Anda di halaman 1dari 12

Disentri

Skenario :
Seorang anak perempuan berusia 1 tahun di bawa ke puskesmas dengan keluhan
sudah 3 hari BAB encer, frekuensi > 7x perhari, tampak berlendir dan sedikit darah. Anaknya
juga muntah jika diberi makan/minum. Pemeriksaan fisik : S : 38.3 C, N : 125x/menit, turgor
menurun.
Pedahuluan
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Sedangkan diare itu
sendiri didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam
satu hari, atau lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau
konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya.

Di Indonesia
penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherchia coli
dan Entamoeba histolytica.
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus
Entamoeba histolytica. Sedangkan blastokistosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Blastocystis hominis.
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengizinkan dapat berubah menjadi
patogen (membentuk koloni di dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan
disentri amoeba.

Blastocystis hominis juga merupakan protozoa usus yang tergolong
Sporozoa, yang menyebabkan penyakit pada manusia (Zierdt, 1991). Parasit ini
menyebabkan blastokistosis.
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun. Disentri
amoeba dapat ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung melalui tangan, maupun tidak
langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah
tinja yang mengandung kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat
penampungan anak cacat atau pengungsian dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi
lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain petogen
dibanding di negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein di
samping perbedaan strain amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya
cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya: pencemaran air minum,
pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-
anal pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi.
Epidemik sering terjadi lewat air minum yang tercemar.
1. Anamnesis
Indetitas pasien
Alloanamnesis
Keluhan utama
Riwayat Penyakit Sekaran.
Riwayat penyakit dahulu
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat Makan Minum Anak
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit
- Derajat kesadaran : Compos mentis
- Derajat gizi : Kesan Baik/buruk

B. Tanda Vital
- Tekanan darah :
- Nadi :
- Respirasi :
- Suhu :

C. Status gizi
- Umur :
- Berat Badan :
- Tinggi Badan :

Antropometri
- BB/U
- TB/U
- BB/TB
D. Kulit

E. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut, ubun-ubun besar datar.


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikroskopik tinja : feses mengandung darah, lendir, pus.
2. Endoscopy : memberikan visualisasi area yang terlibat.
3. Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia yang terjadi karena malnutrisi /
malabsorbsi.
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja
bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis
etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk
mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama
(minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan tinja
o Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk
trofozoit dalam tinja
o Benzidin test
o Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
Biakan tinja :
o Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 - 15.000 sel/mm3), terkadang dapat
ditemukan leukopenia.

3. Different Diagnosis
Diare :
Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering dialami oleh
semua orang, termasuk anak-anak. Namun pada anak-anak, diare dapat
menjadi keadaan yang mengancam jiwa karena mereka lebih rentan
mengalami dehidrasi dibandingkan orang dewasa. Selain itu diare juga
merupakan penyebab utama terjadinya malanutrisi pada anak-anak.
Keadan-keadaan yang menjadi penyebab utama terjadinya diare adalah
higiene yang buruk, sumber air yang tidak bersih dan sehat, lingkungan tempat
tinggal yang padat, dan kecenderungan orang tua untuk memberikan susu
formula daripada ASI. Padahal anak yang mendapat ASI eksklusif jarang
menderita diare.
Diare adalah gangguan usus yang ditandai dengan abnormalitas
kandungan air dan konsistensi feses yang dikeluarkan. Diare juga berarti
buang air besar dengan feses yang cair, minimal 3 kali dalam 24 jam. Diare
dapat disebabkan infeksi oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, ataupun
parasit. Penyebab lainnya adalah konsumsi obat-obatan, terutama antibiotika,
dan pemakaian pemanis buatan.
Diare biasanya akan berlangsung dalam 1 minggu (3 sampai 6 hari)
dan kemudian akan sembuh dengan sendirinya. Diare kronis berlangsung lebih
lama dari diare akut, dan biasanya merupakan petanda terdapat gangguan
kesehatan yang lebih serius seperti infeksi kronis, gangguan absorpsi
makanan/nutrien (malaabsorpsi) ataupun disebabkan oleh penyakit yang
disebut sebagai Irritable Bowel Syndrome.

A. Macam - macam diare
secara klinis diare dibagi menjadi 4 tipe. Pembagian tersebut dengan
mudah dapat dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan fisis dan tidak
diperlukan pemerksaan laboratorium. Selain itu tiap tipe diare merefleksikan
proses patologi dan perubahan fisiologis yang terjadi. 4 tipe tersebuat adalah:

1. Diare Berair Akut

Termasuk dalam kelompok ini adalah kolera. Berlangsung selama beberapa
jam hingga beberapa hari. Dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat
badan.

2. Diare Berdarah Akut

Selain menyebabkan dehidrasi, juga menyebabkan kerusakan usus,sepsis,

dan malnutrisi.

3. Diare Persisten

Berlangsung selama 14 hari atau lebih. Selain dehidrasi, dapat juga terjadi
malanutrisi dan infeksi non-usus.

4. Diare Dengan Malanutrisi Berat (marasmus dan kwashiorkor)

Selain dehidrasi, keadaan ini dapat menyebabkan infeksi sitemik yang berat,
gagal jantung, serta defisiensi mineral dan vitamin.

Tata laksana setiap tipe diare terutama bertujuan untuk mencegah dan
mengatasi komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi
Diare yang disebabkan oleh infeksi biasanya ditandai dengan gejala
awal berupa demam dan muntah, setelah itu baru timbul diare. Biasanya anak
akan merasa "tidak nyaman" tap! tidak merasa sakit. Infeksi oleh bakteri
ataupun parasit biasanya menyebabkan fesesnya bercampur darah.








4. Etiologi
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
[2]
.
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Salmonella
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih
sering pada anak usia > 5 tahun

5. Epidemiologi
Disentri basiler dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di
daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat
terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau
melalui vector, misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah
melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.
6. Patofisiologi
Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu dari
berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai
nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lender.
Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat
menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran
pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang
sangat menular. Dosis infektif kurang dari 10
3
organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada
dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput
lendir, ulserasi superfisial, perdarahan, pembentukan pseudomembran pada daerah
ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman.
Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-
person contact.

7. Manifestasi Klinik
Bakteri menyebabkan penyakit dengan menyusup ke dalam lapisan usus,
menyebabkan pembengkakan dan kadang kadang luka dangkal.
Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi.
anak-anak yang lebih muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan demam,
rewel, perasaan mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, diare, nyeri
perut dan kembung dan nyeri pada saat buang air besar.
Setelah 3 hari, tinja akan mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar
menjadi lebih sering, sampai lebih dari 20 kali/hari.
Bisa terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja sering tidak
berdarah dan tidak berlendir.
Gejalanya dimulai dengan nyeri perut, rasa ingin buang air besar dan
pengeluaran tinja yang padat, yang kadang mengurangi rasa nyeri. Episode ini
berulang, lebih sering dan lebih berat.
Terjadi diare hebat dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir, nanah dan darah.
Kadang penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih,
kadang dimulai dengan tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa
menyebabkan dehidrasi.
8. Penatalaksanaan
Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang,
lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk
mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai
penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis. 2. Komponen terapi
disentri : a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit. b. Diet c. Antibiotika d.
Sanitasi
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus
diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian
dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet
lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi
vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri,
terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat
perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam
pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat
motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang
masa sakit.
c. Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan
mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang
tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi
dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) :
Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol
50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian
kotrimoksazol dibandingkan plasebo10.
Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam
nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun,
sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll.
Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan
dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam
pemeriksaan mikroskopis tinja.
o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika
berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya
efektif untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah
Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan
membaik dalam 2-3 hari terapi.
d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih
sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

9. Komplikasi
Dehidrasi
Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
Kejang
Protein loosing enteropathy
Sepsis dan DIC
Sindroma Hemolitik Uremik
Malnutrisi/malabsorpsi
Hipoglikemia
Prolapsus rektum
Reactive arthritis
Sindroma Guillain-Barre
Ameboma
Megakolon toksik
Perforasi lokal
Peritonitis

10. Pencegahan
Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.

11. Prognosis
Baik









Daftar Pustaka
1. Nelson, Behrman, Klegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. 15(2).Jakarta : EGC.
2000
2. Disentri diunduh dari www.wakipedia.com 2009
3. Menangani diare anak diunduh dari www.medicastore.com 2009
4. Diare diunduh dari www.multiply.com 28 oktober 2005
5. Simanjuntak,C.H, Epidemiologi disentri, www.kalbe.co.id diakses anggal 8 mei
2008
























PBL 16
SISTEM DIGESTIV 2



Maria Christianti
10-2007-063













Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
2010

Anda mungkin juga menyukai