang
kosong pada granul dapat menyebabkan mudahnya pencetakan granul.
kompresibilitas akan sangat berpengaruh pada keseragaman bobot pada sediaan yang
akan dibentuk walaupun ukuran sama, apabila keseragaman granul kurang baik maka
sediaan tablet yang dicetak pun akan kurang baik pula. Pada hasil percobaan
didapatkan data bahwa kerapatana sebelum dan sesudah memiliki perbedaan..
Dari data Rasio Housner dan Kompresibilitas granul, diperoleh persentase
kompresibilitas granulparasetamol adalah 15,17%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kompresibilitas granul parasetamol sesuai dengan kompresibilitas yang
dipersyaratkan yaitu 12 16%. Hal ini menunjukan bahwa granul cukup mudah
dicetak karena masih dapat dipadatkan.
68

Ukuran partikel granul dapat mempengaruhi berat rata rata tablet, variasi
berat tablet, waktu hancur, kerenyahan granul, daya mengalir granul serta kinetika
kecepatan pengeringan dari granulasi basah. Pengaruh ukuran granul dan distribusi
ukuran yang tepat pada persyaratan persyaratan proses, karakter granul dan karakter
tablet akhir tergantung dari bahan formulasi serta konsentrasinya, juga peralatan yang
dipakai serta kondisi proses.

B. Pembahasan pembuatan tablet
Setelah proses pembuatan granul dan evaluasi granul selesai dilakukan, kemudian
dilanjutkan dengan proses pencetakan tablet. Granul yang telah terbentuk dicampur
terlebih dahulu dengan fase luar seperti mg stearat 1%, talcum2% dan starch 5 %
diaduk homogen supaya distribusi fase luar merata dan homogen. Kemudian
dilanjutkan dengan proses pencetakan tablet.
Penambahan fase luar seperti magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan untuk
memperbaiki sifat alir granul sehingga granul dapat mengalir dengan bebas kedalam
die saat proses pencetakan tablet berlangsung.Selain itu, lubrikan juga dapat
digunakan untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan dan penarikan
kaplet ke luar cetakan. Glidan digunakan untuk memperbaiki laju alir hasil campuran
fase luar dengan granul (fase dalam) supaya memudahkan pengaliran granul saat
pencetakan tablet. Hasil pencampuran cukup homogen.
Kemudian, dilakukan pencetakan tablet dengan single punch ( mesin pengempa
tuggal). Sebelum dicetak alat atau mesin pengempa yang terdiri dari punch dan die
harus dipastikan dalam keadaan bagus dan bersih sehingga proses pencetakan dapat
berjalan dengan lancar. Punch merupakan alat pengempa yang akan mencetak granul
yang terdapat didalam die. Sedangkan die merupakan tempat granul yang akan
dikempa atau dicetak diletakkan.
Kemudian granul yang telah ditimbang terlebih dahulu dengan bobot masing-
masing 600 mg dimasukkan kedalam die dan mesin pengempa dijalankan hingga
69

granul yang terdapat didalam die dapat dicetak membentuk tablet. Proses diulang
hingga terbentuk 30 tablet.
Akan tetapi, ketika proses pencetakan, terdapat beberapa permasalahan seperti
tablet yang retak pada bagian tepinya dan juga sulit untuk dikeluarkan dari die. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti permasalahan ketika memformulasi
atau masalah pada mesin cetak tablet.
Adapun masalah-masalah dalam proses formulasi seperti capping, cracking,
sticking, dan binding. Sedangkan masalah mesin cetak seperti double impression.
Capping
Capping merupakan proses pemisahan bagian permukaan atas atau permukaan
bawah tablet secara horizontal dari tubuh tablet dan membentuk cap yang
terjadi selama proses pencetakan tablet berlangsung.
Capping dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti :
- Banyaknya fines (serbuk halus) pada proses granulasi
- Kurangnya kelembaban granul yang menyebabkan hilangnya kerja dan
fungsi bahan pengikat
- Jumlah bahan pengikat dan lubrikan yang tidak tepat
- Serta massa granul yang terlalu dingin pada saat waktu kompressi
Slain itu bisa juga disebabkan oleh mesin seperti die nya yang using atau
punch yang terlalu cekung, serta adanya udara yang terperangkat didalam
granul pada saat kompressi berlangsung

Cracking
Cracking merupakan retakan halus (patah) yang terdapat pada bagian
permukaan atas dan permukaan bawah serta bagian tengah tablet yang
disebabkan oleh adanya cekungan yang dalam pada saat kompressi.
Cracking dapat disebabkan oleh beberapa factor :
- Ukuran granul yang terlalu besar
70

- Granul yang terlalu kering
- Granul yang terlalu dingin
- Adanya udara yang terperangkap pada saat proses pencetakan
berlangsung serta tekanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan
retakan pada tablet.

Sticking
Sticking merupakan masalah pada tablet dimana adanya massa granul yang
menempel pada dinding die.
Factor yang menyebabkan terjadinya sticking :
- Granul yang tidak kering dengan tepat
- Lubrikasi yang terlalu sedikit atau tidak tepat
- Bahan pengikat yang digukan terlalu banyak
- Material yang berlemak atau berminyak
- Serta granul yang terlalu lembek

Binding
Merupakan istilah untuk keadaan tablet yang melekat pada die sehingga
proses pengeluaran tablet menjadi terganggu karena banyakna jumlah bahan
pengikat yang menyebabkan sisi tablet menjadi retak atau bahkan menjadi
hancur.
Factor ang menyebabkan terjadinya binding :
- Granul terlalu lembek atau basah
- Lubrikan yang digunakan tidak tepat
- Granulnya yang terlalu kasar
- Material granul yang terlalu hangat
- Serta juga dapat disebabkan dienya yang telah berkarat dan tekanan
yang berlebih pada saat pencetakan tablet berlangsung
71

Masalah-masalah diatas merupakan permasalahan yang sering muncul pada
saat proses pencetakan tablet yang disebabkan kesalahan dalam formulasi
serta permasalahan pada mesin cetak tablet.

Untuk evaluasi tablet dapat dilakukan hal-hal berikut :
6.b.1 Bentuk dan Ukuran tablet
Siap
6.b.2 Kekerasan tablet
Siap
6.b.3 Friabilitas / kerapuhan tablet
Siap
6.b.4 Friksiabilitas
Uji selanjutnya yakni uji friksiabilitas tablet, dengan menggunakan alat
Abration tester. Tablet yang diuji sebanyak 10 tablet sebagai sampling. Tablet
dimasukan kedalam alat dan alat diputar sebanyak 100x putaran, kemudian dihitung
massa tablet sebelum dan sesudah dilakukan pengujian. Persentase dari uji ini didapat
0,1816 %. nilai ini tidak dapat dibenarkan karena tablet terlalu regas, dan tidak
memenuhi standar. Friksiabilitas ini berkaitan dengan kekuatan tablet pada saat
menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami gesekan antar sesama. Friksiabilitas
ini sangat berkaitan erat dengan kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet
dilakukan dengan alat hardness tester.
6.b.5 Uji keseragaman sediaan (bobot)
Belum siap
Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan cara 10 buah tablet
sebagai sampling dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot rata-rata
tablet yaitu 0,49 gram. Dan setelah dihitung satu per satu sesuai dengan sampling
tablet yang diambil maka tablet memenuhi syarat karena tidak satupun tablet yang
menyimpan dari kolom A dan kolom B, itupun jika bobot tablet yang diharapkan 0,50
72

gram. Jika bobot tablet sesuai dengan formulasinya yaitu 0,25 gram, maka tidak
satupu tablet yang memenuhi keseragaman bobot.

6.b.6 Uji Waktu hancur
Salah satu cara evaluasi tablet dapat dilakukan dengan menentukan waktu
hancur tablet. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya akan
terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna apabila sisa sediaaan yang
tertinggal pada alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi waktu hancur tablet, seperti :
- Factor formulasi
- Sifat fisik bahan obat
- Bahan pembantu
- Tekanan yang diberikan pada saat pencetakan
Adapun syarat waktu hancur menurut monografi yang ada pada farmakope
adalah kecuali dinyatakan lain, untuk tablet yang tidak bersalut waktu hancurnya
tidak boleh lebih dari 15 menit.
Pada praktikum ini tablet yang digunakan adalah tablet yang tidak bersalut.
Waktu hancur dari tablet-tablet yang diuji sebagai berikut : tablet pertama hancur
pada waktu 4 menit 19 detik, tablet kedua 6 menit 21 detik. Tablet ketiga 6 menit 31
detik, tablet ke empat 6 menit 39 detik, tablet kelima 6 menit 52 detik sedangkan
tablet yang keenam pada waktu 8 menit 37 detik. Dan berdasarkan data waktu hancur
diatas, tablet yang dibuat memenuhi persyaratan yang ada dalam monografi karena
waktu hancurnya tidak ada melebihi 15 menit, waktu rata-rata hancurnya berada
dibawah 15 menit yaitu sekitar 6 menit 55 detik
73

Jadi tablet yang dicetak memenili waktu hancur yang baik dan telah
memenuhi standar waktu hancur tablet yag tidak bersalut sesuai dengan monografi
pada farmakope III.

6.b.7 Uji Penetapan Kadar
belum siap
6.c.8 Uji Disolusi
belum siap





















74

BAB VII
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan mulai dari praformulasi,
formulasi, pembuatan, pengujian granul serta evaluasi tablet
yang sudah jadi maka dapat disimpulkan bahwa :
- Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui
secara jelas sifat dan karakteristik Parasetamol sebagai
bahan aktif dan beberapa bahan tambahan yang
digunakan sehingga dapat menghasilkan tablet yang
kompak dan bagus baik secara fisik maupun kimia.
- Metode pembuatan tablet Parasetamol ini dapat
dilakukan dengan cara granulasi basah karena
berdasarkan kajian praformulasi,Parasetamol memiliki
sifat tahan terhadap air dan pemanasan.
- Komponen-komponen tablet berdasarkan hasil
pengkajian praformulasi :
a. Zat aktif (Parasetamol)
b. Pengisi (Laktosum)
c. Pengikat (Pasta pati 10%)
d. Penghancur (Amylum Maydis)
e. Glidan dan Antiadherent (Talk)
f. Lubrikan (Magnesium Stearat)
- Evaluasi baik terhadap granul atau tablet :
Tablet yang dibuat secara garis besar belum memenuhi
persaratan, yaitu % disolusi(uji pelarutan tablet) yang
akan berpengaruh terhadap pelarutan zat aktif dari
75

tablet sehinga efek yang dihasilkan akan dipengaruhi
dan kecepatan alir yang sangat lambat yaitu 1.1627
g/detik yang diakibatkan granul yang keras
menyebabkan zat aktif akan lama lepas dari granulnya
sehinga efek akan lebih lama.
1. Hasil Pengujian Mutu Tablet
a. Keseragaman Bobot tablet adalah 0,49 gr
b. Keseragaman Ukuran memenuhi persyaratan yang ditentukan.
c. Keregasan (friabilitas) 3,34 % (Ideal 0,8%) tidak memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
d. Waktu hancur 08 menit 19 detik (syarat FI untuk tablet tidak lebih dari
15 menit ) sehingga memenuhi persyaratan.
e. Kekerasan tablet adalah 2,79 kg/cm
3
( ideal 4 8 kg/cm
3
) tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
f. Kadar rata-rata tablet parasetamol sebesar 100,36% dan memenuhi
persyaratan.

b. Saran
- Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar dapat
memformula sediaan tablet dengan bahan dan
konsentrasi yang baik, tepat dan ketelitian
penimbangan sebelum percetakan tablet, juga
diperlukan ketelitian dalam melakukan evaluasi baik
evaluasi granul maupun evaluasi tablet karena hal ini
sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tablet yang
telah kita buat memenuhi syarat atau tidak.
- Diharapkan kedepannya praktikan dapat memilih dan
menentukan metode yang dilakukan sesuai dengan
76

sifat-sifat dari zat aktif yang akan dibuat menjadi tablet,
serta pemilihan bahan-bahan tambahan yang tepat.


























77

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad. 1990. I lmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Anonim. 1978. Farmakope I ndonesia. Edisi I II . Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope I ndonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi I V. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI) press.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi I V. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI) press.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. I SO I ndonesia. Volume 32.Jakarta : PT.
Anem Kosong Anem.

Jumain & Stevani H., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi. Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar : Makassar

Kasim, Fauzi. 2011. Penuntun Praktikum Sediaan Solid. Fakultas MIPA Jurusan
Farmasi Institut Sains Teknologi Nasional : Jakarta

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight
edition. London : The Pharmaseutical Press.

78

Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia.

Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical
Exipients.Second edition.Washington : American Pharmaseutical
Association
















79


LAMPIRAN
A. Gambar Alat



Tapp Volumetri / Tap Density tester Alat Uji Laju Alir



Alat Uji Friabilitas & abrasi Alat Uji Waktu Hancur
80


Jangka Sorong Mesin cetak tablet single-punch

Anda mungkin juga menyukai