0
atau %T =
0
1%
Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:
A = - log T = - log
0
Dimana I
0
merupakan intensitas cahaya datang dan I
t
atau I
1
adalah
intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A = a . b . c atau A = . b . c
Dimana:
A = Absorbansi
a = Tetapan absorbtivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm)
c = Konsentrasi larutan yang diukur
= Tetapan absorbtivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur
dalam ppm)
b = Tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1cm)
II.3 Identifikasi Spektrofotometri analisis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan
merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu :
a) Reaksinya selektif dan sensitif.
b) Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel.
c) Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.
d) Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur
hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
2. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada
beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang
maksimal, yaitu :
a) Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal
karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan
absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
b) Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi
datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-beer akan
terpenuhi.
c) Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika
digunakan panjang gelombang maksimal.
II.4 Dasar Pemilihan Pelarut Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan,gas,atau uap. Untuk sample yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya.
2. Pelarut yang digunakan tidak berwarna .
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
4. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk dianalisis.
Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisis
Spektrofotometri UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksana dan isopropano.
Pelarut untuk UV-Vis dan batas minimum transparasi (cut off point)
Pelarut Cut off point
(nm)
Air 190
Metnol 210
Sikloheksana 210
Heksana 210
Dietil eter 220
p-dioksan 220
Etanol 220
Kloroform 250
CCl
4
265
Benzena 280
Toluen 285
Piridina 305
Aseton 330
Karbon disulfida 380
II.5 Pengukuran dengan Spektofotometri
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat
digolonkan atas tiga macam, yaitu analisis zat tunggal, analisis kuantitatif
campuran dua macam zat dan analisis kuantitatif campuran tiga macam zat
atau lebih. Namun, yang lebih dipahami adalah analisis zat secara tungal.
Analisis zat secara tunggal di mana jika absorbansi suatu seri
konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang, suhu, kondisi pelarut
yang sama, dan absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap
konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati sesuai dengan
persamaan A = abc. Grafik ini disebut dengan hukum Lambert-beer dan jika
garis yang dihasilkan merupakan garis lurus maka dapat dikatakan bahwa
hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang diamati.
Absorbansi
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 panjang
gelombang
230 250 270 290 310
Gambar 1
spektra absorpsi 4 larutan teofillin dalam air; b = 1 cm; garis yan paling
bawah merupakan blanko yang hanya terdiri atas air saja.
Absorbansi
pada 272 nm
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 konsentrasi (x 10
-5
) M
0 2 4 6 8 10
Gambar 2
Plot hukum Lembert-Beer untk teofilin dalam larutan air.
Gambar 1 menunjukkan suatu studi hukum Lambert-Beer terhadap teofilin,
sementara gambar 2 merupakan plot hukum Lambert-Beer dari data yang
diperoleh pada gambar 1. kemiringan gais ini setara dengan ab, dan karena b
merupakan tebal kuvet maka nilai a atau absorptivitas dapat dihitung. Dan
kemudian menuliskan data absorpsi yang telah didapat dari gambar 2.
Gambar 3
Data absorpsi ultraviolet teofilin dalam air pada panjang gelombang
maksimal 272 nm. Data diperoleh dari gambar 2.
Konsentrasi teofilin
(x 10
-5
M)
A
272
272
(x 10
4
)
2.04 0.209 1.025
4.08 0.414 1.015
6.12 0.621 1.015
8.16 0.827 1.013
Nilai
272
= 1.02 x 10
4
M
-1
cm
-1
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet
yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu
tempat ke tempat yang lain
2. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer.
3. Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan untuk analisis spektrofotometri,
antara lain:
a) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
b) Pemilihan panjang gelombang
4. Pelarut yang sering dipakai dalam analisis Spektrofotometri UV-Vis adalah
air, etanol, sikloheksana dan isopropano.
5. Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolonkan
atas tiga macam, yaitu analisis zat tunggal, analisis kuantitatif campuran dua
macam zat dan analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih.
DAFTAR PUSTKA
Day, JR., R.A., dan Underwood, A.L., 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke
enam. Jakarta: Erlangga
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2013. Kimia Farmasi Analisis Cetakan
XI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rohman A., 2007. Kimia Farmasi Analisis Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar