Anda di halaman 1dari 11

GLOBAL WARMING

A. DEFINISI GLOBAL WARMING





Global warming atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan nama pemanasan
global merupakan proses naiknya suhu rata-rata atmosfer, laut serta daratan bumi.
Meningkatnya suhu tersebut menyebabkan bumi yang kita diami ini terasa lebih panas
dan saat siang hari kita merasakan pana yang berlebihan. Kenaikan suhu bumi ini
dimungkinkan diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat dari
ulah dan aktivitas manusia itu sendiri. Dengan adanya global warming banyak sekali
kerusakan yang dapat ditimbulkan, bukan hanya satu namun bisa mencapai seluruh
struktur yang berada di bumi itu sendiri. Global warming bukanlah persoalan bagi
pemerintah melainkan persoalan bagi seluruh umat penduduk bumi, bayangkan jika
seandainya kutub utara dan selatan mencair apakah kita hanya akan menggantungkan
nasib kita ke pemerintah saja? Global warming menjadi tanggung jawab kita masing-
masing, semua masyarakat harus berperan aktif untuk mencegah atau melambatnya
proses global warming.
Menaiknya suhu secara global (global warming) juga diperkirakan akan
menimbulkan perubahan yang lain seperti halnya menyebabkan cuaca yang ekstrem dan
menaikkan tinggi permukaan air laut. Selain itu perngaruh yang lain juga bisa di lihat
dengan punahnya berbagai macam hewan, berpengaruhnya terhadap hasil pertanian dn
hilangnya gletser. Ada banyak tindakan yang dilakukan oleh manusia tanpa menyadari
bawhwa yang dilakukan tersebut ebenarnya membahayakan bumi, kebanyakan dari
manusia hanya memikirkan keuntungan yang sesaat namun tidak memikirkan kerugian
yang dapat ditimbulkan dalam jangka waktu yang panjang.
Global warming itu berbahaya? Ya tentu saja global warming itu sangatlah
berbahaya. Dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi akan bisa menyebabkan perubahan
suhu yang sangat ekstrem masih ditambah lagi dengan kemungkinan es di kutub utara
dan selatan akan mencair. Jika seandainya es kutub utara dan selatan mencair bisa di
tebak negara manakah yang akan pertama kali tenggelam? Indonesia negara kepulauan
seperti ini sangat rentan untuk mudah tenggelam. Terlebih Indonesia memiliki banyak
sekali pulau-pulau kecil yang sangat mungkin untuk tenggelam. Tidak hanya itu
perubahan cuaca yang ekstrem kadang juga menimbulkan berbagai macam penyakit baru
yang sebelumnya belum pernah ada di muka bumi.

1. Penyebab global warming
Perlu anda ketahui bahwa suhu rata-rata permukaan di bumi ini meningkat 0.74
0.18 C dalam waktu 100 tahun terakhir ini. Kenapa ini bisa terjadi? Berikut adalah
beberapa penyebab utama terjadinya Global Warming, yaitu :
a. Efek rumah kaca
Semua sumber energi yang ada di bumi ini berasal dari energi Matahari
yang sebagian besar berupa radiasi gelombang pendek. Ketika energi tersebut
dampai di Bumi, ia akan berubah menjadi panas yang bisa menghangatkan bumi.
Namun tidak semua panas yang sampai di bumi akan diserap, sebagian lagi akan
dipantulkan kembali ke luar angkasa. Namun sebagian dari panas yang
dipantulkan ini tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi karena menumpuknya
gas rumah kaca (Karbon Dioksida, Metana, Sulfur Dioksida dan uap air). Hal ini
terjadi karena gas-gas tersebut mampu menyerap dan memantulkan energi panas
dalam bentuk radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya energi panas
tadi akan terus tersimpan di permukaan bumi. Proses ini terus terjadi dari waktu
ke waktu, dan akibatnya suhu rata-rata permukaan bumi pun terus meningkat.

b. Efek umpan balik
Salah satu penyebab Global Warming adalah adanya efek umpan balik.
Contoh terjadinya efek umpan balik ini adalah pada proses penguapan air.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi serta lautan akan menyebabkan
meningkatnya penguapan air ke atmosfer. Seperti yang sudah disebutkan di atas
tadi, uap air sendiri termasuk gas rumah kaca yang memicu terjadinya Global
Warming. Ini mengakibatkan pemanasan akan terus menerus berlangsung dan
menambah uap air di atmosfer hingga kesetimbangan konsentrasi uap air tercapai.

c. Variasi matahari
Beberapa Ilmuan berpendapat bahwa variasi dari matahari, yang kemudian
diperkuat oleh efek umpan balik dari awan, mampu memberikan kontribusi dalam
pemanasan global saat ini. Aktivitas matahari yang meningkat dapat
menyebabkan meningkatnya suhu stratosfer (salah satu lapisan di atmosfer).
Fenomena variasi matahari serta aktivitas gunung berapi di berbagai belahan bumi
ini diperkirakan telah menyebabkan efek pemanasan sejak era pra-industri sampai
tahun 1950, serta menimbulkan efek pendinginan sejak th 1950.

2. Dampak global warming
Para ilmuwan telah menggunakan berbagai teknologi yang canggih untuk
mempelajari global warming. Berdasarkan berbagai analisa, para ilmuwan telah
memperkirakan beberapa dampak global warming yang terjadi di bumi. Berikut
adalah beberapa dampak global warming tersebut:

a. Iklim tidak stabil
Ilmuwan memperkirakan, selama proses global warming berlangsung
bagian utara bumi akan memanas lebih cepat dibandingkan daerah lain. Hal ini
menyebabkan banyak gunung es mencair dan daratan di daerah tersebut akan
mengecil. Es yang terapung di perairan utara tersebut pun akan berkurang.
Akibatnya, daerah yang dulunya mengalami hujan salju ringan, mungkin
beberapa waktu yang akan datang tidak akan mengalaminya lagi akibat global
warming.

b. Meningkatnya permukaan laut
Ketika suhu atmosfer meningkat, suhu lapisan permukaan laut juga ikut
meningkat. Akibatnya, volume air laut akan meningkat karena efek anomali air
dan tinggi permukaan laut pun semakin meningkat. Selain itu sebagai akibat dari
global warming, telah banyak es di kutub yang mencair (terutama di sekitar
Greenland). Mencairnya es tersebut juga mampu memperbesar volume air laut di
bumi.
Selama abad 20, tinggi permukaan air laut di seluruh dunia telah naik sekitar
10 25 cm. Ilmuwan juga telah memprediksi bahwa pada abad ke-21 tinggi
permukaan lau akan terus naik sekitar 9 88 cm.

c. Peningkatan suhu global
Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa bumi yang lebih hangat
mampu menghasilkan lebih banyak berbagai macam hasil pangan dari
sebelumnya, namun kenyataanya hal tersebut tidak berlaku samadi semua
tempat. Bagian selatan Kanada misalnya, daerah tersebut memang akan
mendapatkan keuntungan dengan curah hujan yang lebih tinggi akibat
menghangatnya bumi karena musim tanam akan menjadi lebih lama. Namun di
lain pihak, berbagai lahan pertanian semi kering di wilayah Afrika mungkin akan
mengalami kerugian yang besar akibat kurangnya air irigasi jika suhu global
terus meningkat.

d. Gangguan ekologis
Akibat pemanasan global, binatang di alam liar lebih memilih untuk bermigrasi
atau pindah ke arah kutub atau ke pegunungan mencari tempat yang lebih dingin.
Tumbuhan pun akan merubah arah laju pertumbuhannya guna mencari habitat
baru. Namun migrasi ini akan terganggu oleh pembangunan yang dilakukan
manusia di habitat alami mereka. Hewan yang bermigrasi ke arah kutub namun
kemudian terhalangi oleh kota-kota maupun lahan pertanian mungkin akan mati.

3. Cara mengatasi global warming

a. Jangan menebang pohon
Pohon merupakan penghasil gas O2 (oksigen) terbesar di dunia. setiap hari
kita bernafas membutuhkan Oksigen,dan pohon-pohonlah yang setiap harinya
menyediakan oksigen untuk kita. Semakin sdikit pohon akan menyebabkan gas
CO2 (karbon dioksida) bisa dengan leluasa berkeliaran dan akhirnya membuat
bumi semakin panas. Terlepas dari itu kita bernafas menggunakan oksigen tanpa
adanya oksigen mungkin kita tidak akan bisa hidup sampai sekarang.

b. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi
Banyaknya pemakaian kendaraan pribadi akan menyebabkan borosnya
penggunaan bahan bakar. Kita semua tau bahwa setiap kendaraan berbahan bakar
minyak akan mengeluarkan gas pembuangan berupa CO2 dan CO, gas-gas ini bila
dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan efek gas rumah kaca yang akhirnya
membuat terjadinya global warming semakin parah. Selama anda masih bisa
untuk menggunakan kendaraan umum gunakanlah kendaraan umum, hanya
gunakan kendaraan pribadi saat anda memang benar-benar membutuhkannya

c. Beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak dengan kendaraan
berbahan bakar alami dan ramah lingkungan.
Kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya adalah
kendaraan dengan bahan bakar listrik. Listrik selain harganya lebih murah
ternyata juga lebih ramah terhadap lingkungan jika dibanding dengan bahan bakar
minyak. Dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik anda tak perlu
lagi risau saat harga BBM (Bahan bakar Minyak) naik.

d. Mematikan lampu di siang hari
Saat bepergian ke daerah PLN saya sering sekali melihat sebuah poster
dengan tulisan "Kunang-kunang aja kalau siang matiin lampu". Masa kita mau
kalah sama kunang-kunang? Matikan lampu disaat siang hari, meskipun anda
sanggup untuk membayar tagihan listriknya namun kepedulian akan lingkungan
juga sangatlah penting

e. Menggunakan lampu hemat energy
lampu hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan
bentuk XL seperti Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi
terbarukan yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting
Diode). Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan
lebih dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi.
Selain itu penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya
pemanasan global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih banyak
pembangkit listrik tenaga batubara. Jika kita menggunakan energi secara boros
tentu saja pembakaran batubara akan semakin banyak, namun jika kita bisa
berhemat maka pembakaran batubara bisa di hemat pula. Pembakaran batubara
ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global warming yang sangat besar.

f. Melakukan Reboisasi (penanaman kembali hutan gundul)
Banyak tindakan yang telah dilakukan manusia seperti merusak hutan
hanya untuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang fungsinya
sangatlah fital bagi manusia setiap harinya terus dirusak oleh sebagian manusia
yang tidak bertanggung jawab. Solusinya adalah dengan menegaskan
perundangan tentang perhutanan dan melakukan Reboisasi terhadap hutan yang
sudah gundul. Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan gundul juga
bisa disebabkan karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa mencegah
terjadinya Global Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir, tanah
longsor dan akan menjadikan suhu menjadi sejuk dan segar.

g. Tanmalah Pohon di Pekarangan rumah anda
Anda memiliki rumah dengan pekarangan yang tidak digunakan?
Manfaatkanlah pekarangan tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman.
Anda tak harus menanam pohon jati atau mahoni, anda bisa menanam tanaman
hias atau tanaman lain yang memiliki daun hijau serta memiliki potensi untuk bisa
menghasilkan oksigen. Bayangkan jika semua masyarakat melakukan hal yang
serupa maka kebutuhan akan oksigen akan sedikit demi sedikit terpenuhi.

h. Membangun rumah dengan fentilasi yang cukup
Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan rumah
kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Saat membangun rumah harap
perhatikan fentilasi dan tata cahaya yang tepat. Jangan sampai anda malam hari
harus menyalakan AC karena alasan panas dan fentilasi yang kurang. Saat siang
hari pula desainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus menghidupkan lampu
dan desain pula agar sejuk tanpa harus menghidupkan AC atau kipas angin.

B. KESEPAKATAN

Perubahan iklim dari tahun ke tahun adalah sebuah kepastian. Perubahan alam
terjadi seiring dengan berkembangnya peradaban dan bertambahnya jumlah manusia
yang menghuni bumi. Karena itu, pelestarian lingkungan akibat perubahan iklim atau
climate change bukan hanya menjadi tanggung jawab salah satu negara, akan tetapi
seluruh negara yang ada di muka bumi.
Kesadaran ini pula yang kemudian menggugah lahirnya pembentukan United
Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Pembentukan lembaga
tingkat dunia ini diawali dari pertemuan KTT Bumi (Earth Summit) pada tanggal 3 - 14
Juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil yang dihadiri oleh perwakilan 172 negara. Konferensi
ini dihadiri 35.000 peserta yang terdiri dari kepala negara, peneliti, LSM, wartawan,
akademisi, dan pihak terkait lainnya.
Isu utama yang didiskusikan waktu itu adalah isu lingkungan, termasuk di
dalamnya pemanasan global, kerusakan hutan dan spesies langka, serta pengembangan
industri yang ramah lingkungan. Salah satu hasil konferensi yang fenomenal adalah
dirumuskannya kerangka kerja internasional mengenai perubahan iklim atau lebih
dikenal dengan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Lembaga ini memiliki tujuan meningkatkan kerjasama secara berkesinambungan
dengan mengadakan berbagai konferensi yang dibuat melalui pertemuan atau forum-
forum bilateral, regional dan multilateral seperti G8, G20, dan MEF (Major Economic
Forum), dan juga dengan sejumlah organisasi LSM tingkat internasional, perwakilan-
perwakilan antar negara dan organisasi kemasyaraktan.
Menurut Ketua Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim dan
Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia Rachmat Witoelar, UNFCCC
merupakan lembaga independen dan bukan merupakan bagian dari PBB. Otoritas
tertinggi UNFCCC dipegang oleh pertemuan anggota yang dilakukan setiap tahunnya
yang dikenal dengan nama Conference of Parties (COP) sejak tahun 1995.
COP dipimpin oleh seorang presiden yang secara bergantian dipimpin oleh
perwakilan masing-masing kawasan atau regional PBB yaitu Afrika, Asia, Amerika Latin
dan Karibia, Eropa Bagian Timur dan Tengah, Eropa barat dan daerah lainnya. Dan,
Rachmat Witoelar adalah Presiden COP 13/CMP 3 yang diselenggarakan di Bali,
Indonesia, pada tahun 2007.

1. Dua Badan UNFCCC
UNFCCC memiliki dua badan permanen yang masing-masing menangani
urusan tertentu. Badan pertama yaitu penasehat sains dan teknologi atau Subsidiary
Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA). Badan ini memiliki
tanggung jawab memberi masukan atau saran pada COP dalam bidang ilmiah,
teknologi dan metodologi. Tugas utama badan ini mempromosikan pengembangan
dan transfer teknologi yang ramah lingkungan dan melakukan pekerjaan teknis. Juga
meningkatkan pedoman dalam menyiapkan komunikasi nasional dan inventarisasi
emisi.
Selain itu SBSTA juga memainkan peranan penting sebagai penghubung
antara informasi ilmiah yang disediakan oleh para ahli di IPCC dan kebijakan yang
berorientasi terhadap kebutuhan COP. Badan ini juga kerap meminta informasi ilmiah
lainnya kepada IPCC dan juga melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi
internasional yang relevan lainnya untuk berbagi informasi mengenai pembangunan
berkelanjutan.
Badan yang kedua yaitu badan pelaksana atau Subsidiary Body for
Implementation (SBI). SBI bertanggung jawab dalam hal memberikan memberikan
saran kepada COP dalam segala hal yang berkaitan dengan penerapan konvensi.
Tugas utamanya adalah untuk menguji informasi dari inventarisasi komunikasi
nasional dan inventarisasi emisi yang dikeluarkan oleh negara anggota dengan tujuan
untuk menaksir efektifitas konvensi secara menyeluruh.
Jika menengok sejarahnya, sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada
kesepakatan yang berarti dalam upaya penurunan emisi GRK (Gas Rumah Kaca).
Sedangkan pada COP 3, event ini menjadi ajang perjuangan negosiasi antara negara-
negara Annex 1 seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Italia, Jepang, dan
Australia yang lebih dulu mengemisikan GRK (gas rumah kaca) sejak revolusi
industri tahun 1850-an dengan negara-negara berkembang yang rentan terhadap
perubahan iklim.
Negara-negara maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara
mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi,
dan industri. Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua pihak tersebut
Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk berkomitmen
dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut
dengan lebih tegas dan terikat secara hukum, papar Rahmat Witoelar (Ketua Dewan
Nasional Perubahan Iklim Republik Indonesia).
Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3
(Conference of Parties 3 - COP) yang diadakan di Kyoto (Jepang), suatu perangkat
aturan yang disebut Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi
emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur pengurangan emisi GRK
dari semua negara-negara yang meratifikasi (mengadopsi) aturan. Protokol Kyoto
ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah Konvensi
Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara peratifikasi
konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi atau pengeluaran CO2 dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama
dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas
tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diterapkan,
Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata suhu global antara 0,02C dan
0,28C pada tahun 2050.

2. Indonesia Punya DNPI
Di Indonesia, penanggulangan masalah perubahan iklim dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat madani, dunia
pendidikan, masing-masing individu maupun pemangku kepentingan lainnya.
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian perubahan iklim dan
untuk memperkuat posisi Indonesia di forum internasional dalam pengendalian
perubahan iklim, Pemerintah Indonesia membentuk Dewan Nasional Perubahan Iklim
(DNPI) melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008.
Lembaga ini diketuai oleh mantan Menteri Lingkungan Hidup era 2004 - 2009 Prof.
Rachmat Witoelar.
Menurut Rachmat, visi dari lembaga ini adalah mewujudkan pembangunan
rendah emisi karbon yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan
dukungan sistem pendanaan dan alih teknologi yang tepat guna.
Berdasar Perpres No. 46 Tahun 2008, tugas pokok dan fungsi DNPI meliputi:
merumuskan kebijakan nasional, strategi program dan kegiatan pengendalian
perubahan iklim; mengoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian
perubahan iklim yang meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi dan
pendanaan; merumuskan kebijakan pengaturan mekanisme dan tata cara perdagangan
karbon; melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan tentang
pengendalian perubahan iklim; dan memperkuat posisi Indonesia untuk mendorong
negara-negara maju untuk lebih bertanggung jawab dalam pengendalian perubahan
iklim.
Kesadaran ini pula yang kemudian menggugah lahirnya pembentukan United
Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Pembentukan
lembaga tingkat dunia ini diawali dari pertemuan KTT Bumi (Earth Summit) pada
tanggal 3 - 14 Juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil yang dihadiri oleh perwakilan 172
negara. Konferensi ini dihadiri 35.000 peserta yang terdiri dari kepala negara,
peneliti, LSM, wartawan.

http://agungsuzuran.blogspot.com/2012/11/penjelasanpengertian-global-
warming_5.html
http://www.miung.com/2013/04/pengertian-dan-cara-mengatasi-global.html
http://harfam.co.id/info.php?content=view-artikel-UNFCCC-Lembaga-
Dunia-yang-Peduli-Climate-Change

Anda mungkin juga menyukai