Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR

LISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF SENYAWA KATEKIN DAN


KUERSETIN PADA 3 MUTU EKSTRAK GAMBIR
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas: Teknologi Kesehatan dan Obat
Kode Produk Target: 2.01.
Kode Kegiatan: 2.01.06.
Peneliti Utama: Ora. Ani lsnawati, M.Kes,Apt
SAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMEDIS DAN FARMASI
BAD AN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHAT AN
DEPARTEMEN KESEHAT AN Rl
Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560
Telepon: Hp:081574406844/Fax:(021 )4261 088
E-mail: ani_isnawati@litbang.depkes.go.id
17 Februari 2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Judul Penelitian: Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Katekin dan Kuersetin pada 3 Mutu
Ekstrak Gambir"
Fokus Bidang Prioritas: Teknologi Kesehatan dan obat
Kode Produk Target: 2.01 .
Kode Kegiatan: 2.01 .06.
Lokasi Penelitian: Jakarta
Penelitian Tahun Ke : II
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian
A Lembaga Pelaksana Penel itian
Nama Koordinator/Peneliti Utama Ora. Ani lsnawati, M.Kes.
Nama Lembagallnstitusi Badan Litbang Kesehatan Oepkes Rl
Unit Organisasi Puslitbang Biomedis dan Farmasi
Ala mat Jl. Percetakan Negara no. 29 Jakarta Pusat 10560
T elepon/H P/F ax/email 081574406844/4261088 pswt 531
ani isnawati@litbang.de(2kes.go.id/isnawatiani@yahoo.eo.id
B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu)
Nama Pimpinan
Nama Lembaga
Ala mat
T elepon/F axcimile/email
Jangka Waktu Kegiatan
Biaya Tahun-1
Biaya Tahun-2
Total Biaya
No.
1. Gaji dan Upah
2. Bahan Habis Pakai
3. Perjalanan
4. Lain-lain
Prof. Dr.Broto Kardono
LIP I
Puspiptek Serpong
: 8 bulan
: Rp .. 200.000.000,-
: Rp 300.000.000,-
: Rp. 500.000.000,-.
Uraian Jumlah (Rp)
Rp. 74.180.000,-
Rp. 176.120.000,-
Rp. 37.200.000,-
Rp. 12.500.000,-
Jumlah biaya tahun yang diusulkan Rp. 300.000.000,-
Setuju diusulkan:
Koordinator/
Peneliti Utama,
- -
Kepala Pusat Penelitian
Pengembangan Biomedis dan Farmasi
Drs Ondri o.::s'ampurno, MSi.Apt Ora. Ani lsnawati , M.Kes,Apt
~ h _ r
NIP 195509011985032001
RINGKASAN
Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tanaman yang bersifat spesifik lokasi
dan merupakan komoditas unggulan di daerah provinsi Sumatera Barat.Hampir delepan
sampai Sembilan puluh persen kebutuhan Gambir dunia dipasok dari Provinsi
Sumatera Barat, Sehingga Gambir di kategorikan sebagai komoditas ekspor yang
memiliki sumbangan besar terhadap pendapatan daerah Provinsi Sumatera Barat.
Namun sampai saat ini Tanaman Gambir ini belum secara optimal dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia.
Ekstrak Gambir sebagian besar mengandung katekin dan asam katechu tannat
termasuk golongan falvanoid yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat antioksin diyakini
dapat melindungi timbulnya penyakit jantung karena dapat menurunkan
lipidperoksidase serum . Hasil penelitian menyebutkan bahwa coklat yang
mengandung flavonoid turunan katekin dan epikatekin, dapat menghambat oksidasi
kolesterol LDL sebesar 75 % .
Penelitian tahap 1 telah dilakukan uji ekstrak gambir untuk menurunkan
kolesterol darah dan uji toksisitas akut. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa
ekstrak Gambir aman dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah setara dengan
simvastatin.Pada penelitian tahap 2 (tahun 2010) akan dilakukan uji karakteristik
ekstrak Gambir dan upaya isolasi katekin yang optimum guna memudahkan untuk
mendapatkan bahan baku obat dari ekstrak gambir untuk penelitian selanjutnya.
Hasil uji karakteristik menunjukkan bahwa ekstrak Gambir mutu1 dan 2 hampir
sama baik, sedangkan untuk mutu 3 jauh berbeda. Kadar katekin dan kuersetin
menunjukkan hampir sam a antara mutu 1 dan mutu 2, sedangkan mutu 3 lebih kecil.
Hasil isolasi semua menunjukkan kadar katekin yang memenuhi persyaratan
Farmakope Herbal. Metode perbedaan pelarut/melarutkan dengan pelarut yang sesuai
merupakan metode yang tercepat dan murah. Metode ini hanya berlaku untuk senyawa
dengan kadar tinggi di dalam ekstrak.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatNya, sehingga laporan kemajuan penelitian Ristek yang berjudul "Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Katekin dan Kuersetin pada 3 Mutu Ekstrak Gambir"
dapat diselesaikan. Laporan kemajuan ini merupakan laporan dari rangkaian tahapan
dalam penelitian ini sampai mencapai hasil penelitian kurang lebih 80% tahap
penyelesaiannya. Hasil yang diperoleh dalam tahap ini meliputi : Karakterisasi sampel
telah diselesaikan seluruhnya, identifikasi ekstrak dengan menggunakan mikroskop,
identifikasi katekin dengan menggunakan KLT, dan penetapan kadar katekin awal
pada ekstrak gambir. Upaya untuk melakukan isolasi katekin dari ekstrak Gambir
telah dilakukan dengan menggunkan kromatografi preparatif dan isolasi berdasarkan
perbedaan kelarutan terhadap berbagai pelarut. Senyawa isolat yang ada dilakukan uji
Spektrofotometri UV-Vis, Spektrofotometri IR, GCMS dan NMR.Kendala yang kami
hadapi lebih kepada keterbatasan waktu.
Penyusun berharap. laporan kemajuan termin II ini dapat memberikan
gambaran kemajuan kegiatan pelaksanaan penelitian dan semoga bisa dimanfaatkan.
Laporan ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran yang membangun
penyusun harapkan sehingga akan dapat lebih menyempurnakan untuk laporan
kemajuan selanjutnya.
Penyusun
11
DAFTAR lSI
Halaman
LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA ii
DAFTAR lSI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BABI PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Gambir 5
2.2. Katekin 7
BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT .
3.1 Tujuan Umum 10
3.2. Tujuan Khusus 10
3.3. Manfaat 10
BAB.IV METODOLOGI
4.1. Kerangka Konsep 11
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 12
4.3. Jenis Penelitian 12
4.4. Desain Penelitian 12
ii i
4.5. Bahan Dan Cara Kerja 12
4.6. Pertimbangan Etik Penelitian 18
4.7. Hasil yang diharapkam 18
BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Ekstrak 20
5.2. ldentifikasi Ekstrak dengan Mikroskop 21
5.3. identifikasi Katekin dengan KLT 22
5.4. Penetapan kadar Katekin 23
5.5. ldentifikasi Kuersetin 23
BAB.VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN 33
6.2. SARAN 33
iv
DAFTAR TABEL
Halamam
Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Kimia Ekstrak Gambir 2
Tabel 2. Data Karakteristik Ekstrak Gambir 20
Tabel 3. Kadar Katekin Dalam Berbagai Mutu Ekstrak Gambir 23
Tabel 4. Kadar Katekin Sebelum dan Sesudah lsolasi dengan
Kromatografi Kolom 26
Tabel 5. Kadar Katekin Sebelum dan Sesudah lsolasi dengan
Kromatografi Preparatif 28
Tabel 6. Kadar Katekin Sebelum dan Sesudah lsolasi Berdasarkan
Perbedaan Kepolaran 31
v
Gam bar 1. Ekstrak Gambir Kualitas 1
Gambar 2. Ekstrak Gambir Kualitas 2
Gambar 3. Ekstrak Gambir Kualitas 3
DAFTAR GAMBAR
Gam bar 4. Krista! Katekin Berbentuk Jarum dalam Ekstrak Gambir
Gambar 5. Profil Kromatogram Katekin dengan ldentifikasi
Menggunakan sinar UV-Vis dan Pereaksi Kimia FeCI3
Gambar 6.Kromatogram Standard an Sam pel Ekstrak Gambir
Gambar 7. Kromatogram Hasil isolate kromatogram preparatif dengan
Menggunakan Spektrofotometer IR
Gam bar 8. Kromatogram Hasil isolate kromatogram preparatif dengan
Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Gam bar 9. Kromatogram Hasil isolate kromatogram preparatif dengan
Menggunakan GCMS
Gambar 10. Hasil kromatografi preparative
Gambar 11. Spektrum IR Katekin Hasillsolasi
Gambar 12. Kromatogram Elusidasi Struktur Katekin berdasarkan
Perbedaan kepolaran Pelarut dengan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis
Gambar 13. Kromatogram Elusidasi Struktur Katekin berdasarkan
Halaman
19
19
20
21
22
24
27
27
28
29
30
30
Perbedaan kepolaran Pelarut dengan Menggunakan GCMS 31
vi
BABI.PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Gambir ( Uncaria gambir Roxb) merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat
yang berorientasi ekspor. Varietas unggul gambir menurut Departemen Pertanian (SK
Mentan tahun 2007) adalah varietas udang (berasal dari Muarapaiti Lima Puluh Kota),
varietas Riau (berasal dari Siguntur Pesisir Selatan), dan varietas Cubadak (berasal
dari Siguntur Pesisir Selatan). Sebagian besar pertanaman gambir ditanam di luar
pulau Jawa terutama di Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Hampir 90
% produksi Gambir dihasilkan dari Sumatera Barat. Negara tujuan ekspor Gambir
adalah India, Pakistan, Singapura, India dan Bangladesh(
1

2
l.
Nilai ekonomis Gambir ditentukan dari kualitas ekstrak yang dihasilkan. Ekstrak
diperoleh dari hasil pengepresan atau ekstraksi daun dan atau cabang muda tanaman
Gambir. Panen dan pemangkasan daun dilakukan setelah tanaman berusia 1,5 tahun.
Pemangkasan dilakukan 2-3 kali setahun dengan selamg 4-6 bulan. Pangkasan daun
dan ranting harus segera diolah, karena jika pengolahan ditunda lebih dari 24
jam,getahnya akan berkurang. Dalam perdagangan, salah satu komponen mutu
Gambir ditentukan oleh kadar katekin yang dikandungnya. Penggunaan ekstrak
Gambir untuk bahan penyamak kadar katekin gambir yang dibutuhkan sekitar 40%,
sedangkan untuk bahan obat herbal katekin yang dipersyaratkan 90% (
2

3
.4)_
Gambir banyak digunakan sebagai zat pewarna industri tekstil dan batik, ramuan
makan sirih, penyamak kulit,dan ramuan cat. Penggunaan sebagai obat terutama
untuk diare,disentri, obat luka bakar,dan sariawan mulut (obat kumur) . lndustri
kosmetik menggunakan Gambir sebagai bahan baku untuk menghasilkan astringent
dan lotion yang mampu untuk melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta
daya tegang kulit (
2

6
).
Dari beberapa hasil penelitian, ekstrak Gambir mempunyai kemampuan atau
berpotensi sebagai antibakteri, antinematoda, tukak lambung, dan hasil infusa Gambir
mempunyai efek sebagai perangsang susunan urat syaraf otonom pada hewan coba
(7,8,9, 1 0,)
Kandungan utama Gambir adalah katekin,dan katechu tannat. Selain katekin ekstrak
1
Gambir mengandung bermacam-macam komponen, antara lain : katekin,asam
katechu tanat,quersetin, katechu merah, gambir fluoresen, alkaloid, asam lemak <
1

3
>.
Komposisi dan komponen yang terkandung dalam gambir dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini:
Tabel1 . Kandungan dan Komposisi Kimia Ekstrak gambir
No. Komponen kimia Persentase
1. Katekin 7-33
2. Asam kathechu tanat 20-55
3. Pyrokatechol 20-30
4. Gambir flouresen 1-3
5. Katechu merah 3-5
6. Quersetin 2-4
7. Fixed oil 1-2
8. Lilin 1-2
9. Alkaloid sedikit
Ekstrak Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan
senyawa polifenol dan senyawa ini merupakan hasil metabolit sekunder tanaman yang
menyusun golongan tanin. Salah satu yang termasuk dalam senyawa polifenol
adalah flavanoid. Flavanoid banyak mendapat perhatian karena, kelompok senyawa ini
dilaporkan mempunyai berbagai aktifitas seperti : antibakteri,antiinflamasi dan
antioksidan. Katekin merupakan senyawa golongan tanin oligomeric procyanidin
(OPC). Secara farmakologi, OPC dan monomernya bersifat seperti flavonoid dan
seringkali diklasifikasikan sebagai flavonoid <
10

11
> . Flavonoid mempunyai sifat sebagai
antioksidan, bersifat melindungi timbulnya penyakit jantung <
10
> dan dapat menurunkan
lipidperoksidase serum <
12
>. Hasil penelitian menyebutkan bahwa coklat yang
mengandung flavonoid turunan katekin dan epikatekin, dapat menghambat oksidasi
kolesterol LDL sebesar 75 % <
12
> Usaha pengembangan tanaman obat yang dilandasi
dengan evidence based hasil penelitian telah dihasilkan 5 sediaan herbal terstandar
2
dan 2 sediaan fitofarmaka.Namun secara umum pengembangan tanaman obat
mempunyai kelemahan yaitu kurangnya penelitian yang bersifat komprehensif dan
terintegrasi, karena penelitian masih dilakukan sendiri-sendiri dan tidak tuntas. Oleh
karenanya upaya melakukan penelitian yang teri ntegrasi terhadap tanaman Gambir
,yang merupakan tanaman spesifik lokal dan merupakan komoditi ekspor agar dapat
meningkatkan pemanfaatannya secara optiml untuk masyarakat, maka perlu
dilakukan penelitian secara komprehensif baik dari aspek, toksikologi, farmakologi, dan
aspek fisiko-kimia sehingga dapat dihasilkan herbal terstandar, bahkan kalau
memungkinkan akan diperoleh bahan baku obat.
Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa : ekstrak gambir sangat aman
dengan nilai LD50 > 5000 mg/kg bobot badan. Selain itu pemberian ekstrak selama 2
minggu mengindikasikan ada peningkatan jumlah trombosit darah dan dapat
menurunkan kadar kolesterol , LDL, trigliserid darah sebanding dengan simvastatin.
Adapun kadar ekstrak Gambir mengandung lebih kurang 83 % katekin, maka
diasumsikan senyawa aktif yang berperan untuk penurunan lipid darah adalah katekin.
Oleh karena itu untuk memberikan landasan ilmiah Gambir dari aspek kimia maka
dilakukan isolasi senyawa katekin dari ekstrak Gambir untuk mendapatkan senyawa
katekin murni, guna memudahkan melakukan derivatisasi katekin guna dikembangkan
menjadi bahan baku obat antilipidemia. Judul penelitian ini semula adalah : Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Katekin dan Kuersetin Pada 3 Kualitas Mutu Ekstrak
Gambir. Namun dengan pertimbangan bahwa komposisi terbesar adalah katekin,
sehingga kemungkinan efek farmakologi disebabkan oleh senyawa katekin , maka
lebih bermanfaat jika kita mengisolasi dan mengetahui karakteristik senyawa katekin.
Selain alasan tersebut di atas terjadi perubahan anggaran (pemototngan dana)
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan analisa dua senyawa kimia dengan 3
mutu ekstrak.
1.2.Perumusan Masalah
Gambir merupakan tanaman yang bersifat spesifik lokasi dan merupakan komoditas
unggulan di daerah provinsi Sumatera Barat. Hampir sembilan puluh persen
kebutuhan Gambir dunia dipasok dari Provinsi Sumatera Barat, sehingga Gambir di
kategorikan sebagai komoditas ekspor yang memiliki sumbangan besar terhadap
pendapatan daerah Provinsi Sumatera Barat.
Gambir merupakan ekstrak kering daun dan ranting tanaman Uncaria gambir (Hunter)
Roxb. Secara empiris digunakan sebagai obat terutama untuk diare, obat luka
bakar,sariawan mulut (obat kumur) dan kosmeti k. Hasil dari beberapa penelitian
ekstrak Gambir menunjukkan efek sebagai antimikroba, tukak lambung, dan infusa
dari Gambir untuk perbaikan terhadap gangguan pembuluh darah serta perangsang
susunan urat syaraf otonom.
Kandungan utama Gambir adalah katekin diikuti asam katechu tanat, quersetin,
katechu merah, gambir fluoresen, alkaloid, dan asam lemak. Kandungan kimia
terbesar adalah katekin merupakan bagian dari golongan flavonoid demikian pula
dengan quersetin.Seperti diketahui bahwa falavonoid adalah senyawa yang
mempunyai efek sebagai antioksidan dan dapat menurunkan lipidperoksidase serum.
Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa ekstrak Gambir terbukti aman
berdasarkan uji LD50 dapat menurunkan kadar choleteroi,LDL dan trigliserida serum
setara dengan obat standar simvastatin. Oleh karena itu dilakukan penelitian tahap 2
yaitu mengenai aspek fisiko kimia katekin dengan melakukan optimasi isolasi
senyawa katekin guna mendapatkan senyawa murni untuk memudahkan penelitian
selanjutnya dalam upaya memperoleh bahan baku melalui derivatisasi.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gambir
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari
ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan be mama sam a ( Uncaria
gambir Roxb.). Di Indonesia, gambir pada umumnya digunakan untuk
menyirih. Kegunaan gambir yang lebih penting adalah sebagai bahan
penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin),
suatu bahan alami yang bersifat antioksidan
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi dari gambir adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Gentianales
Famili Rubiaceae
Genus Uncaria
Spesies Uncaria gambir
2.1.2 Pemerian
2.1.2.1 Pemerian Tumbuhan
Tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan
memanjang. Daun oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak
berbulu (licin), dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun
majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau; kelopak
bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti bunga kopi),
benang sari lima, dan buah berupa kapsula dengan dua ruang.
2.1.2.2 Makroskopik
Umumnya berbentuk kubus tidak beraturan atau agak silindrik
pendek, kadang-kadang bercampur dengan bagian-bagian yang remuk,
5
tebalnya 2 em sampai 3 em. ringan, mudah patah dan berliang renik-
renik, warna permukaan luar eoklat muda sampai eoklat tua kemerahan
atau kehitaman. Warna permukaan yang baru dipatahkan eoklat muda
sampai eoklat kekuningan dan kadang-kadang terlihat garis-garis yang
lebih gelap. (MMI)
2.1.2.3 Mikroskopik
Dilihat dalam kloralhidrat terlihat adanya pollen, sel batu besar,
dinding agak tipis, lumen besar atau kadang-kadang kecil memanjang,
lumen sempit. Sel parenkim besar, dinding tipis. Hablur kalsium oksalat
berbentuk jarum dan berbentuk prisma. Rambut penutup terdiri dari satu
sel ujung runeing.(MMI)
2.1.3 Nama Daerah
Gambir memiliki banyak nama daerah yang beraneka ragam, di
antaranya adalah gambee, gain, kaeu, sontang, gimber untuk di daerah
Sumatera. Santun untuk di daerah Jawa. Kelare, gamer, kambin untuk di
daerah Kalimantan. Tagambe, gambele, gaber untuk daerah Nusa
Tenggara dan kambir, kampir, tagabere di daerah Maluku.
2.1.4 Kegunaan .
Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen menyirih yang
sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatra hingga
Papua sejak lebih kurang 2500 tahun yang lalu. Diketahui bahwa gambir
dapat merangsang keluarnya getah empedu sehingga dapat membantu
kelanearan proses di perut dan usus. Fungsi lainnya adalah sebagai
eampuran obat, misalnya sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat
diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit
kulit (dibalurkan). Dapat juga berfungsi sebagai penyamak kulit dan
bahan pewarna tekstil Selain itu ekstrak Gambir dengan kandungan
polifenol tinggi dapat bersifat sebagai antioksidan.
6
2.1.5 Kandungan
Kandungan utama gambir adalah katekin dan asam kateku tannat.
Gambir mengandung bermacam-macam komponen, antara lain
kuersetin, kateku merah, gambir fluoresesensi, abu, asam lemak, lilin
dan alkaloid tanin.
2.2 Katekin
2.2.1 Definisi
Katekin adalah metabolit dari polvphenolic tanaman lstilah katekin juga
sering digunakan untuk merujuk kepada keluarga flavonoid dan subkelompok
flavan-3-0LS (atau hanya flavanols). Katekin dibedakan dari adanya keton yang
dalam flavonoid seperti juga quercitin dan rutin, yang disebut flavonol.
2.2.2 Struktur Kimia
"'\' CX
OH
OH
'OH
OH
Gambar 2.1 Rumus Bangun Katekin
(2R, 3S)-2-(3, 4-dihydroxypheny/)-3, 4-dihydro-2H-chromene-3, 5, 7-trio
2.2.3 Sumber Katekin
Katekin banyak terdapat di dalam tanaman teh. Kandungan katekinnya
lebih kurang sekitar 25% dari berat kering daun teh segar, walaupun total
konten katekin sangat bervariasi, tergantung pada variasi kelompok, lokasi
berkembang, musiman dan ketinggian. Katekin terdapat di hampir semua teh
yang dibuat dari Camellia sinensis, termasuk teh putih, teh hijau, teh hitam dan
teh oolong.
Katekin juga terdapat di dalam tanaman cokelat, buah-buahan seperti
anggur dan sayur-sayuran serta terdapat di banyak spesies tanaman lain,
termasuk tanaman gambir.
2.2.4 Kegunaan
Banyak studi tentang manfaat kesehatan yang berkaitan dengan isi katekin.
Menurut Norman Hollenberg, Profesor Kedokteran di Harvard Medical School, katekin
( epicathecin) dapat mengurangi risiko dari em pat masalah utama kesehatan, yaitu stroke,
gagaljantung, kanker dan diabetes.
Katekin juga merupakan dekarboksilase histidin inhibitor, yang menghambat
konversi histidin untuk histamin, dan sebagainya. Ini dianggap menguntungkan karena
adanya pengurangan yang berpotensi merusak histamin yang berhubungan dengan
respon imun lokal.
Katekin di dalam teh hijau juga telah terbukti memiliki sifat sebagai antibiotik
karena perannya dalam menganggu tahap tertentu proses replikasi DNA bakteri.
2.2.5 Isolasi
Katekin yang merupakan bagian dari golongan flavonoid. Secara umum banyak
senyawa dari golongan flavonoid yang mudah larut dalam air, terutama bentuk
glikosidanya dan oleh karena itu senyawa ini berada dalam ekstrak air tumbuhan.
Pelarut yang seringkali digunakan untuk menjadi pelarut ekstraksi adalah metanol,
etanol atau aseton. Pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik
yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar sering kali bermanfaat untuk
memisahkan golongan ini dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat. Etil asetat
merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dengan cara ini.
(Robinson, Trevor: 1995,208)
Kromatografi partisi kolom dapat digunakan untuk pemisahan senyawa ini,
misalnya kolom magnesol atau asam silikat dengan pengelusi etil asetat yang dijenuhkan
dengan air atau eter. Kolom partisi yang memakai serbuk selulosa telah digunakan untuk
berbagai polifenol, termasuk katekin.
2.2.6 Pencirian atau identiflkasi
Pencirian ini dapat menggunakan berbagai macam reaksi wama dan sifat
kelarutan yang sesuai . Contohnya, reaksi dengan besi (III) klorida telah digunakan
secara luas untuk mengidentiflkasi senyawa fenol, tetapi tidak dapat dipakai untuk
membedakan macam-macam golongan dari flavonoid. Jika kondisi sama, pereaksi ini
memberikan wama kehijauan dengan turunan katekol dan biru dengan turunan pirogalol
(tetapi kondisi ini jarang sama). Jika terjadi wama hitam-biru, ini merupakan bukti
adanya 3,4,5-trihidroksi fenol (misalnya galokatekin), tetapi pembentukan wama hijau
tidak berarti bahwa tidak ada go Iongan senyawa ini atau gugus katekol ( orto-hidroksi).
Penambahan air brom juga dapat dipakai untuk mengidentiflkasi katekin.
Mendidihkan bagian tumbuhan dengan HCI 2M juga digunakan untuk mendeteksi
katekin dengan memberikan hasil wama coklat kuning.
Untuk kromatografi lapis tipis dipakai berbagai lapisan, misalnya silika gel yang
mengandung timbal asetat dan magnesium silikat, atau untuk katekin dapat digunakan
lapisan selulosa.
9
BAB Ill. TUJ UAN DAN MAN FAA T
3.1Tujuan Umum :
Mendapatkan senyawa aktif katekin murni untuk menangani gangguan sirkulasi
darah khususnya penurunan kadar kolesteroi ,HDL,LDL,trigliserid.
3.2Tujuan Khusus :
1. Mendapatkan data karakteristik ekstrak Gambir sesuai Farmakope Herbal
2. Mendapatkan Kadar katekin dan kuersetin pada 3 mutu ekstrak Gambir
3. Mendapatkan metode isolasi katekin yang optimum untuk memperoleh kadar
katekin murni (_::: 95 %)
4. Mendapatkan data kemurnian senyawa katekin
3.3Manfaat Penelitian
Katekin yang diperoleh dari ekstrak Uncaria gambir Roxb dapat dikembangkan
sebagai potensi untuk penyedia bahan baku obat untuk gangguan sirkulasi darah
melalui penurunan kadar kolesteroi,HDL,LDL,trigliserid
10
BAB IV. METODOLOGI
4.1.Kerangka konsep penelitian
Obesitas ----+ Hiperlipidemia Gangguan sirkulasi darah ---...- PJK
~
Uncaria gambir
~
~
s e n y w ~ -
Uji bioaktivitas Hipolipidemik
Arteroskletosis
1
Antikoagulan
Hambatanllipid peroksida
Toksisitas akut
T oksisitas sub kronik
Ekstrak terstandar
r
Bioaktivitas
ll
Senyawa aktif gangguan sirkulasi darah
Cat. :Huruf tebal adalah yang telah dilakukan penelitian tahap I untuk hipolipidemia
dan toksisitas akut sedangkan Tahap II adalah isolasi senyawa katekin akan dilakukan
tahun 2010.
II
4.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi, Puslitbang
Biomedis dan Farmasi , Badan Litbangkes dan laboratori um Kimia Terapan LIPI.
Penelitian dilakukan April 2010- Desember 2010 (1 0 bulan)
4.3.Jenis Penelitian
Eksperimental laboratorium dan membagi penelitian menjadi 4 sub penelitian:
1) Menetapkan karakteristik ekstrak gambir dengan melakukan mikroskopis
larutan gambir dalam air,identifikasi senyawa katekin, kadar air, kadar
abu, kadar abu larut asam, kadar senyawa katekin.
2) Mendapatkan metode isolasi optimum dengan melakukan fraksinasi
dengan kromatografi kolom berdasarkan perbedaan kelarutan serta
melakukan identifikasi terhadap hasil fraksinasi guna mengelompokkan
senyawa kimia sejenis
3) Elusidasi struktur senyawa isolat dengan menggunakan spektrofotometer
IR (Infra Red),UV-Vis (sinar Ultra violet dan visibei,GCMS (Gas
Chromatography Mass Spektrum) dan NMR (molekul resonansi)
4) Menetapkan kemurnian katekin dengan melakukan penetapan kadar
senyawa tersebut.
4.4. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk mendapatkan isolat
senyawa kimia
4.5.Bahan dan Cara Kerja
4.5.1 Bahan uji
Bahan uji adalah ekstrak gambir yang diperoleh dari hasil ekstraksi daun dan ranting
Uncaria gambir dengan air, berasal dari pengumpul ekstrak Gambir di Padang,
Sumatera Barat.
4. 5.2.Cara kerja
Penel itian I
Karakteristik ekstrak Gambir (
4

13
)
Ekstrak Gambir yang diperoleh ditetapkan karakteristiknya sesuai dengan yang telah
L
dipersyaratkan oleh Farmakope Herbal dan pedoman standarisasi ekstrak secara
umum. Adapun jenis karakteristik tersebut adalah
a. Penetapan mikroskopis ekstrak
Ekstrak Gambir dilarutkan dalam air, kemudian larutan dilihat dengan mikroskop
b. ldentitas ekstrak meliputi :
a) ldentifikasi senyawa katekin
ldentifikasi dilakukan dengan menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
dengan parameter sebagai berikut :
F as a mobil : a sam asetat 15 %
Fasa diam : plat selulosa
Larutan uji : 0,1 % larutan katekin yang setara dengan 1 gram ekstrak
Gambir dalam metanol
Larutan standar : 0,1 % katekin dalam metanol
Volume yang diteteskan : 5 ul
Larutan pendeteksi : Larutan 1% FeCI3
b) Penetapan kadar air
Lebih kurang 10 gram ekstrak ditimbang seksama dalam wadah yang telah
ditara kemudian ekstrak dimasukkan dalam labu bundar. Ke dalam labu
bundar ditambatikan lebih kurang 200 ml toluen dan didestilasi.Destilat
adalah lapisan air dan toluen. Kadar air diukur dan dihitung dalam %
vulume/berat ekstrak
c) Penetapan kadar abu
Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram ekstrak gambir yang telah ditimbang
seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara,
lalu diratakan. Selanjutnya, dilakukan pemijaran perlahan-lahan hingga
arang habis, dinginkan dan ditimbang. Jika arang tidak dapat dihilangkan,
tambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa
pemijaran dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat
13
dimasukkan kedalam krus, diuapkan, dipij ari<an hingga bobot tetap.
d) Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan pada point c. Dilarutkan dalam 25 ml
asam klorida pereaksi. Krus ditutup dengan kaca arloji dan dipanaskan
selama 5 menit. Kemudian saring dengan kertas saring bebas abu. Endapan
pada kertas saring dicuci dengan air panas sampai diperoleh larutan netral.
Kertsa saring beserta endapan dimasukkan dalam krus dan dipanaskan
dalam muffle furnace sampai diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu
tidak larut asam ditentukan berdarakan % beratlberat.
e) Penetapan kadar katekin dalam ekstrak
Pembuatan bahan baku pembanding .
Katekin standar dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105C sampai
bobot konstan. Ditimbang 50 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
dilarutkan dengan etil asetat. Larutan dihomogenkan dengan penangas
ultrasonik selama 5 menit. Sebanyak 2 ml larutan dimasukkan ke dalam
erlemeyer bertutup 100 ml dan ditambah etil asetat sebanyak 50 ml dan
dihomogenkan lagi dengan penangas ultrasonik selama 5 menit.
Pembuatan larutan sampel
Sampel gambir dibaluskan dan diratakan di atas kaca arloji atau cawan petri,
dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105C sampai bobot konstan.
Ditimbang 50 mg ekstrak kering, dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml,
dilarutkan dalam etil asetat dan dihomogenkann dengan penangas
ultrasonik selama 5 menit, kemudian disaring. Sebanyak 15 ml filtrat hasil
penyaringan pertama dibuang dan penyaringan diteruskan. Sebanyak 2 ml
filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer bertutup 100 ml, ditambahkan etil
asetat sebanyak 50 ml, dan dihomogenkan lagi dengan penangas
ultrasonik selama 5 menit.
Pengukuran absorban larutan blanko (etil asetat), larutan katekin standar
dan larutan sampel dilakukan dengan alat spektrofotometer ultraviolet pada
14
panjang gelombang 279 nm dan 300 nm. Absorban sampel pada 300 nm
tidak lebih dari 0,03.
Perhitungan dilakukan dengan rumus:
% Katekin = As 279 x Ws x 100%
Ap 279 W
As 279 = Absorban sampel pada 279 nm
Ap 279 = Absorban katekin standar pada 279 nm
Ws = Berat katekin standar
W = Berat ekstrak gambir
(Kadar katekin tidak kurang dari 90,0%)
Penelitian 2
lsolasi senyawa katekin (
14
"
16

17
)
1).1solasi dengan Kromatografi kolom
Ekstrak yang digunakan pada penelitian tahap I dan telah menunjukkan potensi
sebagai antilipidemia adalah ekstrak kasar dalam air. Pada tahap awal
isolasi terhadap ekstrak kasar dilakukan pemisahan kromatografi kolom
dengan menggunakan fase diam selulosa dan fase geraknya yaitu n-heksan :
aseton dan aseton secara gradient dengan rentang 0-100%. Cara pemisahan
kromatografi kolom adalah sebagai berikut : mula-mula kapas dimasukkan
pada dasar kolom untuk menyangga fase diamnya. Lalu fase diam (selulosa)
disuspensikan dengim menggunakan eluen (fase gerak) sampai terbentuk
bubur 15ambia kemudian dimasukkan ke dalam kolom. Selama proses
pengendapan, kolom kromatografi tersebut dapat diketuk-ketuk pada semua
sisi secara perlahan-lahan agar diperoleh lapisan yang seragam. Keran dapat
dibuka atau ditutup selama penambahan, asal permukaan pelarut tetap diatas
permukaan penjerap (fase diam/15ambia)
Ekstrak kental kemudian ditimbang dan digerus bersama fase diam,
dimasukkan ke dalam kolom. Setelah itu dielusi dengan fase gerak
terpilih.Tiap-tiap fraksi yang keluar ditampung dengan erlenmeyer 20 ml dan 50
mi. Lalu fraksi dalam erlenmeyer tersebut dipekatkan menggunakan rotary
15
evaporator sampai didapat fraksi yang lebih pekat dari sebelumnya. Kemudian
fraksi tersebut diujikan pada plat KL T menggunakan fase diam selulosa
dengan eluen larutan asam asetat 15 %. Fraksi yang sama Rf-nya kemudian
digabung menjadi satu fraksi.
2).1solasi senyawa katekin dengan kromatografi preparatif
Ekstrak Gambir ditimbang sejumlah lebih kurang 1 g dilarutkan dalam 100 ml
methanol. Kemudian dibuat larutan standar katekin 0,1 % dalam methanol
yaitu dengan melarutkan 50 mg katekin baku dalam 50 ml methanol.
Selanjutnya dilakukan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fase mobil
asam asetat 15 % dan sebagai fasa diam adalah plat selulosa. Pada satu plat
secara bersama-sama totolan katekin baku dan sebagian besar totolan ekstrak
Gambir. Kromatogram dengan bentuk, warna dan mempunyai ketinggian yang
sama dengan katekin baku diduga adalah katekin. Untuk meyakinkan
dilakukan identifikasi dengan menggunakan larutan Fe Cl3 pada kromatogram
bagian pinggir. Bagian kromatogram ekstrak Gambir yang diduga katekin
dikerok kemudian ditempatkan pada gelas piala. Demikian dilakukan
pengerjaan seperti tersebut di atas secara berulang-ulang, sampai diperoleh
serbuk selulosa yang mengndung katekin cukup.Kemudian hasil kerokan
dilarutkan kembali dalam methanol/etil asetat, disaring. Larutan isolate siap
untuk dilakukan pemurnian.
3).1solasi senyawa katekin dengan perbedaan kepolaran pelarut
Untuk melakukan isolasi dengan perbedaan kepolaran pelarut dapat dilakukan
2 cara:
a. Cara 1 : Ekstrak dilarutkan dulu dalam air kemudian ditarik dengan
menggunakan suatu pelarut yang dapat melarutkan dengan baik
senyawa katekin dalam suatu corong pisah, dikocok dan dilakukan
secara berulang-ulang.Bagian yang larut dalam pelarut organik diambil
disatukan kemudian diuapkan Kristal/serbuk yang terbentuk kemudian
dilakukan pemurnian. Pelarut organic yang digunakan adalah : etil
asetat,Eter, kloroform, aseton.
b. Cara 2 : Ekstrak dilarutkan dulu dalam air panas kemudian setelah dingin
16
ditambahkan pelarut non polar seperti : heksan dan petroleum eter dalam
suatu corong pisah. Dikocok secara berul ang-ulang. Bagian yang tidak
larut diambil dan dikeringkan di udara terbuka, kemudian dilarutkan
dengan pelarut etil asetat atau methanol dan uapkan. Dilakukan
pemurnian.
4).Pemurnian senyawa isolat
Kristal/serbuk yang terbentuk direkristalisasi dengan menggunakan pelarut
tertentu yang dapat melarutkan isolat (sesuai) dengan baik dan dilakukan
secara berulang-ulang sehingga diperoleh senyawa murni.
Penelitian 3
Elusidasi struktur <
14

15

16

17
>
1). GC-MS
Setelah pengkondisian alat kromatografi gas dan spektrometri massa, cuplikan
diinjeksikan melalui lubang masuk cuplikan. Pada suhu tinggi cuplikan tersebut
akan berubah menjadi gas; bersama gas pembawa pada kenaikan suhu
komponen yang mempunyai titik lebur yang sama, secara otomatis data
terekam di dalam komputer. Bandingkan dengan data spectrum dengan baku
standar dan data NIST (National Institute of Standard and Technology).
2). Spektrofotometri Ultra Violet (UV)
Pemeriksaan spektrofotometri UV menggunakan sejumlah sampel yang
dilarutkan dengan etil asetat (p.a) sampai larut, dan dideteksi menggunakan
spektrofotometri UV sehingga terlihat puncak panjang gelombang yang
merupakan karakteristik suatu senyawa, kemudian grafik yang terbentuk
direkam. Grafik yang terbentuk menampilkan serapan dan panjang gelombang
dari sampel tersebut. Spektrum yang ada dibandingkan dengan baku standar.
3). Spektrofotometri infra merah (IM)
Senyawa yang didapat kemudian dilanjutkan identifikasi dengan
spektrofotometri infra merah (FT-IR) dengan tujuan untuk mengetahui gugus
fungsi apa saja yang terdapat dalam senyawa. Caranya, cuplikan/sampel
dilarutkan dengan pelarut kloroform atau karbon tetraklorida atau karbon
17
disulfida, dan dicatat spektrum dari larutan ini. Larutan biasanya (1 - 5 %)
ditempatkan dalam sel larutan yang terdiri dari bahan transparan. Sel yang
kedua berisi pelarut murni ditempatkan pada berkas sinar. Cara yang sama
dilakukan juga untuk baku standar sebagai pembanding.
4). Spektroskopi
1
H NMR dan
13
C NMR (
15
)
Senyawa dilarutkan dalam deuterochloroform (CDCb), kemudian dimasukkan
ke dalam tabung dengan sejumlah pelarut dicukupkan sampai setinggi 5 em.
Setelah itu, dideteksi dengan alat spektrofotometri NMR (Varian Unity INOVA
500 MHz NMR) (
1
s).
Penelitian 4
Penetapan kadar untuk melihat kemurnian senyawa (
4

19
)
Penetapan kadar katekin sama seperti dilakukan pada penelitian 1 bagian 2 sub
bagian e.
4.6.Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini tidak menggunakan manusia ataupun hewan sebagai subyek penelitian,
sehingga dibutuhkan pembebasan (excempted) dari komisi etik Balitbang.Surat
pernyataan ini telah diperoleh dari Komisi Etik.
4.7.Hasil yang diharapkan .
Penelitian Gambir ( Uncaria gambir) merupakan penelitian terintegrasi dari aspek
farmakologi eksperimental (tahap 1) dan sapek kimia (tahap 2) dan akan dilanjutkan
pada tahap 3 mengenai toksisitas subkronik. Seluruh hasil penelitian diharapkan akan
menghasilkan herbal terstandar untuk gangguan sirkulasi darah, selain itu dengan
diperolehnya senyawa aktif maka senyawa tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut
sebagai bahan baku obat modern untuk penghambat gangguan sirkulasi darah.
18
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Gambir diperoleh dari hasil perkebunan di Padang dan merupakan ekstrak
berbentuk kering. Ekstrak kering ini mempunyai 2 kualitas mutu dan dari penelitian
yang pertama (terdahulu diperoleh 1 mutu ekstrak, sehingga keseluruhan sample
menjadi 3 ekstrak dengan mutu yang berbeda . Adapun bentuk dari berbagai mutu
ekstrak Gambir dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Ekstrak Gambir kualitas 1
Gambar 2. Ekstrak Gambir kualitas 2
19
Gambar 3. Ekstrak Gambir kualitas 3
5.1 Karakterisasi Ekstrak
Penetapan karakteristik non spesifik meliputi : susut pengeringan,kadar air, kadar
abu,kadar abu larut asam Tahap ini masih dalam pengerjaan, sehingga belum bisa
dilaporkan hasilnya. Adapun pengerjaan pada karakterisasi ini meliputi : Kadar abu
total, kadar abu tidak larut asam, kadar air, dan susut pengeringan.
Data yang sudah dikerjakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data Karakteristik Ekstrak Gambir
No. Karakteristik Ekstrak Nilai rata-rata
Ekstrak Gambir
Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3
1. Kadar air 0,0% 0,0% 0,0%
2. Kadar abu total 1,07% 1,84% 7,53%
3. Kadar abu tidak larut 0,68% 0,74% 4,45%
a sam
4. Susut pengeringan 18,31% 18,30% 16,77%
--------
Dari data tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa ke tiga ekstrak gambir tidak
20
mengandung air , sedangkan kadar abu total ekstrak Gambir mutu 1 dan mutu 2
hampir sama sehingga mutu 1 sedikit mengandung logam-logam baik logam berat
atau logam lain yang tidak hilang pada suhu pemanasan tinggi, diikuti mutu 2 dan yang
terbesar mengandung cemaran logam adalah mutu ekstrak ke-3. Sejalan dengan
penetapan kadar abu total kadar abu tidak larut asam sama seperti tersebut di atas
Mutu ekstrak Gambir ke-1 lebih baik dari kedua mutu ekstrak lain. lni berarti
kandungan kadar Jogam atau silikat yang tidak larut asam lebih baik pada ekstrak
Gambir mutu 2. Kadar susut pengeringan tertinggi ada pad a ekstrak mutu 1, karena
pada susut pengeringan yang hilang pad a suhu 105 C seta in air juga minyak atsiri,
dan senyawa-senyawa lain yang mudah menguap. Berarti ekstrak Gambir mutu 1
banyak mengandung senyawa kimia yang mudah menguap. Dari hasil karakteristik
tersebut ekstrak mutu 1 yang mengandung kadar abu total dan kadar abu larut asam
lebih rendah dari Ekstrak Gambir mutu 2, kemungkinan beda tempat tanam karena
faktor tanah tempat tumbuh mempengaruhi kandungan logam, selain faktor proses
ekstraksi yaitu penggunaan air sebagai pengekstrak dan proses pemurnian ekstrak
5.2 ldentifikasi ekstrak dengan mikroskopik
Hasil identifikasi ekstrak yang telah disuspensikan dalam air dapat dilihat pada
Gambar 4 di bawah ini :
Gam bar 4. Krista I katekin berbentuk jarum dari Ekstrak Gambir
Dari hasil mikroskopis tersebut di atas dapat diketahui bahwa dapat dilihat adanya
Kristal katekin berbentuk jarum.
21
5.3 ldentifikasi katekin dalam ekstrak Gambir dengan KL T (Kromatografi Lapis Tipis).
Profil kromatogram ekstrak gambir dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KL T)
menggunakan fase gerak asam asetat 15 % dan sebagai fase diam adalah plat
selulosa. ldentifikasi kromatogram menggunakan sinar UV pada panjang gelombang
254 nm dan pereaksi FeCb. Profil kromatogram ekstrak gambir dapat dilihat pada
Gambar 5. di bawah ini.
ldentifikasi dengan sinar UV 254 nm ldentifikasi dengan menggunakan FeCb
Gambar 5. Profil Kromatogram katekin dengan identifikasi menggunakan sinar UV
254nm dan menggunakan pereaksi kimia FeCI3
Katekin dapat dipisahkan dari senyawa kimia lain menggunakan cara kromatografi
lapis tipis dengan fase diam plat selulosa dan fase gerak asam asetat 15 %.
ldentifikasi lebih lanjut menggunakan 2 cara yaitu dengan sinar UV 254 nm dan pelarut
22
Fe Cl3. Warna identifikasi dengan sinar UV 254 nm berwarna biru dan identifikasi
dengan FeCI3 berwarna coklat kehitaman.
5.4 Penetapan kadar katekin ekstrak Gambir
Penetapan kadar ekstrak Gambir dilakukan dengan membandingkan Absorban
katekin baku yang telah diketahui konsentrasinya dengan Absorban sinar UV ekstrak
(sampel) pada panjang gelombang 334 nm. Katekin baku ditimbang sejumlah lebih
kurang 59,0 mg sedangkan sampel ditimbang sejumlah 59,3 mg. Masing-masing
dilarutkan dengan etil asetat dalam labu tentukur 50 mi. Dipipet 2 ml kemudian
diencerkan dengan etil asetat sampai 50 mi. Data hasil perhitungan dapat diketahui
pada tabel 2.
Tabel 3. Data Kadar Katekin dalam berbagai mutu ekstrak Gambir
No. Jenis Ekstrak Konsentrasi katekin
Gambir dalam ekstrak
1. Kualitas mutu 1 86,71%
2. Kualitas mutu 2 81,93%
3. Kualitas mutu 3 57,04%
Kadar katekin dalam ekstrak (sampel) dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 345 nm ternyata kualitas mutu 1 menunjukkan kadar katekin tertinggi yaitu
86,71% sedangkan terendah ditunjukkan olah ekstrak Gambir dengan mutu 3 sebesar
57,04 %. Berdasarkan data kadar katekin hasil pengujian, maka ketiga mutu ekstrak
Gambir belum memenuhi persyaratan Farmakope Herbal yang mensyaratkan bahwa
kandungan katekin tidak boleh kurang dari 90 %.
5. 5 .ldentifikasi Kuersetin
ldentifikasi kuersetin dalam ekstrak Gambir dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
Profil kromatogram ekstrak gambir dengan metode Kromatografi Lapis Tip is (KL T)
menggunakan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glacial : air
(1 0:1 1:11 :27) dan sebagai fase diam adalah plat GF 254. ldentifikasi kromatogram
23
menggunakan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan pereaksi FeC1
3
. Profil
kromatogram ekstrak gambir dapat dilihat pada Gambar 6. di bawah ini.
Sam pel Standard
Gambar 6. Kromatogram Standard dan Sampel ekstrak Gambir
5.6. Penetapan Kadar Kuersetin
Penetapan kadar kuersetin dilakukan dengan menggunakan cara densitometri, kedua
kromatogram yaitu kromatogram dari ekstrak Gambir dan kromatogram dari baku
pembanding kuersetin diukur luas kromatogram pada panjang gelombang 254nm.
Untuk memperoleh kadar kuersetin dari ekstrak Gambir, maka
kromatogram dibandingkan dan dikalikan dengan konsentrasi baku.
24
luas kedua
Tabel 3. Data Kadar Kuersetin dalam berbagai mutu ekstrak Gambir
No. Jenis Ekstrak Konsentrasi
Gambir kuersetin dalam
ekstrak
1. Kualitas mutu 1 1,3%
2. Kualitas mutu 2 1,1%
3. Kualitas mutu 3 0,6%
Dari hasil tabel tersebut di atas diketahui bahwa kualitas mutu 1 mempunyai kadar
yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak mutu lain, namun tidak berbeda dengan
ekstrak mutu 2. Perbedaan kadar baik katekin dan kuersetin anatar berbagai mutu
dapat disebabkan karena menggunakan bagian tanamandaun dan batang dengan
mutu yang baik, misalnya umur tanaman sudah memenuhi syarat untuk diambil
getahnya. Perbedaan lain dapat disebabkan cara ekstraksi dan perlakuan pemurnian.
Adapun upaya menaikkan kadar katekin adalah dengan melakukan isolasi katekin.
Oleh karena itu pada penelitian ini akan melakukan isolasi katekin dengan berbagai
cara. Sehingga diperoleh metode yang cepat,murah serta menghasilkan kadar yang
optimal.
5.6. lsolasi Katekin dari ekstrak Gambir
lsolasi dilakukan dengan 3cara yaitu :berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut,
kromatografi preparatif dan kromatografi kolom.
a. Kromatografi Kolom
Pada tahap awal isolasi terhadap ekstrak kasar dilakukan pemisahan
kromatografi kolom dengan menggunakan fase diam selulosa dan fase
geraknya yaitu n-heksan : aseton dan aseton secara gradient dengan rentang
0-100%. Cara pemisahan kromatografi kolom adalah sebagai berikut : mula-
mula kapas dimasukkan pada dasar kolom untuk menyangga fase diamnya.
25
Tabel4. Kadar katekin sebelum dan sesudah isolasi kromatografi kolom
No. Jenis ekstrak Kadar Katekin Kadar katekin Peningkatan
Gambir sebelum setelah kadar katekin
diperlakukan diperlakukan
1. Mutu 1 86,71% 93,4% 6,69%
2. Mutu 2 81,93% 91,5% 9,57%
3. Mutu 3 57,04% 90,0% 32,96%
Hasil dari Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil isolasi dengan kromatografi
kolom menunjukkan kadar katekin dapat memenuhi persyaratan Farmakope
Herbal 90 %. Kenaikan tertinggi tentunya terjadi pada mutu 3
b. Kromatografi preparatif
Menggunakan cara kromatografi lapis tipis dengan fase diam plat selulosa dan
fase gerak adalah asam asetat 15 %. baku pembanding katekin digunakan
untuk menentukan lokasi kromatogram senyawa katekin setelah dielusi dengan
fase gerak. Kromatogram yang diduga . katekin kemudian dikerok dan
dimasukkan dalam gelas piala, untuk kemudian dilarutkan dengan pelarut yang
cocok, kemudian dideteksi dengan spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri IR,
GCMS dan NMR. Selain itu kromatogram katekin ditenukan kemurniannya
dengan menentukan kadar senyawa tersebut dengan menggunakan
spektrofotometer UV. Hasil elusidasi struktur dengan GCMS, Spektrofotometer
IR, Spektrofotometer UV-Vis dan penetapan kadar dari ketiga ekstrak adalah
sebagai berikut :
Spektrum elusidasi struktur hasil kromatografi preparatif dengan menggunakan
Spektrofotometer IR dapat diketahui pada Gambar 7 di bawah ini :
26
f&..---1
I
r
.._;.,n._.., .. -. .. ;7,_
9
_ ... -' "'--;,]..;; ' ...... ,.. "'"'..-
''\.
\
I
I
'
' I
\'

....::... "' : . :
Gambar 6. Spektrum IR Katekin dengan menggunakan Spektrofotometer IR
Hasil dari Kromatografi Preparatif
Kromatogram elusidasi struktur hasil kromatografi preparatif
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada Gambar 7
t - . '' ,.J
1
t L _-..J. _ t u.oSter
.Jt::lltil t;umoer: :o-iU'-''1
'Jt.;-t".Sl=r:: l...
:;. 'TJ.lf,Wi
!'<1>',: l.)i.)/1)1 1\J 1:::1
UJ?erator:
IHJ;;
_Jijl}j
v .\.'JJ
I
i
----
.,l::,v.v run
Gambar 8. SpeKtrum UV-Vis Katekin Hasil kromatografi Preparatif
27
dengan
Spektrur
GCMSd

. . . '" . '
: 1 :; ... .
' ...... ...
' .....
1
:.>
''"""
,._,,.,...., .. ,n
........., ...........
l'
.,.,,, >Q<,>C>O
0< U<>U"-'
...
.. .........
,..._..,uouu
...,. .....
Hasil sp
maupun
Hasil pe1
dapat dil
Tabel
No.
1.
2.
3.
elusidasi struktur hasil kromatografi preparatif dengan menggunakan
apat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini
ectrum fengan GCMS tidak dapat ditetapkan baik untuk identifikasi
untuk penetapan kadar karena pada suhu tinggi katekin akan terurai.
etapan kadar katekin hasil isolasi dengan cara kromatografi preparatif
hat pada Tabel di bawah ini :
5. Data Kadar katekin Sebelum dan Sesudah kromatografi preparatif
Jenis ekstrak Kadar Katekin Kadar katekin Peningkatan
Gambir sebelum di lakukan setelah dilakukan kadar katekin
kromatografi kromatografi
preparatif preparatif
Mutu 1 I 86,71% 95,3% 8,59%
Mutu 2 I 81 ,93% 92,8% 9,87%
Mutu 3 I 57,04% 92,0% 34,96%
Dari hasil Tabel di atas diketahui bahwa setelah diisolasi semua kadar
emenuhi persyaratan Farmakope Herbal dan kenaikan tertinggi ada
rak Gambir mutu 3.
katekin m
pada ekst
28
li.
. . '
Gam bar 10. Hasil kromatografi preparatif dan sebelah kanan Hasil yang telah
dilarutkan
c. lsolasi berdasarkan perbedaan kelarutan
lsolasi dengan cara ini menggunakan pelarut dengan berbagai tingkat
kepolaran.Pelarut yang mendekati kepolarannya dengan air seperti
methanol,alcohol,eter atau aseton digunakan untuk melarutkan katekin dan
senyawa yang diduga bukan katekin tidak akan larut demikian pula dengan
pelarut jenis semi polar. Pelarut semi polar masih dapat melarutkan katekin
dengan baik, seperti : etil asetat, chloroform. Sedangkan pelarut non polar
ditujukan untuk melarutkan selain katekin atau senyawa yang tidak diinginkan,
seperti : heksan, petroleum eter. Hasil dari berbagai percobaan diperoleh hasil
seperti dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini :
Spektrum hasil elusidasi struktur dengan menggunakan Spektrofotometer IR
dapat diketahui pada Gambar di bawah ini :
29
\

\

f - .. !,'
Gambar 11 .spektrum IR Katekin Hasil lsolasi berdasarkan perbedaan kepolaran
Kromatogram elusidasi struktur hasil isolasi berdasarkan perbedaan kepolaran
pelarut dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada
Gambar 12
, i- ... ...,r ... t.rurnvtom.:::t..; r
;J.::rHu r;u,r.:1l'; :.o ... vu; 1
hVM Vto;tbl:f,: 1J
::,&mple 'Jff,". 'r.l.lr.\'i l
1.1'1' IJu I' J , 1 V l: :: l
Ufet'&tjr:
i\LJ;_,
.
IJ. VJ
.;:I)
30
.j!JV. u nm
Kromatogram elusidasi struktur hasil isolasi berdasarkan perbedaan kepolaran
pelarut dengan menggunakan GCMS dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah
ini
r
Hasil isolasi katekin dari ekstrak Gambir berdasarkan perbedaan kelarutan
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Kadar katekin hasil isolasi berdasarkan perbedaan polaritas pelarut
No. Jenis ekstrak Kadar Katekin Kadar katekin Peningkatan
Gambir sebelum setelah kadar katekin
diperlakukan diperlakukan
1. Mutu 1 86,71% 95% 8,29%
2. Mutu 2 81,93% 94% 12,07%
3. Mutu 3 57,04% 90% 32,96%
Pertama -tama diakukan percobaan untuk melarutkan pengotor dengan pelarut
non polar heksan dan petroleum eter, namun hasil tidak seperti yang
31
diharapkan karena katekin juga larut dalam pelarut tersebut walaupun tidak
besar sehingga kadar katekin menjadi berkurang dari kadar semula.
Karena katekin selain dapat larut di pelarut polar, semi polar dan sedikit dalam
pelarut non polar, maka dilakukan isolasi secara langsung dengan
menggunakan pelarut yang terbaik untuk melarutkan senyawa tersebut, yaitu
menggunakan pelarut etil asetat yang juga digunakan untuk penetapan kadar
katekin. Hasil isolat diperlakukan sama seperti hasil yang lain yaitu : dibuat
kromatogram spektrofotometri UV-Vis,Spektrum IR
Hasil dari ketiga cara isolasi yang terlama pengerjaan dan membutuhkan biaya
besar adalah cara preparatif. Namun untuk kadar yang relative kecil
kromatografi kolom baik untuk dilakukan.
32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Untuk sementara baru dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kadar katekin Ekstrak Gambir kualitas 1 ternyata lebih tinggi diikuti ekstrak kualitas
2 dan paling rendah adalah ekstrak Gambir kualitas 3
2. Kadar kuersetin Ekstrak Gambir kualitas 1 ternyata lebih tinggi diikuti ekstrak
kualitas 2 dan paling rendah adalah ekstrak Gambir kualitas 3
3. Kadar ekstrak Gambir setelah diisolasi dengan menggunakan kromatografi kolom
untuk semua mutu telah memenuhi persyaratan Farmakope herbal 2:. 90 %. Kenaikan
kadar mutu 1,2 dan 3 masing-masing sebesar 6,69%; 9,57% dan 32,96%
4. Kadar ekstrak Gambir setelah diisolasi dengan menggunakan kromatografi
preparatif untuk semua mutu telah memenuhi persyaratan Farmakope herbal 2:. 90 %.
Kenaikan kadar mutu 1,2 dan 3 masing-masing sebesar 8,59%; 9,87% dan 34,96%
5. Kadar ekstrak Gambir setelah diisolasi dengan menggunakan berdasarkan perbedaan
polaritas pelarut untuk semua mutu telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal
2:.90 %. Kenaikan kadar mutu 1,2 dan 3 masing-masing sebesar 8,29%; 12,07% dan
32,96%
6. Isolasi menggunakan metode berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut atau
melarutkan langsung dengan pelarut yang cocok merupakan isolasi optimal karena
biaya murah, waktu singkat dan hasil tidak berbedajauh dengan metode yang lain
B. SARAN
Isolasi dengan menggunakan metode perbedaan kepolaran pelarut hanya dapat
dilakukan untuk senyawa kimia dengan kandungan besar dalam ekstrak. Jika kandungan
dalam ekstrak kecil maka metode terbaik adalah dengan kromatografi kolom.
'"' '"'
.) .)
DAFTAR PUSTAKA
1. Manfaat dan Fungsi Daun Gambir Sebagai Pengobatan Tradisional, http://
radensomad,com/Manfaat- dan -Fungsi- daun- Gambir -sebagai -obat
Tradisional.html, diunduh tgl12 Januari 2010.
2. Pengolahan Gambir,http//www.sinartani.com/Mimbar Penyuluh/Pengolahan Gambir
- 1252899125.htm.
3. Azmi Dhalimi , Permasalahan Gambir ( Uncaria gambir, L) di Sumatera Barat dan
Alternatif Pemecahannya, Perspektif, val 5 No.4, Juni, 2006, hal 46-59
4. Kementrian Kesehatan R.l, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1 ,Dirjen Pelayanan
Farmasi dan alat Kesehatan, Jakarta, 2008
5. Zein,U, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan kesehatan, e-
USU Respository @ 2005 Universitas Sumatera Utara.
6. Pambayun, R, Gardjito,M, Sudarmaji,S dan Kuswanto,KR, Kandungan Fenol dan
Sifat antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb),
Majalah Farmasi lndonesia,Vol18 (3), 2007,hal141-146.
7. Kusharyanto, Efek infuse Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang diperoleh dari Pasar
terhadap Sistem Syaraf Ot.onom Mencit Jantan, Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XXVI,Padang, 7-8 September 2004.
8. Tika,FH,H.Mukhtar dan Bakhtiar,A, Efek katekin dari Gambir terhadap Tukak
Lambung Tikus Putih Betina, Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
XXVI,Padang,7-8 September 2004.
9. Luthana,Y.K., Prosedur Ekstraksi Senyawa Fenol dan Antibakteri dari produk
Tanaman Gambir yang Disertai Metode Analisisnya,http ://Yongki astanyaluthana,
wordpress.com/2009/01/26/prosedur-ekstraksi-senyawa-fenol dan antibakteri-dari
produk-tanaman-gambir-yang disertai metode analisanya/diunduh tgl 12 Nopember
2009
34
10. Pau' M_Dewick,Medicinal Natural Product. A.Biosynthetic Approach John Willey &
Sons. Chichester-New York-Toronto, 1977
11 . Mills,S and B. Kerry , Principles and Practices of Phytoteraphy, Churchill
Livingstone,2000
12.Afriansyah,N, Coklat Sarat Antioksidan dan Penyehat Jantung,KompasCyber
Media-Kesehatan.htm, Kamis, 31 Maret,07:2.
13. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Edisi 1, Departemen Kesehatan R.l, Jakarta, 2000
14. Mun'i m,A, lsolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Flavonoida dari Crotalaria
Anagyroides, Majalah llmu Kefarmasian, Vol II No.1 ,April,2005, hal 27-29
15. Silverstein, Bassler and Morill, diterjemahkan oleh Hartono, A.J,Purba,A.V,
Penyidikan Spektrometrk Senyawa Organik, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1984.
16. Wagner,H, Bladt, S,Zgainski ,E.M, Translated by Scott,A, Plant Drug Analysis,
Springer-Verlag, Heidelberg-New York, Tokyo, 1984.
17.8rain,K.R and Turner, T.D, The Practical Evaluation of Phytopharmaceuticals,
Wright-Scientechnica, Bristol, 1975.
18. Lisdawati,V, Brime Shrimp Lethality Test (BSL T), Bioassai Antikanker in vitro
dengan Sel Leukemia L 121 0 dan isolasi serta Penentuan Struktur Molekul
Senyawa Kimia dari buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff. Boer!),
thesis, Universitas Indonesia, Depok, 2002.
19. Hayani, E, Analisis Kadar Chatechin dari Gambir dengan berbagai Metode, Bulletin
Teknik Pertanian, Vol 8,No.1, 2003.
20. Copriady,J, Miharty, Herdini, Gallokatekin : Senyawa flavanoid Lainnya dari kulit
Satang Rengas (Giuta rengas Linn.) , Jurnal Natur Indonesia, Vol4 (1), 2002 .
..... -
..)

Anda mungkin juga menyukai