Oleh : Ir. Enny Ariani Abstrak Permasalahan utama membangun Kawasan Timur Indonesia KTI I adalah, rendahnya kualitas dan kapasitas sumber daya manusia. Terjadinya ketidakseimbangan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, antara KTI dan KBI, akibat perbedaan perlakuan pembangunan yang selama ini dilakukan. Problem ketertinggalan KTI, pertama adalah begitu luasnya kawasan dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang sangat rendah, kedua keaneka- ragaman masyarakat dan kultural dengan tingkat penguasaan infromasi dan teknologi yang rendah, ketiga, rendahnya tingkat pendidikan, melek huruf dan akses atas pendidikan tinggi. Karena itulah maka investasi pembangunan untuk peningkatan kapasitas !" jauh lebih besar dan lebih penting. !engan kata lain, program pembangunan KTI, khususnuya di bidang pengembangan umber !aya "anusia #!"$, merupakan upaya yang sangat strategis, baik dari sisi upaya pemerataan pembangunan, kesejahteraan dan pengurangan kesenjangan dengan KBI. Bagaimanakah profil ketertinggalan !" di KTI, tulisan ini menyajikan data mengenai hal itu. !i balik informasi ini, terkandung sebuah makna bahwa kebijakan dan strategi pengembangan !" KTI haruslah diprioritaskan pada aspek-aspek pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Pendahuluan Disadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke adalah negara besar yang kaya akan sumberdaya, baik sumber daya alam maupun manusia. Kekayaan sumber daya manusia mencakup aneka-ragam suku bangsa, adat-istiadat dan budaya. etak Indonesia secara ekonomi !uga sangat strategis dalam lalu-lintas dunia, percaturan ekonomi dan politik internasional. Sebuah wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, tidaklah dengan sendirinya memberikan kemakmuran bagi warga masyarakatnya, !ika sumberdaya manusia yang ada tidak mampu meman"aatkan dan mengembangkan teknologi guna meman"aatkan sumber alamnya. Sebaliknya, sebuah wilayah yang miskin sumber alam, namun cakap dalam mengembangkan teknologi, ternyata lebih cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan manusia yang unggul. #al ini berarti bahwa sumberdaya manusia ternyata memiliki peran penting dalam proses pemakmuran sebuah wilayah. Sumber daya manusia berperan ganda, baik sebagai obyek namun sekaligus sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk dise!ahterakan, dan sebagai subyek, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan yang sangat menentukan kema!uan. Kawasan $imur Indonesia %K$I&, diakui mempunyai sumberdaya alam %SD'& yang sangat melimpah. (ilayah ini sesungguhnya sangat potensial untuk men!adi kekuatan ekonomi baik pada tingkat nasional, regional, maupun internasional. Sayangnya, sumberdaya manusia yang tersedia di kawasan ini sangat terbatas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kemampuan masyarakat lokal masih sangat rendah dalam meman"aatkan sumberdaya alam yang melimpah. )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 0 o" 01 Sedangkan kebi!akan pembangunan di K$I masih belum sepenuhnya menempatkan SDM sebagai target dan basis pembangunan. Konsep pembangunan di K$I masih belum sepenuhnya berciri human de2elopment %pembangunan manusia&, yaitu sebuah pembangunan yang berorientasi pada manusia %people %enter development&, di mana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan. Sebaliknya, kebi!akan pembangunan K$I masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dengan penggalakan in2estasi besar-besaran.
Kondisi Demografis KTI )ada tahun 3445, )enduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai !umlah 335,3 !uta !iwa. Dari !umlah itu, sekitar 016 berada di K$I. 7ika dilihat dari persebarannya, tampak tidak merata. Sebagian besar %846& tinggal di ). 7awa, 346 di Sumatera, 96 di Sulawesi, 5,56 di Kalimantan, 06 di Irian 7aya, dan sisanya %8,56& tinggal di pulau-pulau lainnya. )adatnya penduduk di ). 7awa ini karena banyaknya penduduk dari luar pulau 7awa yang bermigrasi masuk ke pulau 7awa. )ada tahun 0::: K$I memiliki !umlah penduduk 15.138.144 !iwa dengan tingkat pertumbuhan pen-duduk 3,05 persen per tahun. Dari !umlah tersebut, 8; persen %09.413.;99 !iwa& merupakan pen-duduk berusia diatas 05 tahun %merupakan angkatan ker!a&, sedang sisanya %;.03;.31; !iwa& bukan angkatan ker!a. $ingkat keter-gantungan %dependen%y ratio& penduduk %rasio antara !umlah penduduk terhadap penduduk usia ker!a& di K$I adalah 0,53. #al ini berarti bahwa setiap orang peker!a harus menanggung beban hidup 0,53 orang. Kese!ahteraan sumber daya manusia di K$I dapat dilihat dari angka indeks pembangunan manusia %I)M&, di mana semakin tinggi angka I)M suatu wilayah, semakin baik kondisi kese!ahteraan masyara-kat di wilayah tersebut. Rata-rata I)M di K$I adalah 85,; %.)S, 3444&. Sedang la!u pertumbuhan ekonomi pada tahun 0::: adalah <4,5= persen, sedang secara nasional pertumbuhan ekonomi adalah 0,4: persen. -ntuk itu, dalam upaya meningkatkan perekonomian K$I, yang !uga merupakan upaya untuk meningkatkan kese!ahteraan masyarakat setempat dengan meman"aatkan sumberdaya alam setempat, diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia melalui berbagai upaya peningkatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ketrampilan agar masyarakat K$I mampu mengolah sumberdaya alamnya secara optimal. Secara keseluruhan pola kelompok umur SDM di K$I tidak !auh berbeda dengan pola SDM di Indonesia, yaitu sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok usia muda antara 05-=4 tahun. Sedang apabila dilihat dari !enis kelamin, maka baik angkatan ker!a laki-laki maupun perempuan mempunyai pola pengelompokkan umur yang relati" sama dengan pola Indonesia seperti halnya terlihat pada tabel berikut ini. )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 3 o" 01
$abel 0. )enduduk 05 $ahun Keatas Menurut 7enis Kelamin Dan Kelompok -mur Di K$I dan Indonesia $ahun 0::: %6& Kelompok -mur K $ I Indonesia aki )rmp $otal aki )rmp $otal 05 < 0: ;,35 9,:: 08,3= 9,;: 9,1; 05,39 34 < 0= 8,08 8,;8 01,41 8,40 5,=8 03,=9 35 < 3: 5,9; 8,;1 03,83 5,9; 8,5= 03,10 14 < 1= 5,3: 5,;5 00,0= 5,19 5,99 00,0= 15 < 1: 5,15 5,83 04,:9 5,51 5,;4 00,11 =4 < == =,95 =,1; :,01 =,95 =,1= :,4: =5 < =: 1,;4 1,95 9,55 1,:: 1,93 9,90 54 < 5= 3,:1 3,;8 5,9: 3,:3 3,;5 5,99 55 < 5: 3,30 3,03 =,11 3,3: 3,14 =,5: 84 < 8= 0,;= 0,;9 1,90 0,:: 3,48 =,45 85 < 8: 0,0= 0,3; 3,=3 0,10 0,=1 3,9= 94 < 9= 4,90 4,;0 0,53 4,:8 4,:; 0,:= 95 > 4,9= 4,;0 0,55 4,95 4,;1 0,5; $otal =;,:5 50,45 044,44 =:,58 54,== 044,44 umber & BP, akernas '((( #diolah$ -ntuk melihat kualitas sumberdaya manusia di Indonesia , dan K$I pada khususnya, dapat didekati dengan acuan utama ukuran Indeks )embangunan Manusia %I)M&. $erdapat tiga komponen utama dalam menetapkan I)M, yaitu pendidikan yang di!abarkan dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huru" yang mempengaruhi tingkat pengetahuan? kesehatan yang ditun!ukkan dengan angka kematian bayi atau rata-rata harapan hidup, dan ketenagaker!aan yang mempengaruhi akses terhadap sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 1 o" 01 )embangunan sumberdaya manusia di Indonesia yang didasarkan pada ketiga parameter tersebut %pendidikan, kesehatan dan ketenagaker!aan&, belum merata antar berbagai kawasan karena pembangunannya sangat dipengaruhi oleh kondisi geogra"is dan sosial budaya setempat. #al ini ter!adi pula di Kawasan $imur Indonesia %K$I& yang hingga kini sedang dilakukan langkah- langkah strategis oleh pemerintah serta masyarakatnya. -paya ini selain untuk menge!ar ketinggalan dengan kawasan lain, !uga untuk meningkatkan !umlah sumberdaya manusia yang lebih berkualitas dan bere"ek ganda, yaitu disatu pihak memiliki daya saing tinggi menghadapi pasar global, !uga mampu mengolah sumberdaya alamnya guna menciptakan kemandirian dalam meningkatkan kese!ahteraannya. )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age = o" 01 Tingkat Pendidikan )endidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang selan!utnya akan berdampak pada peningkatan produkti2itas. )endidikan dapat pula dilihat sebagai in2estasi sumberdaya manusia dan hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian %$!iptoheri!anto ), 0::8&. (alaupun saat ini ada kecenderungan bahwa sar!ana lulusan perguruan tinggi lebih banyak yang menganggur daripada beker!a. #al, ini terutama disebabkan terbatasnya lapangan peker!aan yang tersedia, padahal penduduk yang lulus perguruan tinggi setiap tahunnya selalu bertambah. Sebagai akibatnya banyak diantara para sar!ana yang beker!a pada bidang yang bukan keahliannya. #al ini terpaksa dilakukannya dengan pertimbangan daripada menganggur. Secara nasional kebi!akan di bidang pendidikan sebenarnya telah meningkatkan pendidikan angkatan ker!a hampir di semua wilayah termasuk K$I, khususnya terlihat pada tingkat pendidikan menengah %S$) keatas&. Kualitas sarana dan prasarana pendidikan di K$I cukup meningkat, namun kebanyakan terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu, terutama di ibukota pro2insi. Sedang sekolah-sekolah ke!uruan serta pelatihan-pelatihan .K yang sesuai dengan potensi lokal dirasa masih kurang. )encapaian pendidikan dibeberapa wilayah di K$I cukup menon!ol, khususnya di )ro2insi Sulawesi mengingat sudah berdirinya perguruan tinggi negeri dan beberapa perguruan tinggi swasta. Dalam perspekti" geogra"is, ada ketimpangan "asilitas dan akses pendidikan di daerah perkotaan dan daerah pedesaan %terutama daerah terpencil&, yang mengakibatkan pencapaian pen-didikan angkatan ker!a diperkotaan lebih tinggi daripada pedesaan. @aktor-"aktor yang ber-pengaruh di bidang pendidikan antara lain adalah isu keterbatasan dan pemerataan sarana dan prasarana %sekolah, peralatan, buku dan guru&. Disamping itu pertumbuhan ekonomi K$I yang nol, sangat berpengaruh terhadap kecukupan tenaga penga!ar dan kese!ahteraan guru yang akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Kendala geogra"is dan "aktor sosial yang ada di K$I !uga berpengaruh terhadap pelaksanaan wa!ib bela!ar : tahun. #al ini mengingat adanya penilaian bahwa anak tidak lebih sebagai tenaga ker!a daripada sebagai in2estasi sumberdaya manusia di bidang pendidikan. Secara umum tingkat pendidikan penduduk khususnya angkatan ker!a di K$I mayoritas masih didominasi oleh penduduk yang memiliki pendidikan SD kebawah, dan sekitar 1; 6 mempunyai pendidikan yang dikelompokkan sebagai pendidikan menengah %SM$), SM$' dan Diploma 0 dan 3&, sedangkan sisanya hanya sekitar 36 mempunyai tingkat pendidikan relati" tinggi %'kademi dan )erguruan $inggi&. ,ambaran ini dapat dilihat pada tabel berikut iniA )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 5 o" 01 $abel 3 Kualitas Sumberdaya Manusia Menurut )endidikan di K$I dan Indonesia , 0::: Tk Pendidikan KTI Indonesia Lk Prp Total Lk Prp Total $dk Sek =.04 8.89 04.99 3.9: 8.08 ;.:5 $dk tmt Sd 9.0; ;.4; 05.38 9.4; ;.85 05.91 SD 05.19 09.8= 11.44 09.3= 09.81 1=.;9 SM$)-- ;.:1 ;.0: 09.03 ;.;: 9.9= 08.81 SM$)-K 4.:5 4.;= 0.9: 0.4: 0.44 3.4; SM$'-- 9.84 5.99 01.18 9.00 5.3; 03.1: SM$'-K 1.41 3.55 5.5; 1.11 3.=: 5.;0 Dipl 0 B3 4.1= 4.10 4.85 4.10 4.18 4.89 Dipl 1B'k 4.=4 4.10 4.90 4.55 4.=5 4.:: )$ 0.04 4.8= 0.9= 0.08 4.94 0.;8 $otal =:.44 50.44 044.44 =:.58 54.== 044.44 umber& BP, akernas '((( #diolah$ Rendahnya tingkat pendidikan angkatan ker!a di K$I !uga telah mengakibatkan rendahnya parti-sipasi penduduk dalam kegiatan pembangunan. #al ini mengingat banyak diantara mereka yang tidak dapat memasuki pasaran ker!a terutama yang memerlukan ketrampilan khusus. *leh karena itu banyak sektor pasar ker!a tertentu diisi oleh pendatang %migran& dari luar K$I. 'danya kompetisi dalam memasuki pasar ker!a tersebut merupakan salah satu pemicu munculnya kon"lik antara pendatang %migran& dengan bukan pendatang %non migran&. Kon"lik tersebut kadang- kadang dikaitkan pula dengan isu-isu S'R' yang dapat menimbulkan kerusuhan sosial. Dari gambaran diatas terlihat bahwa kondisi pendidikan di K$I perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan bidang pendidikan di K$I adalah dengan peningkatan partisipasi sekolah terutama sekolah dasar, sekolah menengah dan pendidikan se!enis yang setara, pendirian sekolah-sekolah ke!uruan yang sesuai dengan potensi sumberdaya setempat, peningkatan mutu perguruan tinggi dan peningkatan akses untuk mengikuti )endidikan $inggi %di dalam negeri dan di luar negeri&
)*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 8 o" 01 Tingkat Kesehatan Dera!at kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh "aktor-"aktor lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan kependudukan. 'ngka kematian bayi merupakan salah satu indikator untuk mengukur dera!at kesehatan masyarakat. Meskipun angka kematian bayi di Indonesia menun!ukkan penurunan yang sangat signi"ikan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan di segala bidang, termasuk inter2ensi program kesehatan yang sangat intensi" dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air, namun dengan ter!adinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 0::9 dapat dipastikan bahwa angka kematian bayi dapat meningkat kembali se!alan dengan meningkatnya pre2elensi balita kekurangan energi dan protein. )embangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari in2estasi yang perlu diperhatikan dan keberhasilan di bidang tersebut akan memberikan andil dalam mempercepat pembangunan di kawasan timur Indonesia %K$I&. Data Susenas, 3444 memberikan gambaran perbedaan atau perbandingan kematian antar daerah, dimana untuk K$I angka kematian kelompok umur 4-0= tahun lebih tinggi dari angka rata-rata nasional. ,ambaran tentang angka kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut. $abel 1. 'ngka Kematian -mur 4-0= $ahun Menurut Kawasan Kawasan Perkotaan Pedesaan K + D Kawasan $imur Indonesia Kalimantan Sulawesi N$.BN$$BIr!a 3,8 0,: 1,0 1,0 =,= 1,4 =,5 5,8 =,4 3,9 =,3 5,4 Sumatera 7awa-.ali 1,4 3,3 3,9 1,0 3,; 3,9 IND*N+SI' 3,= 1,1 1,4 umber& usenas, )*** Kelangsungan hidup anak dapat diindikasikan dari rasio anak yang masih hidup terhadap anak lahir hidup yang dilahirkan ibu usia subur. Data Susenas, 3440 melaporkan rata-rata anak lahir hidup per wanita usia subur di K$I adalah 1,=4 anak. Di pedesaan %1,54& lebih tinggi daripada di perkotaan %1,08&. Dari anak lahir hidup tersebut :56 dilaporkan masih hidup atau 056 meninggal. )ersentase yang meninggal dilaporkan lebih tinggi dipedesaan %086& daripada diperkotaan %036&. Disamping itu pola kematian perkotaan lebih rendah dari pedesaan. $ingginya angka kematian di Kawasan $imur Indonesia ini mengingat "asilitas layanan kesehatan di K$I masih !auh tertinggal dibandingkan kawasan lainnya, demikian pula di K$I sendiri "asilitas layanan kesehatan antar region sangat memprihatinkan. )erbedaan mencolok kesulitan akses ke "asilitas layanan terlihat antar perkotaan dan pedesaan. Diantara region di K$I, kesulitan akses ke "asilitas layanan kesehatan di kepulauan N$., N$$, Maluku dan Ir!a terlihat paling tinggi diikuti oleh Kalimantan dan Sulawesi . )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age 9 o" 01 Melalui sur2ai )otensi Desa %)odes& tahun 3444, .)S meng-identi"ikasi desa-desa yang di-nyatakan sulit memperoleh akses terhadap "asilitas layanan kesehatan. Di K$I adalah sulitnya akses ke "asilitas RS %836&, RS. %936&, dokter %546&, dan apotik %836&. ,ambaran ini menun!ukkan betapa terbatasnya !umlah "asilitas kesehatan yang dapat di capai di tingkat desa yang ada di K$I. $ingginya tingkat kesulitan untuk mendapatkan "asilitas layanan kesehatan di K$I menyebabkan banyaknya masyarakat melakukan pengobatan sendiri tanpa datang ke "asilitas kesehatan atau memanggil dokterBpetugas kesehatan untuk menyembuhkan atau meringankan keluhan kesehatan. Cara pengobatan meliputi pemakaian obat modern, obat tradisional dan lainnya %misal bahan makanan suplemenB pelengkap alami, kerokan dan pi!at&. Di samping sulitnya mendapatkan akses pelayanan kesehatan karena kurangnya "asilitas yang ada, !uga kurang mampunya masyarakat menggunakan "asilitas layanan kesehatan di K$I ini dilatarbelakangi oleh keadaan sosial ekonomi di masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang ditandai banyaknya masyarakat miskin merupakan ciri ketertinggalan di K$I khususnya di daerah kepulauan lain %N$., N$$, Maluku dan Ir!a&. #asil sur2ei )odes memberikan gambaran persentase desa yang dinilai miskin dan sangat miskin seperti terlihat pada tabel dibawah. $abel tersebut menggambarkan keterbelakangan K$I dengan persentase desa miskin atau sangat miskin yang cukup tinggi terutama di kepulauan lain %N$.BN$$BIr!a&. $abel. = )ersentase Desa Miskin atau Sangat Miskin Menurut Kawasan Kawasan Perkotaan Pedesaan K + D Kawasan $imur Indonesia Kalimantan Sulawesi N$.BN$$BIr!a 00,0 =,: 04,5 09,8 =:,0 1:,= 1:,1 88,1 =8,: 19,: 19,0 8=,3 Sumatra 7awa-.ali 04,= =,0 =;,1 0:,; =5,3 09,0 IND*N+SI' 8,; 1;,; 15,1 Sumber A )odes 3444 )*$R+$ K+$+R$IN,,''N S-M.+R D'/' M'N-SI' DI K'('S'N $IM-R IND*N+SI' )age ; o" 01 Selain kondisi sosial ekonomi masyarakat di K$I, "aktor geogra"is dan transportasi !uga merupakan salah satu permasalahan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. $erbatasnya penyediaan sarana kesehatan yang berupa tenaga medis, peralatan medis, obat- obatan, 2aksin dan sebagainya serta kelangkaan sarana transportasi, !arak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh merupakan "aktor-"aktor penyebab rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, dan menyebabkan rendahnya penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada oleh masyarakat. Secara kuantitati" rasio antara !umlah penduduk per )uskesmas memang rendah. #al ini mengingat letak puskesmas banyak yang !auh dari masyarakat pengguna, sehingga peman"aatannya !uga men!adi rendah. Dalam upaya meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. 7umlah tenaga dokter yang beker!a di )uskesmas, Rumah Sakit Depkes, RS )emda yang memberikan pelayanan kesehatan per 044.444 penduduk masih berada dibawah angka rata-rata yaitu 04,83 orang %Depkes, )ro"il Kesehatan Indonesia, 0:::A98&. -ntuk itu perlu dilakukan upaya dalam rangka mengatasi masalah tenaga kesehatan diantaranya dengan program dokter pegawai tidak tetap %)$$& dan bidan )$$ terutama bagi daerah-daerah terpencil dan pedesaan. -ntuk terselenggaranya pe-layanan yang bermutu, maka SDM yang ada harus didukung oleh penerapan pelbagai kema!uan ilmu dan teknologi kedokteran. Disamping itu untuk menetapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat perlu digalang peranserta masyarakat yang seluas-luasnya.
Ketenagakerjaan )ertumbuhan angkatan ker!a yang relati" tinggi di K$I saat ini tidak dapat dipisahkan dari la!u pertumbuhan penduduk di masa lalu. Meskipun la!u pertumbuhan penduduk mulai menurun, pertumbuhan angkatan ker!a di K$I masih relati" tinggi karena adanya angkatan ker!a baru, yaitu penduduk usia 04 tahun ke atas. Masalah yang krusial yang dihadapi K$I adalah masalah yang berkaitan dengan pasar ker!a yaitu semakin banyaknya !umlah penganggur. Masalah ini timbul sebagai akibat adanya ketidak-seimbangan antara persediaan tenaga ker!a dengan kebutuhan tenaga ker!a. Salah satu "aktor yang diduga men!adi penyebab ter!adinya ketidak-seimbangan pasar ker!a tersebut adalah ketidak cocokan keinginan atau kebutuhan antara pasar ker!a dengan pengguna tenaga ker!a. Disamping itu seringkali di!umpai ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki pencari ker!a kurang sesuai dengan persyaratan yang diminta, sedang pengguna tenaga ker!a umumnya mensyaratkan kuali"ikasi yang dibutuhkan harus sesuai dengan bidang peker!aan yang ditawarkan baik dilihat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, keahlian dan pengalaman ker!a. .erdasarkan data yang disa!ikan pada tabel berikut ini terlihat bahwa lapangan ker!a yang ada di K$I belum dapat sepenuhnya menyerap tenaga ker!a. Secara keseluruhan terdapat 9.:36 tingkat pengangguran terbuka. $ingkat pengangguran terbuka untuk tenaga ker!a perempuan relati" lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran laki-laki. $ingkat pengangguran terbuka perempuan mencapai lebih dari dua kali lipat tingkat pengangguran terbuka laki-laki yaitu 00,346 bagi perempuan dibandingkan dengan 5,186 bagi laki-laki. )ola ini agak berbeda dengan pola yang ter!adi di tingkat nasional, dimana tingkat pengang-guran terbuka laki-laki relati" hampir sama dibandingkan dengan tingkat penganggur terbuka perempuan. $ingginya tingkat pengang-guran penduduk perempuan tersebut dapat dimaklumi karena secara alam kebanyakan diantara mereka masih terikat oleh kultur yang secara tidak langsung mengekang partisipasi perempuan dalam angkatan ker!a. -ntuk memperlancar akti2itas pembangunan, seyogyanya perem-puan diberi kesempatan yang sebesar-besarnya dalam memasuki pasar ker!a. 'pabila penduduk perempuan yang terdidik tersebut dibiarkan menganggur tentunya merupakan pemborosan sumberdaya manusia yang besar pula. Sebaliknya penduduk di K$I yang berpendidikan SD kebawah ternyata tingkat penganggurannya lebih rendah daripada penduduk yang berpendidikan lebih tinggi %S$' keatas&. @enomena tersebut !uga terlihat di K.I. Rendahnya tingkat pengangguran dikalangan penduduk yang berpendidikan rendah karena mereka mau melaksanakan peker!aan apa sa!a tanpa ada perasaan malu. )eker!aan yang mereka lakukan biasanya berkaitan dengan peker!aan kasar seperti buruh pertanian, buruh bangunan, tukang becak, calo dan sopir. Semua peker!aan tersebut !arang atau tidak mungkin dilakukan oleh penduduk yang berpendidikan tinggi, !ika tidak terpaksa sekali. ,ambaran ini menun!ukkan bahwa penduduk yang berpendidikan rendah mempunyai partisipasi yang cukup tinggi dalam kegiatan perekonomian di K$I. #al ini tercermin dari rendahnya tingkat pengangguran di kalangan ini. Selain itu, banyak pula penduduk di K$I yang beker!a sebagai tenaga usaha pen!ualan, seperti usaha perdagangan, baik dalam skala besar maupun skala kecil. )eker!aan berdagangBber!ualan merupakan peker!aan yang ringan dan resiko yang dihadapi relati" kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk yang berpendidikan lebih tinggi, lebih senang menganggur daripada beker!a pada bidang yang bukan keahliannya. .anyak lulusan perguruan tinggi yang tidak dapat secara langsung terserap dalam pasar ker!a. #al ini apabila tidak ditanggulangi secara seksama tentunya merupakan pemborosan sumberdaya manusia mengingat biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pendidikan cukup besar. $abel 5 Kegiatan $enaga Ker!a di )asar Ker!a K$I dan Indonesia %6& Kegiatan KTI Indonesia Lk Prp Total Lk Prp Total 'ngkatan ker!a 044.4 4 044.44 044.44 044.44 044.44 044.44 .eker!a :=.8= ;;.;4 :3.4; :1.:9 :1.03 :1.8= Cari ker!a 5.18 00.34 9.:3 8.41 8.;; 8.18 )ernah ker!a 3;.4; 08.03 34.88 1;.14 39.:; 1=.40 $dk )ernah ker!a 90.:3 ;1.;; 9:.1= 80.94 93.43 85.:: .ukan 'ngkatan ker!a 044.4 4 044.44 044.44 044.44 044.44 044.44 Sekolah =:.:= 01.:5 30.3; =:.89 05.4= 31.8= Mengurus R$ 5.5: 91.81 5:.99 5.=9 93.5; 55.:0 ainnya ==.=9 03.=3 0;.:5 ==.;5 03.1; 34.=5 umber & BP, akernas '((( #diolah$ ,ambaran di atas menun!ukkan indikasi adanya ketidak sepadanan antara peluang ker!a yang tersedia dengan !umlah pencari ker!a. Sementara sulit bagi in2estor untuk mendapatkan tenaga ker!a lokal yang siap pakai dan sesuai dengan kuali"ikasi yang diinginkan sehingga kadangkala peluang ker!a yang ada di K$I diisi oleh tenaga ker!a dari luar K$I. )ersaingan kesempatan ker!a di sektor in"ormal banyak di!umpai di K$I. Dominasi para pendatang di K$I dalam pasar ker!a, memberikan petun!uk bahwa penduduk di daerah tersebut cenderung sebagai pihak yang kalah dalam memperebutkan pasar ker!a. Rendahnya kualitas penduduk, terutama dari pendidikan dan ketrampilan merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk K$I yang menganggur disamping karena "aktor sosial budaya. Dalam hal ini, yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa dengan ter!adinya arus migran yang tinggi ke beberapa pro2insi di K$I diperlukan keseimbangan dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari antara pendatang dan penduduk setempat, terutama dalam hubungannya dengan kebutuhan untuk mengisi peluang ker!a. Dengan demikian, persaingan antara penduduk asli yang kurang berpengalaman dengan pendatang yang lebih siap pakai tidak menimbulkan potensi ter!adinya disintegrasi antar etnis. Dari kondisi ketenagaker!aan yang terdapat di K$I dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan pokok dalam hal ini yaitu rendahnya kualitas tenaga ker!a dan pencari ker!a serta adanya ketidak sepadanan peluang ker!a yang tersedia dengan keahlian pencari ker!a. .eberapa "aktor yang diduga sebagai penyebabnya adalahA 0. Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan dan potensi perekonomian wilayah setempat 3. .elum adanya upaya atau program terpadu dari pemerintah yang mengkaitkan antara potensi yang dimiliki daerah dengan para in2estor dan pencari ker!a 1. Kurangnya alokasi dana dari pusat dalam upaya mengembangkan K$I =. Sikap mental dan nilai budaya dari penduduk khususnya tenaga ker!a tidak mendukung dalam upaya membentuk tenaga ker!a yang berkualitas, dan secara umum men!adi kendala dalam pembangunan ekonomi Indonesia secara menyeluruh. Dalam rangka mengantisipasi keadaan ketenagaker!aan yang lebih buruk lagi, maka pemerintah harus segera turun tangan dalam mengantasi hal ini diantaranya dengan melakukan perubahan orientasi pendidikan dan pelatihan ker!a yang semula bertumpu pada pemerintah, dirubah untuk lebih bertumpu pada masyarakat, utamanya para pengusaha sebagai pengguna !asa tenaga ker!a. Sementara dari segi program harus lebih dikembangkan lagi program pelatihan yang bersi"at multi ketrampilan serta mempunyai standar ataupun kuali"ikasi nasional dan internasional sehingga mampu bersaing dengan tenaga ker!a dari manca negara. Sampai saat ini program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta sebenarnya sudah cukup banyak, baik yang bersi"at untuk membekali ketrampilan kepada pencari ker!a maupun peningkatan ketrampilan bagi yang sudah beker!a. Namun demikian banyak dari materi yang dia!arkan tidak sesuai dengan kuali"ikasi peker!aan yang ada atau tenaga ker!a itu sendiri yang tidak mampu mengembangkan ketram-pilan yang sudah didapatnya. .erkaitan dengan hal tersebut, maka upaya membangun dan memberdayakan SDM di K$I tidak hanya terbatas pada peningkatan mutu pelayanan pemerintah, baik dalam bentuk kebi!akan maupun program-program pemerintah, namun yang paling penting adalah mengubah dan menyesuaikan sikap mental tenaga ker!a di K$I agar mempunyai ketrampilan dan etos ker!a yang tinggi, pro"esional, yang pada saatnya mereka mampu bersaing secara global.
Kesimpulan -ntuk mengatasi ketimpangan K$I dari segi SDMnya diperlukan langkah-langkah strategis. Dalam bidang pendidikan harus memiliki pendidikan "ormal yang cukup, memiliki ketrampilan dan keahlian yang disesuaikan dengan SD' setempat, memiliki etos ker!a yang tinggi dan produkti", sehingga memiliki daya saing dalam memenuhi pasar ker!a. Di bidang kesehatan, berupa peningkatan kesehatan untuk masyarakat, untuk itu perlu memberikan pendidikan dan pelatihan baik kualitas maupun kuantitas dibidang kesehatan, agar mampu melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat setempat. Dibidang ketenaga ker!aan, diupayakan pembukaan lapangan ker!a sebanyak-banyaknya baik dibidang pertanian, industri dan !asa, untuk memperluas lapangan ker!a baru. Selain itu !uga perlu reorientasi pembangunan industri yang bahan bakunya berasal dari K$I sebaiknya dapat diproduksi di K$I, sehingga diharapkan dapat menyerap tenaga ker!a di K$I disamping dapat meningkatkan e"isiensi modal produksi. Disamping itu perlu diadakan pelatihan yang bernuansa kemandirian guna meningkatkan kreati2itas dan produkti2itas masyarakat K$I serta mampu memecahkan berbagai permasalahan yang berkembang didaerahnya.
Daftar Pustaka .adan )usat Statistik %3444&. ensus Penduduk )***. tatistik Potensi !esa Indonesia . 7akarta A.)S .)S, 3444. Indeks Pembangunan "anusia !aerah Tingkat II Tahun '((*-'((+. 7akarta .)S, 3444. tatistik Indonesia '(((. 7akarta Departemen Kesehatan RI. %0:::&. Profil Kesehatan Indonesia . 7akarta A Depkes RI Departemen $enaga Ker!a dan $ransmigrasi %3444&. ituasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia. 7akarta Sulistianingsih +ndang, %3443&. Pemberdayaan Tenaga Kerja ,okal untuk Pengembangan KTI, dalam Memihak Indonesia $imur. 7akarta $!iptoheri!anto ). %0::8&. umber !aya "anusia dalam Pembangunan -asional %#uman Resources in the De2elopment&. 7akarta. -ni2ersity o" Indonesia /ul"ita Rahar!o, dkk, %0::8&. Pembangunan "anusia di Kawasan Timur Indonesia, dalam eminar Kependudukan dan Pembangunan. I)I 7akarta .