Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian

Untuk memperoleh berbagai informasi, dan bahkan suatu kebenaran, seseorang dapat
menggunakan banyak cara dari yang paling sederhana sampai dengan cara yang paling
kompleks. Cara-cara sederhana meliputi membaca, mendengarkan, bertanya, coba-coba,
perenungan, dan cara yang kompleks adalah penelitian. Penelitian bukan merupakan hal
baru dan asing di telinga kita, tetapi penelitian merupakan hal yang sudah kita kenal dan
lakukan meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan pengertian yang sebenarnya.
Katakanlah, kurang memenuhi prinsip-prinsip dan kaedah penelitian yang sebenarnya.
Bila seseorang belum mengetahui di mana lokasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
berada, ada beberapa cara yang dapat digunakannya, seperti menghubungi dan bertanya
pada pusat informasi, atau membaca peta kota Jakarta. Sebaliknya, bila seseorang ingin
mengetahui bagaimana pengaruh media elektronik terhadap pola berbahasa Indonesia
penduduk Jakarta; atau efektifitas penggunaan gambar dalam pengajaran bahasa Inggris
untuk anak-anak TK, maka cara yang dilakukannya adalah penelitian, mengapa? Karena
permasalahan tersebut memiliki kompleksitas yang sangat tinggi, dan cara-cara sederhana
tidak mampu memberikan jawaban yang akurat dan berterima bagi semua pihak

Jadi penelitian dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang tersusun


secara sistematis dan prosedural untuk menemukan suatu kebenaran, membuktikan teori
atau asumsi-asumsi yang sudah ditemukan, dan atau menyelesaikan suatu masalah.

Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger (1993) dalam Mahsun adalah:

penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap objek sasaran yang
berupa bunyi tutur (bahasa).

Sistematis berarti bahwa rangkaian kegiatan penelitian itu terkait satu sama lain,
keberadaan satu unsur tergantung pada unsur lain; sedangkan prosedural berarti berarti
bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian tersebut harus dilakukan secara bertahap.
Melalui pola interakasi antarunsur tersebut, temuan penelitian memiliki objektivas yang
lebih tinggi daripada cara-cara yang sederhana. Artinya, bila dua orang peneliti
melakukan kajian terhadap suatu masalah dengan responden dan metode yang sama tentu
akan memperoleh hasil yang relatif sama.

Masalah Penelitian:

Mc Guigan (dikutip dari Sevilla dkk., 1993 :4) menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada
tiga keadaan yang dapat memunculkan masalah, yaitu:

a) Adanya informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam


pengetahuan kita kesenjangan dalam pengetahuaan kita;
b) Ada hasil-hasil penelitian yang bertentangan; dan
c) Ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskanna melalui penelitian.
B. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang yang
berbeda, seperti data, tujuan, sifat, bidang kajian, metode, tempat, dan subjek penelitian.
Tentu saja, dalam klasifikasi tersebut dapat terjadi suatu jenis penelitian dapat menjadi
bagian dari kelompok penelitian lain.

1) Berdasarkan data yang penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
mengandalkan data numerik sebagai dasar analisis dan pemecahan masalah yang
sedang dikaji, seperti penelitian eksperimental dan korelasional. Sebaliknya,
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengandalkan data verbal dan
nonnumerik lainnya sebagai dasar analisis dan pemecahan masalah yang sedang
dikaji, seperti analisis isi, analisis wacana, dan penelitian naturalistik.

Contoh penelitian kuantitatif:


- “Hubungan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa SMA di Bali” (Korelasi)
- “Efektivitas diskusi kelompok dalam pengajaran puisi komtemporer Amerika
pada semester VI di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN” (Eksperimen)

Yang pertama termasuk dalam penelitian kuantitatif karena data kedua


variabelnya: pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
berupa skor yang diperoleh melalui alat ukur tes tertulis. Selanjutnya, kedua skor
variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi dan regresi
sederhana untuk menolak atau menerima hipotetsis yang diajukan. Yang kedua juga
termasuk penelitian kuantitaif karena data yang dibutuhkan untuk melihat efektivitas
diskusi kelompok dalam pengajaran puisi kontemporer adalah skor mahasiswa yang
diperoleh melalui tes pemahaman puisi. Selanjutnya skor tersebut dianalisis dengan
statistik uji-t atau chi-square untuk menolak atau menerima hipotetsis yang diajukan.

Contoh penelitian kualitatif:


- “Perbandingan antara pengembangan plot pada novel-novel romantis dan
patriotisme pada masa perang dunia I di Inggris” (Analisis isi)
- “Prilaku berbahasa Indonesia mahasiswa UIN yang berasal dari daerah”
(Naturalistik)
Yang pertama termasuk dalam penelitian kualitatif karena data mengenai
pengembangan plot merupakan data verbal yang diperoleh melalui diri peneliti
sebagai instrumen penelitian

Definisi:
Penelitian kuantitif ini menekankan pada fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi desain penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
stuktur dan percobaan terkontrol (Donald Ari, 2008:53).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok (syaodih, 2005 : 60).

2) Berdasarkan Tujuan ingin yang dicapai, terdapat beberapa jenis penelitian yang
dapat digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran, seperti:
a) Penelitian Historis, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang telah terjadi
pada masa lampau.
b) Penelitian Eksploratif, bertuan untuk menjajaki dan menggali hal-hal yang belum
pernah diketahui dan bahkan sama sekali tidak diketahui. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mencari data sebanyak-banyaknya, yang dapat dijadikan dasar
hipotesis selanjutnya. Contohnya: Pernyataan “Mutu guru saat ini kurang baik”
dan kita bertanya dimana letak kesalahannya? Maka banyak faktor yang harus
diteliti.
c) Penelitian Deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena
alam yang terjadi dan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. maka
penelitian tersebut dinamakan penelitian deskriptif
d) Penelitian Eksperimen lebih mengarah pada kajian yang berupaya untuk
menjelaskan sesuatu bila hal-hal lain dikontrol.
e) Penelitian Evaluatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan
evaluasi terhadap suatu peristiwa, kegiatan, atau kebijakan yang sedang berjalan.
f) Penelitian Korelasi (Correlational Research) Tujuan dari penelitian ini untuk
hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara saru
dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
keberartian (signifikansi) secara statistik.Adanya korelasi antara dua variabel atau
lebih, tidak berarati adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi daam
suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya.
Korelasi negatif berarati nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan
dengan nilai yang rendah dalam variabel lainnya.
g) Penelitian Komparatif (Comparative Research)

Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua
kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti.
Contoh-contoh penelitian:
• “Tinjauan historis terhadap kematian bahasa-bahasa suku pedalaman di Papua”
(Historis)
• “Pengajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi berbasis kompetensi di SMA
Modern Jakarta Utara” (Deskripstif komparatif)
• “Pengembangan model kajian kesusasteran Indonesia berbasis nilai-nilai sastra
daerah” (Eksploratif)
• “Pengaruh manejemen kelas terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris
Siswa kelas VI SDN di Jakarta Selatan” (Eksperimen)
• “Tinjauan terhadap pemberlakukan kurikulum berbasis kompetensi dalam
pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi” (Evaluatif)

3) Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya, penelitian dibedakan menjadi tiga, yakni


penelitian kepustakaan (library research), lapangan (field research), dan laboratorium
(laboratory research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang sebagian
besar kegiatannya dilakukan di dalam perpustakaan sebagai sumber data utama.
Penelitian laboratorium merupakan penelitian yang sebagian besar kegiatannya, baik
pengumpulan maupun analisis datanya dilakukan di dalam laboratorium. Penelitian
lapangan merupakan penelitian yang sebagian besar kegiatannya dilakukan di luar
laboratorium dan perpustakaan, seperti di sekolah, di kampung, di pasar, atau
pegunungan tempat data yang dibutuhkan berasal. Contoh penelitian kepustakaan:
“Studi perbandingan antara strukturalisme dan poststrukturalisme dalam kajian karya
sastra novel” “Perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Inggris kuno dan modern
pada tataran struktural” Contoh penelitian laboratorium: “Perbandingan kualitas
pelafalan bahasa Inggris antara mahasiswa jurusan BSI UIN yang berasal dari Jawa
Timur dan Sumatera Barat”

4) Berdasarkan sifatnya, penelitian dibedakan menjadi penelitian murni/dasar (pure


research) dan terapan (applied research). Penelitian murni merupakan kajian yang
dilakukan untuk mencari hal-hal, teori, atau temuan-temuan baru. Sebaliknya,
penelitian terapan merupakan kajian yang dilakukan untuk menemukan teori-teori
baru berkenaan dengan aplikasi teori lain.

C Data Penelitian:

Data adalah bahan mentah penelitian, maka di dalam data terkandung objek
penelitian, Data = Objek penelitian + Konteks

Contoh: Objek Penelitian adalah prefiks Me(N), maka data penelitian adalah keseluruhan
kemungkinan munculnya prefiks Me (N) dan kata-kata dasar yang diimbuhinya.

Penelitian Sinkronis (synchronic) : Mengkaji ssstem bahasa pada satu waktu tertentu
(biasanya deskriptif)
Penelitian Diakronis (diachronic) : Menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke
masa yang lain, serta perbandingan bahasa dari satu masa ke masa yang lain.

D Metode dan teknik penyediaan data penelitian Sinkronis:

1) Metode Simak (observation), dapat dilakkan pada data lisan maupun tulisan, diikuti
dengan teknik simak libat cakap/ participatory observation (berpartisipasi dalam
pembicaraan sambil menyimak, peneliti terlibat dalam dialog), teknik simak bebas
libat cakap / non-participatory observation (hanya menyimak wujud bahasa),
Teknik lanjutannya adalah catat (note taking) atau rekam (recording).

2) Metode Cakap (interview) : dapat berupa cakap semuka (direct interview) atau tansemuka
(dapat melalui telepon atau media lainnya) yaitu data diperoleh dari percakapan peneliti
dan informan. Teknik lanjutannya adalah teknik pancing yang dapat berupa daftar Tanya
atau spontanitas.
Teknik bawahan:
- teknik lesap (deletion) misalnya mnghilngkan salah satu unsur
dari kalimat dan melihat apakah berterima/tidak.
- Teknik ganti (substitution).
- Teknik perluas (extending).
- Teknik sisip (insertion).
-
3) Metode Introspeksi (introspective method): metode penyediaan data dengan
memanfaatkan intuisi kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa ynag dikuasainya
( bahasa ibu) untuk menyediakan data bagi analisis sesuai tujuan penelitian
biasanya dalam penelitian sastra.

4) Metode Survei (survey): Metode penyediaan data yang dilakukan melalui


penyebaran kuisioner atau daftar tanyaan yang terstruktur dan rinci untuk
memperoleh informasi dari sejumlah besar informan yang dipandang representatif
untuk mewakili populasi penelitian (Wiseman dan Aron, 1970), biasanya untuk
peneltian sosiolinguistik

E. Metode Analisis data pada penelitian Sinkronis:

a) Metode Padan Intralingual: metode analisis dengan menghubung-bandingkan


unsure-unsur yang bersifat lingual baik dalam satu bahasa maupun bahasa yang
berbeda. Mencari persamaan dan perbedaan
b) Metode padan extralingual: Menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, yaitu
unsure bahasa dengan unsur luar bahasa (referen, fonetik artikulatoris, budaya
dll.)

F. POPULASI DAN SAMPEL

Pengertian Populasi dapat diartikan sejumlah kasus yang memenuhi syarat-syarat


tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus, dalam hal ini dapat diartikan
sebagai orang, barang, binatang, hal ataupun peristiwa. Populasi dibedakan menjadi dua.
Populasi takterhingga (takterjangkau) yakni populasi yang berisikan kasus yang
takterhingga jumlahnya, sehingga sensus sama sekali tidak dapat dilakukan. Populasi
terhingga (terjangkau) yakni populasi yang berisikan kasus yang terhingga jumlahnya,
sehingga sensus dapat dilakukan. Meskipun demikian, dalam populasi terhingga sensus
seringkali tidak dapat dilakukan.

• Pengertian sampling

Idealnya kita meneliti semua unit analisis dalam populasi. Namun itu sering tidak
mungkin dilaksanakan, terutama jika populasinya sangat besar, misalnya jumlah
penduduk satu kabupaten, satu provinsi, atau bahkan satu negara. Untuk itu dilakukan
sampling, yaknik metode atau teknik pengambilan unit analisis dari populasi untuk
dijadikan bahan studi lebih lanjut. Meskipun hanya diambil sebagian, diharapkan jumlah
atau besarnya ukuran sampel yang ditetapkan, akan bisa mewakili semua unsur dalam
populasi.
Efisiensi sampling
Hal ini banyak berkaitan dengan masalah

Sampling nonprobabilitas
Dikenal ada dua metode sampling, yakni sampling probabilitas dan sampling
nonprobabilitas. Yang pertama merupakan teknik pengambilan sampel yang
mendasarkan diri pada prinsip undian atau prinsip kerandoman, sedangkan yang kedua
merupakan teknik sampling yang didasarkan atas pertimbangan tertentu yang bukan
berdasar prinsip kerandoman. Semua sampling yang tidak berdasarkan prinsip
kerandoman, tidak berlaku untuk semua jenis perhitungan-perhitungan statistik.
Samping nonprobabilitas adalah sampling yang tidak didasarkan pada prinsip
kerandoman (tidak acak). Unit analisis pada sampel dalam suatu populasi dipilih secara
langsung oleh peneliti tanpa memperhatikan sistem undian atau peluang. Karena prinsip
sampling seperti itu tidak mempertimbangkan prinsip kerandoman, maka secara teori hal
ini tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kondisi populasi. Biasanya sampling
seperti ini hanya untuk kepentingan studi lanjutan saja.
Berikut adalah jenis-jenis sampling nonprobabilitas:

(a) Convenience sampling (sampling seenaknya): Disebut juga sampling kebetukan


(insidental sampling). Peneliti hanya memilih orang-orang terdekat saja yang
dijadikan responden. Memang sangat efisien dalam waktu maupun biaya, namun
tentu saja tidak akurat.

(b) Sampling quota: Sampling kuota terjadi pada sampling strata. Bedanya di sini
peneliti hanya menetapkan jumlah tertentu dalam pengambilan sampelnya untuk
masing-masing strata, sehingga terpenuhi jumlah yang diinginkan.

(c) Sampling purposif: Peneliti tidak perlu memiliki kuota, akan tetapi dengan
memilih orang-orang tertentu saja, karena berdasarkan pertimbangan tertentu
pula, bisa dianggap mewakili populasi. Misalnya mengambil sampel dengan
menetapkan kepala sekolah saja untuk diwawancarai perihal kebijakan-kebijakan
sekolah dan peraturan-peraturannya. Jadi jumlah dan sampelnya ditetapkan lebih
awal.

• Sampling probabilitas

Di muka sudah disebut bahwa sampling probabilitas adalah sampling yang didasarkan
atas prinsip kerandoman atau undian. Semua unit analisis mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Sampling probabilitas ini bisa digunakan untuk mendukung
perhitungan-perhitungan statistik inferensial. Berikut adalah jenis-jenis sampling
probabilitas dimaksud:

(a) Random sampling: Dikenal juga sebagai simple random


sampling (sampling random sederhana, disingkat SRS). Sampling jenis ini paling
banyak dikenal orang. Setiap orang dalam populasi mempunyai peluang yang
sama untuk dipilih menjadi sampel.Populasi Homogen
(b) Systematic sampling: Sampling sistematik masih
menggunakan kerangka sampling/sampling frame (daftar populasi yang bernomor
urut) . Bedanya, hanya unsur pertama saja yang dipilih, selanjutnya unsur
berikutnya ditentukan berdasarkan selang atau jarak tertentu hasil perhitungan.
Misalnya jumlah populasinya adalah 2000 orang, sedangkan ukuran sampelnya
adalah 200 orang, maka jarak perbandingannya (sampling ratio) adalah
2000/200=10. Angka 10 inilah yang dijadikan dasar untuk penentuan jarak
pengambilan sampel. Misalnya unsur yang pertama yang diundi jatuh pada angka
15, maka unsur berikutnya adalah 25, selanjutnya berturut-turut berselang
sepuluh, sehingga jatuh pada angka 35, 45, 55, dst., sampai jumlahnya terpenuhi
sesuai dengan ukuran sampel yang sudah ditetapkan. Jenis sampling ini agak sulit
dilaksanakan jika ukuran populasinya sangat besar, misalnya puluhan ribu bahkan
ratusan ribu unit.
(c) Stratified random sampling: Orang juga menyebutnya
dengan sampling strata atau stratifikasi. Samping ini diperoleh dengan membagi
populasi dengan kelompok-kelompok kecil yang disebut strata, dan peneliti
mengambil sampelnya dari masing-masing strata ini dengan cara random
sederhana. Strata dalam populasi ada juga dan sering yang menggambarkan
urutan atau ranking, seperti mahasiswa yang dilihat dari aspek angkatan
masuknya, namun tetap masih mempunyai sifat mutually exclusive (terpisah,
mandiri). Ciri-ciri random masih ada meskipun telah dibagi-bagi ke dalam strata
atau subpopulasi.

 Syaodih Nana Sukamadinata, Prof, Dr. 2005. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: UPI dan Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai