Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan analisis semakin dikenal secara luas, bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan
metode sistematis. Hal ini didukung pula oleh perkembangan yang pesat dari instrument
analisis.Dalam melakukan analisis di laboratorium, diperlukan suatu metode analisis yang tepat
dengan tingkat selektivitas dan sensitivitas yang tinggi, gangguan yang sedikit mungkin, dan nilai
akurasi serta presisi yang tinggi. Untuk memperoleh hal tersebut, maka metode analisis yang
akan digunakan harus divalidasi terlebih dahulu. Metode validasi pada analisis kimia terdiri dari
beberapa percobaan laboratorium yang bertujuan untuk memastikan bahwa metode analisis yang
akan divalidasi, parameternya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Seperti yang tercantum dalam ISO/IEC klausul 5.4.5.1, validasi diartikan sebagai
konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu
untuk suatu maksud khusus telah dipenuhi. Sedangkan validasi metode analisis merupakan suatu
tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter
unjuk kerja pengujian antara lain adalah presisi (keseksamaan), akurasi (kecermatan), spesifisitas,
batas deteksi dan batas kuantisasi, linearitas, rentang dan ketangguhan. Pemilihan parameter yang
akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi (Harmita, 2004).
Suatu metode analisis baru dapat dipakai atau digunakan bila telah dilakukan validasi yang
kondisinya disesuaikan dengan laboratorium dan peralatan yang tersedia, meskipun metode yang
akan dipakai tersebut telah dipublikasikan pada jurnal, buku teks atau buku resmi. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan dan keterbatasan alat, bahan kimia atau kondisi lain yang
menyebabkan metode tersebut tidak dapat diterapkan secara keseluruhan. Sehingga sering
dilakukan modifikasi, penyederhanaan maupun perbaikan metode, akibatnya metode tersebut
harus divalidasi dengan cara yang benar. Apabila metode ini dapat dipertanggungjawabkan
secara keseluruhan tidak menyimpang dan diakui oleh pihak yang berkompeten, maka metode
yang dimodifikasi ini dianggap valid dan dapat digunakan untuk analisis rutin.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pengertian validasi metode serta parameter-
parameter pengujiannya. Validasi metode sangat penting dilakukan karena dengan melakukan
validasi dapat diketahui tingkat kepercayaan yang dihasilkan dari suatu metode pengujian. Selain
2
itu, validasi metode merupakan salah satu bentuk jaminan mutu hasil kepada pelanggan, dimana
metode yang digunakan telah terbukti baik sehingga hasil yang dikeluarkan adalah valid,
sehingga dapat diketahui metode analisis dengan tingkat selektivitas dan sensitivitas yang tinggi,
serta dengan sedikit mungkin gangguan, sehingga dapat diterapkan untuk pengujian sampel pada
masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan validasi metode?
2. Apasajakah parameter-parameter pengujian validasi metode?
3. Bagaimana analisis asosiasi dalam validasi metode?
1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami deskripsi validasi metode.
2. Mengerti dan memahami parameter-parameter pengujian validasi metode.
3. Mengerti dan mengetahui cara analisis asosiasi dalam validasi metode.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengerti dan memahami deskripsi validasi metode.
2. Dapat mengerti dan memahami parameter-parameter pengujian validasi metode.
3. Dapat mengerti dan mengetahui cara analisis asosiasi dalam validasi metode.
3
BAB II
ISI
2.1 Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu proses penilaian terhadap metode analisis tertentu
berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi
persyaratan untuk digunakan (Harmita, 2004). Selain itu, validasi metode dilakukan jika terjadi
perubahan kondisi antara kondisi analisis dan kondisi pada saat validasi metode, atau terjadi
perubahan metode dari metode standar. Beberapa manfaat validasi metode analisis adalah untuk
mengevaluasi unjuk kerja suatu metode analisis, menjamin prosedur analisis, menjamin
keakuratan dan kedapat ulangan hasil prosedur analisis, dan mengurangi resiko penyimpangan
yang mungkin timbul (Wulandari, 2007).
Menurut Wea (2010), tujuan dari validasi metode adalah untuk mengetahui sejumlah
mana penyimpangan yang tidak dapat dihindari suatu metode kondisi normal dimana seluruh
elemen terkait telah dilaksanakan dengan baik. Disamping itu dengan memvalidasi metode dapat
diperkirakan dengan pasti tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh suatu metode pengujian
maupun dari metode instrument yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang paling akurat
dari suatu validasi, maka semua variabel dari metode harus diperhitungkan, seperti jenis atau
matriks contoh, cara penyiapan contoh dan cara evaluasi data.
2.2 Parameter Uji Validasi Metode
Dalam proses validasi metode, parameter-parameter unjuk kerja metode ditentukan
dengan menggunakan peralatan yang memenuhi spesifikasi, bekerja dengan baik dan terkalibrasi
secara memadai. Secara umum, validasi metode mencakup penentuan yang berkaitan dengan alat
dan metode (Nugroho, 2006). Prosedur analisis yang harus divalidasi meliputi beberapa jenis
pengujian, yaitu adanya pengotor, uji limit untuk mengendalikan keberadaan pengotor, serta uji
kuantitatif komponen aktif atau komponen lain dalam produk obat-obatan. Selain itu, terdapat 8
parameter validasi metode analisis, yaitu spesifisitas, ketelitian, ketepatan, linearitas, kisaran,
limit deteksi, limit kuantitasi, dan ketangguhan.
A. Ketepatan (Accuracy)
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit
4
yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di
dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi
hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Gandjar, 2007).
Ketepatan suatu metode analisis didefinisikan sebagai kedekatan hasil yang diterima (baik
sebagai nilai teoretis maupun sebagai nilai rujukan yang diterima) dengan nilai yang diperoleh
dari hasil pengukuran (ICH 1995 diacu dalam Chan 2004). Ketepatan dinyatakan sebagai
perolehan kembali yang ditentukan dengan cara menambahkan sejumlah tertentu standar dari
analit yang akan diukur ke dalam contoh. Perolehan kembali (%) yang dapat diterima menurut
ICH adalah 98102%. ICH juga mensyaratkan minimum 9 kali pengukuran pada 3 tingkat
konsentrasi yang berbeda.
Accuracy dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-
placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method) (Riyadi,
2009). Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di
dalam keseluruhan tahapan analisis. Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni
ditambahkan ke dalam plasebo, lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
Recovery dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan
biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai
120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi (Riyadi, 2009). Perhitungan perolehan kembali ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut:
% Perolehan Kembali =
CF = konsentrasi total sampel yangdiperoleh dari pengukuran
CA = konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = konsentrasi analit yang ditambahkan
B. Keseksamaan (Precision)
Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang
pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presicion diukur sebagai
simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Ketelitian prosedur analisis
5
menyatakan kedekatan hasil dari sederet pengukuran yang diperoleh dari contoh yang homogen
pada kondisi tertentu (ICH, 1995). Ketelitian dinyatakan dengan 3 cara, yaitu keterulangan
(repeatability), ketelitian intermediet (intermediet precision), dan ketertiruan (reproducibility).
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama
pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Keterulangan merupakan pengukuran
ketelitian dengan metode, peralatan, dan laboratorium yang sama pada selang waktu tertentu.
Ketelitian intermediet dilakukan dalam laboratorium yang sama, namun dengan operator dan
peralatan yang berbeda serta pada hari yang berlainan. Ketertiruan merupakan pengukuran
ketelitian yang dilakukan dengan peralatan, operator, dan laboratorium yang berbeda. Biasanya
analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan,
pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan terhadap sampel-sampel yang
diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama. Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan
tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah
sampel, dan kondisi laboratorium (Riyadi, 2009).
Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4,.....................xn, maka simpangan bakunya adalah
SD =
Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah:
KV = SD x 100%
Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel yangdiambil dari
campuran sampel dengan matriks yang homogen.
C. Linearitas dan rentang
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran konsentrasi
tertentu. Sedangkan rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang
sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa sel larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer & Miller, 2005).
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam contoh pada kisaran konsentrasi tertentu.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standar
6
yang telah diketahui konsentrasinya. Linearitas juga dapat diketahui dari kemiringan garis,
intersep, dan residual (Ermer & Miller, 2005). Residual menyatakan besarnya penyimpangan
yang terjadi antara nilai yang terukur (y) dan nilai teoretis yang dihitung dari persamaan regresi
(). Plot antara residual dan konsentrasi dibuat untuk mengetahui distribusi residual secara
statistik. Jika residual terdistribusi secara normal (rerata mendekati nol dan berbentuk linear),
maka persamaan regresi dapat dikatakan mempunyai bentuk yang benar.
Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari metode kuadrat
terkecil, yaitu y = a + bx. Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien
korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linearitas suatu metode analisis. Penetapan
linearitas minimum menggunakan lima konsentrasi yang berbeda. Nilai koefisien korelasi yang
memenuhi persyaratan adalah lebih besar dari 0.9970 (ICH, 1995). Linearitas juga dapat
diketahui dari kemiringan garis, intersep, dan residual (Ermer & Miller, 2005).
D. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur
zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada
dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan
(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang
ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan
dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika
cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas
dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji
urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian
kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry.
Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas (Riyadi, 2009)
E. Batas Deteksi dan Batas Kuantisasi
Limit deteksi (LD) merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam contoh yang
dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitasi (LK)
adalah jumlah analit terkecil dalam contoh yang dapat ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitasi merupakan parameter pengujian kuantitatif
untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan adanya pengotor atau degradasi produk (ICH 1995). Limit deteksi dan limit
7
kuantitasi dihitung dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang
diperoleh.
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu
menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas
tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada
analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali
lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk
perhitungan:
Q = batas deteksi atau batas kuantisasi
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantisasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari
kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a +
bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.)
1) Batas deteksi (Q). Karena k=3 atau 10
Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka
2) Batas Kuantitasi (Q)
F. Ketangguhan metode (rugged-ness)
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis
sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen,
bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak
adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode
merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.
8
Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu sampel yang
homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi yang
berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang
sama. Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan
(Harmita, 2004).
G. Kekuatan (Robustness)
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil
dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh,
perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi
tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak ( 0,2 unit), dan
perubahan temperatur kolom ( 2 - 3 C). Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan
laboratorium. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil
bila diganti atau diubah. Faktor orisinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan
nilai faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi yang
telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan (Harmita, 2004).
2.3 Analisis Asosiasi dalam Validasi Metode
Analisis asosiasi merupakan sebuah cara dalam pengolahan data statistik yang digunakan
apakah sebuah variabel mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel lainnya. Korelasi
disebut juga koefisien korelasi, merupakan nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan
linier antara dua variabel. Analisis korelasi dan regresi sering digunakan sebagai alat analisis
dalam uji asosiasi.
Berikut contoh analisis asosiasi dalam validasi metode uji kadar hydrazin dalam air
menggunakan spektrofotometer uv-vis
No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0 0
2 0.1 0.0752
3 0.2 0.1502
4 0.3 0.2286
5 0.4 0.3064
6 0.5 0.3886
7 1 0.771
9
PERHITUNGAN EXCEL
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.999963835
R Square 0.99992767
Adjusted R Square 0.999913205
Standard Error 0.00238488
Observations 7
r tabel : ( , n-2 ) = (0.05,5)
r tabel = 0.669
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 0.39314795 0.39314795 69123.06 1.5107E-11
Residual 5 2.84383E-05 5.68765E-06
Total 6 0.393176389
F tabel: 6.607890969
y = 0.7735x - 0.002
R = 0.9999
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
a
b
s
o
r
b
a
n
s
i
konsentrasi (ppm)
Konsentrasi vs Absorbansi
Konsentrasi vs Absorbansi
Linear (Konsentrasi vs
Absorbansi)
10
Coefficients Standard Error t Stat P-value
Intercept -0.001956522 0.001384374 -1.413289817 0.216693
X Variable 1 0.773478261 0.002941959 262.9126564 1.51E-11
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -0.00551517 0.001602 -0.00552 0.001602
X Variable 1 0.765915714 0.781041 0.765916 0.781041
RESIDUAL OUTPUT
Observation Predicted Y Residuals Standard Residuals
1 -0.001956522 0.001956522 0.898687676
2 0.075391304 -0.000191304 -0.087871684
3 0.15273913 -0.00253913 -1.166296895
4 0.230086957 -0.001486957 -0.683002634
5 0.307434783 -0.001034783 -0.475305926
6 0.384782609 0.003817391 1.75343951
7 0.771521739 -0.000521739 -0.239650047
PERHITUNGAN MANUAL
No.
Konsentrasi
(X)
Absorbansi
(Y)
Xi-X (a) Yi-Y (b) (xi-x)^2 (yi-y)^2 a.b
1 0 0 -0.357142 -0.27429 0.127551 0.075233 0.097959
2 0.1 0.0752 -0.257142 -0.19909 0.066122 0.039635 0.051193
3 0.2 0.1502 -0.157142 -0.12409 0.024694 0.015397 0.019499
4 0.3 0.2286 -0.057142 -0.04569 0.003265 0.002087 0.002611
5 0.4 0.3064 0.042857 0.032114 0.001837 0.001031 0.001376
6 0.5 0.3886 0.142857 0.114314 0.020408 0.013068 0.016331
7 1 0.771 0.642857 0.496714 0.413265 0.246725 0.319316
jumlah 2.5 1.92 0 0 0.657143 0.393176 0.508286
rata-
rata 0.357142857 0.274285714
SSxx SSyy Ssxy
11
Slope =
= 0.773478261
Intercept = Yrata-rata (slope x Xrata-rata)
= 0.274285714 (0.773478261 x 0.357142857)
= -0.001956522
R =
= 0.9999647821
SSE residu =
= 0.508286 (0.773478261 x 0.508286)
= 2.84383x10
-5
SSE regresi =
= 0.508286 2.84383x10
-5
= 0.39314795
MSE residu =
= 5.6876510
-6
MSE regresi =
= 0.39314795
F hitung =
=
= 69123.06489
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat dianalisis asosiasi sebagai berikut
a) Persamaan garis linear : y = 0.773x - 0.002
b) Uji regresi
Hipotesa: Ho = tidak ada hubungan antara konsentrasi hydrazine dan Absorbansi
Hipotesa: Ha = ada hubungan antara konsentrasi hydrazine dan absorbansi
Karena F hitung (69123.06) > F tabel (6.607890969), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara konsentrasi hydrazine dan absorbansi dimana konsentrasi hydrazine
mempengaruhi absorbansi .
c) Uji Korelasi
12
Hipotesa: Ho = tidak ada korelasi signifikan antara variabel X (konsentrasi hydrazine) dan
variabel Y (absorbansi)
Hipotesa: Ha = ada korelasi signifikan antara variabel X (konsentrasi hydrazine) dan variabel
Y (absorbansi)
Karena r hitung (0.999) > r tabel (0.669), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara konsentrasi hydrazine dan absorbansi dimana absorbansi sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Validasi metode analisis adalah suatu proses penilaian terhadap metode analisis
tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode
tersebut memenuhi persyaratan untuk digunakan.
2. Parameter unjuk kerja pengujian antara lain adalah presisi (keseksamaan), akurasi
(kecermatan), spesifisitas, batas deteksi dan batas kuantisasi, linearitas dan rentang,
kekuatan dan ketangguhan.
3. Analisis asosiasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan uji regresi.
Berdasarkan contoh dalam validasi metode uji kadar hydrazin dalam air menggunakan
spektrofotometer uv-vis, dapat disimpulkan bahwa:
a. Uji regresi : terdapat hubungan antara konsentrasi hydrazine dan absorbansi
dimana konsentrasi hydrazine mempengaruhi absorbansi .
b. Uji korelasi : terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi hydrazine dan
absorbansi dimana absorbansi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chan, C.C. Lam, Herman. Lee, Y.C. and Zhang, Xue-Ming. 2004. Analytical Method Validation
and InstrumentPPerformance Verification. Canada: John Wiley & Sons..
Ermer, J. H. and Miller, McB. 2005. Method Validationiin Pharmaceutical Analysis. A Guide to
Best Practice. Weinheim: Wiley-Vch. Verlag Gmb H&Co.
Gandjar, G. I & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian Vol. 1, No. 3.
International Conference on Harmonization. 2005. Validation of Analytical Procedures: Text and
Methodology Q2((R1). Tersedia di http://www.ich.org.[diakses tanggal 06 Mei 2014].
Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. Tersedia dihhttp://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/[diakses tanggal 06 Mei
2014].