Profesionalisme Sebagai Basis Administrator Publik
Untuk Mencapai Kinerja Yang Tangguh
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS TERBUKA 2014
ABSTRAK Karya ilmiah ini merupakan hasil kajian dari obyek kajian yang merupakan implementasi penerapan kinerja profesionalisme di Jakarta International School pada divisi Facilities Management. Divisi ini melakukan kegiatan penyelenggaraan dan penyelesaian terhadap aktivitas aktivitas dan event event bidang pelayanan yang dilakukan secara profesional dan terorganisir sehingga menghasilkan pelayanan yang memuaskan di hati user dan adanya feedback yang baik mengenai kinerja profesionalisme. Profesionalisme merupakan akulturasi dari beberapa elemen/unsur yang berkaitan dengan tindak tanduk dan sikap yang digunakan oleh sumber daya manusia dalam melakukan suatu pekerjaan yaitu penggabungan antara teori dan praktik dan pengimplementasiannya, elemen elemen/unsur- unsur yang dijadikan sebagai pendukung dan penunjang pembentukan kepribadian profesionalisme yaitu unsur 6 M (Man, Money, Material, Machine, Methode, Marketing dan Informasi), Birokrasi, administrasi, organisasi, manajemen, motivasi, inovasi, dan retorika yang baik. Profesionalisme merupakan suatu karakter dari penjelmaan ilmu dan pengetahuan yang dipelajari melalui teori yang relevan dan praktik serta pengalaman yang berkompeten. Selain merupakan sifat, karakter sekaligus jiwa dan menjadi sebuah basis, profesionalisme dituntut untuk dapat mengetahui dan memahami serta mengerti kepada hal hal yang berhubungan dengan seluk beluk organisasi dan manajemen serta memahami dan mengerti dalam hal permasalahan problem teknis dan cara penyelesaiannya dengan suatu cara solusi yang terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan secara profesional tanpa melanggar prosedur dan kode etik yang berlaku. Kata kunci: profesionalisme, administrator publik, pelayanan memuaskan.
BAB 1 PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Dimensi manusia merupakan faktor utama dalam melakukan berbagai aktivitas didunia dan merupakan cikal bakal adanya paham profesonalisme yang merupakan basis bagi para administrator. Sumber daya manusia merupakan penggerak bagi unsur unsur yang lainnya seperti unsur uang (money), alat/perlengkapan (material), mesin(machine), metode (methode), pasar (market), dan informasi (information). Semua itu satu dengan yang lainnya merupakan sarana yang saling menunjang tentunya didalam pencapaian suatu tujuan yang diinginkan dan direncanakan. Takkan pernah berguna unsur lainnya tersebut jika tidak ada faktor manusia didalamnya, dan tentunya takkan pernah ada profesionalisme dan profesionalitas yang baik didalam melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, jika tidak ada unsur manusia didalamya. Manajemen sumber daya manusia sangatlah penting dan memiliki banyak tantangan, sebab manusia memiliki karakteristik/watak yang sangat berbeda dibandingkan sumber daya yang lainnya/unsur unsur manajemen lainnya, dengan adanya kendala tersebut maka seyogyanya perlu adanya sumber daya manusia yang di manajemen secara profesional dan terorganisir, yaitu perlu adanya manajemen skill, knowledge, dan attitude yang di manage secara profesional dan kompeten. Pada hal ini, manusia merujuk pada pembentukan karakteristik profesionalisme yang akan menjadi basis/pondasi dalam melakukan tugas dan tanggung jawabya sebagai seorang administrator disemua elemen organisasi. Karakteristik manusia sangatlah kompleks dan pelik dan sumber sumber daya kemampuan yang ada didalam diri setiap manusia antara satu dengan yang lainnya sangat beraneka ragam. Maka disini diperlukan pengelolaan yang bersifat manajemen dan dilakukan secara profesional untuk menghasilkan profesionalitas kinerja yang unggulan dan sesuai dengan harapan dan tujuan serta adanya kepuasan dari berbagai pihak yang saling berkaitan satu sama lainnya tanpa ada yang dirugikan dalam pencapaian tujuan dan tanpa melanggar kode etik yang berlaku. Seringkali kita mendengar atau paling tidak melihat berbagai macam bentuk dan karakteristik pelayanan di berbagai macam organisasi, baik organisasi pemerintahan (negara) maupun organisasi swasta (perusahaan) yang mekanisme kinerjanya terlihat secara asal asalan dan bentuk pelayanannya juga sangat mengesalkan dan tidak memuaskan, serta pengurusan perijinan yang berbelit belit dan tidak berjalan dengan lancar apabila tidak ada imbalan yang diberikan. Padahal mereka sudah diberi gaji sesuai dengan kontrak kerja mereka di perusahaan, baik perusahaan pemerintah maupun perusahaan swasta. Tentunya permasalahan tersebut sangat berseberangan dengan implementasi profesionalisme dan kinerja yang baik dan profesional tidak akan terwujud. Hal ini akan mengganggu dan meresahkan aktivitas manajemen dan sangat meresahkan publik. Dapat diasumsikan, bahwa kinerja manajemen di organisasi/instansi tersebut sudah tidak sehat dan meresahkan. Bagaimana menciptakan dan membentuk kepribadian profesionalisme untuk meningkatkan profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh dan merupakan basis bagi para administrator, sehingga pencapaian tujuan yang diinginkan oleh organisasi dapat tercapai dengan hasil yang baik dan memuaskan? Maka, Pembentukan dan pengelolaan sumber daya manusia yang berjiwa profesionalisme yang memiliki profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh serta berintegritas sangat dibutuhkan dan diharapkan di semua organisasi. Berdasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian dapat diperoleh keterangan dan informasi mengenai profesionalisme dan profesionalitas kinerja yang dilakukan secara profesional oleh sumber daya manusia didalamnya. Tidak hanya itu, berbagai macam permasalahan kerja dan koordinasi diselesaikan secara profesional dan obyektif. Tidak satupun pekerjaan/tugas dan tanggung jawab yang tidak dikerjakan dan berjalan secara profesional dan obyektif. Dan tidak satupun pekerjaan/tugas dan tanggung jawab yang tidak dikerjakan tanpa mengikuti prosedur dan kode etik yang berlaku. Semua dilakukan dan dikerjakan dengan profesional, obyektif, dan sesuai dengan prosedur. Dari pernyataan tersebut diatas, penulis sangat tertarik sekali menulis dalam karya ilmiah ini yang berjudul Profesionalisme Sebagai Basis Administrator Publik Untuk Mencapai Kinerja Yang Tangguh di Jakarta International School pada divisi Facilities Management.
II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana menciptakan dan membentuk kepribadian profesionalisme bagi para administrator di Jakarta International School pada divisi Facilities Management?
III. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa baiknya hasil dan harapan dari menciptakan dan membentuk kepribadian profesionalisme pekerjaan/tugas yang dikerjakan para administrator di Jakarta International School pada divisi Facilities Management.
IV. Metodologi Penelitian a) Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian Metodologi penelitian ini menggunakan studi literatur yang diperoleh di tempat penulis bekerja di sekolah internasional (Jakarta International School) berserta pengalamannya.
b) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dilapangan disaat penulis melakukan terjun langsung dan disaat itu memang penulis sedang bekerja di Jakarta International School (JIS), kemudian data observasi tersebut dijadikan acuan untuk penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini.Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara sharing(diskusi) yaitu dengan melakukan tanya jawab sekilas mengenai lingkup profesional manajemen kepada Manager Operasional yaitu Bapak Fautry Hasfiandy di Jakarta International School (JIS).
c) Teknis Analisis Data Data berupa kalimat yang diterbitkan melalui sistem WorkOrder melalui prosedur email yang diambil dari observasi dilapangan disaat penulis sedang bekerja dan melakukan sharing(diskusi) dengan Manager Operasional Bapak Fautry Hasfiandy mengenai Profesional manajemen, dan data tersebut kemudian dikelompokkan dan dimodifikasi dengan sumber sumber pelajaran yang berkaitan dengan Organisasi dan manajemen yang penulis pelajari. Selanjutnya data dan informasi tersebut menjadi acuan dalam pembuatan karya ilmiah ini oleh penulis.
BAB II PEMBAHASAN
Profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu/merujuk kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya, baik keahliannya maupun kinerjanya didalam pencapaian suatu tujuan yang diinginkan disemua elemen organisasi, baik organisasi swasta (perusahaan) maupun organisasi/institusi pemerintahan (kenegaraan). Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik, namun dalam perkembangannya dan seiring perkembangan zaman yang semakin modern wajib dimiliki dan dijiwai oleh seluruh lapisan sumber daya manusia, baik pada level atas maupun sampai pada level yang paling bawah. Profesionalisme menitik beratkan kepada pembentukan sifat, karakreristik/kepribadian dan komitmen yang objeknya adalah sumber daya manusia itu sendiri. Tentunya faktor manusia sangat dominan untuk terciptanya dan terwujudnya profesionalisme dan profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh. Profesionalisme merupakan paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang profesional adalah orang yang memiliki profesi. Wijaya (1994) mengatakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Artinya bahwa pekerjaan itu tidak dapat dikerjakan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak dipersiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sementara menurut Sudjana (2008: 13) bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Sedangkan profesionalitas adalah suatu kemampuan berikut kinerja yang terdapat pada diri sumber daya manusia yang meliputi skill, knowledge, dan attitude (SKA). Dalam hal ini faktor manusia sangat dominan dan menjadi pengendali serta merupakan alat manajemen yang utama dan sangat vital. Faktor manusia lebih canggih dan hebat dari unsur apapun yang diciptakan/dibuat. Secanggih- canggihnya teknologi, takkan pernah berguna dan tiada guna jika tidak difungsikan atau digerakkan oleh faktor manusia didalamnya, dan profesionalisme yang berintegrasi dengan profesionalitas yang baik takkan pernah terwujud. Maka, dalam hal ini diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan kemampuan dan berkompeten sesuai dengan bidangnya masingmasing yang dikelola secara profesional dan terorganisir, yang memiliki profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh dan merupakan basic bagi para administrator sesuai dengan bidang dan keahliannya. Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam melakukan roda aktivitas manajemen di seluruh elemen. Sebagaimana yang telah tertuang dalam unsurunsur manajemen yang akan beroperasi bersama unsurunsur manajemen lainnya seperti unsur uang (money), unsur alat/perlengkapan (material), mesin(machine), metode kerja(methode), pasar (marketing), dan informasi (information) yang biasa disebut dengan 6M + I, yang kesemuanya itu akan menjadi satu genggaman atau bisa dikatakan satu induk yang menginduk pada unsur manusia (man) untuk digerakkan, dikelola, dan difungsikan sesuai dengan masing masing fungsinya. Mengapa demikian? karena faktor manusia dan tindakannya adalah yang paling menentukan berfungsi atau tidaknya unsur unsur lainnya tersebut dan sekaligus akan menentukan pula berhasil atau tidaknya suatu organisasi/perusahaan maupun kenegaraan dalam menjalankan proses penyelenggaraan dan penyelesaian suatu proses dalam rangka mencapai tujuan. Dengan demikian, bidang manajemen lebih menitikberatkan kepada pengurusan manusia manusia yang memberikan tenaganya untuk bekerja secara profesional, disamping pengurusan sumber sumber yang diperlukan dalam bekerja dan menggunakan teknikteknik tertentu demi terciptanya profesionalisme dan profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh sesuai dengan hasil akhir yang ingin dicapai yaitu pencapaian tujuan yang sangat diharapkan dan memuaskan. Teknik teknik tersebut adalah teknik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah seharusnya dan harus dibentuknya sumber daya manusia yang profesional, memiliki jiwa profesionalisme yang tinggi dan tangguh dalam rangka mencapai profesionalitas (kemampuan) yang kompetitif dan kompeten, yang meliputi skill (kemampuan/keterampilan), knowledge (ilmu dan pengetahuan) dan attitude (sikap) (SKA). Ketiga unsur tersebut harus dipenuhi dan terpenuhi jika ingin menjadi sumber daya manusia yang profesional dan memiliki profesionalitas (kemampuan) yang tinggi dan tangguh serta memiliki retorika yang baik. Ciri-ciri profesionalisme sebagai berikut : (1) punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidangnya; (2) unya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan; (3) punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya; dan (4) punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya. Untuk menjadi seorang yang profesional tidaklah mudah, dan memerlukan waktu dan proses serta pembelajaran yang tidak sebentar. Pembelajaran ini meliputi meliputi learning Organization dan learning by doing serta adanya motivasi dan inovasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu hal menjadi paling yang terbaik, dan tentunya juga tidak lepas dengan adanya budaya Coaching yaitu pembinaan dan pelatihan secara intensif. Tidak hanya itu, seorang profesional juga harus dapat memahami seluk beluk segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi dan manajemen guna untuk fleksibelitas didalam menangani berbagai macam problem teknis dan pembuat keputusan sebagai suatu cara solusi yang terbaik tanpa melanggar dari standar operating procedure (SOP) dan kode etik yang berlaku maupun kode etik keprofesionalannya. Tanpa adanya profesionalisme maka takkan ada yang namanya pencapaian tujuan secara memuaskan dan sempurna. Dibutuhkan skill, knowledge, dan attitude yang profesional didalam melakukan suatu pekerjaan, karena dengan 3 hal tersebut (skill, knowledge, attitude) diharapkan mampu membuahkan hasil yang optimal dan memuaskan didalam melaksanakan suatu pekerjaan dan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar. Profesionalisme dibentuk dan dilihat dari dua (2) sisi yaitu keterampilan atau keahlian yang dimilikinya (skill), serta hal hal yang berhubungan dengan sifat (isme) yang biasa kita sebut dengan kata attitude. Dan dikenal dengan sebutan SKA dalam istilah manajemen yaitu Skill, Knowlwdge, dan attitude. Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74), menyatakan bahwa, Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.(Profesionalisme 1987). Sedangkan profesionalisme menurut (Longman, 1987) ialah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional. Dari pengertian dan pendapat para ahli tersebut diatas, profesionalisme ialah sifatsifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lainlain). Seorang profesional, harus mempunyai pondasi/pilar sebagai orang yang mampu dan mempunyai kemampuan dan keahlian berikut kinerja serta pengetahuan yang ahli dan khusus yang melebihi dari kebanyakan orang pada umumnya, dan kemampuan serta keahlian berikut pengetahuannya melalui penempuhan pendidikan ( baik pendidikan secara akademik maupun non akademik), melalui pembinaan dan pelatihan (coaching) yang diadakan didalam perusahaan, mengikuti seminar, dan pengalaman yang diperoleh dalam waktu yang cukup lama/tidak sebentar. Sehingga memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang kompeten/kompetitif. Seorang profesionalisme haruslah mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang life skill ( kemampuan yang elastis dan hidup ) yang unggulan dan kompetitif. Profesionalisme harus mempunyai basic disiplin yang tinggi dan mengacu pada standar operating prosedur dalam tindak tanduknya. Mempunyai kemampuan menganalis permasalahan dan pemberian solusi/winesolution yang terbaik dan unggulan yaitu suatu cara yang terbaik dalam pemecahan permasalahan atau pemberian solusi yang terbaik melalui ide yang brilian, Inspiratif, dan competitif. Seorang profesionalisme harus dapat mengerti dan tanggap yaitu merespon dengan baik pada setiap permasalahan yang datang dan mencari suatu cara solusi yang terbaik didalam menyelesaikan permasalahan- permasalahan/persoalanpersoalan. Dari penjabaran beberapa paragraf diatas mengenai profesionalisme untuk menciptakan profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh dalam diri sumber daya manusia dan merupakan basis bagi para administrator, maka dapat diperkuat melalui pendapat dan pernyataan oleh beberapa para ahli terkemuka mengenai profesional, yaitu: 1).Menurut Prof.Edghar Schine yang dikutip oleh Parmono Atmadi (1993), sarjana arsitektur pertama yang berhasil meraih gelar doktor di Indonesia, merumuskan bahwa pengertian profesional adalah sebagai berikut : 1.Bekerja sepenuhnya (full time), berbeda dengan amatir yang sambilan. 2.Mempunyai motivasi yang kuat. 3.Mempunyai pengetahuan (science), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang professional. 4.Membuat keputusan atas nama klien ( pemberi tugas ). 5.Berorientasi pada pelayanan yang prima dan bermutu ( Service Orientation ). 6.Mempunyai hubungan kepercayaan dengan klien. 7.Otonom dalam penilaian karya. 8.Berasosiasi profesional dan menetapkan standar pendidikan. 9.Mempunyai kekuasaan ( power ) dan status dalam bidangnya. 10.Tidak dibenarkan mengiklankan diri.
2).Menurut Prof.Soempomo Djojowadono (1981) seorang guru besar dari Universitas Gajahmada ( UGM ) merumuskan pengertian profesional sebagai berikut: 1.Mempunyai sistem pengetahuan yang isoterik ( tidak dimiliki sembarang orang ). 2.Ada pendidikan dan latihan yang formal dan ketat. 3.Membentuk asosiasi perwakilannya. 4.Ada pengembangan kode etik yang mengarah perilaku para anggotanya. 5.Pelayanan masyarakat/kemanusiaan dijadikan motif yang dominan. 6.Otonomi yang cukup dalam mempraktekkannya. 7.Penetapan kriteria dan syarat syarat bagi yang akan memasuki profesi.
Tugas divisi yang ada di Jakarta International School dalam melakukan penyelenggaraan event event besar internasional dengan menggunakan berbagai macam sistem kinerja dan kerja yang terbaik dari masing masing SDM dan masing masing divisi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Divisi Facilities Management, yaitu divisi yang menangani berbagai macam bentuk penyediaan pelayanan dan facilitas yang dibutuhkan oleh seluruh murid murid asing, para guru, orang tua murid, serta seluruh staf di Jakarta International School. Divisi ini ini terdiri dari sub divisi yang dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: 1.1. Facilities Helpdesk, yaitu merupakan sub divisi dari Divisi Facilities Management yang menangani dan memanejemen semua informasi yang masuk ke Divisi Facilities Management, baik informasi bantuan, informasi jadwal meeting, informasi penyelenggaraan aktivitas sekolah murid dan para guru, serta informasi mengenai jadwal penyelenggaraan, dan penyelenggaraan event event itu sendiri, penyediaan peralatan dan pelayanan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan event event tersebut dan berikut penyelenggaraannya. Semua informasi tersebut diolah dan dikelola yang berupa email maupun by phone yang diimplementasikan melalui prosedur sistem Order Kerja ( Work Order ). 1.2. Activities and Event Organizer, yaitu merupakan sub divisi dari Divisi Facilities Management yang menangani dan memanejemen semua kegiatan aktivitas aktivitas sekolah dan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh pihak sekolah serta penyelenggaraan event event yang diselenggarakan di Jakarta International School melalui prosedur email yang diterbitkan melalui sistem work order. 1.3. AC Mechanic, yaitu merupakan sub divisi dari Divisi Facilities Management yang menangani dan memanejemen semua kebutuhan dan penginstalasian AC dan perbaikan yang bersifat mekanis, baik disaat penyelenggaraan kegiatan aktivitas sekolah maupun event event yang diadakan di Jakarta International School. 1.4. Carpenter, yaitu merupakan sub divisi dari Divisi Facilities Management yang menangani dan memanejemen semua kebutuhan yang bersifat pertukangan, baik yang bersifat aktivitas sekolah maupun penyelenggaraan event.
Berdasarkan pengamatan langsung dan observasi dilapangan di saat penulis bekerja di Jakarta International School dengan menggunakan pengamatan dan mempelajari berbagai macam sistem kinerja dan kerja dari setiap masing masing SDM yang sedang bekerja dan dari berbagai divisi yang berbaur di area kerja dalam melakukan penyelenggaraan dan penyelesaian event event besar internasional di Jakarta International School (JIS) dan melayani dengan prima diberbagai macam aktivitas aktivitas dan permintaan bantuan yang bersifat teknis yang dibutuhkan oleh user, terdapat masalah yaitu sebagai berikut: 1. Perancanaan dan pengorganisasian dalam pelayanan dan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan pada penyelenggaraan aktivitas aktivitas sekolah dan event event sekolah. 2. Pelaksanaan dalam pelayanan dan penyelenggaraan aktivitas aktivitas sekolah dan event - event sekolah. 3. Pengawasan dalam pelayanan dan penyelenggaraan aktivitas aktivitas sekolah dan event event sekolah, agar semua hal tersebut berjalan dengan baik dan memuaskan. 4. Pengendalian, yaitu bagaimana caranya agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan prosedur dan arahan yang sudah direncanakan dan ditetapkan melalui sistem workOrder.
Dalam implementasinya proses kerja yang dilakukan oleh tim manajemen Jakarta International School dalam penyelenggaraan dan penyelesaian event event Jakarta International School adalah berlandaskan WorkOrder sebagai prosedur dan acuan serta investigasi dalam penyelesaian masalah pekerjaan yang dilakukan. WorkOrder adalah suatu lembaran tertulis yang berisikan tentang dan mengenai suatu pekerjaan yang akan dilakukan secara terencana, baik event maupun kegiatan aktivitas Jakarta International School (JIS) yang telah disetujui oleh manajemen. Kendala yang dihadapi adalah: 1.Penyatuan karakteristik yang berbeda dalam diri sumber daya manusia yang berupa sifat/watak, kebiasaan, dan tingkah lakunya yang berbeda dalam proses kerja, agar semua pekerjaan yang dilakukan dengan sinergi dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. 2.Tidak semua pengadaan fasilitas yang dibutuhkan selalu ada dan perlu di organisir terlebih dahulu dan memerlukan manpower yang profesional didalam pengadaan fasilitas tersebut. 3.Koordinasi harus sinkron dengan workOrder. 4.Penyelenggaraan aktivitas aktivitas sekolah dan event event sekolah harus tepat waktu dan sesuai dengan permintaan user yang diperlukan. 5.Tidak diperbolehkan adanya complain/cacat tugas didalam melakukan suatu pekerjaan. 6. Semua kinerja dan hasil kerja harus memuaskan dan mendapatkan feedback yang baik dari user. Indikator keberhasilan tindakan kinerja saat penyelenggaraan event event besar internasional di Jakarta International School (JIS) adalah : (1) ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan yang telah diorganisir melalui WorkOrder, dan WorkOrder tersebut merupakan acuan dan pedoman kerja yang didalamnya terdapat bermacam macam tugas pekerjaan yang harus diselesaikan tepat pada waktunya yang telah ditentukan dan sesuai permintaan yang dikehendaki oleh user; (2) sinkronisasinya koordinasi antara intruksi atasan kepada bawahannya dan adanya sinergi antara kedua belah pihak yaitu atasan kepada bawahan dan bawahan kepada atasan terhadap pekerjaan yang akan diselesaikan sebagaimana perintah kerja yang terdapat pada WorkOrder; (3) semua tindakan pekerjaan tidak menyalahi dan menyimpang dari apa yang terdapat pada WorkOrder, karena WorkOrder tersebut meupakan acuan/pedoman kerja secara tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan secara obyektif dan terdokumentasi; (4) apabila terjadi perubahan dalam tugas pekerjaan, maka perubahan tersebut harus dilakukan koordinasi melalui email dan dituangkan/diterbitkan melalui WorkOrder dan dilakukan secara profesional dan dengan standar ISO ( International Organizational for Standardization); (5) ketepatan penyelesaian pekerjaan dengan acuan yang terdapat dalam WorkOrder dan tidak menyimpang dari sistem work order serta adanya feedback yang baik dari user.
Simpulan Hasil dan harapan dari menciptakan dan membentuk kepribadian profesionalisme pekerjaan/tugas yang dikerjakan para administrator di Jakarta International School pada divisi Facilities Management dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh harus memiliki 3 unsur yaitu skill, knowledge, dan attitude serta ditunjang dengan pengalaman yang bervariatif, penempuhan pendidikan dan latihan yang formal dan ketat, dan memiliki pemecahan problem teknis yang handal. 2.Profesionalisme merupakan kompetensi yang perlu di miliki oleh semua administrator organisasi, agar proses administrasi public dapat dilakukan secara benar dan memuaskan. 4.Dengan profesionalisme diharapkan dapat memberikan kontribusi hasil kinerja dengan pelayanan yang baik dan bermutu dengan cara public oriented dan bukan yang sifatnya bisnis oriented.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas dikemukakan saran sebagai berikut : Untuk menjadi seorang yang profesional dan memiliki profesionalitas kinerja yang tinggi dan tangguh maka harus memiliki 3 unsur yaitu skill, knowledge, dan attitude serta ditunjang dengan pengalaman yang bervariatif serta penempuhan pendidikan dan latihan yang formal dan ketat. Pendidikan dan latihan yang perlu dilaksanakan untuk menunjang pembentukan kepribadian profesionalisme meliputi penempuhan pendidikan melalui akademik selama beberapa lama sesuai dengan ketentuan, mengikuti seminar yang diadakan oleh organisasi, mengikuti pelatihan dan coaching yang diadakan oleh organisasi, mengikuti kursus kursus yang diadakan oleh organisasi maupun kursus yang dilakukan secara personal, dan adanya learning organizational dan learningbydoing yang menunjang terbentuknya kepribadian yang profesional yang meliputi skill, knowledge, dan attitude.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmadi, Parmono (1993). Pengertian Profesional.http://wartawarga.gunadarma.ac.id, Diunduh tanggal 19 Maret 2014.http://nuritaputranti.wordpress.com/2008/05/08/186/ 2.Djojowadono, Prof.Soempomo (1987). http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi- profesional/. Diunduh tanggal 19 Maret 2014. 3.Longman (1987). http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/. Diunduh tanggal 19 Maret 2014. 4.Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. 5. Sudjana, (2008). Definisi Profesionalisme.docx - Scribd. Diunduh tanggal 19 Maret 2014. 6.Wijaya, Cece (1994). Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.