Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tuberkulosis (TB) masih
sering dijumpai. Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008
Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika
Selatan dan Nigeria. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian
dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga dari populasi
dunia sudah tertular infeksi TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif
(15-55 tahun) (WHO, 2009) .
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini
tergolong tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB, selain itu terdapat 9,4 juta
kasus baru TB. Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000
penduduk. Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi
38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu
disebabkan implementasi strategi DOTs (Directly observed treatment, short course) di
Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan hasil cukup baik (Depkes, 2010) .
Selain menginfeksi paru, Mycobacterium tuberculosis juga menginfeksi organ lain
seperti peritoneum. Di Indonesia tuberkulosis peritoneal (TB peritoneal) juga sering
dijumpai. Hal ini disebabkan dengan status gizi Indonesia yang masih kurang baik. Namun,
di negara maju, TB peritoneal saat ini juga cendrung meningkat dengan meningkatnya
penderita AIDS dan imigran (Zain, 2009) .
TB peritoneal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menginfeksi bagian ekstrapulmonal yaitu abdomen. Penyakit ini jarang
berdiri sendiri, biasanya merupakan kelanjutan proses tuberkolosis tempat lain terutama paru.
Namun, sering kali waktu diagnosa ditegakkan, proses tuberkulosis di paru sudah tidak
kelihatan lagi. TB peritoneal sering tidak terdiagnosa atau terlambat didiagnosa. Hal ini
karena TB peritoneal tidak mempunyai gejala spesifik dan memiliki gejala yang mirip dengan
penyakit gastrointestinal lainnya, seperti imflammatory bowel disease, sirosis hati, keganasan,
dan penyakit infeksi lainnya (Zain, 2009) .
Secara umum TB peritoneal lebih sering dijumpai pada perempuan dari pada pria
dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering pada dekade ke-3 dan ke-4. TB peritoneal
dijumpai 2% dari seluruh tuberkulosis dan 59,8 % dari tuberkulosis abdominal. Di Indonesia
TB peritoneal merupakan masalah penting. Daldiyono menemukan sebanyak 15 kasus di
rumah sakit Dr.Cipto Mangkusumo J akarta selama periode 1968-1972, dan Sulaiman dirumah
sakit yang sama menemukan 30 kasus pada tahun 1975-1979. Di Medan, Zain LH
melaporkan ada 8 kasus selama 1993-1995 (Zain, 2009) .
Pada tahun 2004, Uzunkoy dkk dari departemen bedah Univesitas Harran
melakukan penelitian terhadap sebelas orang yang didignosa TB peritoneal di rumah sakit
Harran, Turki. Dengan menggunakan CT Scan mereka menemukan asites pada semua pasien
TB peritoneal. Mereka menyimpulkan abdominal TB dapat dipertimbangkan pada penderita
asites. Penelitian mereka menyarankan polimerase chain reaction ( PCR) cairan asites dapat
diperoleh dari ultrasound-guided fine needle aspiration adalah diagnosa yang mungkin
digunakan sebelum surgical intervention (Uzunkoy dkk, 2004) .
Pada tahun 2006, Vera membuat suatu laporan kasus dan menyimpulkan diagnosa
TB peritoneal harus dipertimbangkan pada penderita dengan gejala abdominal distensi
disertai dengan gejala kontitusional TB. Selain itu, pada beberapa kasus yang sulit untuk
menegakkan diagnosis pasti TB peritoneal, terapi antituberkulosis ex-adjuvan diperkenankan
(Vera, 2006) .

Hasil penelitian yang dilakukan Al Fawaz dkk di Riyad, Saudi Arabia pada tahun
2010 menyimpulkan abdominal TB pada anak tidak memiliki gejala spesifik dam sulit
didiagnosa dengan non-invasive investigation. Oleh sebab itu, laparatomi dan laparaskopi
adalah diagnosa yang pasti pada penderita abdominal TB (Al Fawas, 2010) .
Hasil penelitian Yousef Khan dkk di Rumah Sakit Umum Hamad, Qatar pada tahun
2011 menyimpulan gejala klinik dan hasil pemeriksaan USG dan CT Scan tidak spesifik pada
kasus TB peritoneal. Selain itu, kultur dari cairan asites lebih lambat mendiagnosis kasus yang
suspek TB peritoneal dari pada laparoskopi ( Khan, 2011) .
Penelitian tentang TB peritoneal masih jarang dilakukan di Indonesia. Padahal
Indonesia kasus TB peritoneal ini cukup banyak. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
tertarik meneliti tentang karakteristik TB peritoneal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan acuan tambahan dalam mendiagnosa TB peritoneal, sehingga penderita TB peritoneal
dapat diobati dengan cepat dan tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dikaji dalam karya ilmiah ini adalah

1. Bagaimana karakteristik penderita TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan
berdasarkan sosiodemografi, ada atau tidak riwayat TB paru dan kontak dengan
penderita TB, gejala dan tanda klinis, serta berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ?




1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
penderita TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam
Malik berdasarkan sosiodemografi (umur, dan jenis kelamin).
2. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam
Malik Medan berdasarkan riwayat atau kontak dengan penderita TB.
3. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam
Malik Medan berdasarkan gejala klinis.
4. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam
Malik Medan berdasarkan pemeriksaan penunjang (CT Scan, USG,
Laboratorium) .

1.4 Manfaat penelitian
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan :
1. Penelitian ini sebagai tugas akhir dalam meraih gelar sarjana dan menambah wawasan
tentang karakteristik penderita TB peritoneal bagi peneliti.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang karakteristik penderita TB
peritoneal untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dan menambah referensi di
perpustakaan.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang karakteristik penderita TB
peritoneal di bagian penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.

Anda mungkin juga menyukai