Anda di halaman 1dari 2

Epilepsi : Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya

aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan
berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan, gangguan
kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot. Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan
atau sawan tidak disebabkan atau dipicu oleh bakteri atau virus.

Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun walaupun dari garis
keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi tidak bisa menular ke orang
lain karena hanya merupakan gangguan otak yang tidak dipicu oleh suatu kuman virus dan
bakteri. Dengan pengobatan secara medis baik dokter maupun rumahsakit bisa membantu
penderita epilepsi untuk mengurangi serangan epilepsi maupun menyembuhkan secara penuh
epilepsi yang diderita seseorang. Suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor
predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif,
psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya
Phenytoin : Phenytoin digunakan untuk mengontrol kejang (konvulsi) yang biasa digunakan
dalam pengobatan epilepsi. Obat ini juga digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang
yang terjadi selama operasi otak. Obat ini adalah antikonvulsan yang bekerja di jaringan otak
untuk menghentikan kejang. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter.
Resiko media epilepsy di bidang KG-stress dapat memicu serangan kejang-banyak obat2
yang berinteraksi dengan obat anti epilepsy-kebanyakan obat anti-epilepsi menyebabkan
penyembuhan luka lambat,meningkatkan risiko infeksidan perdarahanManifestasi oral obat
anti epilepsy-hipertrofi gingival (fenitonin)-xerostomia (carbamazepi)DR.Harun sasanti. Drg,
SpPM IPM FKGUI
Prinsip penanggulangan bangkitan epilepsi dengan terapi farmaka mendasar pada beberapa faktor antara lain
blok kanal natrium, kalsium, penggunaan potensi efek inhibisi seperti GABA dan menginhibisi transmisi
eksitatorik glutamat. Sekarang ini dikenal dengan pemberian kelompok inhibitorik GABA ergik. Beberapa
obat antiepilepsi yang dikenal sampai sekarang ini antara lain karbamazepin (Tegretol), klobazam (Frisium),
klonazepam (Klonopin),felbamate (Felbatol), gabapentin (Neurontin), lamotrigin (Lamiktal), levetirasetam
(Keppra),oksarbazepin (Trileptal), fenobarbital (Luminal), fenitoin (Dilantin), pregabalin (Lyrica),tiagabine
(Gabitril), topiramat (Topamax), asam valproat (Depakene, Convulex) (Brodie andDichter, 1996).
Protokol penanggulangan terhadap status epilepsi dimulai dari terapi benzodiazepin yang kemudian menyusul
fenobarbital atau fenitoin. Fenitoin bekerja menginhibisi hipereksitabilitas kanal natrium berperan dalam
memblok loncatan listrik.
Beberapa studi membuktikan bahwa obat antiepilepsi selain mempunyai efek samping, juga bisa
berinteraksi dengan obat-obat lain yang berefek terhadap gangguan kognitif ringan dansedang.
Melihat banyaknya efek samping dari obat anti epilepsi maka memilih obat secara tepat yang efektif sangat
perlu mengingat bahwa epilepsi itu sendiri berefek pada kerusakan atau cedera terhadap jaringan otak.
Glutamat salah satunya yang berpotensi terhadap kerusakan
neuron sebagai aktivator terhadap reseptor NMDA dan reseptor alpha-amino-3-hydroxy-5-

methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA). Ikatan glutamate dengan reseptor NMDA dan AMPA akan
memperboleh-kan ion kalsium masuk kedalam sel yang bisa menstimulasi kematian dari sel.
Levetiracetam, termasuk kelompok antikonvulsan terbaru merupakan antiepilepsi yang banyak digunakan
walaupun cara kerjanya masih tetap dalam penelitian lanjut. Levetirasetam adalah derivat dari pirrolidona
sebagai obat antiepilepsi berikatan dengan protein SVA2 divesikel sinaptik yang mempunyai mekanisme
berbeda dengan obat antiepilepsi lainnya (ikatan dengan receptor NMDA dan AMPA yakni glutamat dan
GABA). Dari data penelitian ditemukan bahwa levetiracetam dapat digunakan pada penderita epilepsi dengan
berbagai penyakit saraf sentral lainnya seperti pasien epilepsi dengan gangguan kognitif, karena ternyata
levetirasetam tidak berinteraksi dengan obat CNS lainnya.

Salah satu andalan dari levetirasetam yang berfungsi sebagai antikonvulsan adalah dengan ditemukannya
ikatan levetirasetam dengan protein SVA2. Dari beberapa penelitian membuktikan bahwa vesikel protein
SVA2 di sinaptik adalah satu-satunya protein yang mempunyai ikatan dengan levetirasetam mendasar pada
karakter serta pendistribusian molekul protein sebagai antikonvulsan. Keadaan ini terbukti pada hewan
percobaan bahwa pemberian levetirasetam yang analog dengan protein SVA2 di vesikel berpotensi sebagai
antikonvulsan.
Penggunaan levetirasetam sebagai obat antikonvulsan mendasar pada ikatan dengan protein SV2A di vsikel.
Efektivitas levetirasetam sebagai anti konvulsandapat digunakan pada penderita penyakit susunan saraf
lainnya yang tidak berefek pada gangguan kognitif.

Anda mungkin juga menyukai