Anda di halaman 1dari 3

a.

Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif
di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan munculnya
suatu perilaku yang berulang. Setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku
yang diikuti dengan pemberian reward dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan
punishment. Reinforcement adalah konsekuensi yang diberikan dengan tujuan suatu
perilaku akan terus muncul, sedangkan punishment merupakan konsekuensi yang
diberikan agar perilaku tersebut berkurang sampai tidak muncul lagi.
Terdapat 2 macam reinforcement yaitu positive reinforcement dan negative
reinforcement. Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan
yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik
sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung. Positive reinforcement terjadi ketika konsekuensi yang menyenangkan
diberikan setelah suatu respon, serta membuat respon tersebut sering muncul.
Seseorang yang menerima konsekuensi disaat mengalami peristiwa positive
reinforcement disebut juga dengan reward. Sedangkan negative reinforcement
terjadi ketika konsekuensi yang tidak menyenangkan dihilangkan, ditunda, maupun
dikurangi setelah suatu respons, serta membuat respon tersebut lebih sering
muncul.
Terdapat 2 macam punishment yaitu positive punishment dan negative
punishment. Positive punishment adalah rangsangan yang diberikan untuk
mengurangi kemungkinan munculnya suatu perilaku. Positive punishment terjadi
ketika konsekuensi tidak menyenangkan diberikan setelah suatu respon, sehingga
membuat respon terseut berkurang. Negative punishment terjadi ketika suatu respon
menyenangkan dihilangkan, ditunda, maupun dikurangi setelah suatu respon
dengan tujuan respon tersebut akan berkurang atau menghilang.
b. Modelling
Modelling adalah suatu proses dimana organisme mengobservasi suatu pola
perilaku dan melakukan kembali pola perilaku tersebut. Model dapat berupa
organisme lain atau suatu pola perilaku tertentu, ataupun segala hal yang dapat
merepresentasikan tingkah laku. Sebagai contoh, manusia, hewan, televisi, maupun
media lainnya.
Individu mengobservasi karakteristik atau atribusi dari model, kemudian
meniru (imitate) serta merefleksikan perbedaan belajar dan performanya. Hal
penting dari atribusi model adalah kekuatan, mengontrol reward, dan punishment.
Semakin kuat seseorang menyerap model, maka semakin besar kemungkinan anak
meniru model tersebut. Albert Bandura mengemukakan bahwa anak mempelajari
tingkah laku baru dengan melihat orang lain (model) yang melakukannya dan
mengamati konskuensi dari sejumlah tingkah laku. Jika model yang melakukannya
mendapat reward, maka individu akan melakukan tingkah laku tersebut di masa
yang akan datang, tetapi jika model tersebut mendapatkan hukuman, observer akan
kurang menyukai melakukan tingkah laku tersebut.
Karakteristik model secara signifikan juga mempengaruhi proses belajar melalui
modelling. Secara umum, terdapat tiga karakteristik model, salah satunya adalah
status. Status mencakup posisi atau peran, dimana model dengan status atau
kualitas yang lebih tinggi cenderung akan ditiru. Status biasanya dilihat dari jabatan
dan tingkah laku aktual (role).

B. Pembahasan Analisis
Teori belajar operant conditioning dapat membentuk perilaku dengan memanfaatkan
stimulus untuk menimbulkan respon dan disertai dengan adanya reward dan punishment.
Pemberian reward ditujukan untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya perilaku yang
diinginkan, sedangkan pemberian punishment ditujukan untuk mengurangi frekuensi
dilakukannya perilaku yang tidak diinginkan. Pada film Kung Fu Panda, pengaplikasian teori
ini dapat dilihat pada adegan di mana Shifu pertama kali mencoba mengajari Po teknik-
teknik kung fu. Stimulus yang dimanfaatkan untuk memancing respon pada situasi ini adalah
semangkuk bakpao yang sangat diminati oleh Po yang rakus. Shifu tidak bermaksud untuk
memberikan Po semangkuk bakpao tersebut dengan cuma-cuma, tetapi Po harus merebut
mangkuk bakpao tersebut dari Shifu. Po mencoba untuk mencuri secara diam-diam, tetapi
Shifu memukul tangan dan kaki Po, serta merebut mangkuk yang telah berhasil direbut oleh
Po. Tindakan Shifu yang mempersulit Po untuk mendapatkan mangkuk bakpao tersebut
dapat dilihat sebagai sebuah reinforcement negatif karena adanya penundaan pemberian
reward yang baru diberikan ketika Po sudah menguasai ilmu kung fu. Shifu selalu
menggunakan teknik ini untuk mengajarkan Po teknik-teknik kung fu yang lainnya.
Pada sesi terakhir mempelajari kungfu, Shifu menyediakan mangkuk yang berisi dumpling,
kemudian menginstruksikan Po untuk memakan dumpling tersebut tanpa tantangan yang
diberikan darinya. Po, merasakan adanya sesuatu yang janggal pada sesi ini, berusaha
untuk mengambil dumpling dengan menggunakan sumpit. Namun Shifu dengan gesit
mengambil dumpling yang sudah diambil oleh Po dengan sumpitnya. Hal tersebut memicu
amarah Po dan menyebabkan Po untuk melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat untuk
mendapatkan dumpling tersebut. Dumpling demi dumpling telah diambil oleh Shifu, sampai
pada dumpling terakhir di mana Shifu telah merasa puas dengan kecepatan teknik kung fu
Po dan memberikan dumpling terakhir tersebut sebagai reward untuk Po. Adegan ini
menunjukkan adanya reinforcement positif di mana Shifu memberikan reward ketika melihat
kecepatan dan teknik kung fu Po yang sudah semakin meningkat.
Pada saat Po bertarung dengan Tai Lung memperebutkan dragon scroll, Po menggunakan
stimulus makanan untuk meraih gulungan tersebut yang tersangkut di atap. Stimulus
makanan tersebut telah berhasil membuat Po memanjat hingga ke atap dengan cepat
karena ia melihat gulungan itu sebagai sebuah makanan. Pada adegan ini dapat dilihat
bahwa teknik belajar operant conditioning yang diberikan Shifu telah berhasil karena
kemampuan kung fu Po yang sangat meningkat ketika menganggap dragon scroll tersebut
sebagai makanan.

Anda mungkin juga menyukai