Anda di halaman 1dari 10

1

PENDAHULUAN
Pada rawat inap psikiatrik, pengasingan dan pengendalian (S/R atau Seclusion/Restrain)
digunakan sebagai upaya terakhir untuk menjamin keselamatan pasien, pasien lain, dan staf
dari perilaku terganggu yang disebabkan oleh gejala penyakit pasien. Bagaimanapun, S/R
menyalahi otonomi dan kehormatan pasien. Selain itu, pasien dapat memiliki sikap negatif
kedepannya : tidak seperti staf, mereka tidak memandang S/R menjadi suatu pengobatan dan
merasa seolah-olah melakukan pemaksaan yang kasar, dan mengalami perasaan bersalah.
Perasaan dipaksa untuk dilakukan S/R secara negatif mempengaruhi upaya untuk
membangun hubungan dengan anggota staf, yang pada akhirnya dapat mengurangi
kepatuhan pengobatan.

Beberapa penyelidikan skala besar secara relatif dari S/R yang digunakan seluruh dunia telah
dilaporkan, termasuk perbandingan penggunaannya antara pasien rawat inap dengan
skizofrenia di Jerman dan Swiss, ulasan dari data regional tahunan di Finlandia, sebuah
ulasan pengobatan paksa di 10 negara Eropa, dan laporan tahunan standar kesehatan Dewan
Australia. Penyelidikan ini melihat ke perbedaan regional dan tahunan, tetapi tidak
menyelidiki alasan untuk perbedaan-perbedaan ini. Realitas yang disorot dalam perbandingan
tersebut, bagaimanapun menunjukkan pentingnya memahami masalah di setiap negara dan
wilayah.

Beberapa studi juga telah menganalisis bagaimana faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia,
ras, status imigrasi atau detail lainnya pada latar belakang pasien mempengaruhi penggunaan
perawatan paksaan, termasuk S/R. Penelitian telah menunjukkan tingkat penggunaan yang
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, pada pasien lebih muda dibanding yang
lebih tua, pada pasien kulit hitam dibandingkan pasien putih, dan pengungsi dan imigran dari
penduduk asli Denmark. Dengan hasil ini, permasalahan bagaimana cara untuk dapat
menangani pasien yang berisiko tinggi untuk penggunaan S/R sedang dibahas.

Dengan tujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan S/R, berbagai program pelatihan
dan proyek sedang dikembangkan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat, enam strategi inti
diterbitkan untuk meminimalkan S/R. Fasilitas yang telah berpartisipasi dalam pelatihan
2

strategi ini telah dilaporkan terjadi penurunan dalam penggunaan S/R. Satu dari enam strategi
inti adalah 'penggunaan data. Dalam rangka melaksanakan proyek tersebut, penting untuk
memahami jumlah S/R yang saat ini digunakan untuk menetapkan nilai target dan
menganalisanya.

Istilah 'pengasingan' didefinisikan sebagai isolasi individu di ruangan terkunci, dan
'pengendalian' digunakan untuk merujuk kepada pengendalian mekanis, yang didefinisikan
sebagai penggunaan tali penahan, ikat pinggang, atau peralatan lain untuk membatasi
gerakan. Sedangkan istilah 'pengendalian fisik' didefinisikan sebagai memegang individu
secara fisik, mencegah pergerakan.

Di Jepang, menurut survei nasional kesehatan psikiatrik dan kesejahteraan, S/R digunakan
pada survei sehari (single surveyed date) dengan 7741 pasien rawat inap (2,4 % dari semua
pasien rawat inap) dan 5109 pasien rawat inap (1,6 %) pada tahun 2003 masing-masingnya,
dan ini terus tumbuh mencapai 8456 (2,7 %) dan 8057 (2,6 %) pada 2008. Dalam rangka
untuk lebih memahami mengapa penggunaan S/R tidak jatuh di Jepang, Sugiyama, dkk.
menganalisis frekuensi penggunaannya di bangsal kedaruratan psikiatrik. Selama 1 bulan
periode pengamatan, mereka menemukan bahwa rata-rata waktu penggunaan adalah 249,6
jam untuk pengasingan dan 172,8 jam untuk pengendalian. Sebagai perbandingan, rata-rata
S/R di Finlandia pada tahun 2004 adalah 17,1 jam dan 7,0 jam masing-masingnya, dan hanya
47,2 % pasien di Australia yang diasingkan untuk > 4 jam dalam pengasingan episode
tunggal, menunjukkan durasi yang lebih lama di Jepang dibandingkan dengan Negara lain.

Itu tidak mungkin, namun, untuk membandingkan studi sebelumnya dengan teliti dari hasil
yang dilaporkan oleh Sugiyama dkk. Pertama, di bawah Undang-Undang kesehatan mental
Jepang, penggunaan S/R harus dicatat dalam unit harian, sehingga tidak mungkin untuk
mengurangi waktu pelepasan sementara untuk menentukan durasi yang sebenarnya. Kedua,
periode observasi hanya 1 bulan, termasuk pasien yang masih di bawah S/R yang
observasinya harus dihentikan, jadi tidak mungkin untuk menentukan durasi sebenarnya dari
setiap pasien. Keterbatasan lain dari studi Sugiyama dkk. adalah bahwa analisisnya tidak
mencakup pertimbangan karakteristik pasien.
3

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ( i ) memperoleh data yang lebih akurat tentang durasi
penggunaan S/R setiap pasien untuk memperjelas keadaan S/R di Jepang dibandingkan
dengan negara-negara lain ; dan ( ii ) menjelaskan karakteristik pasien terkait dengan durasi
yang lebih lama dari penggunaan S/R sehingga dapat mengidentifikasi intervensi yang
efektif.

METODE
Penelitian ini dilakukan sebagai proyek penelitian komprehensif bersama oleh Jepang dan
Finlandia, sebagai Proyek Sakura dengan tujuan memperoleh pengetahuan tentang
penggunaan S/R di rumah sakit jiwa.

Subyek
Dari antara 1.232 pasien rawat inap yang dirawat di tiga bangsal darurat dan tiga bangsal
akut di empat rumah sakit jiwa yang berpartisipasi dalam Proyek Sakura dari 1 November
2008 sampai 30 Juni 2009, subyek yang ada adalah 694 pasien (56,3%). Pengasingan
digunakan pada 687 pasien, sementara pengendalian digunakan pada 148 pasien. Dari
subyek yang didapatkan, 52% adalah laki-laki dengan usia rata-rata adalah 45,8 16,7 tahun.

Jumlah rata-rata tempat tidur dalam enam bangsal itu adalah 46,8, dan alokasi perawat
terdaftar rata-rata adalah 10 pasien per perawat per hari di bangsal darurat dan 13 pasien per
perawat per hari di bangsal akut.

Prosedur
Sebagai karakteristik dasar pasien, data tentang jenis kelamin, usia, dan diagnosis utama
psikiatri diambil berdasarkan International Classification of Disease 10
th
version (ICD-10)
telah diperoleh dari catatan medis. Alasan utama untuk mulai S/R yang dikategorikan oleh
perawat yang bertanggung jawab pada pasien, berdasarkan tujuh kategori yang digunakan
untuk pelaporan di Finlandia: menyakiti diri sendiri; menyakiti orang lain; membahayakan
keselamatan sendiri; menghalangi pengobatan orang lain; merusak properti; polidipsia; dan
alasan serius lainnya.

4

Durasi harian S/R dicatat menurut perkiraan estimasi, dengan 0-8 jam S/R per hari dihitung
sebagai 4 jam S/R, 8-16 jam dihitung sebagai 12 jam, 16-24 jam dihitung sebagai 20 jam,
dan sepanjang hari dihitung sebagai 24 jam. Kemudian, total waktu S/R per pasien
dikalkulasikan sebagai total perkiraan waktu harian. Periode pengamatan dilakukan sampai
dengan akhir Juli 2009.
Protokol penelitian telah disetujui oleh Komite Etik Pusat Neurologi dan Psikiatri Nasional di
Jepang.

Analisis statistic
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan model linear tergeneralisasi (GLM/
Generalized Linear Models) atas dasar distribusi binomial negatif dengan durasi S/R
ditetapkan sebagai variabel dependen, dan karakteristik pasien dan alasan awal S/R sebagai
variabel independen. Selain itu, variable contoh telah digunakan untuk memproses kategoris
data. Two-tailed P <0,05 dianggap untuk menunjukkan signifikansi statistik. Semua analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS ver15.0 for Windows (SPSS, Chicago, IL,
USA).

HASIL
Tabel 1 menunjukkan bahwa diagnosis utama psikiatrik yang paling umum dari subyek
adalah skizofrenia (F20 - F29) pada 58,6 %, dan alasan yang paling umum untuk memulai
S/R adalah 'menyakiti orang lain', sebanyak 37,9 %.
5



Gambar 1 ( a) menunjukkan bahwa, untuk tindakan pengasingan, rata-rata SD adalah
314,8 332,4 jam dan median ( kisaran interkuartil , IQR ) adalah 204 jam ( IQR , 96-416
jam), dengan prevalensi tertinggi terjadinya 120-144 jam.

Gambar 1 (b) menunjukkan bahwa, untuk tindakan pengendalian, rata-rata 142,0 230.4
jam dan median (adalah 82 jam (29 - 159 jam), dengan prevalensi tertinggi terjadi antara 24
dan 48 jam.


6

Model signifikan diperoleh dari GLM dengan durasi S/R ditetapkan sebagai variabel
dependen. Tabel 2 menunjukkan bahwa durasi pengasingan secara signifikan lebih lama
untuk pasien dengan diagnosis F20 - F29 dibandingkan mereka dengan gangguan psikoaktif
karena penggunaan narkoba (F10 - F19) atau diagnosis lain (F40 - F99), dan bagi pasien
yang memulai pengasingan karena dengan risiko menyakiti orang lain' dari pada untuk
alasan lain untuk memulai pengasingan.


Tabel 3 menunjukkan bahwa durasi pengendalian jauh lebih lama bagi laki-laki
dibandingkan dengan perempuan, dan lebih lama untuk pasien dengan diagnosis F20 - F29
dari pada pasien dengan diagnosis F10 - F19. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati
sehubungan dengan alasan untuk memulai tindakan pengendalian.


7

DISKUSI
Pada penelitian ini ditemukan bahwa durasi untuk pengasingan (rata-rata 204 jam) dan
pengendendalian (rata-rata 82 jam) di bangsal rumah sakit di Jepang yang bertanggung jawab
untuk perawatan psikiatri akut dan nilai tersebut lebih tinggi 10 kali lipat dibanding yang
pernah dilaporkan.

Masalah struktur, seperti perbandingan pasien perawat, dan jumlah pasien di bangsal,
merupakan faktor yang mempengaruhi durasi dari pengasingan/pengendalian. Di Jepang,
rata-rata jumlah tempat tidur pada masing-masing bangsal kedaruratan adalah 43,9 dan
standar perbandingan perawat pasien adalah 0,50. Di UK, rata-rata jumlah tempat tidur
pada masing-masing bangsal 21, dengan ratio perawat ke tempat tidur adalah 0,99, sementara
di Norwegia, rata-rata jumlah tempat tidur di bangsal adalah 11 dengan ratio pegawai ke
tempat tidur adalah 3,5. Di UK, pengendalian tidak digunakan dan pengendalian fisik
digunakan selama 10-20 menit. Di Norwegia, pengasingan digunakan selama 3 jam dan
pengendalian selama 7,9 jam. Perbedaan angka tersebut menunjukkan sedikitnya pasien di
bangsal dan tingginya perbandingan perawat atau karyawan lain dapat memungkinkan
pemahaman yang lebih baik pada tiap pasien, sehingga dapat membangun strategi respon
individual untuk menyelesaikan situasi yang sulit sebelum dilakukan tindakan
pengasingan/pengendalian. Selain itu karyawan dapat dengan mudah meningkatkan
pengamatan terhadap pasien. Strategi perawatan dengan bangsal yang kecil dengan jumlah
karyawan yang besar tampaknya terkait dengan durasi yang pendek untuk
pengasingan/pengendalian.

Perolehan data yang lebih akurat tentang durasi pengasingan/pengendalian, dan perbandingan
dengan penelitian sebelumnya di Negara lain tidak menjelaskan lebih lanjut tentang keadaan
saat ini dari pengasingan/pengendalian di tempat praktek di Jepang dan masalah yang
dihadapi. Meskipun Jepang memiliki dasar philosophical yang sama dengan negara lain yang
menggunakan pengasingan/pengendalian sebagai pilihan terakhir bila tidak ada pilihan
alternatif lain yang efektif, durasi pengasingan/pengendalian sudah terbukti lebih lama di
Jepang.

8

Pada penelitian mengambarkan bahwa durasi pengasingan/pengendalian berefek pada latar
belakang klinik pasien. Kenyataan bahwa durasi pengasingan/pengendalian lebih pendek
pada pasien yang didiagnosis F10-F19 dibandingkan dengan pasien yang didiagnosa dengan
F20-F29 dinyatakan bahwa pengasingan/pengendalian pada pasien yang didiagnosis dengan
F10-F19 sering mengalami kondisi akut yang sementara seperti delirium atau merasa
kegembiraan dan pasien biasanya dinyatakan sadar kembali berdasarkan berdasarkan hasil
tes dengan waktu yang pendek.

Beberapa indikasi lain yang disarankan untuk durasi pengasingan adalah alasan dimulainya
hal tersebut ; saat dibandingkan alas an memukul orang lain dengan alasan yang lain,
biasanya pembebasan pasien akan lebih lama dengan alasan keselamatan pasien dengan
orang lain.

Penting untuk melakukan campur tangan pada pasien yang didiagnosis dengan F20-F29
(50,6%) dan pasien yang mendapat pengasingan/pengendalian yang dimulai dengan alasan
melukai orang lain (37,8%), karena kedua kelompok ini mayoritas pasien mendapat
pengasingan. Satu strategi untuk menghadapi pengasingan dimulai karena alasan melukai
orang lain dapat mendukung Comprehensive Violence Prevention and Protection Program
(CVPPP) di Jepang. CVPPP adalah program komprehensif untuk mengangani kekerasan
secara efektif dan tepat, dimana mengadaptasi beberapa teknik yang dikembangkan di UK
untuk digunakan di Jepang. Program ini termasuk melepaskan dan control dan latihan
pengendalian, serta prediksi dan keterampilan pencegahan yang disebutkan pedoman klinis
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). Program ini terus berkembang
di Jepang : mulai tahun 2010, 2764 individu (4,3% dari 63 556 perawat yang bekerja penuh
di rumah sakit jiwa pada tahun 2007) telah menghadiri 4 hari program tersebut untuk melatih
agar dapat menyebarluaskan teknik tersebut. Hipotesis dari pengurangan durasi pengasingan
dimulai dari alasan atas menyakit orang lain harus menjadi lebih akurat sejalan dengan
teknik CVPPP yang dipelajari oleh karyawan.

Perbedaan jenis kelamin diobservasi dengan tujuan untuk pengendalian bahwa laki-laki
secara signifikan memilik durasi yang lebih lama dari pada wanita tanpa efek alasan untuk
9

mengendalikan. Mengingat bahwa mengekang akan membatasi pasien lebih jauh daripada
pengasingan itu sendiri ini dipilih untuk kasus kasus yang lebih parah. Ini menunjukkan
bahwa penundaan pembebasan sementara terjadi karena pasien adalah laki-laki dan tidak
memiliki alasan untuk dikekang.

Sehubungan penggunaan pengasingan/pengendalian dan karekteristik pasien, beberapa
penilitian telah membagi pasien dalam 2 kelompok yang menerima
pengasingan/pengendalian atau yang tidak menerima pengasingan/pengendalian, dengan
laporan bahwa lebih banyak menggunakan pengasingan/pengendalian pada pasien laki-laki,
pasien yang lebih muda, pasien dengan ras hitam, dan pasien imigran. Bagaimanapun telah
diteliti efek durasi pada pengasingan/pengendalian hampir tidak ada. Untuk negara yang
menggunakan pengasingan/pengendalian dalam beberapa jam hingga kurang dari 1 hari,
hanya menggunakan pengasingan/pengendalian dan tidak menerapkan durasi mungkin akan
penting dalam menentukan efek dari karakteristik pasien. Ada juga negara yang
mempromosikan proyek-proyek untuk mengurangi pengasingan seperti di Belanda, dimana
dilaporkan durasi pengasingan selama 16 hari dan mungkin ada negara-negara lain seperti
Jepang yang telah menggunakan pengasingan/pengendalian dengan durasi yang berlangsung
beberapa hari. Mengumpulkan pengetahuan tentang karakteristik pasien mempengaruhi
durasi pengasingan/pengendalian akan lebih penting pada beberapa negara.

KESIMPULAN
Rata-rata durasi dari pengasingan/pengendalian pada bangsal psikiatri akut di Jepang lebih
lama dibandingkan dengan yang telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya. Ini diperlukan
untuk mengindetifikasi perbedaan dalam struktur perawatan dan proses sebagaimana
dibandingkan dengan negara-negara dengan durasi pengasingan/pengendalian yang lebih
pendek. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa durasi pengasingan/pengendalian
dipengaruhi oleh latar belakang klinis pasien. Dalam proses untuk meminimalkan durasi
pengasingan, manfaat keterampilan untuk menangani pasien dengan bahaya menyakiti orang
lain, seperti pada CVPPP yang dipromosikan di Jepang harus divalidasi.

10

Jumlah rumah sakit yang berpartisipasi dalam penelitian ini maupun tingkatan tipe bangsal
dibatasi. Pada penanganan psikiatri di Jepang pengasingan/pengendalian lebih utama
digunakan pada pasien yang lebih sulit untuk ditangani di bangsal kronik, dan pasien dengan
gangguan kognitif dibangsal yang khusus menangani demensia. Karena beberapa faktor lain
bisa mempengaruhi durasi pengasingan/pengendalian pada pasien dibangsal tersebut,
penelitian tambahan dibutuhkan untuk menganalisa cakupan bangsal yang ditargetkan.

Anda mungkin juga menyukai