Anda di halaman 1dari 15

1

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal


Kevina suwandi
102012001/E6
proud_of_you16@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510


Pendahuluan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.
1
trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah radius dan ulna, dan
dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang
bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung
atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah juga.
2

Makalah ini diharapkan dapan membantu penulis dan pembaca mengerti
mengenai fraktur di regio antebrachii satu per tiga distal dextra dalam hal anamnesis,
gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis,
differential diagnosis, etiologi, faktor risiko, epidemiologi, manifestasi klinik,
patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, dan prognosis. Dengan
demikian, penanganan dalam kasus fraktur tersebut dapat dilakukan dengan baik.

Anamnesis
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke
diagnosis penyakit tertentu. Di dalam Ilmu Kedokteran, wawancara terhadap pasien
disebut anamnesis. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-
anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila
keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawat-
darurat, afasia akibat strok dan lain sebagainya.
1
Anamnesis yang baik akan terdiri
dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi
(meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).
2




Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:
Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis dan faktor-faktor
yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik
lainnya(panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah
terangsang atau adanya gejala kekacauan mental).
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas
sosial yang dilakukan sehari-hari.
Menanyakan riwayat penyakit keluarga pasien apakah pernah menderita
penyakit yang sama seperti pasien atau ada riwayat trauma.
2


Gejala Klinis
Pada Fraktur tertutup antebrachii, gejala yang harus diperhatikan :
1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau
shorthening
2. Nyeri
3. Bengkak.
3



Pemeriksaan Fisik
1. Look : Tampak adanya edema dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki
hubungan dengan fraktur, cedera terbuka.
3
2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, teraba adanya penonjolan tulang, tetapi
perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan
untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi
dibagian distal cedera.
4

Pemeriksaan Penunjang
Dalam ilmu kedokteran, sinar-X dapat digunakan untuk melihat kondisi
tulang, gigi serta organ tubuh lain tanpa melakukan pembedahan langsung pada tubuh
pasien. Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal
sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan manusia tetapi diserap oleh
tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk melihat kecacatan tulang, kepatahan
tulang, dan menyiasat keadaan organ-organ dalam badan. Sinar-X keras digunakan
untuk memusnahkan sel-sel kanker, yang disebut radioterapi. Pemeriksaan penunjang
yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk deteksi awal penyakit
tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan
jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT
scan diguna sebagai ganti

Diagnosis Kerja
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti
kondisi pasien yaitu adanya Fraktur Antebrachii Dextra 1/3 Distal. Fraktur tulang
adalah putusnya kesinambungan suatu tulang. Fraktur dapat terjadi pada semua
bagian tubuh salah satunya adalah fraktur antebrachii 1/3 distal yaitu suatu patahan
yang mengenai 1/3 bagian bawah tulang tangan.
.2

Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur, hampir tak dapat
dielakkan menimbulkan cedera jaringan lunak. Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan
setelah pemeriksaan fisik dilakukan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal,
4
tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, teraba
adanya penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), dan tidak dapat digerakkan.

Diagnosis Banding
- Fraktur Os Radius/Ulna
Klasifikasi Fraktur Antebrachii
1. Fraktur Colles.
Deformitas pada fraktur ini seperti sendok makan (dinner fork deformity).
Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta
lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah
berputar keluar (eksorotasi, supinasi). Ini adalah fraktur yang paling sering
ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita
yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.





2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke anterior (volar), karena itu sering disebut reverse
collesfracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan
tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada
pergelangan tangan dan pronasi.

5



3. Fraktur Monteggia.
Fraktur sepertiga proximal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proximal.
Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal
ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Ternyata kemudian
terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga posterior.
Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu
melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. Pada
umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat
dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fossa cubitus.
Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya
tanda-tanda cedera pada saraf radialis. Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi
(sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong
ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi,
gayamendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan fragmen
ulna mengadakan angulasi ke posterior. Gambaran radiologis jelas
memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi sendi radio-
humeral.

6

Gambar 1.1 Fraktur Monteggia

Pengobatan
Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode
operatif sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa.
Petunjuk untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang
mengalami fraktur hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya
direduksi. Pada anak-anak kadang dapat dilakukan manipulasi, tetapi pada
orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan flat.
Kalau caput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan bila
tidak, harus di terapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan
siku yang di fleksi selama 6 minggu. Setelahi itu dianjurkan gerakan aktif

4. Fraktur Galleazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien
jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terrjadi pula rotasi lengan
bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya
supinasi. Jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian
bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan
pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering terjadi. Gambaran klinisnya
bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan, nyeri dan
tegang dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi pemendekan
lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal.
Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Gambaran
radiologisnya pada fraktur ini yaitu fraktur melintang atau oblique yang
7
pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau
tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.
3,4


Gambar 2.1 Fraktur Galleazzi

Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk
dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif
mungkin kurang memuaskan dan bila demikian, terapi bedah menjadi pilihan.

Epidemologi
Fraktur radius/ulna sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-
9% dan sering juga pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih. Fraktur pada 1/3
distal dari diafisis adalah sebanyak 79%. Untuk fraktur femur yang terbagi dalam
beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur subtrochanter femur
ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang
sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya
ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita muda ditemukan
riwayat mengalami kecelakaan. Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur
intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa
karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Fraktur batang femur pada anak
terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
5
8

Etiologi
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma), seperti
kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang
melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa
benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
1. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
2. Usia penderita
3. Kelenturan tulang
4. Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran
kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila
terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan (fraktur kelelahan) pada tulang
menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang-ulang. Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik).
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget ). Dengan
tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena kelainan seperti
osteoporosis,osteomyelitis atau tumor seperti ewings sarcoma atau metastase
myeloma bisa mengalami patah tulang. Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena
jatuh di kamar mandi dan posisi tangan menahan berat tubuh sehingga pasien tidak
dapat menggerakkan tangannya.

Manifestasi klinik
9
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
2,3,4


Patofisiologi
Sewaktu tulang patah ( fraktur ) mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang
atau pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum-sum
tulang, sehingga merangsang pengeluaran katekolamin yang yang akan
merangsang pembebasan asam lemak kedalam sirkulasi yang menyuplai
organ, terutama organ paru sehingga paru akan terjadi penyumbatan oleh
lemak tersebut maka akan terjadi emboli dan menimbulkan distress atau
kegagalan pernafasan. Trauma yang menyebabkan fraktur ( terbuka atau
tertutup ) yang mengakibatkan perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah
dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut dan terjadi perdarahan
masif yang bila tidak segera ditangani akan menyebabkan perdarahan hebat,
terutama pada fraktur terbuka ( shock hypopolemik ).
Perdarahan masif ini ( pada fraktur tertutup ) akan meningkatkan tekanan
dalam suatu ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan
tulang yang membatasi jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan
oedema sehingga akan menekan pembuluh darah dan saraf disekitar tulang
10
yang fraktur tersebut maka akan terjadi sindrom kompartemen ( warna
jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri hebat. )dan akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler (4-6 jam kerusakan yang
irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak berfungsi lagi).
Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang
yang fraktur yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jala
untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi
sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling (membentuk tulang
sejati) tulang sejati ini akan menggantikan kalus dan secara perlahan
mengalami kalsifikasi ( jadi tulang yang matur ).

Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung


sendiri setelah patah tulang. Proses penyambungan tulang pada setiap individu
berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan tulang
adalah (1) usia pasien, (2) jenis fraktur, (3) lokasi fraktur, (4) suplai darah, (5)
kondisi medis yang menyertainya.
5


Penatalaksanaan Medika Mentosa
Perlu dilakukan tata laksana terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat
fraktur. Pada keadaan tersebut pasien dapat diberikan paracetamol 500 mg hingga
dosis maksimal 3000 mg per hari. Bila respons tidak adekuat dapat ditambah dengan
kodein 10 mg. Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi
nonsteroid seperti ibuprofen 400 mg, 3 kali sehari. Golongan narkotik hendaknya
dihindari karena dapat menyebabkan delirium.
3


Penatalaksanaan Non-Medika Mentosa
Untuk fraktur sendiri, prinsip penatalaksanaannya adalah mengembalikan
posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu
selama masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus
mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling).
2
Fraktur dapat ditangani sesuai dengan kondisi dari tulang. Imobilisasi dengan
gips merupakan penanganan pilihan pada fraktur lengan bawah kedua tulang yang
tidak disertai dislokasi dan fraktur ulna saja. Alatnya dengan stress sharing, dengan
11
cara penyembuhan tulang sekunder. Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan long arm
cast telah dipergunakan untuk fraktur lengan bawah dengan dislokasi, tapi mungkin
kurang memuaskan kecuali jika reduksinya dapat dipertahankan dengan hati-hati.
Gips harus memiliki cetakan interoseus yang baik dengan potongan melintang
berbentuk oval, bukan bulat, karena dapat membantu mempertahankan ruang
interoseus. Fraktur radius sepertiga distal harus dimobilisasi dalam posisi pronasi
(merelaksasikan tarikan deformasi m. pronator quadratus) untuk mencapai
kemungkinan terbaik kesegarisan yang dapat diterima. Long arm cast dipakai selama
4 minggu, dan kemudian diganti dengan short arm cast atau brace fungsional selama 2
minggu. Durasi pemakaian gips dan imobilisasi adalah sekitar 6 sampai 8 minggu
sebelum menyambung.
6

Kebanyakan fraktur lengan bawah, termasuk fraktur radius saja, fraktur kedua
tulang, dan fraktur yang disertai dislokasi caput radii atau destruksi articulatio
radioulnaris distalis memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang
digunakan adalah stess shielding dan cara penyembuhan tulang primer.
6

Pada fraktur monteggia, reduksi tertutup caput radii dapat dilakukan, diikuti
dengan pemasangan pelat untuk fraktur ulna. Reduksi simultan caput radii akan
terjadi saat fraktur corpus ulnae telah tereduksi secara anatomis dan terfiksasi.
Bergantung pada stabilitas caput radii setelah reduksi, imobilisasi pascaoperatif dapat
bervariasi dari long arm cast sampai brace fungsional.
6

Pada fraktur galeazzi, radius direduksi secara anatomis dan difiksasi pada
pelat. Penanganan ini akan mengembalikan posisi articulatio radioulnaris. Long arm
cast atau brace fungsional mempertahankan lengan bawah pada posisi supinasi selama
4 minggu. Penanganan kemudian diikuti dengan short arm cast selama 2 minggu
berikutnya.
6

Fraktur colles dan smith juga memiliki cara penanganan yang berbeda dengan
fraktur monteggia dan galaezzi. Cara pertama adalah dengan reduksi tertutup dan
pemasangan gips, yang merupakan penanganan fraktur yang tidak memerlukan fiksasi
bedah. Cara ini diindikasikan untuk pasien dengan fraktur tanpa dislokasi atau dengan
dislokasi minimal tanpa kominutif yang banyak. Radiograf pascareduksi harus
memperlihatkan pemulihan kemiringan palmar dan panjang radius. Secara umum,
pasien berusia lebih dari 60 tahun biasanya ditangani dengan short arm cast untuk
mencegah kekakuan siku. Setelah pemasangan long arm cast selama 3 sampai 6
minggu pertama, akan diteruskan dengan pemasangan short arm cast. Long arm cast
12
memberikan dukungan yang lebih baik untuk fraktur kominutif tidak stabil serta
memberikan kontrol rotasional dan kontrol nyeri yang lebih baik. Fraktur tanpa lokasi
dapat ditangani dengan short arm cast.
6

Ada pula fiksator eksterna yang sangat berguna untuk fraktur kominutif,
fraktur dengan dislokasi yang tidak dapat ditangani dengan reduksi terbuka atau
fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stress-sharing dengan cara penyembuhan
tulang sekunder, dengan disertai pembentukan kalus. Kadang-kadang, pin
perkutaneus atau fiksasi interna dapat digunakan sebagai adjuvan fiksasi eksterna.
6

Selain itu, bila frakturnya artikular dengan dislokasi, digunakan metode
reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stres-shielding untuk
fiksasi pelat dan stress-sharing untuk fiksasi pin. Cara penyembuhannya primer, jika
tercapai fiksasi solid dengan pelat sehingga tidak terbentuk kalus, cara penyembuhan
sekunder jika fiksasi solid tidak tercapai, atau pada pin perkutaneus. Gips pasca oprasi
biasanya dianjurkan selama 2 sampai 6 minggu, bergantung pada stabilitas fiksasi.
6

Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak
13
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau
trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin
karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
4,6


Pencegahan
Pencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang yang
pernah hilang seperti mengkonsumsi :
Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat
tulang jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium
adalah mineral yang penting dalam hidup.
Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian
ilmiah telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang.
Studi yang berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat
mencegah penyerapan kembali dan masuknya makanan secara cukup, dimana
hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang.
Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan
melindungi tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki
kandungan vitamin D rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah.
Mereka juga memiliki kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya
umur. Vitamin D secara alami bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja
(misal minyak ikan cod), tetapi juga dapat memperolehnya dari sinar matahari,
dan banyak makanan yang sudah diperkuat dengan nutrisi.
Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah
untuk membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan
dalam tulang). Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin
14
magnesium masuk ke tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus
memenuhi sekitar 320mg magnesium setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-
420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan mengkonsumsi, kacang-
kacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum, dan sayuran yang
berwarna gelap seperti bayam.
Berhati-hati dalam berdiri dan berjalan.
6



Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan status
kesehatan individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya
memang sudah dijangka, namun, individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur
antebrachii tertutup memiliki tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar
1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan
kecacatan/deformitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat
fraktur.
5

Penutup
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami
perforasi sehingga lokasi fraktur tidak terpajan lingkungan luar sedangkan fraktur
terbuka atau fraktur gabungan adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada
ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup terutama di tungkai bawah biasanya
mempunyai resiko tinggi untuk mendapat compartment syndrome karena pada patah
tulang tertutup, darah tidak dapat keluar dan sering menimbulkan peningkatan
tekanan compartment otot. Justru, pemeriksaan neurovascular distal terutama bila
kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jika terlambat
amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhan dan
prognosis yang membaik.

Daftar Pustaka
1. Aru W. Sudoyo, Bambang S, Idrus A, Marcellus simadibrata, Siti S editor.
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Pusat informasi dan Penerbitan
bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta; 2009 : 2556-564.
15
2. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk.
Editor edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep klinis
penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta; 2009 : 1381-1406.
3. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harissons principles of
internal medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing
Division; 2008.
4. Becker MA, Jolly M. Clinical gout and pathogenesis of hypeuricemia. In :
Arthritis and allied condition. A textbook of Rheumatology. Koopman
WJ,editor. Edisi 15. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2008. P.
2303-33.
5. Klippel JH,. Gout, epidemiology, pathology and pathogenesis. In : Primer on
the rheumatic disease. Edisi 12. Atlanta: Arthritis foundation; 2008. p. 307-24.
6. Freddy PW, Sulistia Gan. Farmakologi : analgesik antipiretik analgesik anti-
inflamasi dan obat gangguan sendi lainnya. Edisi ke-5. FKUI; 2007. 230-46.

Anda mungkin juga menyukai