Anda di halaman 1dari 32

1

TUGAS
IKM







Disusun Oleh:
Ria Angela
11.2011.230





DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2013


2


SAMPLING

Populasi adalah kumpulan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu
yang telah ditetapkan dalam penelitian. Penelitian yang melibatkan populasi sebagai obyek
penelitian disebut sensus.
Kelebihan populasi adalah:
- Data dijamin lebih lengkap
- Pengambilan kesimpulan/generalisasi lebih akurat
Kelemahan populasi adalah:
- Membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu)
- Tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/ dilacak di lapangan
Sampel merupakan bagian tertentu dari unit populasi. Penelitian yang melibatkan sampel
sebagai obyek penelitian disebut sampling populasi.
Kelebihannya adalah:
- Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)
- Anggota sampel lebih mudah didata/ dilacak di lapangan
Kelemahannya adalah:
- Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel
- Pengambilan kesimpulan/ generalisasi perlu analisis yang teliti
Sampel yang baik harus:
- Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel
- Batasan sampel harus jelas
- Dapat dilacak di lapangan
- Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali atau lebih)
- Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian)
Metode pengambilan sampel yang baik adalah:
- Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan
- Dapat memilih sampel yang representatif
- Efisien dalam penggunaan sumber daya
- Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel



3

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampling. Teknik sampling dikelompokan
menjadi 2, yaitu probability sampling dan non probability sampling.

1. Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
a) Simple Random Sampling
Dalam pengambilan sampel, peneliti memperkirakan sampel dalam populasi
berkedudukan sama dari segi-segi yang akan diteliti. Dengan cara mengambil acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan syarat anggota populasi
homogen.
Syarat dapat digunakannya simple random sampling sebagai teknik sampling
ialah jumlah populasi relative kecil, dan setiap anggota populasi mempunyai
karakteristik yang sama (homogen). Contoh cara pemakaian Simple Random
Sampling misalnya dengan undian. Nama-nama populasi sampel (kerangka sampel)
dimasukkan ke dalam kocokan, kemudian diundi, dan nama-nama yang keluar dari
kocokan tersebut adalah unit sampel (orang yang akan menjadi responden).
Kelebihan dari teknik ini ialah dapat mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel, dan kemampuan menghitung standar eror. Kelemahannya
adalah tidak bisa dilakukan saat populasi sample berjumlah banyak.

b. Systematic Random Sampling
Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan selang interval
tertentu secara berurutan. Misalnya, jika ingin mengambil 1000 sampel dari 5000
populasi secara acak, maka kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari
interval pertama antara angka 1-5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka
berikutnya dari interval selanjutnya.
Syarat agar tipe ini dapat digunakan ialah tersedianya daftar anggota populasi.
Setelah itu tentukan jarak (interval) secara acak sebagai dasar pemilihan sampel,
tentukan sampel pertama atas dasar angka yang terpilih, selanjutnya pilih berdasarkan
kelipatan angka tersebut. Pada kondisi populasi tak terbatas, dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengelompokkan populasi ke dalam beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah sampel yang diperlukan (petani, pedagang, PNS, pelajar, dll).
4

Kelebihan pada tipe ini adalah lebih praktis dan hemat dibanding dengan
pengambilan simpel random sampling. Kekurangannya ialah tidak bisa digunakan
pada penelitian yang heterogen karena tidak mempunyai/menangkap keragaman
populasi heterogen.
c. Stratified Random Sampling
Jika penelitian kita memerlukan data bertingkat, berstrata atau yang mungkin
berbentuk kelas, umur, daerah, dan kedudukan, atau sejenis, maka kita menggunakan
sampel stratified dengan mengambil sampel pada strata-strata tertentu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Pertama, populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan criteria
tertentu yang memiliki unsur populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan
homogen. Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota
secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional.
Syarat penggunaan metode ini:
Populasi mempunyai unsur heterogenitas
Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi / lapisan sesuai dengan
umur heterogenitas yang dimiliki
Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih
(secara proporsional atau disporprosional)
Keuntungan: semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili
Kelemahan: memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk
menentukan ciri heterogenitas yang ada pada populasi.
d. Cluster Sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas. Dalam penggunaan cluster sampling ini
umumnya kesatuan yang diteliti, merupakan kelompok yang lebih besar. Teknik ini
dimaksudkan agar semua perbedaan dalam populasi terwakili. Tingkat berkaitan
dengan jenjang pangkat, penghasilan, struktur pemerintahan, dan sebagainya.
Pemilihan pada tingkat dilakukan sesuai dengan pemilihan sampel acak sederhana.
Jumlah sampel pada tiap strata dapat dilakukan secara pukul rata atau proporsional.
Caranya: populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergerombol
(cluster). Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub populasi yang lebih
5

kecil. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel
penelitian.
Kelebihan: lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat
terwakili oleh sampel.
Kekurangan: harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi populasi
penelitian, kadang-kadang ada perbedaan jumlah yang besar antara masing-masing
strata/lapisan/tingkat.
2. Non-probability sampling
a. Sampling Sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Smpling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau
marketing research. Sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan
pertama (menggunakan random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti
menyebut sampling sistematik sebagai quasi random sampling atau pseudo random
sampling.
b. Sampling Kuota
Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai
ciri-cirir tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota
sampel ini perlu menetapkan strata populasi berdasarkan tanda-tanda yang
mempunyai pengaruh besar terhadap variable yang akan diselidikan. Sedangkan
penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat berdasarkan faktor
sosial, faktor ekonomi, faktor geografis, atau faktor politis. Teknik sampel ini adalah
bentuk dari sampel distratifikasikan secara proporsional, namun tidak dipilih secara
acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%.
Jika seorang peneliti ingin mewawancarai 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin
tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga
puluh sampel tadi tidak dilakukan seara acak, melainkan secara kebetukan saja.
Kelebihan: mudah dan cepat digunakan.
Kelemahan: penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti.
6

c. Sampling Aksidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Kelebihan dari penggunaan tipe sampling ini ialah mudah dan cepat digunakan.
Kelemahannya ialah jumlah sampel mungkin tidak representatif karena tergantung
hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu.
d. Purposive Sampling
Teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian
tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam
bidang kepegawaian saja. Jadi, seseorang atau sesuatu yang diambil sebagai sampel
karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Misalnya, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel
sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi
politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik.
Sampel ini cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian
yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Kelebihan dari sampling jenuh ini ialah diperlukan waktu untuk pengumpulan data
sampel. Kelemahannya tidak cocok utnuk populasi dengan anggota besar.
f. Snowball Sampling
Teknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini
disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak.
7

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa
dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta
kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan
sample. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian
terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan
kemudian melakukan wawancara. Setalah selesai peneliti tadi minta kepada wanita
lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah
wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa
menghentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada
pecandu narkotik, para gay, atau kelompok social lain yang eksklusif (tertutup).
Kelebihan: mudah digunakan.
Kelemahan: membutuhkan waktu yang lama.














8

DESAIN STUDI
Desain penelitian dapat dibagi dalam menurut:
1. Menurut tujuan penelitian:
a. Deskriptif : jika hanya ingin mengetahui frekuensi (besar masalah), distribusi
(sebaran) dan faktor-faktor risiko kejadian dari suatu penyakit atau
masalah kesehatan: variabel who, when dan where. Tidak
diketahuinya hubungan sebab akibat antar faktor.
b. Analitik : jika selain ingin diketahui variabel who, when dan where dari suatu
populasi, ingin diketahui juga hubungan sebab akibat antar 2 faktor
(How atau Why).
2. Menurut alur atau arah penelitiannya:
a. Prospektif : yaitu penelitian yang dilakukan pada saat belum terjadinya outcome
(masalah/penyakit). Mulai dari paparan dimulai diamati (follow up)
subyeknya sampai timbul atau tidak timbul outcome selama periode
penelitian yang telah ditetapkan.
b. Retrospektif : yaitu penelitian yang dilakukan pada saat outcome (masalah/penyakit)
sudah terjadi kemudian baru dicari eksposurnya. Tidak ada
pengamatan atau follow up terhadap subyek.
3. Menurut perlakukan pada subyek penelitiannya:
a. Observasional: yaitu penelitian yang dilakukan dengan tanpa perlakukan pada
subyek penelitiannya. Peneliti hanya mengobservasi data pada
subyek saja. Dapat dilakukan pada saat belum timbulnya outcome
(misalnya studi Kohort) atau pada saat outcome (masalah/penyakit)
sudah terjadi.
b. Eksperimen : yaitu penelitian yang memberikan perlakukan dengan sengaja
(intervensi) pada subyek penelitiannya. Outcome dinilai sesudah
diberikan intervensi tertentu pada subyek. Bersifat prospektif
misalnya rancangan studi clinic trial. Ada periode follow up
tertentu.
9

1. Cross sectional
Pada tipe ini, peneliti tidak mengikuti proses perjalanan penyakit, tetapi mengamati subjek
studi yang hanya satu kali dalam suatu saat atau suatu periode tertentu, Cara pengamatan
yang dilakukan hanya satu kali seolah-olah seperti penampang melintang. Oleh karena itu,
pendekatan yang dilakukan disebut cross sectional.
Pada umumnya, studi cross sectional ditujukan untuk mencari prevalensi suatu penyakit
atau mendeskripsikan ciri-ciri penduduk yang mengalami masalah kesehatan di suatu
daerah, tetapi dalam hal tertentu penelitian cross sectional dapat digunakan untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan menghasilkan hipotesis spesifik
sehingga dikatakan bahwa penelitian cross sectional merupakan penelitian peralihan antara
studi deskriptif dan analitik.
Pada umumnya, penelitian cross sectional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu
2. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan saja
4. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesa
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitia analitik
Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
1. Keuntungan
a. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang
cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.
b. Dalam hal tertentu, pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk
memeprkirakan adanya hubungan sebab akibat
c. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian
analitik
d. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi
penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dan dengan
demikian dapat digunakan untuk menyususn perencanaan pelayanan kesehatan.

10

2. Kerugian
- Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
yang terjadi dengan berjalannya waktu. Untuk mengatasi kelemahan ini dapat
dilakukan dengan mengadakan penelitian cross sectional berulang-ulang agar
dapat diketahui perubahan yang terjadi.
Misalnya perubahan prevalensi penyakit TBC di suatu daerah, tetapi cara ini juga
mempunyai kelemahan yaitu pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan
dalam distribusi golongan umur dan orang-orang dengan golongan umur tertentu
yang bukan berasal dari kohort yang sama karena kemungkinan terjadi migrasi
ke dalam atau ke luar negeri.
Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan lngkah-langkah
sebagai berikut :
1. Identifikasi dan perumusan masaah
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap
insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas
bahwa maslah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk di atasi
melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah
tersebut berada.
2. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penti dalam suatu penelitian karena dari
tujuan ini dapat ditentukan metode yang digunakan. Tujuan penelitian harus
dinyatakan dengan jelas agar orng dapat mengetahui apa yang akan dicari, di mana
akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang
melaksanakannya.
3. Menentukan lokasi dan populasi studi
Pada penelitian dalam pemilihan populasi studi, cross sectional tidak dilakukan
terhadap semua objek studi, tetapi dilakukan pada sebagian populasi dan hasilnya
dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.
4. Menentukan cara dan besar sampel
Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan Cochran
berikut :

11

Untuk Data Deskrit
n = p . q. Z
2

L
2
Keterangan :
n = besar sampel p = proporsi yang diinginkan
q = l p Z = simpangan dari rata-rata distribusi Normal standart
L = besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masih dapat
diterima

Untuk Data Kontinu
n = Z
2 .
s
2
Keterangan : S
2
= varian sampel


L
2
Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan secara acak dan disesuaikan dengan
kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersedianya sampling frame yaitu daftar
subjek studi pada populasi studi.
5. Memberikan definisi operasional
6. Menentukan variable yang akan diukur
Variable yang akan diteliti sudah harus jelas pada saat merumuskan tujuan penelitian.
7. Menyusun instrument pengumpulan data
Penyusunan instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variabel yang terlewat
karena dalam instrument tersebut berisi semua variabel yang hendak diteliti.
Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium
atau radiologis dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan penelitian.
8. Rencana analisis
Rancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian
dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.
Pada penelitian analitik menggunakan pendekatan cross sectional merupakan sumber bias
yang sangat potensial. Bias tersebut dapat timbul karena hal- hal sebagai berikut.
a. Tidak terdapat hipotesis yang spesifik dan bila dibuat hypothesis maka hipotesis
tersebut merupakan hipotesis yang premature karena penelitian cross sectional tidak
dirancang untuk penelitian analitik
12

b. Keadaan awal kedua kelompok yang dibandingkan tidak diketahui hingga sulit untuk
menentukan apakah keadaan yang diperoleh merupakan sebab atau akibat dan apakah
terjadi sebelum atau setelah terpajan.
c. Komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan sulit dilakukan dan hal ini akan
menimbulkan bias.
d. Karena sebab dan akibat ditentukan pada saat yang sama maka kemungkinan
terjadinya bias kronologis sangat besar.
e. Hasil penelitian sulit dieksplorasi karena penelitian analitik pada cross sectional tidak
dilankukan secara random.
f. Pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit denggan menggunakan rekam medis
sebagai sumber data, bias terjadi pada pajanan atau intervensi karena tidak dapat
ditelusuri kebenaran pemeriksaan yang dilakukan atau diagnosis yang digunakan.
g. Validitas data tidak diketahui.

2. Penelitian prospektif (penelitian kohort)
Penelitian ini bersifat longitudinal, yaitu mengikuti perjalanan penyakit ke depan
berdasarkan urutan waktu. Dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada
kelompok yang terpajan oleh faktor resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan,
kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statistik dibandingkan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit
yang diteliti.
Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum
menampakkan gejala penyakit yang diteliti. Lalu kedua kelompok diikuti ke depan
berdasarkan sekuens waktu (prospektif). Setelah itu dilakukan pengamatan untuk mencari
insisdensi penyakit (efek) pada kedua kelompok. Kemudian insidensi penyakit pada
kedua kelompok dibandingkan menggunakan perhitungan statistik untuk menguji
hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek).
Penelitian prospektif dapat dibagi menjadi penelitian observasional dan intervensional
(eksperimen) berdasarkan keterlibatan peneliti dalam intervensi. Bila peneliti secara pasif
hanya mengamati proses perjalanan penyakit alamiah disebut penelitian observasional,
tetapi bila peneliti secara aktif dan terencana melakukan intervensi disebut penelitian
intervensional. Penelitian kohort dapat terdiri dari satu kohort atau dua kohort.
13

Penelitian dengan satu kohort pada dasarnya bersifat deskriptif karena pada awal
penelitian tidak terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai kontrol.
Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa dalm kohort tersebut terdapat kelompok
idividu yang akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian tidak. Selain itu,
terdapat pula kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko dan sebagian menderita
penyakit tersebut dan kelompok ini dianggap sebagai kontrol kemudian dianalisis secara
analitis. Kelompok kontrol demikian sering disebut sebagai kontrol interna.
Pada penelitian prospektif dengan dua kohort, sejak awal penelitiannya telah
dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terpajan oleh factor risiko timbulnya
penyakit tertentu dan kelompok lain, yang tidak terpajan oleh factor risiko kemudian
proses perjalanan penyakit alamiah kedua kelompok tersebut diikuti untuk menemukan
insidensi penyakit yang dimaksud kemudian dianalisis dengan menghitung risiko relative,
risiko atribut, dan perhitungan statistik untuk menjadi hipotesis. Dalam hal ini kelompok
pembanding disebut kelompok kontrol eksterna.
Keuntungan
a. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal
(ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang dlakukan
oleh alam berupa waktu.
b. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara
alamiah akibat pajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan
secara sengaja atau tidak sengaja.
c. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit
(patogresif).
d. Rancangan penelitian ini digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.
e. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang teliti.
f. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.
g. Besarnya resiko relative dan resiko atribut dapat dihitung secara langsung.
h. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistic untuk menguji hipotesis.
i. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu outcome terhadap satu
pemaparan.
j. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian.

14

Kerugian
a. Penelitian ini membutuhkan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga sulit
untuk mempertahankan subjek studi agar tetap mengikuti proses penelitian.
b. Penelitian ini membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat besarnya sampel dan
lamanya penelitian.
c. Penelitian ini sulit dilakukan pada penyakit yang jarang terjadi. Hal ini karena
sulitnya memperoleh kelompok yang terpajan.
d. Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian penyakit dengan fase laten yang
lama.

3. Penelitian eksperimental
Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat mengungkapkan hubungan
sebab-akibat. Hambatan utama dalam penelitian eksperimen pada manusia adalah faktor
etis. Penelitan eksperimen pada manusia baru berkembang pada beberapa dasawarsa
terakhir ini dan berbagai metode dan analisis yang kita kenal saat ini pun berkembang
pada saat itu. Karena kondisi tesbeut maka penelitian hubungan sebab-akibat banyak
dilakukan dengan pendekatan observasional atau dilakukan tanpa menggunakan kontrol
atau sebagai pembandingnya digunakan pengalaman pengobatan penyakit pada masa
sebelumnya dan hanya didasarkan pada memori saja.Walaupun sampai saat ini masih
terdapat hambatan faktor etis, tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan
terutama untuk menemukan obat yang lebih efisien dalam pengobatan suatu penyakit.
Rancangan penelitian dapat dibedakan menjadi rancangan eksperimen murni dan
eksperimen semu (quasi experiment). Berdasarkan lokasi penelitian, umumnya penelitian
eksperimen dapat dilakukan di klinik (clinical trial= uji klinis) dan dilakukan di lapangan
(field trial= penelitian intervensional) yang banyak dilakukan pada penelitian operasional
(operations Research) dalam bidang pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
a. Uji Klinis (Clinical Trial)
Secara umum, uji klinis merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap
sekelompok individu dengan intervensi oleh peneliti yang dilakukan secara aktif dan
terencana kemudian hasilnya dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak
menerima perlakukan sebagai pembanding. Uji klinis umumnya dimaksudkan
15

mencari efektivitas atau efisiensi obat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Jadi,
uji klinis dimaksudkan utnuk mengubah perjalan penyakit alamiah dengan tujuan
pengobatan atau pencegahan (therapeutic and prophylactic trial).
Keadaan
awal
Intervensi Hasil Tipe eksperimen
Sakit Mengubah perjalanan
penyakit
Perbaikan/
sembuh
Remedial
terapeutik
Sehat Pencegahan Sehat Kontrapatik
profilaktik
sakit Mencegah lebih parah Tidak lebih parah Kontratrofik
profilaktif

Penelitian uji klinis memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
1. Uji klinis merupakan studi kasus
2. Dilakukan dengan rancagan eksperimen
3. Menguji hipotesis spesifik
4. Intervensi dilakukan secara aktif dan terencana oleh peneliti
5. Menggunnakan kelompok control
6. Alokasi kelompok eksperimen dan kelompok control dilakukan dengan cara
random
Penelitian yang dilakukan dengan rancangan eksperimen mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut.
1. Uji klinis dapat digunakan untuk mencari efisiensi dan efektivitas obat atau prosedur
pengobatan
2. Penelitian dengan eksperimen digunakan sebagai penelitian lanjutan setelah
keberhasilan pada percobaan hewan sebelum obat atau prosedur pengobatan
digunakan secara luas.
3. Dengan uji klinis, peneliti dapat mengendalikan intervensi yang diberikan
Disamping keuntungan yang telah disebutkan, uji klinik memiliki kelemahan atau
kekurangan sebagai berikut.
16

1. Tidak semua masalah dapat dilakukan dengan penelitian uji klinis karena adanya
hambatan dalam faktor etis. Semua penelitian eksperimen yang dilakukan pada
manusia harus mendapatkan persertujuan dari badam penilai factor etis
2. Pada penelitian ini sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat
untuk melakukan uji klinis.
Bila suatu obat telah dipasarkan dan telah dipergunakan secara luas di masyarakat maka
uji klinis tidak dapat dilakukan, sebaliknya bila obat masih dalam penelitian pada
percobaan hewan maka uji klinis tidak etis untuk dilakukan.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan dan
pelaksanaan uji klinis sebagai berikut :
1. Tentukan latar belakang masalah
2. Tentukan pertanyaan penelitian dan rumuskan tujuan penelitian dengan sejelas-
jelasnya
3. Rumuskan hipotesis penelitian dengan jelas tentang variabel independen dan variabel
dependen
4. Tentukan pemeriksaan hasil yang dikehendaki
5. Tentukan populasi studi dan criteria subjek studi
6. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yang digunakan
7. Tentukan apakah uji klinis dilakukan dengan penyamaran atau tidak dan bila
dilakukan penyamaran apakah samar tunggal, samar ganda, atau samar tripel.
8. Tentukan rancangan analisis
9. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.

Hal-hal yang dapat menjadi sumber bias pada penelitian kasus kontrol meliputi :
1. Kesalahan dalam pemilihan kelompok kasus dan kelompok kontrol
Pada penelitian kasus kontrol yang diawali dengan kelompok penderita dan kelompok
bukan penderita, kesalahan dalam menentukan diagnosis dan kriteria inklusi
kelompok kasus dan kelompok control akan menimbulkan bias.
Misalnya, penelitian tentang hubungan antara aspirin dan angina pektoris. Seorang
penderita yang datang ke rumah sakit karena patah tulang merupakan calon yang
potensial untuk digunakan sebagai kontrol, tetapi setelah pemeriksaan yang mendalam
17

diketahui bahwa orang tersebut menderita gastritis kronis hingga tidak dapat
digunakan sebagai kontrol karena risiko terpajan oleh aspirin sangat rendah. Bila hal
ini tidak diperhatikan maka akan menimbulkan bias pada kesimpulan hasil penelitian.
Demikian pula halnya bila kriteria inklusi kasus pada penelitian tersebut adalah orang
dengan keluhan nyeri dada maka akan menghasilkan kesimpulan yang bias karena
tidak semua orang dengan nyeri dada menderita angina pektoris.

2. Bias mengingat masa lalu
Pada penelitian kasus-kontrol, subyek studi diharuskan mengingat pengalaman masa
lalu terhadap pajanan yang diperkirakan sebagai factor risiko timbulnya
penyakit.Untuk mengingat masa lalu yang lama seperti kapan mulai merokok, berapa
batang per hari dan sebagainya hal itu akan mudah menimbulkan kesalahan (recall
bias).




















18

SKRINING
Pengertian Screening test
Screening (uji tapis) adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu
usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak
gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes
atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat
terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui
diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan
beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut.
Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit
sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang
lebih pasti.
Secara garis besar, uji tapis ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan
antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Proses uji tapis terdiri dari dua tahap yang pertamanya melakukan pemeriksaan terhadap
kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila
hasil tes negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes
positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bial
hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan, tetapi bila hasilnya negative
maka dianggap tidak sakit. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang
secara periodik. Ini berarti bahwa proses uji tapis adalah pemeriksaan pada tahap pertama.
Keuntungan dari skrining ialah :
a. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut ( pemeriksaan
diagnostic)
b. Tidak mahal
c. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan dan
19

d. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
Tujuan Screening test
- Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terdapat pada orang yang
tampak sehat, tapi mungkin menderita penyakit (population risk).
- Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara
tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun
lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
Jenis-jenis screening test
- Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita
- Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan pada
saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
- Penyaringan yang ditargetkan
Penyaringan yang dilakukan pada kelompok-kelompok yang terkena paparan yang
spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
- Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita-penderita yang berkonsultasi
kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
Untuk menilai hasil Uji Tapis (screening test) dibutuhkan kriteria validitas, reabilitas, dan
yield.
20

a. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap
mempunyai resiko tinggi menderita penyakit. Apabila hasil negatif, dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit. Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
b. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostic
Bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. Bila hasilnya
negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
Tabel cek Screening
Hasil tes Keadaan Penderita
Sakit Tidak sakit Jumlah
Positif a B a + b
Negatif c D c + d
Jumlah a + c b + d N

Keterangan:
a = positif benar b = Positif semu
c = negatif semu d = negatif benar
N = a+b+c+d
VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan tes / screening untuk menuntukan individu mana yang benar
sakit dan mana yang tidak sakit. Indikator untuk menilai validitas hasil screening adalah
sensitivitas dan spesifisitas
a) Sensitivitas
Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan
tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.

Sensitivitas =
21

Makin besar persentase sensitivitas makin baik, karena akan mengurangi resiko
penularan atau kematian yang disebabkan penyakit tersebut. Makin kecil persentase
sensitivitas makin berbahaya, karena makin banyak orang yang sebenarnya sakit tapi
tidak merasa sakit sehingga tidak berobat / diobati. Selain itu juga akan dapat
menularkan penyakitnya ke orang lain (bila screeningnya pada penyakit menular)
b) Spesifisitas
Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan
tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.
Spesifisitas =
makin besar persentase spesifisitas makin baik, karena akan mengurangi kesalahan
pengobatan atau perawatan. sehingga orang yang sehat tidak dikira sakit dan tidak perlu
dilakukan pengobatan. makin kecil persentase spesifisitas makin merugikan karena dapat
menyebabkan pemberian pelayanan kesehatan / pengobatan yang salah, karena
memungkinkan pemberian layanan kesehatan/ pengobatan kepada orang yang tidak sakit.
c) Positive Predictive Value (PPV)
adalah proporsi subjek / penduduk yang di-skrining yang benar-benar positif (menderita
penyakit) dari semua subyek / penduduk yang di temukan menderita sakit oleh uji
diagnostik.
Probabilitas pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.
PPV =
d) Negative Predictive Value (NPV)
adalah proporsi subyek / penduduk yang ditemukan benar-benar negative ( tidak
menderita penyakit ) dari semua yang ditemukan tidak menderita penyakit.
Probabilitas pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.
NPV = d / c + d


22

e) Nilai perkiraan kecermatan:
- Nilai Kecermatan (+) (Positive accuracy) : Proporsi jumlah yang sakit terhadap
semua hasil tes (+). Rumus y = a/ (a + b)
- Nilai Kecermatan (-) (Negative accuracy) : Proporsi jumlah yang tidak sakit terhadap
semua hasil tes (-). Rumus z = d/c+d
Selain nilai kecermatan, dpt juga dihitung nilai komplemennya yaitu :
- False positive rate: Jumlah hasil tes (+) semua dibagi dengan jumlah seluruh hasil tes
(+)
False positif = b/a+b
- False negative rate : Jumlah hasil tes (-) semua dibagi degnan jumlah seluruh hasil
tes (-)
False negative = c/c+d
RELIABILITAS
Pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan sesuatu yg konsisten.
reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itu dalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a) Variabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
1. Stabilitas reagen
2. Stabilitas alat ukur yang digunakan.
b). Variabilitas pemeriksa.
Variasi Interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh orang yang sama. Variabilitas eksterna, ialah variasi yang terjadi bila
suatu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang.
Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan:
1. standardisasi reagen dan alat ukur
2. latihan intensif pemeriksa
3. penentuan criteria yang jelas
23

4. penerangan kepada orang yang diperiksa
5. pemeriksaan dilakukan dengan cepat
YIELD (hasil)
Yield merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening. Yield
adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode
waktu, jumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Sensitivitas alat uji tapis
2. Prevalensi penyakit yang tidak tampak
3. Uji tapis yang dilakukan sebelumnya
4. Kesadaran masyarakat.
Bila alat yang digunakan untuk uji tapis mempunyai sensitivitas yang rendah, akan dihasilkan
banyak negative semu yang berarti banyak penderita yang tidak terdiagnosis. Hal ini
dikatakan bahwa uji tapis dengan yield yang rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan
mempunyai sensitivitas tinggi, akan menghasilkan yield yang tinggi. Jadi sensitivitas alat dan
yield mempunyai korelasi yang positif.









24

UJI STATISTIK

Data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel kita sebagai hasil dari
pengukuran.
Menurut jenisnya, data dibedakan menjadi :
1. Data diskrit, yaitu data yang berbentuk bilangan bulat. Misalnya, jumlah penderita
TBC.
2. Data kontinu, yaitu data yang merupakan rangkaian data, nilanya dalam bentuk
desimal. Misalnya, tinggi badan 162,5 cm.
3. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kualitas, seperti pernyataan terhadap KB
setuju, kurang setuju, tidak setuju.
4. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk bilangan (numerik).

Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi :
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
2. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya sudah
dikompilasi lebih dahulu oleh instansi atau pemilik data.

Statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil kesimpulan dalam
situasi di mana ada ketidakpastian dan variasi.

Klasifikasi :
- Statistik deskriptif merupakan kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai
mendapatkan informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul
atau sengaja dikumpulkan. Sebagai contoh, informasi yang diperlukan dalam sensus
penduduk untuk menggambarkan karakteristik penduduk diperlukan data, seperti umur,
jenis kelamin, status perkawinan dan sebagainya.
- Sstatistik interferens atau disebut juga sebagai statistik induktif, adalah kumpulan cara
atau metode yang dapat menggeneralisasi nilai-nilai dari sampel yang sengaja
dikumpulkan menjadi nilai populasi. Sebagai contoh, dalam penelitian tentang survei
sosial ekonomi (SUSENAS), dilakukan pengambilan sampel sesuai degan blok sensus
yang terpilih. Hasil-hasil yang didapatkan merupakan gambaran sosial ekonomi Indonesia.
25

Statistik interferens akan membuktikan apakah hasil-hasil yang didapat adalah benar
nyata ataukah hanya kebetulan saja. Dengan metode statistik interferens, kita juga dapat
mengevaluasi informasi yang kita kumpulkan menjadi suatu pengetahuan baru.

Tahapan kegiatan statistik dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Pengumpulan data
Ada bermacam-macam pengumpulan data, mulai dari pengumpulan data secara rutin
dari sebuah institusi ataupun organisasi. Selain itu, dikenal juga pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian, baik dengan observasi langsung terhadap objek
penelitiannya ataupun dengan cara melakukan tanya jawab memakai kuesioner
dengan objek penelitian.
Dalam pengumpulan data, dikenal beberapa istilah berikut :
- Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi
antara satu objek ke objek lainnya. Misalnya, kita akan mengamati bayi baru lahir,
variabel yang akan diamati atau yang akan diukur adalah berat badan, panjang
badan. Dalam mengumpulkan nilai dari variabel perlu juga diketahui skala
pengukuran dari variabel tersebut. Ada empat macam, yaitu
- Skala nominal
Pada skala nominal, setiap objek akan masuk dalam salah satu lambang atau
kelompok dan tidak mungkin tumpang tindih. Kelompok ini juga biasa disebut
sebagai kategori. Sebagai contoh, dua kategori misalnya laki-laki dan
perempuan.
- Skala ordinal
Pengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok
yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (ranking).
Hubungan antara kelompok dapat ditulis sebagai lebih kecil (<) atau lebih
besar (>). Sebagai contoh, anggota TNI dapat dikelompokkan menjadi
kelompok Mayor, Kapten, Letnan dan sebagainya. Dalam kelompok ini Mayor
lebih tinggi dari Kapten, dan Kapten lebih tinggi daripada Letnan.
- Skala interval
Di dalam skala interval, selain membagi objek menjadi kelompok tertentu dan
dapat diurutkan juga jarak dari urutan kelompok tersebut. Contoh, temperatur
40
0
Celcius lebih panas 15
o
dari temperatur 2
o
.

26

- Skala ratio
Dengan skala ratio,kita dapat mengelompokkan data, mengurutkan dan jarak
urutan pun dapat ditentukan. Selain itu, sifat lain untuk data dengan skala ratio
kelompok tersebut dapat diperbandingkan. Contoh, ada kelompok barang
dengan berat 60 kg dan kelompok 30 kg. Disini dikatakan skala dari data ini
ratio karena kita dapat menyatakan bahwa kelompok 60 kg lebih berat 30 kg
daripada kelompok 30 kg, atau dikatakan bahwa kelompok 60 kg lebih berat
dua kali dari kelompok 30 kg.
- Agregat, adalah keseluruhan kumpulan nilai observasi yang merupakan suatu
kesatuan dan setiap nilai observasi hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan tersebut.
2. Pengolahan data
3. Penyajian data
Setelah data mentah terkumpul, tahap selanjutnya adalah menyajikan data tersebut
dalam berbagai bentuk. Guna penyajian data adalah untuk mengambil informasi yang
ada di dalam kumpulan data tersebut. Secara umum, sajian data dibagi dalam tiga
bentuk yaitu tulisan, tabel, dan gambar atau grafik.
4. Analisis atau interpretasi data
- Distribusi Frekuensi
Untuk dapat menganalisis data angka, data itu perlu disusun secara sistematik.
Distribusi frekuensi adalah susunan data angka menurut kuantitas atau menurut
kualitas. Susunan data angka menurut besarnya disebut distribusi frekuensi
kuantitatif, sedangkan yang disusun menurut kategorinya disebut distribusi
frekuensi kualitatif.
- Nilai Tengah
Nilai-nilai yang biasa digunakan untuk mewakili data adalah mean, median, dan
modus. Nilai-nilai tersebut disebut sebagai nilai tengah.

UJI HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dapat berguna untuk membantu pengambilan keputusan tentang apakah
suatu hipotesis yang diajukan, seperti perbedaan atau hubungan, cukup meyakinkan untuk
ditolak atau tidak ditolak. Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai
sampel (data hasil penelitian) dengan nilai hipotesis (nilai populasi) yang diajukan.

27

Di dalam pengujian hipotesis dijumpai dua jenis hipotesis, yaitu
1. Hipotesis nol (Ho), adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel
satu dengan variabel lain. Contoh, tidak ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang
dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak
merokok.
2. Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada perbadaan suatu kejadian antara
dua kelompok, atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variabel satu dengan variabel
yang lain. Contoh, ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu
yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.

Jenis-jenis Uji Hipotesis
- Uji beda mean satu sampel
Tujuan : mengetahui perbedaan mean populasi dengan mean data sampel penelitian.
Berdasarkan ada tidaknya nilai
- Uji beda dua mean

Pemilihan Jenis Uji Parametrik atau Non Parametrik
Uji statistik parametrik dilakukan bila :
- distribusi data populasi yang akan diuji berbentuk normal/simetris/Gauss
- jenis variabel numerik atau kuantitatif
- data berjumlah besar atau 30
Yang termasuk uji parametrik adalah Z-test, t-Test, Korelasi Pearson, dan Anova.

Uji statistik non parametrik dilakukan bila :
- distribusi data populasi tidak normal atau tidak diketahui distribusinya
- jenis variabel berupa kategori atau kualitatif
- data berjumlah kecil atau < 30
Yang termasuk uji non-parametrik adalah chi-square test, Fisher test, Mc Nemar Test,
Kolmogorov Smirnov.
1. Chi- Square
Uji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel
nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Digunakan untuk menguji dua kelompok
data baik variabel independen maupun dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga
28

dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat
diskrit. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara status gizi ibu (baik atau kurang)
dengan kejadian BBLR (ya atau tidak).
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil
observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika
harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf
signifikan tertentu(dari tabel
2
).

Karakteristik ChiSquare:
- Nilai ChiSquare selalu positip.
- Terdapat beberapa keluarga distribusi ChiSquare, yaitu distribusi ChiSquare dengan
DK=1, 2, 3, dst.
- Bentuk Distribusi ChiSquare adalah menjulur positif.

Syarat uji chi square:
1. Sampel dipilih secara acak
2. Semua pengamatan dilakukan dengan independen
3. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengdan
frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel
4. Besar sampel sebaiknya > 40
Rumus:
Keterangan
O = frekuensi hasil observasi E = frekuensi yang diharapkan
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data df = (b-1) (k-1)
Keterbatasan penggunaan uji chi square adalah tehnik uji chi square memakai data yang
diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu. Dekatnya pendekatan yang dihasilkan
tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel kontingensi. Untuk menjamin
pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar frekuensi harapan tidak boleh terlalu
kecil secara umum dengan ketentuan:
29

1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)
2. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)
Bila hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk menanggulanginyanya
adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke se lainnya (mengcollaps),
artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai harapannya kecil
dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan,
maka solusinya adalah melakukan uji Fisher Exact atau Koreksi Yates.
2. Fisher
Fisher exact probability test digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif
dua sampel kecil independent bila datanya berbentuk nominal. Kecil dalam hal ini,
bilamana jumlah kedua sampel (n1 + n2) < 20. Sedangkan untuk sampel yang besar
(jumlahnya > 20), digunakan Uji Chi Kuadrat.
Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu
disajikan ke dalam tabel kontingensi 2 x 2 seperti berikut:
Kelompok Jumlah
I A B A +B
II C D C +D
Jumlah N
Kelompok l = sampel l Kelompok ll = sampel ll
Tanda dan hanya menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya lulus-tidak lulus, gelap-
terang, dan sebagainya. A, B, C, dan D adalah nomianal data yang berbentuk frekuensi.
Rumus dasar yang digunakan untuk Fisher Exact Probability test adalah :
p = ((A+B)!(C+D)!(A+C)!(B+D)!)/(N!A!B!C!D!)
Sedangkan kriteria pengujian hipotesisnya, Ho diterima bila harga p hitung lebih besar
dari taraf kesalahan () yang ditetapkan.

30

3. MC Nemar
Uji MC nemar test biasa digunakan pada penelitian yang skala datanya berbentuk
nominal/ diskrit. Pengujian dengan mengunakan uji MC nemar menekankan tipe sample
yang dependent. Sample yang dependent dimaksudkan tipe sample yang dalam
pengukuran satu variable terkait dengan pengukuran variable lainnya. Pengunaan uji MC
nemar test menekankan pada aspek pengujian sebelum dan sesudah perlakuan. Keadaan
ini yang lebih memunkinkan desain eksperimen untuk digunakan dalam uji MC nemar
test.
Rumus :

Keterangan :
Kelompok A merupakan kelompok perubahan (misal dari tidak sakit menjadi sakit dari
tidak terpapar menjadi terpapar) sebelum perlakukan dan setelah perlakuan. Kelompok D
merupakan kelompok perubahan (misalnya dari sakit menjadi tidak sakit: dari terpapar
menjadi tidak terpapar) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
4. Kolmogorov- smirnov
Metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-
Smirnov
No xi


Ft Fs | Ft-Fs |
1
2
3
4
5
n

Keterangan :
X
i
=

angka pada data
Zi = angka baku
Ft = probabilitas kumulatif normal
Fs = probabilitas kumulastif empiris
S = simpangan baku
31

Ft = komulatif proporsi luasan kurva normal berdasarkan notasi Zi, dihitung dari luasan
kurva mulai dari ujung kiri kurva sampai dengan titik Z.
Persyaratan
a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)
b. Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi
c. Dapat untuk n besar maupun n kecil.

Signifikansi
Signifikansi uji, nilai terbesar | Ft - Fs | dibandingkan dengan nilai tabel Kolmogorov-
Smirnov. Jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov,
maka Ho diterima ; H
1
ditolak. Jika nilai | Ft - Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ; H
1
diterima.















32

DAFTAR PUSTAKA

1. Timmreck, T.C. 1991. Handbook of Planning and program Development for Health and
Social Services. San Bernadino, CA: Health Care Management Development
Association.
2. Alreck, R.L., and Settle, R.B. 1985. The Survey Research Handbook. Homewood, IL:
Irwin.
3. Slome, C., Brogan, D., Eyres, S., and Lednar, W.1982. Basic Epidemiological Methods
and Biostatistics: A Work-book. Monterey, CA: Wadsworth.
4. Budiarto, Eko, Dewi Anggraeni. Pengantar Epidemiologi. Ed. 2. Jakarta : EGC ; 2002
5. Bustan MN. Pengantar Epidemiologi, Jakarta : Rineka Cipta ; 2002
6. Sugiyono. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfa Beta; 2007
7. Sudjana. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito ; 2005

Anda mungkin juga menyukai