Anda di halaman 1dari 10

1

KOMPLIKASI
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan
patoligik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan suatu
komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika
mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang, pemberian obat-obat itu
sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kabur.
Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan
dengan komplikasi ini.
4


Penyebaran Penyakit
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah
yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di
sekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti
mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih
ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar
ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium
akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif
tidak berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka
akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akan
menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan
abses otak.
4

Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi
akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan
pada kasus, yang kronis, penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran
lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui fenestra rotundum,
meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik.
4

Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran
suatu infeksi telinga tengah ke intrakranial.

2
Penyebaran hematogen
4

Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya (1)
komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi
pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh (2) gejala prodromal tidak
jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal. (3) pada operasi, didapatkan
dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta lapisan muko periosteal
meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.

Penyebaran melalui erosi tulang
4

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui, bila (1) komplikasi terjadi
beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit, (2) gejala prodromal infeksi
lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paresis
n.fasialis ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.fasialis yang total, atau
gejala meningitis lokal mendahului meningitis purulen, (3) pada operasi dapat
ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara fokus supurasi dengan struktur
sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan
granulasi.

Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Penyebaran cara ini dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi pada awal
penyakit, (2) ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat
ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media
yang sudah sembuh. Komplikasi intrakranial mengikuti komplikasi labirinitis
supuratif. (3) pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang
yang bukan oleh karena erosi.
4


Diagnosis komplikasi yang mengancam
Pengenalan yang baik terhadap perkembangan suatu penyakit telinga
merupakan prasyarat untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dengan
pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak
berhentinya otorea dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukan
berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan, maka harus diwaspadai

3
kemungkinan terjadinya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh,
nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk
(drowsiness), somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan tanda
bahaya. Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya
keluhan mual, muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap
selama terapi yang diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.
4

Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret
berhenti keluar, hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.
Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan
rusaknya dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksaan
CT Scan. Terdapatnya erosi tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan
memerlukan tindakan operasi segera. CT Scan berfaedah untuk menentukan letak
anatomi lesi. Walaupun mahal, pemeriksaan ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih cepat dan efektif.
4


Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif kronis
2

A. Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi membran timpani persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisi nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistula labirin
2. Labirintis supuratif
3. Tuli saraf
C. Komplikasi di ekstradural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis

4

A. Komplikasi di telinga tengah
Akibat infeksi di telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada
membrane timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran
terputus, akan menyebabkan tuli konduktif maksimum 60dB. Biasanya derajat tuli
konduktif tidak selalu berhubungan dengan penyakitnya, sebab jaringan patologis
yang terdapat di kavum timpani pun dapat menghantar suara ke telinga dalam.
2

Paresis fasialis
Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis
pada otitis media akut. Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi
tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi yang melepaskan produk
toksik dan menekan saraf.
2


B. Komplikasi di telinga dalam
Apabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada
kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap
bulat (fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja
biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila kerusakan
telah menyebar ke koklea akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai sebagai
indikasi untuk melakukan miringotomi segera pada pasien otitis media akut yang
tidak membaik dalam empat puluh delapan jam dengan pengobatan
medikamentosa saja.
Penyebaran oleh proses destruksi, seperti oleh kolesteatom atau infeksi
langsung ke labirin akan menyebabkan vertigo, mual, dan muntah, serta tuli saraf.
Fistula labirin dan labirinitis
Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan kolesteatom, dapat
menyebakan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga
terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk sehingga terjadi labirinitis
dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total.
2
Adanya fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan
memberikan tekanan udara positif ataupun negatif ke liang telinga dengan corong
telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang

5
dimasukan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya
akan menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang
terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane.
Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo, tes fistula negative
bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati.

Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik kadang-kadang dapat
memperlihatkan adanya fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis
semisirkularis.
2

Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk
mneghilangkan infeksi dan menuutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat
pulih kembali. Tidanakan bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit
primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula
sampai bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat atau
sekeping tulang / tulang rawan.
4

Komplikasi ke ekstradural
Petrositis
Kira-kira sepertiga dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel-
sel udara sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran
infeksi dari telinga tengah ke os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung
ke sel-sel udara tersebut.
2

Adanya petrositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien di dapatkan 3
gejala klasik seperti terdapat keluhan diplopia, karena kelemahan n.VI. Sering kali
disertai dengan rasa nyeri di daerah parietal, temporal atau oksipital, oleh
terkenanya n.V, ditambah dengan terdapatnya otore yang persisten, terbentuklah
suatu sindrom yang disebut sindrom Gradenigo.
2

Tromboflebitis sinus lateralis
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan
menyebabkan terjadinya trombosis sinus lateralis. Fragmen-fragmen kecil
trombus akan pecah, menciptakan saluran emboli yang infeksius. Demam yang

6
tidak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi
pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh naik, tetapi setelah penyakit menjadi
berat didapatkan kurva suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan
menggigil. Kurve suhu demikian menandakan adanya sepsis. Nyeri terbatas pada
daerah pembuluh emisaria mastoid, yang dapat menjadi merah dan nyeri tekan,
yang disebut tanda Griesinger. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau angiografi substraksi digital. Biakan
darah dapat positif, terutama bila diambil saat menggigil. Pengobatan haruslah
dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel-sel mastoid, membuang
tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau membuang
dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus harus
juga dilakukan drainase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum itu, dilakukan
dulu ligasi vena jugulare interna untuk mencegah trombus terlepas ke paru dan ke
dalam tubuh lain.
2

Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah di antara durameter dan tulang. Pada
otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi
dan kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid.
2

Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto
Rontgen mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat kerusakan di
lempeng tegmen (tegmen plate) yang menendakan tertembusnya tegmen. Pada
umumnya abses ini baru diketahui pada waktu operasi mastoidektomi.
Abses subdural
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses
ekstradural biasanya sebagai perluasan trombofelbitis melalui pembuluh vena.
Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai
koma pada pasien OMSK. Gejal kelainan susunan saraf pusat bisa berupa kejang,
hemiplegia dan pada pemeriksaan terdapat tanda kernig positif.
2


7
Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis.
Pada abses subdural pada pemeriksaan likuor serebrospinal kadar protein biasanya
normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar
pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses subdural nanh harus dikeluarkan
secara bedah saraf (neurosurgical), sebelum dilakukan operasi mastoidektomi.
4


Komplikasi ke susunan saraf pusat

Meningitis
Komplikasi otitis media ke SSP yang paling sering ialah meningitis. Keadaan ini
dapat terjadi oleh otitis media akut, maupun kronis, serta dapat terlokalisasi, atau
umum (general). Walau secara klinis kedua bentuk ini mirip, pada pemeriksaan
likuor serebrospinal terdapat bakteri pada bentuk yang umum, sedangkan pada
bentuk yang terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.
2

Gambaran klinis meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh,
mual, muntah yang kadang-kadang muntahnya muncrat (proyektif), serta nyeri
kepala hebat. Pada kasus yang berat biasanya kesadaran menurun (delir sampai
koma). Pada pemeriksaan klinis terdapat kaku kuduk waktu difleksikan dan
terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar gula menurun dan kadar protein
meninggi di likuor serebrospinal.
2

Pengobatan meningitis otogenik ialah dengan mengobati meningitisnya dahulu
dengan antibiotik yang sesuai, kemudian infeksi ditelinganya dengan operasi
mastoidektomi.
4

Abses otak
Abses otak otogenik adalah komplikasi intrakranial dari otitis media supurativa
kronik (OMSK), yang merupakan salah satu penyakit kegawatdaruratan di bidang
THT. Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan adekuat sangat diperlukan dalam
usaha menekan angka kematian penyakit ini.
4


8
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat ditemukan di
serebelum, fosa kranial posterior atau di lobus temporal, di fosa kranial media.
Keadaan ini sering berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis,
atau meningitis. Abses otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi
telinga dan mastoid atau tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses
ekstradural.
4

Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus temporal.
Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadoko-kinetis, tremor
intensif dan tidak tepat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi pada abses
lobus temporal. Gejala lain yang menunjukan adanya toksisitas, berupa nyeri
kepala, demam, muntah serta keadaan latargik. Selain itu sebagai tanda yang
nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan
likuor serebrospinal memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta kenaikan
tekanan likuor,mungkin terdapat juga edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan
dengan pemeriksaan angiografi, ventrikulografi, atau dengan tomografi
komputer.
4
Pengobatan abses otak ialah dengan jalan operasi, dengan melakukan drainase
dari lesi. Selain itu, pengobatan dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi
dilakukan untuk membuang sumber infeksi, pada waktu keadaan umum lebih
baik.
4

Hidrosefalus otitis
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal
yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor itu. Pada pemeriksaan
terdapat edema papil, keadaan ini dapat menyertai otitis media akut atau kronis.
4

Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur,
mual, dan muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus
lateralis yang mengakibatkan kegagalan absorpsi likuor serebrospinal oleh lapisan
araknoid.
4



9
Prognosis
Frekuensi komplikasi yang mengancam jiwa pada OMSK telah menurun secara
dramatis dengan ditemukannya antibiotik. Angka mortalitas menurun tajam dari
76% pada tahun 1930-an menjadi 36% pada tahun 1980-an.
3

Komplikasi ke intrakranial, merupakan penyebab utama kematian pada OMSK
dinegara berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita
mengabaikan keluhan telinga berair. Meningitis atau radang pada selaput otak
adalah komplikasi intrakranial yang paling sering ditemukan di seluruh dunia.
Kematian tejadi pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial.
3
















Daftar Pustaka

2. Paparella, MM. Adams, George L. Levine, Samuel C. Penyakit Telinga Tengah
dan Mastoid dalam Boies Buku ajar Penyakit THT (Boies Fundamentals of
Otolaryngology). 1997. Jakarta: Penerbit EGC. Hal 107-118
3. Aboet, Askaroellah. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera
Utara. 2007. Dalam pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang

10
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Pada Fakultas
Kedokteran.
4. Helmi, Djaafar, Zainul A, Restuti, Ratna D. Komplikasi Otitis Media Supuratif
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
Edisi 6. 2010. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaI. Hal
78-85.

Anda mungkin juga menyukai