BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian High Voltage Direct Current transmission (HVDC) atau dalam istilah
Bahasa Indonesia dikenal sebagai transmisi daya arus searah (TDAS) sebenarnya sudah
dimulai sejak awal pertama kali listrik dikembangkan. Thomas Alva Edison berhasil
membuat jaringan listrik berkapasitas 6 x 100kW untuk menyalakan 1200 bohlam lampu
menggunakan arus searah pada tahun 1882. Walaupun pada perkembangannya, sistem dc
yang dikembangkan Edison ternyata kalah bersaing dengan sistem ac yang diusulkan oleh
Westinghouse dan Tesla namun sistem dc ini telah menandai dimulainya era baru, era
listrik. Lebih dari 70 tahun kemudian, sistem transmisi dc mulai dipakai kembali setelah
ditemukannya tabung mercury-arc di akhir tahun 1920-an.
Pada makalah ini akan dipaparkan secara ringkas teknologi, konfigurasi, dan
aplikasi dari transmisi daya arus searah (HVDC). Dimulai dari 20MW di Swedia,
sekarang ini sudah lebih dari 100 jalur transmisi HVDC yang aktif di dunia dengan total
kapasitas mencapai lebih dari 80GW tersebar mulai dari Amerika Utara, Skandinavia,
Jepang, China, India, Brazil, dsb. Dimulai dari tegangan 100 kV hingga sekarang
mencapai 500kV, dan 800kV sedang dalam tahap pembangunan. Beberapa proyek HVDC
yang cukup terkenal diantaranya Gotland HVDC di Swedia selain HVDC pertama juga
merupakan HVDC yang menggunakan thyristor pertama kali. Thyristor adalah suatu
bahan semikonduktor terdiri dari Dioda Lapis Empat (Four Layers Diode) dengan susunan
P-N-P-N junction. Sehingga thyristor ini dapat disebut juga sebagai PNPN Dioda. Bahan
dasar thyristor ini adalah dari silicon dengan pertimbangan jauh lebih tahan panas
dibandingkan dengan bahan germanium.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan HVDC?
b. Apakah pemilihan konfigurasi sangat bergantung pada kondisi lokal, tujuan, dan
faktor ekonomi?
c. Bagaimana pemanfaatan HVDC?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui tentang HVDC.
b. Untuk mengetahui pemilihan konfigurasi sangat bergantung pada kondisi lokal,
tujuan, dan faktor ekonomi
c. Untuk mengetahui pemanfaatan HVDC.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan High Voltage Direct Current transmission (HVDC)
Pemakaian High Voltage Direct Current transmission (HVDC) atau dalam istilah
Bahasa Indonesia dikenal sebagai transmisi daya arus searah (TDAS) sebenarnya sudah
dimulai sejak awal pertama kali listrik dikembangkan. Thomas Alva Edison berhasil
membuat jaringan listrik berkapasitas 6 x 100kW untuk menyalakan 1200 bohlam lampu
menggunakan arus searah pada tahun 1882. Walaupun pada perkembangannya, sistem dc
yang dikembangkan Edison ternyata kalah bersaing dengan sistem ac yang diusulkan
oleh Westinghouse dan Tesla namun sistem dc ini telah menandai dimulainya era baru,
era listrik. Lebih dari 70 tahun kemudian, sistem transmisi dc mulai dipakai kembali
setelah ditemukannya tabung mercury-arc di akhir tahun 1920-an. DC mulai dipakai
kembali karena teknologi tabung/mercury-arc sudah mulai mapan sehingga konverter
daya ac/dc atau dc/ac bisa dibuat, suatu hal yang tidak bisa dilakukan pada tahun 1880-an
yang mengakibatkan sistem arus searah Edison kalah dari sistem arus bolak-balik
Westinghouse. Teknologi tabung mercury-arc sendiri hanya bertahan sekitar 20 tahun
sampai ditemukannya thyristor pada sekitar tahun 1970. Thyristor ini yang menjadi dasar
perkembangan pesat dari teknologi HVDC karena bisa dibuat untuk keperluan daya besar,
dibandingkan transistor/IGBT yang dengan teknologi saat ini memiliki kapasitas daya
lebih kecil daripada thyristor. Satu dekade terakhir, perkembangan teknologi IGBT
memungkinkan konverter untuk HVDC dibuat dengan menggunakan IGBT, walaupun
kapasitas dayanya masih lebih kecil daripada sistem HVDC yang menggunakan konverter
thyristor.
Gambar 1. Perkembangan saklar statis untuk HVDC
Dimulai dari 20MW di Swedia, sekarang ini sudah lebih dari 100 jalur transmisi
HVDC yang aktif di dunia dengan total kapasitas mencapai lebih dari 80GW (Gambar 2)
tersebar mulai dari Amerika Utara, Skandinavia, Jepang, China, India, Brazil, dsb.
Dimulai dari tegangan 100 kV hingga sekarang mencapai 500kV, dan 800kV sedang
dalam tahap pembangunan. Beberapa proyek HVDC yang cukup terkenal diantaranya
3
Gotland HVDC di Swedia selain HVDC pertama juga merupakan HVDC yang
menggunakan thyristor pertama kali; Itaipu HVDC di Brazil (2 x 3150MW, +/- 500kV,
800 km) yang merupakan sistem HVDC terbesar saat ini, Kii-Channel HVDC di Jepang
(1400MV, +/- 250kV) yang menggunakan thyristor light-triggered 8kV - 3500A.
Gambar 2. Total kapasitas HVDC
2.2 Teknologi HVDC
Terdapat 2 jenis teknologi konverter ac/dc/ac yang digunakan pada sistem HVDC
saat ini. HVDC yang menggunakan Current source converter (CSC) komutasi jala-jala
menggunakan thyristor dan HVDC yang menggunakan Voltage source converter (VSC)
yang menggunakan IGBT.
Teknologi CSC-HVDC sudah sangat mapan untuk konverter berdaya sangat besar.
Untuk keperluan diatas 1000MW teknologi ini menjadi satu-satunya pilihan saat ini.
Itaipu HVDC adalah sistem HVDC terbesar saat ini yang beroperasi secara komersil
menggunakan CSC-HVDC. Proyek CSC-HVDC terbesar yang sedang dibangun saat ini
adalah Xiangjiaba Shanghai HVDC yang mentransmisikan daya 6400MW pada 800kV
sejauh 2071 km.
Komutasi jala-jala merupakan salah satu kelemahan yang ada pada CSC-HVDC,
akibatnya pada HVDC yang menggunakan CSC diperlukan jaringan arus bolak-balik yang
kuat di sisi kirim maupun sisi terima. Gambar 3 menunjukkan HVDC yang menggunakan
CSC.
4
Gambar 3. CSC-HVDC
VSC-HVDC merupakan perkembangan terbaru dari teknologi HVDC. Hampir sejak
satu dekade terakhir, beberapa proyek VSC-HVDC berhasil dibangun dan mencapai tahap
komersil. Keunggulan VSC-HVDC dibanding CSC-HVDC adalah kemampuannya untuk
komutasi tanpa bergantung kondisi jala-jala, pengaturan daya aktif dan reaktif yang
independen, serta kemampuan untuk black-start. Keunggulan tersebut membuat VSC-
HVDC menarik untuk aplikasi penyaluran daya ke beban berjarak jauh yang tidak
memiliki sumber jala-jala lokal, seperti pada anjungan lepas pantai, dsb.
Kelemahan VSC-HVDC adalah teknologi IGBT sekarang belum mampu untuk
melayani transmisi daya berkapasitas besar seperti halnya CSC-HVDC. Proyek VSC-
HVDC terbesar saat ini adalah Ciprivi Line HVDC di Namibia yang berkapasitas 300MW
pada 350kV sejauh 970 km. Gambar 4 menunjukkan HVDC yang menggunakan VSC.
]
Gambar 4. VSC-HVDC
2.3 Konfigurasi HVDC
Pemilihan konfigurasi sangat bergantung pada kondisi lokal, tujuan, dan faktor
ekonomi. Baik VSC ataupun CSC-HVDC dapat menggunakan konfigurasi yang sama,
modifikasi dapat dilakukan bergantung kondisi lokal masing-masing.
5
2.3.1 Back-to-Back
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 5. Pada konfigurasi ini gardu induk
konverter berada pada lokasi yang sama dan tidak menggunakan saluran arus searah
jarak jauh. Umumnya konfigurasi ini berfungsi sebagai interkoneksi frekuensi antara
dua sistem arus bolak-balik yang berdekatan, walaupun konfigurasi ini juga bisa
dipakai pada interkoneksi dua sistem arus bolak-balik yang memiliki frekuensi yang
sama.
Gambar 5. Konfigurasi HVDC back-to-back
2.3.2 Monopolar
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 6. Pada konfigurasi ini dua gardu
induk konverter dipisahkan menggunakan satu saluran arus searah berjarak jauh,
berbeda dengan konfigurasi back-to-back yang hanya membutuhkan satu lokasi saja.
Saluran arus searah yang dipakai hanya memiliki 1 kutub tegangan, bisa positif saja
atau negatif saja, sehingga tanah diperlukan sebagai saluran balik arus.
]
Gambar 6. Konfigurasi HVDC monopolar
2.3.3 Bipolar
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 7. Pada konfigurasi ini dua gardu
induk konverter dipisahkan menggunakan dua saluran arus bolak-balik yang berbeda
kutub tegangan, satu positif dan satu lagi negatif. Relatif terhadap tanah, konfigurasi
bipolar merupakan dua buah konfigurasi monopolar yang berbeda kutub tegangan,
sehingga masing-masing monopolar dapat dioperasikan secara independen. Pada
keadaan normal arus yang mengalir melalui tanah akan bernilai nol akibat dua kutub
monopolar yang berbeda. Keunggulan konfigurasi ini adalah salah satu kutub
tegangan tetap dapat beroperasi ketika kutub tegangan yang lainnya tidak beroperasi
6
akibat gangguan atau alasan lain. Reliabilitas konfigurasi ini lebih baik daripada
konfigurasi monopolar.
Gambar 7. Konfigurasi HVDC bipolar
2.3.4 Multiterminal
Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar 8. Konfigurasi ini adalah perluasan
dari konfigurasi bipolar dengan menempatkan gardu konverter baru di tengah-tengah
saluran bipolar. Jumlah saluran masuk di tengah-tengah konfigurasi bipolar tidak
dibatasi hanya satu, melainkan bisa banyak sesuai dengan keperluan.
Gambar 8. Konfigurasi HVDC multiterminal
2.4 Pemanfaatan HVDC
Penggunaan sistem transmisi arus bolak-balik yang sudah menyeluruh memang
memberikan keuntungan harga yang lebih kompetitif karena pasar dan produsen sudah
sama-sama mapan, dibandingkan dengan transmisi HVDC yang masih relatif lebih sedikit
pemakainya. Namun sistem HVDC akan dipandang lebih menguntungkan dibandingkan
sistem ac pada beberapa aplikasi tertentu.
7
2.4.1 Transmisi Jarak Jauh
Pada transmisi daya besar dengan jarak yang jauh, HVDC memberikan
alternatif yang kompetitif secara ekonomi terhadap sistem transmisi arus bolak-balik
Terlepas dari adanya tambahan rugi-rugi akibat penggunaan konverter dibandingkan
pada sistem arus bolak-balik, rugi-rugi saluran pada transmisi HVDC bisa lebih
kecil 30%-50% dari ekuivalen saluran arus bolak-balik pada jarak yang sama. Pada
jarak yang sangat jauh, sistem transmisi arus bolak-balik membutuhkan gardu induk
di tengah saluran dan juga kompensasi reaktif. Dibandingkan dengan transmisi arus
searah yang tidak memerlukan gardu induk intermediet. Jarak tipikal yang dianggap
pemakaian sistem HVDC akan menguntungkan secara ekonomis daripada transmisi
arus searah adalah sekitar 500 km keatas.
2.4.2 Penggunaan Kabel
Pada kasus jika penggunaan kabel diperlukan, seperti pada transmisi yang
melewati laut, atau transmisi yang dirancang bawah tanah, penggunaan HVDC
memberikan keuntungan lebih secara ekonomis daripada penggunaan kabel arus
bolak-balik. Permasalahan lain pada penggunaan kabel dengan sistem arus bolak-
balik adalah penurunan kapasitas daya kabel karena jarak yang jauh akibat daya
reaktif yang cukup tinggi. Ini dikarenakan karakteristik kabel yang memiliki
kapasitansi yang lebih besar dan induktansi yang lebih kecil daripada ekuivalen
konduktor udara.
2.4.3 Interkoneksi Frekuensi
Interkoneksi antara 2 area yang berbeda frekuensi hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan HVDC untuk menjamin kelangsungan operasi yang handal.
Contohnya adalah gardu induk Shin-Shinano 600 MW yang menghubungkan Jepang
bagian barat yang berfrekuensi 60 Hz dengan Jepang bagian timur yang berfrekuensi
50 Hz. Tidak hanya pada kasus seperti Shin-Shinano yang beda frekuensi operasi
diantara dua terminalnya, beberapa kasus lain menggunakan konverter frekuensi
HVDC untuk menghubungkan antara dua perusahaan listrik yang berbeda. Selain
untuk pengaturan aliran daya, hal ini dimaksudkan untuk melindungi area
perusahaan satu dari fluktuasi frekuensi di perusahaan tetangga disamping juga
untuk mencegah menjalarnya gangguan akibat dari perusahaan tetangga.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan makalah diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Pada makalah ini telah dipaparkan teknologi, konfigurasi, dan aplikasi dari transmisi
daya arus searah (HVDC).
2. Pada aplikasi tertentu transmisi HVDC memiliki keuntungan dibandingkan transmisi
arus bolak-balik.
3. Keunggulan teknologi VSC-HVDC dibanding CSC-HVDC adalah kemampuannya
untuk komutasi tanpa bergantung kondisi jala-jala, pengaturan daya aktif dan reaktif
yang independen, serta kemampuan untuk black-start.
4. Pemanfaatan HVDC digunakan sebagai transmisi jarak jauh, penggunaan kabel, dan
interkoneksi frekuensi.
9
DAFTAR PUSTAKA
M.P. Bahrman dan B.K. Johnson, The ABCs of HVDC Transmission Technologies, IEEE
Power & Energy Magazine.
W. Long dan S. Nilsson, HVDC Transmission: Yesterday and Today, IEEE Power &
Energy Magazine.
N. Flourentzou, V.G. Agelidis, dan G.D. Demetriades, VSC-based HVDC Power
Transmission System: An Overview, IEEE Trans. on Power Electronics.
B.R. Andersen, HVDC Transmission Opportunities and Challenges, IEEE paper.
M. Hirose, S. Hara, dan Y. Makino, Outline of the Kii Channel HVDC Link, IEEE paper.
*Gambar sampul diambil dari http://pterra.us