Anda di halaman 1dari 18

1

Mioma Uteri yang Disertai dengan Menometoraghia


A3
Bintang Lingkan M.
Claudia Natalia Z.
Beatrix Flora E.Siregar
Martha Regisna S.
Flavianus R.L Wayan
Agripinna P.
Richard M.
Che Wan Nur Hajar


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510



2

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai. Ditemukan
satu dari empat wanita usia reproduksi aktif. Mioma uteri dikenal juga dengan istilah
leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada
20 - 25% wanita di atas usia 30 tahun. Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala,
sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20 - 50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama
perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat
penekanan massa tumor.

PEMBAHASAN
A. Anamnesis
2,3

Anamnesis terdiri dari 2,yaitu: autoanamnesis & alloanamnesis. Berdasarkan kasus pada
skenario 6 disini anamnesis berupa autoanamnesis yaitu langsung menanyakan kepada
pasiennya. Seperti biasa untuk memulai anamnesis, sebelum menanyakan keluhan dan hal
hal yang berhubungan dengan keluhan dan penyakit pasien terlebih dahulu kita
melakukan anamnesis secara umum.
1. Identitas :
- Nama pasien, nama suami, alamat, umur pekerjaan, riwayat perkawinan agama,
pendidikan terakhir, suku bangsa.
2. Riwayat penyakit sekarang
Hal hal yang perlu ditanyakan, antara lain :
- Keluhan utama :
o Adakah keluar cairan dari vagina? Kalau ada, warnanya, darah?
o Berapa banyak?
o Adakah rasa gatal pada vulva?
o Keluhan di daerah abdomen : pembesaran, lokasi, rasa tidak enak atau rasa
nyeri?
o Ada gangguan BAK dan BAB
- Tentang haid :
o Kapan hari pertama haid terakhir?
o Menarche umur berapa?
3

o Siklus haid teratur atau tidak?
o Apakah ada nyeri waktu haid?
o Berapa lama haidnya?
o Apakah ada perdarahan di antara waktu haid?
o Kapan terakhir mendapat haid?
o Banyaknya darah haid?
- Tentang kehamilan :
o Sudah berapa kali hamil?
o Berapa anaknya? Dari kasus : ibu M mempunyai 1 orang anak
o Apakah ada komplikasi dari kehamilan terdahulu?
o Apakah pernah keguguran?kalau pernah, berapa kali dan pada umur
berapa kehamilannya?

3. Riwayat penyakit dahulu pasien
- Apakah sebelumya sudah pernah mengalami hal yang sama?
- Apakah pernah mengalami penyakit berat?
- Apakah sedang menjalani program KB? Alat kontrasepsi yang digunakan? Pada
kasus ibu M tidak pernah menggunakan kontrasepsi
- Proses kelahiran anak pertama bagaimana, lahir normal atau operasi?
- Apakah sebelumnya pernah diperiksa bagian genitalianya dengan alat alat
tertentu? (tindakan pemeriksaan ginekologi)
- Apakah pernah mengalami penyakit penyakit infeksi pada alat alat genitalia?
- Apakah pernah operasi daerah perut dan alat kandungan?

4. Riwayat penyakit keluarga
- Apakah dalam keluarga ada pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan rahim, seperti kanker rahim dan lain lain?
- Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit penyakit berat?
- Dapat ditanyakan juga penyakit pada anggota keluarga yang kemungkinan
herediter

B. Pemeriksaan Fisik
2,3

Pemeriksaan umum
4

Pada pasien dengan keluhan perdarahan yang sangat banyak selain pemeriksaan TTV,
pemeriksaan mata juga penting untuk menilai adanya anemia. Pengukuran indeks massa
tubuh berguna karena pasien dengan obesitas memiliki resiko untuk menderita suatu
mioma.

1. Pemeriksaan Perut
Pemeriksaan perut sangat penting pada setiap penderita ginekologik.
Penderita harus tidur terlentang.
Inspeksi
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran atau cekungan, pergerakan dengan
pernapasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi, gambaran
vena), parut operasi dan lain-lain.
Pembesaran perut ke depan dengan batas yang jelas, menunju ke arah kehamilan
atau tumor (mioma uteri atau karsinoma), sedangkan perbesaran ke samping
(perut katak) merupakan gejala dari cairan bebas dalam ronggan perut.
Palpasi
Sebelum pemeriksaan dilakukan, kandung kemih dan rektum harus kosong.
Sehingga tidak ada kesalahan dalam diagnostik, karena kandung kemih yang
penuh akan teraba sebagai kista. Penderita harus menekuk kedua tungkai.
Pada pemeriksaan tumor dapat ditentukan lebih jelas bentuknya, besarnya,
konsistensinya, batas-batasnya dan gerakannya.
Konsistensi tumor biasanya tidak sulit untuk ditentukan, yaitu padat kenyal, padat
lunak, padat keras atau kistik. Tumor padat kenyal dan berbenjol-benjol biasanya
mioma uteri dan tumor kistik bisanya kista ovari.
Perkusi
Dengan perkusi dapat ditentukan apakah pembesaran perut isebabkan oleh tumor
ataukah oleh cairan bebas dalam perut.
Pada tumor, perkusi perut pekak terdapat pada bagian yang paling menonjol ke
depan apabila tidur terlentang dan apabila tumor tidak terlampau besar, maka
terdengar suara timpani disisi perut, kanan dan kiri karena uterus terdorong ke
samping.


5

2. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan in speculo
Yang perlu dinilai apakah cervix tertutup lendir atau darah, volume cairanya
berapa, kosistensinya, warna, berbau atau tidak, amati mukosa servix apakah ada
kelainan atau tidak, kemudian amati dinding vagina warnyanya apakah ada
kelaian atau tidak.
Pemeriksaan bimanual
Menilai cervix uteri apakah terdapat benjolan didekat cerviks, konsistensi lunak
atau padat, berbenjol, nyeri/tidak nyeri.Teraba tumor yang berasal dari rahim dan
pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.

C. Pemeriksaan Penunjang
4,5

Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik.
Dengenerasi kistik ditandai dengan adanya daerah yang hipoekoik.

Magnetic Resonance I magine (MRI)
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. Keunggulan dari adalah MRI mampu
menentukan ukuran, lokasi dan jumlah mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium
yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi
dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi
alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan
hematokrit serta jumlah leukosit.
Tes hormon Chorionic Gonadotropin
Tes ini dilakukan karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran
uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu tumor yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

6

D. Working Diagnosis
Mioma Uteri
adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim.
Dikenal juga dengan istilah mioma atau myom atau tumor otot rahim. Jumlah
penderita mioma uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang
tidak menimbulkan keluhan sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke
dokter.Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.



o Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan lokasinya, dapat dibagi :
a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum
latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal
sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus
7

sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma
jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar
akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar
dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah.
Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan
kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim
dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot
rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis,
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini
memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang
lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma
uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup
besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.



8

E. Differential Diagnosis
4,7

1. Polip endometrium

Polip endometrium ditandai dengan adanya perdarahan abnormal per vaginam,
paling umum menometroragia atau perdarahan bercak ringan pasca menopause. Polip
tcrjadi dari umur 29-59 tahun dengan kejadian terbanyak setelah umur 50 tahun.
Insiden popil tanpa gejala pada wanita pasca menopause kira-kira 10%.Polip
endometrium biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat dengan adanya tangkai
yang ramping (bertangkai) atau dasar yang lebar (tidak bertangkai). Kadang-kadang
polip prolaps melalui serviks. Secara makroskopis polip endometrium tampak sebagai
massa ovoid bcrukuran beberapa mill- meter hingga beberapa sentimeter, licin seperti
beludru berwarna merah hingga coklat. Secara histologis, polip endometrium
mempunyai inti stroma dengan jaringan pembuluh darah yang jelas sena permukaan
mukosa endometrium yang dapat melapisi komponen glanduler. Polip di bagian distal
dapat menunjukkan perdarahan stroma, sel-sel radang, ulerasi dan dilatasi pembuluh
darah dilatasi. Kadang-kadang terjadi poliposis multipel. Varian lain yang jarang
adalah adenomioma bertangkai (dibedakan dengan adanya pita penjalin otot polos).
Polip sensitif terhadap estrogen dan dapat menjadi keganasan yang prognosisnya lebih
baik dibandingkan kanker endometrium non polipoid. Diagnosis mudah dibuat
dengan histeroskopi dan pengobatannya adalah eksisi.
5

2. Kista ovarium
6

Kista ovarium merupakan kantung berisi cairan dalam ovarium. Kista dapat
berkembang mulai dari periode neonatal hingga postmenopause. Kebanyakan
berkembang pada usia aktif secara hormonal, bersifat fungsional dan hilang dengan
sendirinya. Gejala kista ovarium dapat menyerupai proses keganasan dan
menimbulkan keluhan yang hampir sama seperti kehamilan ektopik, torsio ovarium
dan apendisitis. Kista berukuran besar, persisten, dan nyeri membutuhkan operasi
hingga pengangkatan ovarium secara menyeluruh. Diperkirakan 7% wanita
premenopause dan postmenopause memiliki kista ovarium.
Patofisiologi kista ovarium cukup beragam, sesuai dengan jenis-jenis kista yang
terjadi. Kista folikel terjadi akibat stimulasi berlebih FSH dan kekurangan LH pada
fase pertengahan siklus, menyebabkan folikel tumbuh menjadi kista (tidak terjadi
9

ovulasi). Kista luteum terjadi akibat kegagalan degenerasi dari korpus luteum, yang
menyebabkan korpus luteum tumbuh hingga berdiameter 3 cm (normal <2cm).
Sedangkan kista teka luteal disebabkan oleh luteinisasi dan hipertrofi sel teka interna
akibat stimulasi berlebihan beta-hCG, biasanya terjadi pada penyakit trofoblas
gestasional (mola hidatidosa atau koriokarsinoma).
Penyebab terjadinya kista ovarium antara lain:
Peningkatan stimulasi ovarium oleh hCG (dan gonadotropin), seperti penyakit
trofoblastik (mola dan koriokarsinoma), kehamilan multipel dan faktor eksogen
(tamoksifen)
Riwayat keluarga, usia tua, nuliparitas, mutasi gen BRCA
Hipotiroidism
Gonadotropin maternal yang menembus transplasental sehingga menyebabkan
kista ovarium pada fetus
Merokok dan obesitas
Sterilisasi tubal
Riwayat Ca payudara
Kebanyakan kista bersifat asimtomatis (tanpa gejala) dan hanya ditemukan pada
saat pemeriksaan rutin dan USG. Sebagian lainnya menimbulkan gejala antara lain:
Nyeri tumpul dan unilateral pada panggul. Kista teka luteal umumnya terjadi
bilateral sehingga menyebabkan nyeri panggul tumpul dan bilateral.
Tenesmus dan dispareunia
Sering berkemih akibat penekanan pada vesica urinari
Pemanjangan interval intermenstruasi diikuti menorrhagia (perdarahan abnormal).
Pada anak-anak dapat terjadi pubertas prekoks
Ruptur kista menyebabkan nyeri panggul yang tajam dan unilateral. Dapat terjadi
distensi abdomen dan perdarahan.
Sindrom ovarium polikistik: hirsutisme, infertilitas, oligomenorrhea, obesitas dan
akne
F. Etiologi
1,4

Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, namun diduga sel tumor ini
berkembang dari sel otot polos miometrium. Pertumbuhan sel tumor ini dipengaruhi
10

oleh hormon estrogen, growth hormone, dan progesteron. Belum ada penelitian yang
dapat menjelaskan bagaiman proses tersebut dapat terjadi. Mioma mulai berkembang
pada usia reproduksi, mulai membesar pada saat kehamilan dan akan mengalami
regresi pada saat menopause. Penggunaan agonis estrogen meningkatkan insiden
timbulnya mioma, growth hormone juga menunjukkan hal yang sama. Namun pada
beberapa pengamatan, munjukkan bahwa progesteron dapat menghambat
pertumbuhan mioma.

Faktor resiko mioma uteri yaitu :
1. Usia penderita
ditemukan sekitar 20 % pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40 50 % pada
wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke.
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10 %.
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen
endogen pada wanita-wanita menopause mempunyai kadar yang rendah. Otubu et al
menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus
menstruasi.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di
jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan
mioma uteri.
4. Makanan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara makanan
dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi,
daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma
uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri.
5. Kehamilan
11

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
ditemukan sebesar 0,3 - 7,2 % selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi
mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uteri. Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat
terjadinya pembesaran mioma uteri.
6. Paritas
Dalam Jeffcoates Principle of Gynecology, mioma uteri lebih sering terjadi pada
nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui
apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri, atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. Dari
hasil penelitian Khaskaeva pada tahun 1992, mioma uteri lebih banyak terjadi pada
wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat
frekuensi melahirkan satu atau dua kali.
7. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan
bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan
penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

G. Epidemiologi
Mioma terjadi pada kira kira 5 persen wanita selama masa reproduksi. Tumor
ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan
decade keempat. Pada dekade ke empat ini insidennya mencapai kira kira 20%.
Mioma lebih sering pada wanita nulipara atau wanita yang mempunya 1 anak.
Mioma pada kehamilan menurut perkiraan frekuensi dalam kehamilan dan
persalinan berkisar sekitar 1 persen, banyak mioma kecil tidak di kenal. Dalam
banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa apa. Di
pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetric yang besar artinya.
Hal itu tergantung besarnya dan lokalisasinya. Secara umum angka kejadian mioma
uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.
H. Manifestasi Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
12

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
Besarnya mioma uteri.
Lokalisasi mioma uteri.
Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan
yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
c. Gejala traktus urinarius
urine frequency,
retensi urine,
obstruksi ureter dan hidronefrosis.
d. Gejala intestinal:
konstipasi obstruksi intestinal.
e. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
1. Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa
mioma terlahir.
I. Patofisiologi
4,6

Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
13

Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
Mioma servikalis (terletak di dekat leher rahim)

Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Hormon estrogen bukan penyebab terjadinya mioma. Namun memang, tumor ini
dapat tumbuh bila terkena estrogen. Hormon progesteron juga mengaktifkan proses
perbanyakan sel tumor ini. Mengapa dan bagaimana juga belum diketahui. Pada
wanita yang sudah masuk ke dalam masa menopause, ukuran mioma akan berkurang.
Pada wanita yang sudah masuk ke dalam masa menopause, ukuran mioma akan
berkurang.
Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi misal
sering stres, daya tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang, semua itu
menyebabkan gangguan pada hormon dan kemungkinan timbul miom. Ukuran besar-
kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah kalori pada tubuh karena timbunan
kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom. Makin gemuk seseorang,
makin banyak timbunan kalorinya, dan membuat miom tumbuh cepat.
Mioma juga dapat terjadi karena adanya faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh
rangsangan-rangsangan hormon (karena emosi tidak stabil), makan sembarangan dan
berat badan yang berlebihan. Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat
pertumbuhan miom lebih cepat. Namun pertumbuhan miom paling sedikit
memerlukan waktu sekitar 8 tahun. Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa
menjadi perangsang pertumbuhan miom atau memungkinkan miom tumbuh kembali
walaupun telah diangkat. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin, berat badan tubuh,
dan keseimbangan emosi harus dijaga agar miom tidak terangsang pertumbuhannya.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun
semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
14

mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat
timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan.

J. Penatalaksanaan
2,5

Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor, dan terbagi atas
1.Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
Pemberian zat besi.
Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi
setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi
dalam 12 minggu.
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama
pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
15

Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek
terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian
progestin dan levonorgestrol intrauterin.
2. Penanganan operatif, bila :
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
Pertumbuhan tumor cepat.
Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Hipermenorea pada mioma submukosa.
Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa

a) Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila
ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b) Histerektomi
16

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.

c) Penanganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
d). Miomektomi
Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih
miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan dan
membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul masalah sewaktu
melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan dengan histerektomi.
Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang berkesempatan hamil akan hamil.
Yang bertentangan dengan fakta ini adalah pada 5 persen pasien. Mioma timbul
kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia sehingga
memerlukan penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.
K. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari : mioma uteri subserosa dan mioma uteri
submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Infertilitas.
Abortus.
Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
3
17

L. Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan
pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB
kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi
mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena
pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.
4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa
rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya
komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal
yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor
atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus
mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihannya.
3,5
K. KESIMPULAN
1. Mioma merupakan tumor jinak uterus yang struktru utamanya adalah otot polos
2. Mioma uteri terjadi pada 20 25% perempuan di usia reproduktif
18

3. Faktor penyebab timbulnya mioma uteri masih belum diketahui, namun beberapa
penelitin menyatakan hormon estrogen mempunyai peran dalam perkembangan sel
tumor ini
4. Gejala yang timbul sangat bervarariasi, eperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga
infertilitas.
5. Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi,
keadaan umum dan gejala yang ditumbulkan. Bila kondisi pasien buruk, bisa
dilakukan upaya perbaikan seperti nutrisi, suplementasi zat enessial ataupun transfus,
terapi hormonal. Pada keadaan gawat darurat tindakan bedah utuk menyelamatkan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hadibroto, Budi R. Mioma uteri. Majalah kedokteran nusantara 2005; 38 (sep). p.
254-8
2. Mose, J.C., Alamsyah, M., Hudono, S.T., Handaya., Hadisaputra, W. Ilmu
kandungan edisi ketiga : pemeriksaan ginekologi. Bina pustaka sarwono : Jakarta;
2011. h.112-28
3. Halimun, E.M., Sopacua, A. Buku ajar ilmu bedah dasar edisi ketiga : alam
kelamin perempuan. ECG : Jakarta; 2011. h.825-28,42-43
4. Netter, Frank H. Netters obstetrics and gynecology 2
nd
edition : sarcoma
(uterine). Saunder elsevier : Philladelphia; 2008. p.298-9
5. Mayo clinic staff, Leiomyoma uteri dan kista ovarium, 12 February 2012, diunduh
dari : http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/463-polip-pada-
rahim.html, 26 May 2012
6. Chandrasoma P, Taylor CR. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta. Hal 712-14

Anda mungkin juga menyukai