Anda di halaman 1dari 16

KERATITIS

Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada kornea
bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan
profunda jika sudah mengenai lapisan stroma.
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
Virus
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber
cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan
air mata
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik
Efek samping obat tertentu

Klasifikasi

Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan lapisan yang
terkena, keratitis dibagi menjadi:
1. Keratitis Pungtata (Keratitis Pungtata Superfisial dan Keratitis Pungtata Subepitel)
2. Keratitis Marginal
3. Keratitis Interstisial
Berdasarkan penyebabnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis Jamur
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster
b. Keratitis Infeksi Herpes Simplek : Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
Berdasarkan bentuk klinisnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
Klasifikasi keratitis berdasarkan lapisan kornea yang terkena, yaitu:
A. Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus.
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada
permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai fluoresein.
Sedangkan keratitis pungtata subepitel adalah keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman.
B. Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus. Penyakit infeksi
lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis
marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya
blefarokonjungtivitis.

C. Keratitis Interstitial
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke dalam kornea
dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea. Keratitis interstitial dapat berlanjut
menjadi kebutaan. Sifilis adalah penyebab paling sering dari keratitis interstitial.

Klasifikasi keratitis berdasarkan penyebabnya, yaitu :

A. Keratitis Bakteri
Factor predisposisi: pemakaian lensa kontak, trauma, kontaminasi obat tetes.
Bakteri Gambaran lesi Lapisan Hipopion Kerokan kornea
Pneumokokal Ulkus kelabu dengan
batas tegas menyebar
tidak teratur dari tempat
infeksi ke sentral
kornea. Batas bergerak
maju menampakan
ulserasi dan infiltrate
batas yang di
tinggalkan mulai
sembuh
ulkus serpingosa
Daerah yang
terkena pertama
lapisan
superficial
kornea
parenkim
dalam. Kornea
di sekitar ulkus
jernih
Bisa ada Diplokokkus gram
(+), bentuk lancet
Pseudomonas
aeruginosa
Infiltrate
kelabu/kuning. Di
tempat epitel kornea
terlihat retak. Lesi
menyebar ke segala
arah kerena enzim
proteolitik.
Infiltrate/eksudat
berwarna hijau
pigmen dihasilkan
organisme
Lapisan
superficial
seluruh kornea
dengan cepat
rusak parah
perforasi kornea
& infeksi
intraocular
berat
Besar,
menyebar
sesuai
ulkus
Batang gram (-) halus
panjang jumlah tidak
banyak
Moraxella
liquefaciens
Ulkus lonjong indolen.
Kornea umumnya
jernih. Pengobatan lama
dan sulit. Terjadi pada
peminum alcohol dan
imunosupresi
Kornea bagian
inferior meluas
ke stroma
dalam setelah
beberapa hari
Tidak
ada/
sedikit
Diplobacil gram (-)
besar dengan ujung
panjang
Streptokokus
grup A
Ulkus kornea sentral
streptokokus
hemolitikus. Tidak ada
ciri khas
Sedang Kokkus gram (+)
rantai
Staphylokokus
aureus
Staphylokokus
epidermidis
Streptokokus
hemolitikus
Ulkus sentral kornea
ulkus indolen. Sedikit
infiltrate di kornea
sekitar
Sering
superficial dasar
ulkus padat
(pada saat
dikerok)
Mungkin
disertai
Kokkus gram (+)
satu-satu
berpasangan bentuk
rantai
Mycobacterium
fortuitum
cholenai dan
nicordia
Jarang terjadi. Biasanya
Karena trauma kontak
dengan tanah. Dasar
ulkus bergaris-garis
memancar seperti
permukaan kaca retak
Ada/tidak Batang tahan asam
M. fortuitun cholenoi
Gram (+)
berfilamennocardia
Tatalaksana keratitis bakteri
Gram (-) rods
Tobramisin
Ceftazidime
floroquinolone
Gram (-) coccus
Ceftriaxone
Ceftazidime
Moxifloxacine/gatifloxacin
Gram (+) rods
Cefozoline
Vancomycine
Moxifloxacine/gatifloxacin

B. Keratitis Fungi (Jamur)
1. Etiologi
Keratitis jamur dapat disebabkan oleh:
a. Jamur berfilamen (filamentous fungi)
Bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa, terdiri dari:
Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp,
Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
b. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida
albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
c. Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan
membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp,
Sporothrix sp.

2. Patologi
Hifa jamur cenderung masuk stroma secara paralel ke lamella kornea. Mungkin ada
nekrosis koagulatif stroma kornea yang meluas dengan edema serat kolagen dan
keratosit. Reaksi inflamasi yang menyertai kurang terlihat daripada keratitis bakterialis.
Abses cincin steril mungkin ada yang terpisah pusat ulkus. Mikroabses yang multipel
dapat mengelilingi lesi utama. Hifa berpotensi masuk ke membran descemet yang intak
dan menyebar ke kamera okuli anterior.
3. Manifestasi Klinis
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam bentuk
mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat
menyebabkan nekrosis pada lamella kornea, peradangan akut , respon antigenik dengan formasi
cincin imun, hipopion, dan uveitis yang berat.
Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi abu-
abu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang tidak meradang
tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan
berhubungan dengan mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap
ulkus. Cincin imun dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen
jamur dan respon antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen
dapat juga timbul. Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup
parah. Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :
Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama
Lesi satelit
Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di
bawah endotel utuh
Plak endotel
Hypopyon, kadang-kadang rekuren
Formasi cincin sekeliling ulku
Lesi kornea yang indolen
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan kornea yaitu dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram,
Giemsa atau KOH + Tinta India.
Penatalaksanaan dengan natamisin 5% jika keratitis jamur filamentosa, fusarium species.
Ampoterisin B 0,15 % - 0,30 % jika keratitis yeast aspergilus species. Ketoconazole sistemik
200-600 mg/hari dan sikloplegik. Jika ada peningkatan tekanan intraokuler bisa di berikan obat
anti glaucoma. Jika tidak ada perbaikan bisa dilakukan keratoplasti. Penyulit adalah
endoftalmitis.

C. Keratitis Virus
1. Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea.
Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit intraselular
obligat, dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata.
Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung,
mulut, alat kelamin yang mengandung virus.
2. Patofisiologi
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
Pada epitelial : kerusakan terjadi akibat pembiakan virus intraepitelial mengakibatkan
kerusakan sel epitel dan membentuk tukak kornea superfisial.
Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu
reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini
mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak stroma
di sekitarnya.
3. Manifestasi Klinis
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair,
mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena.
Infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis folikularis akut disertai
blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta pembengkakan kelenjar limfe regional. Kebanyakan
penderita juga disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada dasarnya
infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan
tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang stroma
4. Terapi
Debridement
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement epithelial, karena virus
berlokasi didalam epithelial. Debridement juga mengurangi beban antigenic virus
pada stroma kornea. Epitel sehat melekat erat pada kornea namun epitel yang
terinfeksi mudah dilepaskan. Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas
khusus. Obat siklopegik seperti atropine 1% atau homatropin 5% diteteskan kedalam
sakus konjungtiva, dan ditutup dengan sedikit tekanan. Pasien harus diperiksa setiap
hari dan diganti penutupnya sampai defek korneanya sembuh umumnya dalam 72
jam.
Terapi Obat
IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan
setiap jam, salep 0,5% diberikan setiap 4 jam)
Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam
Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada
orang atopi yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif.
Terapi Bedah
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang
mempunyai parut kornea yang berat, namun hendaknya dilakukan beberapa bulan setelah
penyakit herpes non aktif.

D. Keratitis Alergi
1. Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya penderita sering
menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan.
2. Manifestasi Klinis
Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi sekret
mukoid.
Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)
Gatal
Fotofobia
Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
3. Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
Cromolyn sodium topikal
Koagulasi cryo CO2.
Pembedahan kecil (eksisi).
Antihistamin umumnya tidak efektif
Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak

Klasifikasi keratitis berdasarkan bentuk klinisnya, yaitu:
a. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa
Flikten merupakan benjolan berdiameter 1-3 mm berwarna abu-abu pada lapisan
superfisial kornea. Epitel diatasnya mudah pecah dan membentuk ulkus. Ulkus ini dapat
sembuh atau tanpa meninggalkan sikatrik. Adapula ulkus yang menjalar dari pinggir ke
tengah, dengan pinggir meninggalkan sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif,
yang disebut wander phlyctaen. Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh,
tetapi kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat
menyebabkan kelainan kornea berbentuk bercak-bercak sikatrik, menyerupai pulau-pulau
yang disertai geographic pattern.
b. Keratitis Sika
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya permukaan kornea dan
konjungtiva. Penyebab keringnya permukaan konjungtiva dan kornea, yaitu:
Berkurangnya komponen lemak, seperti pada blefaritis
Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen, setelah memakai obat diuretik,
atropin atau dijumapai pada usia tua.
Berkurangnya komponen musin, dijumpai pada keadaan avitaminosis A, penyakit-
penyakit yang menyebabkan cacatnya konjungtiva, seperti trauma kimia, Sindrom Steven
Johnson, trakoma.
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir, lagoftalmus, keratitis
neuroparalitika.
Adanya sikatrik pada kornea.

Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal, terasa seperti ada
pasir,fotopobi,visus menurun, secret lengket, mata terasa kering. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan sekret mukus dengan tanda-tanda konjungtivitis dengan xerosis konjuntiva,
sehingga konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal, kering, tak mengkilat, warnanya
mengkilat. Terdapat infiltrat-infiltrat kecil,letak epiteleal,tes fluoresen (+). Terdapat juga
benang-benang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut juga
keratitis filamentosa.

c. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat bulat-bulat
subepitelial di kornea, dimana tengahnya lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena
resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah). Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh
meninggalkan sikatrik yang ringan.
Komplikasi

Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya perforasi
kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan (kebutaan).
Beberapa komplikasi yang lain diantaranya:
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika tidak diobati
dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan
hilang penglihatan selamanya.
Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, tergantung dari:
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen

d. Keratitis Sklerotikans (Sklerokeratitis)
Keadaan dimana terjadi peradangan skelra dan kornea, biasanya unilateral, disertai dengan
infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea. Keratitis sklerotikans akan
memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk segi tiga dengan puncak mengarah ke
kornea bagian sentral. Apabila proses peradangan berulang, kekeruhan dapat mengenai seluruh
kornea.
Secara Subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada sekret.
Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral, kornea
terlihat putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non granulomatosa.
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Pemberian kortikosteroid dan anti randang non steroid
ditujukan terhadap skleritisnya, apabila teradapat iritis, selain kortikosteroid dapat diberikan tetes
mata atropin.


ULKUS KORNEA
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,
terbentuknya ulkus diakibatkan kolagenase yang di bentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ada dua jenis ulkus pada korne ulkus sentral dan marginal atau perifer.
Ulkus perifer diakibatkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi pada kornea perifer
biasanya oleh kuman staphylokokus aureus, h. influenza dan m.lacunata.

Ulkus perifer
Ulkus Marginal
Peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas biasanya terdapat daerah jernih antara limbus
kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar
dengan limbus korne. Di duga kelainannya 50% disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap
eksotoksin stafilokokus. Dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal. Ulkus di
perifer kornea biasannya disebabkan alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular. Pada
orang tua sering dihubungkan dengan rematik. Perjalanan penyakit berubah-ubah kadang
sembuh cepat dapat pula kambuh segera. Pada kerokan biasanya di dapati bakteri rekuren seperti
streptokokus pneumonia, haemophils aegepty, Moraxella lacunata.
Infiltrate dan ulkus diduga merupakan timbunan komplek antigen antibody. Secara
histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses yang epithelial atau subepitelial. Penglihatan
pasien dengan ulkus marginal akan menurun disertai rasa sakit, fotofobia, lakrimasi,terdapat
blefarospasme pada satu mata, injeksi conjungtiva, infiltrate, atau ulkus yang memanjang dan
dangkal. Pengobatan dengan pemberian antibiotic dan steroid local. Steroid di berikan dalam
waktu yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.

Ulkus Mooren
Ulkus menahun superficial yang dimulai pada tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan
berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi ataupun hipopion. Lambat laun ulkus ini
mengenai seluruh korne. Penyebab belum di ketahui diduga penyebabnya hipersensitifitas. Ulkus
ini bisa unilateral ataupun bilateral. Lebih sering pada wanita usia pertengahan dan pada usia
lanjut biasanya unilateral dengan rasa sakit dan merah.
Tukak ini menghancurkan membrane bowman dan stroma kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat
pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan tampak jaringan parut dengan vaskularissasi.
Pasien terlihat sakit berat 25% mengalami bilateral. Proses yang terjadi mungkin kematian sel
disusul dengan pengeluaran kolagenase.
Di klinik di kenal dua bentuk:
1. Pasien tua terutama laki-laki, 75% unilateral dengan rasa sakit yang tidak berat.
Prognosis sedang dan jarang perforasi.
2. Pasien muda laki-laki, 75% binocular dengan rasa sakit dan berjalan progresif. Prognosis
buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi.
Pengobatan dengan steroid, antibiotika, antivirus, antijamur, kolagenese inhibitor, heparin dan
pembedahan keratektomi, lamellar keratoplasti dan eksisi konjungtiva.

Ulkus sentral
Penyebab ulkus sentral adalah bekteri: pseudomonas, pneumokokus, Moraxella liquefaciens,
streptokokus beta hemolitikus, klebsiela pneumoni, e coli, proteus. Virus: herpes simplek, herpes
zoster, jamur: candida albican, fusarium solani, nokardia, sefalosporium dan aspergilus. Factor
predisposisi untuk terjadinya ulkus kone seperti erosi pada kornea, keratitis neurotropic,
pemakaian kortikosteroid/imunosupresif, obat local anestetika, IDU, pasien DM danpenyakit tua.

Ulkus neuroparalitik
Terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion gaseri di temukan pada herpes zoster. Kornea
menjadi anastetik dan reflek mengedip hilang. Benda asing pada kornea bertahan tanpa
memberikan keluahn, kuma berkembang biak tanpa ditahan oleh tubuh. Terjadi pengelupasan
epitel dan stroma kornea sehingga terjadi ulkus kornea. Pengobatan dengan melindungi mata,
kadang di perlukan blefarorafi.

Ulkus serpens akut
Tukak kornea sentral yang menjalar dengan bentuk khusus seperti binatang melata pada kornea
disebabkan oleh pneumokokok. Penyakit ini banyak terjadi pada petani, buruh tambang, jompo,
kesehatan yang buruk, atau pecandu alcohol. Biasanya didahului oleh trauma yang merusak
epitel kornea sehinga memudahkan bakteri menginvasi ke dalam kornea.
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan ketajaman penlihatan
menurun. Pada pasien akan terlihat kekeruhan kornea mulai dari sentral. Ciri khas ulkus berbatas
lebih tegas pada sisi-sisi yang paling aktif disertai infiltrate yang berwarna kekuningan yang
mudah pecah dan menyebabkan pembentukan tukak.
Ulkus menyebar ke permukaan kornea kemudian merambat lebih dalam dapat diikuti dengan
perforasi kornea. Ulkus ini ditandai dengan adanya hipopion yang steril yang terjadi akibat
toksin kuman pada badan siliar. Pada konjungtiva terdapat tanda peradangan yang berat berupa
injeksi konjungtiva dan injeksi siliar.
Penatalaksaan menggunakan antibiotic spectrum luas secara topical tiap jam atau lebih. Penyulit
perforasi kornea yang berlanjut ke endoftalmitis dan panoftalmitis.

Ulkus ateromatosis
Ulkus yang terjadi pada jaringan parut kornea. Ulkus ini berkembang secara cepat ke segala arah.
Sering terjadi perforasi diikuti panoftalmitis. Tatalaksana tepat adalah keratoplasti.

















Glaucoma akut
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak merupakan mata merah sudut tertutup akut. Di
tandai dengan tekanan intra ocular meningkat secara mendadak dan pada usia lenih dari 40 tahun
dengan sudut bilik mata sempit.
Pasien mengeluh nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa hari dan
hilang setelah tidur sebentar ini merupakan stadium mprodormal. Gejala gastrointestinal secara
tiba- tiba di sertai rasa sakit hebat di mata dan di kepala parasaan mual dengan muntah,
bradikardi akibat reflek akulokardiak, mata menunjukan tanda-tanda kongestif dengan kelopak
mata bengkak, mata merah, takanana bola mata sangan tinggi yang akibatkan pupil sangat lebar,
kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optic hiperemis, edem dan lapanan
pandang menciut berat. Ketajaman penglihatan sangat turun dan pasien tampak sakit berat.
Bila tidak di tangani akan menjadi kronis. Mata lain di serang 2-5 tahun, sesudah berapa kali
serangan akan terjadi perlengketan antara iris dan kornea ( goniosinekia).
Pada akut turunkan tekanan dengan preparat pilocarpin 2% setiap menit selama 5 menit yang di
susul setiap 1 jam selama 1 hari. Pengobatan berup atopikal dan sistemik. Tujuan: menurunkan
tekanan bola mata secepatnya bila tekanan mata sudah normal dapat dilakukan pembedahan.
Klasifikasi glaucoma
1. Glaucoma sudut terbuka
a. Primer
b. Normal tensi glaucoma
c. Juvenile glaucoma sudut terbuka
d. Suspek glaucoma
e. Sekunder
2. Glaucoma sudut tertutup
a. Primer dengan pupil blok
b. Glaucoma akut sudut tertutup
c. Subakut glaucoma sudut tertutup
d. Glaucoma kronik sudut tertutup
e. Sekunder tanpa pupil blok
f. Sindrom plateau iris
3. Glaucoma kongenital
a. Primer
b. Berhubungan dengan anomaly kongenital
c. Sekunder

Differential Diagnosis Glaukoma sudut tertutup
Glaucoma sudut tertutup Iritis akut Konjungtivitis akut
Sakit Hebat postrating Sedang sampai hebat Membakar , gatal
injeksi Tipe siliar yaitu lebih
hebat dekat limbus
kornea-skleral &
berkurang kea rah forniks,
tidak konstriksi dengan
epinephrine 1: 1000,
pembuluh tidak bergerak
dengan konjungtiva,
warna violet dan masing
masing pembuluh tidak
dapat diusut
Tipe konjungtiva lebih
pada forniks dan
berkurang kea rah
limbus. Mata menjadi
putih denagn epineprin 1:
1000, pembuluh
superficial bergerak
dengan konjungtiva,
warna merah bola mata
dan masing-masing
pembuluh jelas terlihat
Pupil Semi dilatasi tak bereaksi
terhadap sinar
Miotik, reaksi lambat/
absen
Normal
Kornea Suram dan rincian iris
tidak tampak
Biasanya jernih kadang
terlihat deposit pada
permukaan posterior
kornea
Jernih dan normal
Sekresi Air Air Pus bergetah
Serangan Mendadak Perlahan Perlahan
Visus Sangat turun Turun sedikit Normal
TIO Meninggi Normal/ rendah Normal

UVEITIS

Anda mungkin juga menyukai