Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. Yodie Artha Namara
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kersan Rt 04 desa Tirtonirmolo, Kasihan,
Kab.Bantul
No. Rekam Medis : 01.5596
Tanggal kunjungan ke Puskesmas terakhir : 04Februari 2014

II. ANAMNESIS HOLISTIK (Autoanamnesis)
ASPEK KLINIS
1. Keluhan utama : nyeri kepala belakang
2. Keluhan tambahan : (-)
3. Riwayat penyakit sekarang
Seorang laki-laki berusia 71 tahun datang ke Puskesmas Ngampilan
dengan keluhan utama nyeri kepala belakang dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu. Nyeri kepala belakang yang dirasakan tidak samapi
mengganggu aktivitas. Nyeri berkurang apabila pasien beristirahat.
Mual (-), muntah (-), dan demam (-). Gangguan penglihatan (-)
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat trauma kepala : disangkal
c. Riwayat penyakit asma : disangkal.
d. Riwayat penyakit hipertensi : (+) mulai kontrol rutin sejak
3 tahun yang lalu
e. Riwayat penyakit DM : disangkal.
f. Riwayat penyakit jantung : disangkal.
g. Riwayat alergi : disangkal.
h. Riwayat operasi sebelumnya : disangkal.

ASPEK RESIKO INTERNAL
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit asma : disangkal.
b. Riwayat penyakit hipertensi : (+) saudara kandung pasien
c. Riwayat penyakit stroke : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit DM : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal.

ASPEK RESIKO EKSTERNAL
6. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : pernah selama 15 tahun
(usia 17 tahun - 42 tahun), sekarang sudah berhenti total.
b. Riwayat minum alkohol : disangkal
c. Riwayat minum obat bebas (NAPZA) : disangkal.





7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien memiliki mantan istri dengan 1 orang anak laki-laki dan 2 orang
anak perempuan. Pasien tinggal sendiri di rumah kontrakan. Pasien
memiliki usaha penjualan pulsa yang letaknya tidak terlalu jauh dari
tempat dia tinggal. Untuk menopang kehidupan sehari-harinya pasien
mengandalkan hasil dari penjualan pulsa dan uang pensiunan yang rutin
diperoleh setiap bulannya. Penghasilan yang dia peroleh cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Interaksi pasien dengan tetangga
sekitar baik. Kediaman pasien dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan. Pasien memiliki asuransi kesehatan.

ASPEK PERSONAL
a. Alasan kedatangan
Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Ngampilan untuk
mengontrontrol penyakit hipertensinya. Pada saat yang bersamaan
pasien juga merasakan nyeri kepala belakang.
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Hipertensi adalah suatu penyakit dimana tekanan darah seseorang
melebihi batas normal. Pasien hanya mengetahui salah satu dari
sekian banyak faktor pencetus hipertensi yaitu stress. Pasien belum
paham sepenuhnya tentang penyakit hipertensi.
Nyeri kepala belakang diakibatkan oleh kurangnya waktu tidur dan
berkaitan dengan penyakit hipertensi yang dideritanya.
c. Harapan pasien
Pasien berharap tekanan darahnya terkontrol dan berada dalam
batasan yang normal. Keluhan nyeri kepala belakang yang
dirasakannya selama 1 minggu ini dapat segera hilang.
8. Review anamnesis sistem
a. Keluhan utama : nyeri kepala belakang
b. Penglihatan : baik, melihat bintik atau garis hitam (-).
c. Pendengaran : telinga berdenging (-), sekret berbau (-).
d. Pencernaan : mual(-), muntah(-), nyeri perut(-), BAB
cair(-),
BAB darah(-).
e. Pernafasan : sesak nafas(-), batuk (-).
f. Cardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada(-).
g. Endokrin : tangan gemetar(-),berat badan sulit naik
(-), banyak minum(-), banyak makan(-), banyak BAK(-).
h. Perkemihan : BAK darah(-), nyeri saat BAK(-), nyeri
pinggang(-).
i. Reproduksi : disfungsi ereksi(-), kelainan organ
reproduksi (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : baik, tampak sakit ringan.
2. Kesadaran : compos mentis.
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Nadi : 88 x/menit.
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu : 36,8C.
Derajat Nyeri : 2
4. Status Gizi
Berat badan : 55 kg.
Tinggi badan : 172 cm.
BMI = BB (kg) / TB (m)
2
= 18,59 (normal).
BMI <18 = kurus.
BMI 18-23 = normal.
BMI 23-25 = pre-obesitas.
BMI >25 = obesitas.

Status gizi berdasarkan rumus Broca :
BB ideal : (TB cm 100) = 172-100 = 72 kg.
BB aktual : 55 kg.
Status gizi : (BB aktual / BB ideal) x 100%
: (55/72) x 100% = 76,38%.
Jenis Kelamin : laki-laki (71 tahun)
Aktivitas : ringan-sedang





5. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
- Mata : alis tampak simetris, palpebra tak tampak kelainan, sekret (-),
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), injeksi silier (-), kornea tampak
bening (+), lensa mata tampak putih keruh (-/-).
- Hidung :krepitasi (-), deformitas (-), massa (-), discharge (-/-).
- Telinga : deformitas (-), massa (-), tanda inflamasi (-), discharge (-/-
).
- Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-), gigi lengkap namun gigi
seri no. 2
kanan patah setengah.
b. Pemeriksaan leher
Limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat.
c. Pemeriksaan thorax
- Cor : ictus cordis teraba di SIC V linea mid clavicula sinistra, tidak ada
pergeseran dari batas-batas jantung, bunyi jantung S1 dan S2 reguler,
bising (-), gallop (-).
- Pulmo :
Paru-paru kanan Paru-paru kiri
-inspeksi: dinding dada
simetris, retraksi interkostal (-),
ketinggalan gerak (-).
-inspeksi: dinding dada
simetris, retraksi interkostal (-
), ketinggalan gerak (-).
-palpasi: vocal fremitus kanan
= kiri normal.
-perkusi : sonor (+).
-auskultasi: suara dasar
vesikuler(+), ronchi basah
kasar (-), wheezing (-), ronchi
basar basal (-).
-palpasi: vocal fremitus kiri =
kanan normal.
-perkusi : sonor (+).
-auskultasi: suara dasar
vesikuler(+), ronchi basah
kasar (-), wheezing (-),ronchi
basar basal (-).
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada,benjolan (-),
venektasi (-),
spidernevi (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal.
Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-), undulasi (-).
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak
teraba.
e. Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat, edema (-/-), waktu pengisian kapiler baik kurang dari 2
detik.
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Hipertensi terkontrol dengan TTH
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Di Puskesmas Ngampilan : Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.






VI. FAMILY ASSESSMENT TOOL
1. Genogram keluarga
- Keluarga Bapak Yodie.
- Tipe keluarga : Families with schoolchildren.













http://makalahhipertensi1996.blogspot.com/
M
M
Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Lanny Sustrani, dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun
sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi
essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh
darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang
terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit
lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
B. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara psikologis maupun
biologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk. Gerakan lamban dan figur tubuh yang tidak profesional.
(Nugroho, 2008)
Usia lanjut bukan merupakan suatu penyakit dalam proses menua
tersebut bukanlah merupakan suatu penyakit yang harus ditolak dan
dihindari, sebab proses menuanya menusia merupakan proses yang alami
dan kemunduran hukum alam yang pasti terjadi. Sebagaimana yang
terdapat dalam buku tata laksana perawatan kesehatan masyarakat
dijelaskan bahwa beberapa teori tentang lanjut usia yaitu :
a. Teori psikoldinamis, menyatakan bahwa proses ketuaan merupakan
masa penurunan bertahap dan masa puncak kedewasaan seseorang
sampai kematian.
b. Teori pemisahan diri, menyatakan situasi menjadi usia lanjut secara
normal adalah merupakan suatu pemisahan (pengunduran) diri dan
orang lain dalam sistem sosial.
c. Teori Kegiatan, mengemukakan moril tinggi pada para usia ianjut
dapat dipertahankan apabila mereka ikut aktif dalam kegiatan sehari-
hari
d. Konsep pengembangan, menyatakan bahwa proses menjadi tua adalah
merupakan tahap pengembangan yang normal dan memiliki ciri-ciri
tersendiri sebagaimana tahap perkembangan sebelumnya.
a. Batas-Batas Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Usia lanjut meliputi :
a. Usia pertengah (Middle Age) ialah kelompok usia antara 45 s/d 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) ialah antara 60 s/d 74 tahun
c. Lanjut usia tua (Old) ialah antara 75 s/d 90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah diatas 90 tahun
b. Perubahan - perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia.
a. Perubahan Fisik
Perobahan Fisik seperti rambut memutih, kulit
berkerut,penglihatan dan pendengaran berkurang,tulang mudah patah,
persendian menjadi kaku dan kurang jelas, kemampuan berpikir
menurun, kekuatan jantung dan paru berkurang, sering buang air besar,
cepat lelah dan sebagamya atau secara umumnya seluruh sistem organ
tubuh fungsinya menurun.
b. Perubahan Mental
Akibat Manifestasi kemunduran kerja otak dan susunan
persyarafan orang tua sering mengeluh pelupa, tetapi mereka senang
menceritakan apa-apa pengalamannya berulang. Hal ini sering
dijumpai adalah disorientasi Perobahan waktu, tempat, dan seseorang.
Bila perobahan fungsi mental belum mengalami kelainan patologik
maka belum dikatkan dimensia. Untuk itu besar sekali peran keluarga
dan pengasuh atau perawat menerima usia lanjut.
c. Perubahan Sosial.
Perobahan sosial terutama bagi mereka memasuki usia pensiun
yang dianggap sudah terputus dengan dunia pekerjaannya sehingga
setatus sosial mereka berkurang, tingkat penghasilan rendah, dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bagi mereka yang kurang siap
menerima kenyataan ini mengalami kegoncangan yang berakibat
kurang senang berhubungan dengan tetangga, teman sebaya dan
senang menyendin serta hubungan sosial terputus.
Menurut Buku Pedoman Pembinaan Usia Lanjut bagi petugas
puskesmas dinyatakan permasalahan yang khusus yang terjadi pada
Lanjut usia
1) Proses ketuaan yang terjadi secara alami dengan Konsekwensi
timbulnya masalah mental fisik dan sosial.
2) Perobahan Sisialisasi karena Produktifitas yang mulai menurun,
berkurangnya kesibukan sosial dan integrasi dengan lingkungan.
3) Produktifitas yang menurun dengan keterampilan menurun,
namun kebutuhan hidup terus meningkat.
4) Kebutuhan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan
degeneratif yang memerlukan biaya tinggi.
5) Perubahan sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat Individualistic
Para lanjut usia kurang mendapatkan perhatian sehingga tersisih
dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar.
Berbagai upaya pembinaan kesehatan lansia telah dicanangkan
oleh pemerintah untuk kesejahteraan bagi lansia terutama lansia yang
terlantar seperti dengan menyelenggarakan Panti Jompo, sarana
pengobatan gerontik, posyandu lansia yang dilaksanakan setiap bulan
dan sebagainya.yang semuanya itu adalah untuk kesejahteraan bagi
lansia menghadapi usia lanjut yang bahagia.

C. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh
33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori
Tekanan Darah
menurut JNC 7
Kategori
Tekanan Darah
menurut JNC 6
Tekanan
Darah Sistol
(mmHg)
dan/
atau
Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - 160 atau 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 180 atau 110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang
sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan
peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong
pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diatol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal-Tinggi

< 120
< 130
130-139

< 80
< 85
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180 110
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan
140


140-149
< 90


<90
(Sumber: Sani, 2008)
c. Klasifikasi Menurut Chinese Hypertension Society
Menurut Chinese Hypertension Society (CHS) pembacaan tekanan
darah <120/80 mmHg termasuk normal dan kisaran 120/80 hingga
139/89 mmHg termasuk normal tinggi (Shimamoto, 2006).



Tabel 3
Klasifikasi Hipertensi Menurut CHS

Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
CHS-2005
< 120 < 80 Normal
120-129 80-84 Normal-Tinggi
130-139 85-89
Tekanan Darah
Tinggi

140-159 90-99 Tingkat 1
160-179 100-109 Tingkat 2
180 110 Tingkat 3
140 90 Hypertensi Sistol
Terisolasi
(Sumber: Shimamoto, 2006)
d. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)
Klasifikasi yang dibuat oleh ESH adalah:
1. Jika tekanan darah sistol dan distol pasien berada pada kategori
yang berbeda, maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan,
dan perkiraan afektivitas pengobatan difokuskan pada kategori
dengan nilai lebih.
2. Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada
hipertensi sistol-distol (tingkat 1, 2 dan 3). Namun tekanan diastol
yang rendah (60-70 mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko
tambahan.
3. Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk
memulai pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko
kardiovaskuler total.


Tabel 4
Klasifikasi menurut ESH
Kategori Tekanan
Darah Sistol
(mmHg)
Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi tahap 3 180 dan/atau 110
Hipertensi sistol
terisolasi
140 Dan < 90
(Sumber: Mancia G, 2007)
e. Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks
(ISHIB) (Douglas JG, 2003)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua
kategori yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah
berdasarkan kategori yang lebih tinggi.
2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali
atau lebih pengukuran yang diambil pada setiap kunjunga.
3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1
sampai 3 berdasarkan tekanan darah sistol ( 140 mmHg) dan
diastole ( < 90 mmHg).
4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis
karena setiap peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko
kejadian kardiovaskuler.


Tabel 5
Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB
Kategori Tekanan
Darah Sistol
(mmHg)
Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan/atau < 85
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Tahap 3 180 dan/atau 110
Hipertensi Sistol
terisolasi
140 dan < 90
(Sumber: Douglas JG, 2003)
f. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi
Indonesia (Sani, 2008).
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi
Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu
konsensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia
yang ditujukan bagi mereka yang melayani masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar
dan ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini
kebanyakan diambil dari pedoman Negara maju dan Negara
tetangga, dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia yang
berskala Nasional dan meliputi jumlah penderita yang banyak
masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan
tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan
organ target dan penyakit penyerta tertentu.
Tabel 6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan
Darah Sistol
dan/atau Tekanan
Darah Diastol
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap
1
140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap
2
160-179 Atau 100
Hipertensi Sistol
terisolasi
140 Dan <90
(Sumber: Sani, 2008)
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi
sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu
hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat
meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah
kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam
arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2001) faktor yang
mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan
garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu
sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab
spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah
keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya
ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah
keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak,
jantung dan ginjal (Mahalul Azam,2005).
D. Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah (Anggraini, 2008).








Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal
Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)










Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.
(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO)
dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-
masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai
faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas
dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah
jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat dilihat pada
bagan.
Urin sedikit pekat & osmolaritas

Mengentalkan
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler
Volume darah
Tekanan darah
Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Diencerkan dengan volume
ekstraseluler
Volume darah
Tekanan darah













Gambar 3: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah
(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)

E. Pengobatan hipertensi
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah
adalah :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.
Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan
dengan dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO)
dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama
menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi
kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali
kondisi pretreatment.
a. Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,
golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah.
Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi
Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen
diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan
terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk
mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal
ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan
tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari
dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi
vascular perifer.
b. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika
digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik
dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat
Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium
dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
c. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi
lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang
lama (hingga 6 minggu dengan spironolakton).
2. Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat
melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan
efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.
a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan
kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor
1

daripada reseptor
2
. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang
bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non
selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi
pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.
Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan
efek akan hilang jika dosis tinggi.
b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis
reseptor .
3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam
regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa
jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada
prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama
produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada
kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada
penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan
produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin
(termasuk ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain
seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-
angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,
reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti
inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.
5. Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga
mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai
otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan
reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat
menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini
(kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi
nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat
memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah.
Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung dalam level
yang lebih rendah daripada verapamil.
6. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat
reseptor
1
yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular
perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak
mengubah aktivitas reseptor
2
sehingga tidak menimbulkan efek
takikardia.
7. VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot
polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan
aliran simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung,
curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari
vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan
pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.
8. Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari
terminal simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin
terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah
jantung dan resistensi vaskular perifer .
9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
10. VASO-dilator langsung



Pengobatan hipertensi masyarakat dengan menggunakan :
a. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak
hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat
mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam
bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat
bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa
tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan
serangan jantung dan stroke.
b. Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol
dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah
tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.
c. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup
efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
d. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat
tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat
tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga
menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
e. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi
kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan
tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
f. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang
tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada
kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan
darah.
g. Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat
oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh
darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah
meningkat.
h. Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol.
Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk
kesehatan jantung













DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai