Anda di halaman 1dari 49

TUTORIAL I

1. Identifikasi hal-hal yang harus dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler!
JAWAB:
A. Pengkajian
Mengkaji keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler antara lain :
Nyeri dada : merupaka keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien untuk
mengkaji keluhan nyeri, perawat harus mengkaji lebih jauh karekteristik dari nyeri dada
berdasarkan dengan gangguan sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung .
Sesak napas : napas pendek sering dialami oleh penyakit jantung, untuk mengkaji
keluhan sesak napas , perawat harus mengkaji frekuensi atau irama pernapasan, dan
mengkaji denyut nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis)
B. Data pengkajian klien
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, dan napas pendek
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner/ katup
Tanda : kenaikan tekanan darah , nadi(denyutan jelas dari karotis, jugularis dan
radialis),
bunyi jantung (terdengar bunyi S2 pada dasar , S3 pada CHF dini , S4 pengerasan
ventrikel kiri).
c. Hipertensi
Gejala : gangguan penglihatan (penglihatan kabur)
d. nyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) dan nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudikasi .
e. Pernapasan
Gejala : disnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja , batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum.

C. Pengkajian fisik
Menilai keadaan fisik secara umum dan tingkat kesadaran klien
Posisi klien
Mengatur posisi klien berbaring di tempat tidur sehingga kepala membentuk sudut
30derajatC -45derajatC dapat digunakan untuk memeriksa tekanan vena jugularis.
Infeksi : infeksi prekardium diamati adanya jaringan parut yaitu mula-mula infeksi
adanya parut,( operasi jantung sebelumnya akan menimbulkan bekas parut pada
dinding dada)
Palpasi : meraba prekardium dan melakukan pengukuran tekanan vena jugularis.
Perkusi : perkusi biasanya tidak digunakan bila telah ada hasil thoraks foto . Tetapi
tetap bermanfaat untuk mengetahui adanya kardiomegali, efusiperikar.
Aukultasi : mendengar bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop .
2. Sebutkan Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat di angkat pada pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler!
JAWAB:
Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus/meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium/Air.
Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
berlebuhan/kebutuhan makanan yang salah.
Irama jantung meningkat berhubungan dengan kelelahan otot respiratori
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depernitas dinding dada
3. Intervensi keperawatan pada sistem kardiovaskuler!
JAWAB:
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko terhadap
penurunan curah
jantung berhubungan
dengan vasokontriksi
1. Pantau tekanan darah.




1. Perbandingan dari tekaknan
memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang
keterlibatan bidang masalah
vaskuler.
2. Catat keberadaan kualitas
denyutan sentral dan perifer.




3. Aukultasi tonus jantung dan
bunyi nafas.




4. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu, dan masa
pengisian kapiler.

5. Catat edema umu/tertentu

2. Denyutan karotis,
jugularis,radialis,dan femoralis,
mungkin diamati atau tekanan
palpasi.Denyut pada tungkai
mungkin menurun, efek dari
vasokontriksi.
3. Bunyi jantung IV umum
terdengar hipertensi berat dan
kerusakan fungsi adanya krakels
dapat mengindentifikasi
kongesti paru sekunder
terhadap jantung kronik
4. Mungkin berkaitan dgn
vasokontriksi atau
mencerminkan dekompensasi
atau penurunan curah jantung.
5. Mengidentifiksai gagal jantung
kerusakan gnjal atau vaskuler
2. Nyeri akut
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskular cerebral

1.Mempertahankan tirah baring
selam fase akut
2.Berikan kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan
leher, serta teknik relaksasi .

3.Hilangkan/ meminimalkan
aktivitas vasokontriksi yang
dapat menurunkan dan sakit
kepala.
4.Bantu klien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.
5.Berikan cairan,mknan
1. Meminimalkan stimmengulasi
atau menurunkhan relaksasi
2. Menurunkan tekanan vaskuler
cerebral dan yang
memperlambat/ memblok
respon.
3. Menyebabkan sakit kepala pada
adanya tknan vaskuler serbral
karena aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi.
4. Pusing dan penglihatan kabur
sering b/d sakit kepala
5. Menaikan kenymana kompres
lunak.perawatan mulut yang
teratur bila terjadi pendarahan
hidung atau kompres dihidung
telah diberikan u/
menghentikan pendrhan

hidung dpt mengganggu
menelan atau membutuhkan
nafas dgn mulut,menimbulkan
stanasi sekresi oral dan
mengeringkan membran
mukosa
3. Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan menurunnya
laju filtrasi
glomerulus/meningkat
nya produksi ADH dan
retensi Natrium/Air.

1. Pantau pengeluaran
urine,catat jumlah dan warna
saat dimana diuresis terjadi.




2. Pantau/hitung keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam.



3. Perthankan duduk atau tirah
baring dengan posisi
semifowler selama fase akut.

4. Pantau TD dan CVP (bila
ada).




5. Kaji bising usu.Catat keluhan
anoreksia, mual, distensi,
1. Pegeluaran urine mungkin
aedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal.Posis
telentang membantu diuresis
sehingg pengeluaran urine
dapat ditingkatkan selam tirah
baring.
2. Terapi diuretic dapat
disebabkan oleh kahilangan
caiaran tiba-tiba/
berlebihan(hipovolemia)
meskipun edema/asites masih
ada.
3. Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
4. Hipertensi dan peningkatan
CVP menunjukkan kelebihan
cairan & dpt menunjukkan
terjadinya peningkatan
kongesti paru,gagal jantung.
5. Kongesti visceral (terjadi pada
gagal ginjal kronik lanjut)dpt
mengganggu fungsi
abdomen, dan konstipasi gaster/intestnal
4. Perubahan Nutrisi
lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan intake
makanan
berlebuhan/kebutuhan
makanan yang salah.

1. Kaji pemahaman klien
tentang hubungan langsung
antara kegemukan dengan
hipertensi.


2. Bicarakan entingnya
menurunkan masukan kalori
dan batasi masukan lemak,
garam, gula, sesuai indikasi
3. Tetapkan keinginan klien
untuk menurunkan berat.
4. Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.



5. Instruksikan daan bantu
memilih makanan yang
tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak
tinggi dan kolestrol.
1. Kegemukan adalah resiko
tambahan pada potensi karena
kondisi proposi antara kapasitas
aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitang dengan
peningkatan masa tubuh.
2. Kesalahan kebiasaan maksimun
menunjang terjadinya
atherosklerosis dan kegemukan
yang merupakan pediposisi.
3. Motivasi penurunan berat badan
adalah internal
4. Membantu dalam menentukan
kebutuhan individu untuk
penyesuaian / penyuluhan dan
mengidentifikasi kekuatan
dalam program diet terakhir.
5. Penting untuk mencegah
perkembangan atrorgenesis
kolaboratif









4. Hal-hal apa saja yang harus didokumentasi setelah melakukan tindakan keperawatan!
JAWAB:
1. Segala tindakan yang dilakukan pada klien (DEPENDEN, INDEPENDEN, dan
INTERDEPENDEN)
2. Segala tindakan yang dilakukan oleh medis
3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada klien utamanya yang menyangkut KDM.
DIAGNOSA EVALUASI
1. Resiko terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan
vasokontriksi
1. Melakukan tindakan pengukuran tekanan
darah pada pasien untuk meningkatkan
resistensi perifer sebagai respon terhadap
penurunan curah jantung.
2. Mencatat keberadaan kualitas denyutan
sentral dan perifer
3. Melakukan auskultasi jantung, dan
pengukuran nadi (nadi lemah curah
jantung buruk).
4. Melakukan pengkajian yang berhubungan
dengan warna kulit,kelembaban,suhu,dan
masa pengisian kapiler
5. Memberikan cairan intrapena ( infus),
jika terjadi syok
2. Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular
cerebral

1. Memantau aktivitas pada tira baring
2. Memberikan kompres dingin pada dahi
dan melakukan tehnik relaksasi
3. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
3. Kelebihan volume cairan b / d
menurunnya laju filtrasi glomelurus/
meningkatkan produksi ADH dan
retensi natrium / air.
1. Memantau pengeluaran urin
2. Memantau cairan infus
3. Mengatur posisi senyaman mungkin
4. Mengukur TTV

4. Perubahan nutrisi lebih dari 1. Memberikan penjelasan tentang penyakit
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan berlebihan /
kebutuhan makanan

yang diderita klien
2. .Memberikan pemahaman tentang
pentingnya polan makan
3. .Memberikan pemahaman tentang pola
diet yang baik
4. Mengkaji kembali pola makan dan pola
diet klien
5. .Mendiskusikan bersama klien dan
keluarganya tentang asupan makan yang
harus di hindari.





















TUTORIAL II (ASTEOKLOROSIS)
KASUS:
Nama : NyL
Usia : 62 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : islam
Status : menikah
Alamat :malengkeri,MKS
No.RM : 2009270367
Tgl masuk RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo 3 mei 2012
Anamnesis:
Nyeri dada sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Riwayat penyakit sekarang:
Sejak 4 jam SMRS,pasien merasakan nyeri dada yang mulai dirasakan saat hendak
tidur.Nyeri dada terasa seperti ditimpa beban berat.Nyeri dada seperti ini sering
hilang dan timbul sejak 1 tahun SMRS dan mereda bila beristirahat.Nyeri saat ini
dirasa memberat sejak 4 jam SMRS.Pasien merasa sesak nafas.Terdapat keringat
dingin.
Sejak 2 tahun MRS, pasien dikatakan mempunyai hipertensi dan tidak teratur minum
obat.Pasien control di RS.Dr.Wahidin.Pasien sudah 2 kali dirawat di RS yang
sama,saat itu pasien sedang tidak terataur minum obat, dirawat karena muka bengkak
dan sesak nafas.Diberikan obat captopril 3X25 mg, simart 2 1X1, aldecto 1X15 mg,
lasix 1X1, ascardia 1X1.
Pasien tidak sesak nafas bila dia berbaring ,dapat tidur dengan satu bantal.Pasien
tidak pernah terbangun pada malam hari karena sesak.Pasien semakin membatasi
aktifitas fisik karena bila banyak bergerak pasien merasa sesak dan sakit dada namun
hilang jika beristirahat.Pasien merasa kelelahan bila berjalan jauh.
Nyeri dad juga muncul jika banyak pikiran.Pasien tidak ada kebiasaan
merokok.Pasien tidak merasa cepat haus/lapar ataupun terbangun untuk BAK
dimalam hari.Saat ini pasien sudah tidak menstruasi lagi.Pasien belum pernah operasi
jantung sebelumnya.Makanan belum dijaga.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat asma,alergi,gastristis,stroke,dan DM disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat darah tinggi,DM,penyakit jantung, asma disangkal
RIWAYAT PEKERJAAN SOSIAL,EKONOMI,DAN KEJIWAAN KEBIASAAN
Pembiayaan rumah sakit secara pribadi
1. Tuliskan pemeriksaan fisik dan identifikasi masalah keperawatan pada kasus diatas!
JAWAB:
B. Pemeriksaan fisik :
Perasaan denyut jantung tidak teratur.
Periksa/palpasi nadi(denyutan jelas dari karotis,jugularis dan radialis).
Batuk (Apakah dia batuk/tidak)
Pucat(Apakah Nampak pucat)
C. Identifikasi masalah :
PENYAKIT JANTUNG KORONER (ARTEROSKLEROSIS)
a. hipertensi
b. kolesterol tinggi
c. kencing manis
d. obesitas
2. Tuliskan analisa data pada kasus diatas dan pola diet untuk penyakit asteoklorosis!
JAWAB:
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
MASALAH KEPERAWATAN
Pasien merasa nyeri
dada yang mulai di
rasakan saat hendak
tidur.
Nyeri dada sebelah
kiri menjalar keleher
Terdapat keringat dingin. Gangguan rasa aman dan
nyaman karena nyeri


dan punggung.
Nyeri dada seperti di
timpa beban berat.
Nyeri dada sering
hilang timbul sejak 1
tahun SMRS dan
meredah bila
beristirahat.
Nyeri di rasa
memberat sejak 4 jam
SMRS
Pasien merasa sesak
nafas.
Dada dirasakan
berdebar debar.

Pasien pinsang saat di
bawah ke rumah sakit.
Pasien di katakan
mempunyai hipertensi dan
tidak teratur minum
obat.
Muka bengkak dan Sesak
nafas.
Diberikan obat captopril
3X25 mg,simart 2 1X1,
aldecto 1X25 mg, lasix
1X1, ascardia 1X1.
Tingkat kesadaran
menurun.
Pola nafas tidak efektif.
Edema
Kurang perhatian terhadap
kesehatan


POLA DIET UNTUK PENYAKIT JANTUNG
1) Batasi lemak jenuh dan kolesterol
Membatasi berapa banyak lemak jenuh pada makanan yang dikonsumsi adalah
langkah yang paling penting untuk mengurangi kolesterol darah dan
menurunkan risiko penyakit arteri koroner. Tingkat kolesterol darah yang tinggi
dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang disebut aterosklerosis.
Aterosklerosis dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Pilih
jenis lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun atau minyak canola. Lemak
tak jenuh ganda yang ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian, juga
pilihan yang baik untuk diet jantung sehat.
2) Pilih sumber protein yang rendah lemak (low fat)
Ikan adalah alternatif yang baik sebagai pengganti daging yang tinggi lemak.
Jenis ikan tertentu baik untuk kesehatan jantung karena kaya omega 3, yang
dapat menurunkan lemak darah yang disebut trigliserida. Sumber tertinggi
omega 3 terdapat pada ikan air dingin, seperti salmon, mackerel dan herring.
Sumber-sumber lain adalah biji rami, kenari, kedelai dan minyak canola.
3) Makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, mereka
rendah kalori dan kaya serat makanan. Sayuran dan buah juga mengandung zat
yang ditemukan dalam tanaman yang dapat membantu mencegah penyakit
kardiovaskular
4) Tambahkan biji-bijian kedalam menu sehari-hari
Biji-bijian merupakan sumber serat yang baik dan sumber nutrisi lainnya yang
berperan dalam mengatur tekanan darah dan kesehatan jantung. Meningkatkan
jumlah biji-bijian dalam diet jantung sehat juga dapat dengan menggunakan
produk biji-bijian olahan.
5) Mengurangi sodium (garam) dalam makanan
Makan dengan kandungan natrium yang tinggi dapat berkontribusi
menyebabkan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Mengurangi natrium merupakan bagian penting dari diet
jantung sehat
6) Mengontrol porsi makanan
Mengontrol porsi makanan juga berperan penting untuk diet jantung sehat.
3. Diagnosa dan jenis obat yang dikomsumsi oleh klien pada kasus diatas!
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa data Diagnosa
Data subjetif:
Pasien merasa nyeri dada yang mulai
Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri)
b/d iskemia akibat penyambutan arteri
di rasakan saat hendak tidur.
Nyeri dada sebelah kiri menjalar
keleher dan punggung.
Nyeri dada seperti di timpa beban
berat.
Nyeri dada sering hilang timbul sejak
1 tahun SMRS dan meredah bila
beristirahat.
Nyeri di rasa memberat sejak 4 jam
SMRS
Data objektif:
Terdapat keringat dingin.
koroner.

Data subjektif :
Pasien merasa sesak nafas.
Dada dirasakan berdebar debar.
Data objekif:
Pasien pinsang saat di bawah ke
rumah sakit.
Pasien di katakan mempunyai
hipertensi dan tidak teratur minum
obat.
Muka bengkak dan Sesak nafas.
Diberikan obat captopril 3X25
mg,simart 2 1X1, aldecto 1X25 mg,
lasix 1X1, ascardia 1X1.
1) Gangguan kesadaran menurun b/d
hipertensi.
2) Pola nafas tidak efektif b/d nyeri atau
kelemahan otot
3) Edema b/d intek cairan dan sodium
4) Kurang pengetahuan terhadap
kesehatan b/d kurangnya
pengetahuan dan tidak teraturnya
minum obat


JENIS-JENIS OBAT YANG DIKOMSUMSI KLIEN:
Captopril
Captopril 3x25 mg : atau biasa di kenal dengan Captensin(nama dagang).Dan
termasuk obat Anti Hipertensi, atau Obat yang digunakan untuk menurunkan
peningkatan tekanan sistolik dan diastolik di atas 140/90 mmHg.dan di
golongkan ke dalam ACE Bloker( ACE Inhibitor).
Simart 2
Simart 2 1x1 :Pencegahan & pengobatan trombosis vena. Obat tambahan
pada pengobatan oklusi (penutupan) koroner.Kondisi yang potensial terjadi
perdarahan, sudah dekat pembedahan, anestesi lumbal, pre-eklampsia &
eklampsia (keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan penurunan
kesadaran pada wanita hamil atau pada masa nifas karena keracunan
kehamilan), terancam aborsi, hamil.
Aldecton
Aldecton 1x25mg : atau biasa dikenal dengan spironolacton (Nama
Generik/Latin).termasuk obat Diuretika.obat diuretika adalah zat-zat yang dapat
memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap
ginjal.
Lasix
Lasix 1x1 : atau biasa dikenal dengan Furosemida (Nama Generik/latin)
termasuk obat anti diuretika. obat diuretika adalah zat-zat yang dapat
memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap
ginjal.yang di gunakan untuk penyakit udem(Penumpukan cairan di jaringan
yang disebabkan oleh dekompensasi jantung).
Ascardia
Ascardia 1x1 : adalah obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah baik
arteri maupun vena secara lansung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang
terganggu menjadi normal kembali.
4. Jelaskan rencana tindakan keperawatan pada jantung koroner!
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1) Gangguan rasa
aman dan nyaman
(nyeri) b/d iskemia
akibat
penyambutan arteri
1.Dapatkan gambaran
nyeri klien secara
menyeluruh yaitu
tentang lokasi, lamanya
kualitas dan kapa
1.Nyeri adalah
pengalaman subjektif
dan harus dapat
diuraikan
(digambarkan) oleh
koroner.
TUJUAN:
Menghilangkan
rasa sakit nyeri
dada / intensitas
nyeri berkurang
KRITERIA:
Ekspresi wajah
baik dan klien
tidak gelisah
Ungkapan /
keluhan klien
tentang nyeri dada
telah berkurang /
hilang.

terjadi nyeri.


2.Berikan lingkungan
yang nyaman dan
tenang.



3.Observasi TTV
sebelum dan sesudah
pemberian obat-obatan
narkotika.

4.Ajarkan dan anjurkan
pada klien untuk
melakukan teknik
relaksasi misalnya
menarik nafas dalam
dan dikeluarkan secara
perlahan

klien dan untuk
membandingkan
dengan nyeri yang lain.
2.Untuk menghindari
rangsangan dari luar,
menghindari kecemasan
yang dapat
meningkatkan kerja
jantung secara tiba-tiba.
3.Hipotensi / depresi
pernafasan dapat terjadi
sebagai akibat
pemberian obat-obatan
narkotika .
4.Diharapkan dapat
mengurangi ketegangan
klien sehingga klien
lebih rileks dan nyeri
yang dirasa berkurang


2) Gangguan kesadaran
menurun b/d
hipertensi.
TUJUAN:
Tidak terjadi iskemia
miocard
KRITERIA:
Berpartisipasi dalam
aktivitas yang
1. Pantau TD setiap 4 jam
dan status umum setiap
8 jam.
2. Posisikan klien pada
posisi semi fowler.


1. Untuk mengevaluasi
keefektifan terapi.

2. Dapat membantu
menurunkan
kebutuhan energi dan
meningkatkan aliran
darah arteri.
menurunkan TD
3) Pola nafas tidak efektif
b/d nyeri atau
kelemahan otot.
TUJUAN :
Tidak ada kesulitan
nafas
Berkurangnya
tingkat kecemasan
KRITERIA:
Nafas kembali
normal
Ekspresi wajah
rileks

1. . Anjurkan klien
bernafas dalam


2. Pertahankan klien
dalam posisi semi
fowler.

3. Berikan oksigen
tambahan sesuai
dengan indikasi.


4. Dorong perubahan
posisi sering.

1. Membersihkan jalan
nafas dan
memudahkan aliran
oksigen.
2. Menurunkan konsumsi
oksigen/ kebutuhan
dan meningkatkan
inflamasi paru.
3. Meningkatkan
konsentrasi alveolar
yang dapat
menurunkan
hipoksemia jaringan.
4. Membantu mencegah
atelektasis dan
pneumonia serta
kerusakan kulit.


4) Edema b/d intek cairan
dan sodium.
TUJUAN:
Menurunnya berat
badan
Keluaran urine
lebih besar dari
30mL/hari dan
lektrolit serum
dalam batas-batas
normal
1.Pertahankan klien dalam
posisi semi fowler.

2.Lakukan terapi IV yang
ditentukan.



3.Berikan diuretik untuk
meningkatkan
pengeluaran.
1. Untuk mengurangi
aliran balik vena
kejantung.
2. Untuk memudahkan
memberikan
pemberian obat-
obatan.
3. Diuretik
menghilangkan
kelebihan cairan
didalam tubuh.
KRITERIA:
Hilangnya edema
warna kulit
membaik

4.Batasi masukan cairan.

4. Untuk mengurangi
tekanan vena.

5) Kurang pengetahuan
terhadap kesehatan b/d
kurangnya
pengetahuan dan tidak
teraturnya minum obat
TUJUAN:
Mendemostrasikan
penerimaan tanggung
jawab dalam merawat
diri sendiri
KRITERIA:
Mengungkapkan
rencana yang relatif
realistis dengan
keadaan sekarang

1. Ajarkan klien untuk
berkonsultasi dengan
dokter jika terdapat
tanda dan gejala gagal
jantung.
2. Anjurkan klien untuk
meminum diuretik pada
pagi hari.
3. Usahakan agar pasien
mengerti makanan yang
boleh dan tidak boleh
dikonsumsi dan
upayakan bahwa pasien
dapat mengantisipasi
makanan yang tinggi
natrium.

1. Pasien perlu
mengevaluasi kembali
untuk menyesuaikan
obat-obatan.

2. Untuk mencegah
gangguan tidur pada
malam hari.
3. Tidak boleh memakan
makanan yang
mengandung natrium
tinggi untuk
mengontrol retensi
cairan tubuh.


PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
EKG (Elektrokardiografi)
Dikerjakan waktu aktifitas sehari-hari 24 jam, waktu istirahat, ataupun waktu
stress.
Pemeriksaan radiologis thorax: Scanning Thalium
Pemeriksaan Laboratorium: darah, ekokardiografi, kadar enzim, fungsi ginjal
dan hati.
foto thorax
exercise stress test
pemeriksaan vascularisasi perifer
5. Jelaskan implementasi dan evaluasi pada kasus diatas!
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Gangguan rasa aman
dan nyaman (nyeri)
b/d iskemia akibat
penyambutan arteri
koroner.

1) Mendapatkan
gambaran nyeri klien
secara menyeluruh
yaitu tentang lokasi,
lamanya kualitas dan
kapa terjadi nyeri.
2) Memberikan
lingkungan yang
nyaman dan tenang
3) Mengobservasi TTV
sebelum dan sesudah
pemberian obat-obatan
narkotika.
4) Mengajarkan dan
menganjurkan pada
klien untuk melakukan
teknik relaksasi
misalnya menarik
nafas dalam dan
dikeluarkan secara
perlahan

S:
Pasien merasa nyeri
dada yang mulai di
rasakan saat hendak
tidur.
Nyeri dada sebelah kiri
menjalar keleher dan
punggung.
Nyeri dada seperti di
timpa beban berat.
Nyeri dada sering
hilang timbul sejak 1
tahun SMRS dan
meredah bila
beristirahat.
Nyeri di rasa memberat
sejak 4 jam SMRS
O: Terdapat keringat
dingin.
A:masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan kesadaran
menurun b/d
hipertensi.

1) Memantau TD setiap 4
jam dan status umum
setiap 8 jam.
2) Memosisikan klien
pada posisi semi
S:
- Pasien merasa sesak
nafas.
-Dada dirasakan
berdebar debar.
fowler.


O:
- Pasien pingsan saat di
bawah ke rumah sakit
A: masalah tidak teratasi
P:lanjutkan intervensi

3. Pola nafas tidak efektif
b/d nyeri atau
kelemahan otot.

1) . Menganjurkan klien
bernafas dalam
2) Mempertahankan klien
dalam posisi semi
fowler.
3) Memberikan oksigen
tambahan sesuai
dengan indikasi.
4) Mendorong perubahan
posisi sering.

S:
-Pasien merasa sesak
nafas
O:
Pasien pingsan saat di
bawah ke rumah sakit.
A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi

4. Edema b/d intek cairan
dan sodium.

1) Mempertahankan klien
dalam posisi semi
fowler.
2) Melakukan terapi IV
yang ditentukan.
3) Memberikan diuretik
untuk meningkatkan
pengeluara.
4) Membatasi masukan
cairan.

S:-
O:
Muka bengkak dan Sesak
nafas.
A:masalah belum teratasi
P:intervensi di lanjutkan

5. Kurang pengetahuan
terhadap kesehatan b/d
kurangnya
1) Mengajarkan klien
untuk berkonsultasi
dengan dokter jika
S:
O:
Diberikan obat captopril
pengetahuan dan tidak
teraturnya minum obat

terdapat tanda dan
gejala gagal jantung.
2) Menganjurkan klien
untuk meminum
diuretik pada pagi hari.
3) Mengusahakan agar
pasien mengerti
makanan yang boleh
dan tidak boleh
dikonsumsi dan
upayakan bahwa
pasien dapat
mengantisipasi
makanan yang tinggi
natrium.
3X25 mg,simart 2 1X1,
aldecto 1X25 mg, lasix
1X1, ascardia 1X1.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intevensi

Rencana pendidikan/edukasi yang di berikan sesuai kasus di atas:
1. Memberikan pemahaman pengertian panyakit jantung koroner
Jantung koroner adalah Penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah
koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh yang diikuti oleh
penebalan dan kekakuan pembuluh tersebut
2. Gejala penyakit jantung koroner
Tidak ada gejala
Sakit dada sebelah kiri (kdg menjalar keleher dan lengan kiri)
Sesak Napas/Payah Jantung
Perasaan denyut jantung tidak teratur
Mati Mendadak
3. Siapa saja yang mudah terkena ppenyakit jantung koroner
Hipertensi
Diabetes melitus
Kencing manis
obesitas
4. Aktivitas/latihan
Pola istirahat tidur yang teratur
Pola makan dan minum teratur
Pemberian teknik relaksase, masase, dan distraksi

5. Pola makan
Memperhatikan pemenuhan nutrisi dan cairan mengurangi komsumsi natrium
dan makanan yang mengandung kolestrol

6. Stress
Kebanyakan berfikir
Komplikasi penyakit
Faktor lingkungan dan ekonomi
Faktor keluarga






















TUTORIAL III (STENOSIS AORTA)
KASUS:
Tn.S,58 tahun.MRS 10 menit yang lalu karena tiba-tiba pingsan.Anak klien mengatakan
ayahnya tiba-iba pingsan saat menerima kabar bahwa anak bungsunya yang kuliah di,luar negeri
akan pulang minggu depan.Setelah siuman, klien mengeluh nyeri dada,tepatnya dibawah tulang
dada.Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya reda saat beristirahat
sehingga dianggap tidak berbahaya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TTV: TD : 130/90 mmHg, N:80X/menit, S:37
0
C,
P:28Xmenit.
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke
aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan
untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan
persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal
sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan
normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga
darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga
lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri
harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.
2. Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah
masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun
yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal
dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
a. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .
sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya
mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta
dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti
sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga
membutuhkan penanganan medis.
b. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi
katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring
dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi
kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada
katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses
kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul
saat klien berusia 70 tahun.
c. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau
bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya
kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta
maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan
stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu
katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa
ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.
3. Patofisiologi/penyimpangan KDM
Stenosis katub aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada
orang dewasa stenosis biasa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari
endokarditis remaitik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak di ketahui
penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh
tahun.
Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara jantung
dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih
lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui
lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai agal dan muncullah
tanda-tanda klinis.
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang
mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respon
terhadap besarnya obstruksi; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta
yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida
Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.
Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi
diastolik. Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi
dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan
penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi
sistolik
4. Manifestasi klinik
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari
stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi
katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan
jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi
klinis dari stenosis katup aorta :
a. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada
setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis.
b. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan
dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan.


c. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia
mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang
ekstrim dari aortic stenosis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Electrocardiogram (EKG): EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik
jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang
menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang
jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
b. Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung
yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir,
cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-
daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
c. Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang
ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung,
klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-
invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep
aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan
kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan
kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat
digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan
untuk menaksir area klep aortic.
d. Cardiac catheterization: Cardiac catheterization adalah standar emas dalam
mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters)
dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama
tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah
diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.
6. Penatalaksanaan
Terapi Umum:
a. Istirahat
Mengobati penyakit dasarnya
Terapi gagal jantung dan angina
Menghindari latihan berat.
b. Diet
c. Medikamentosa
Obat pertama :
Digoksin
Antibiotik
d. Operasi
Pergantian katup
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 58 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Status kesehatan saat ini
Terdapat nyeri dada tepatnya dibawah tulang dada
Klasifikasi Data
1. Data Subjektif (DS)
Klien mengeluh nyeri dada, dibawah tulang dada
Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya redah setelah
beristirahat
2. Data Objektif (DO)
Klien tampak nyeri
Klien tampak meringis






Analisa data
DATA ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif (DS):
Klien mengeluh nyeri
dada, dibawah tulang
dada
Klien mengatakan sering
mengalami nyeri dada
namun nyerinya redah
setelah beristirahat
Data Objektif (DO):
Klien tampak nyeri
Klien tampak meringis
Penurunan curah jantung


Kelelahan


Nyeri



Nyeri

2. DIAGNOSA
D. Nyeri dada b/d ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari
aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
E. Pola napas tidak efektif b/d perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan
interstitial akibat sekunder dari edema paru
F. Perubahan perfusi jaringan yang b/d penurunan cardiac output sekunder.
G. Ansietas b/d prognosa penyakit jantung.
3. INTERVENSI
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
a. Nyeri dada b/d
ketidakseimbangan
suplai darah ke
miokardium akibat
sekunder dari aliran
darah yang menurun
pada arteri koroner.

1. Catat karakteristik nyeri,
lokasi, lamanya, dan
penyebaran .

2. Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
A. Atur posisi fisiologis.

3. Berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal atau
masker sesuai dengan
indikasi.
1. Variasi penampilan dan
perilaku klien karena
nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
2. Posisi fisiologis akan
meningkatkan suplai
oksigen ke jaringan yang
mengalami iskemi.
3. Meningkatkan jumlah
oksigen yang ada untuk
pemakaian miokardium
sekaligus mengurangi


4. Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri

ketidaknyamanan akibat
sekunder dari iskemik.
4. Menurunkan stimulus
internal

b. Pola napas tidak
efektif b/d perubahan
membran kapiler
alveoli dan retensi
cairan interstitial
akibat sekunder dari
edema paru

1. Auskultasi bunyi napas
(crackles)

2. Ukur intake dan output
cairan

1. Indikasi adanya edema
paru; sekunder akibat
dekompensasi jantung
2. Penurunan curah jantung
mengakibatkan tidak
efektifnya perfusi ginjal,
retensi natrium/ cairan,
dan penurunan output
urine

c. Perubahan perfusi
jaringan yang b/d
penurunan cardiac
output sekunder.

1. Evaluasi tanda-tanda vital.





2. Evaluasi bunyi jantung,
pericardial friction rub,
CVP.


3. Observasi tanda dan gejala
yang mungkin merupakan
indikasi berkembangnya
kegagalan.
1. Indikasi menunjukkan
adanya tanda- tanda
penyakit timbul kembali,
missal: RR meningkat/
menurun, TD render
atau tinggi,dan lain- lain.
2. Indikasi menunjukkan
adanya bunyi jantung
yang tidak normal yang
bias menandakan adnya
kelainan.
3. Mencegah penyakit
memburuk.

d. Ansietas
berhubungan dengan
prognosa penyakit
jantung.
1. Pantau respon fisik:contoh
palpitasi, takikardi,gerakan
berulang
2. Berikan tindakan
1. Mengetahui klien dalam
keadaan normal atau
tidak.
2. mengurangi kecemasan
kenyamanan
3. Koordinasikan waktu
istirahat dan aktivitas saat
senggang tepat untuk
kondisi

4. Dorong ventilasi perasaan
tentang penyakit efeknya
terhadap pola hidup dan
status kesehatan akan datang
5. Anjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi

klien yang berhubungan
dengan penyakitnya.
3. Dengan memanajemen
waktu dengan baik,
kondisi klien bisa fit saat
beraktivitas.
4. memantau kondisi
psikologis klien.


5. Mengetahui klien dalam
keadaan stress atau tidak
agar koping klien efektif


















4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
a. Nyeri dada b/d
ketidakseimban
gan suplai darah
ke miokardium
akibat sekunder
dari aliran darah
yang menurun
pada arteri
koroner.

1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi,
lamanya, dan penyebaran .
2. Melakukan manajemen nyeri
keperawatan:
Mengatur posisi fisiologis.
3. Memberikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal atau masker
sesuai dengan indikasi.
4. Mengajarkan teknik distraksi pada
saat nyeri
S:Anak klien
mengatakan
ayahnya tiba-tiba
pingsan
O:Klien tiba-tiba
pingsan
Pemeriksaan fisik:
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37 C
P : 28x/menit
A:masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi

b. Pola napas tidak
efektif b/d
perubahan
membran
kapiler alveoli
dan retensi
cairan
interstitial
akibat sekunder
dari edema paru

1. Auskultasi bunyi napas (crackles)
2. Mengukur intake dan output cairan

S: Klien mengeluh
nyeri dada
O:-
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi

c. Perubahan 1. Evaluasi tanda-tanda vital. S: Klien mengatakan
perfusi jaringan
yang b/d
penurunan
cardiac output
sekunder.

2. Mengevaluasi bunyi jantung,
pericardial friction rub, CVP.
3. Mengobservasi tanda dan gejala
yang mungkin merupakan indikasi
berkembangnya kegagalan.
sering mengalami
nyeri dada.
O:-
A: masalah tidak
teratasi
P:lanjutkan
intervensi

d. Ansietas
berhubungan
dengan
prognosa
penyakit
jantung.

1. Memantau respon fisik:contoh
palpitasi, takikardi,gerakan berulang
2. Memberikan tindakan kenyamanan
3. Mengkoordinasikan waktu istirahat
dan aktivitas saat senggang tepat
untuk kondisi .
4. Mendorong ventilasi perasaan tentang
penyakit efeknya terhadap pola hidup
dan status kesehatan akan datang
5. Menganjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi













TUTORIAL IV(VARISES VENA)
KASUS:

Ny.M 28 tahun, sedang hamil 7 bulan MRS dengan keluhan nyeri dan tegang pada extremitas
bagian kanan bawah, kram otot dan lebih terjadi pada malam hari, kelelahan otot extremitas
kanan bawah, tampak edema pada tumit, tampak pembesaran vena pda beti. Klien mengatakan
keluhan-keluhan tersebut dirasakan sejak bulan ke-5 kehamilannya.Pemeriksaan TTV:
TD:120/80 mmHg, N: 80Xmenit, P:26Xmenit,Respirasi right:26X menit.

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatanan
tekanan vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi
vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde
atau aliran balik menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti.
2. Etiologi
Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstriksi yaitu faktorlingkungan
bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena. Penyebab terbanyak dari
varises vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada
beberapa penderita pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah
terjadi kelenahan pada dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan
tekanan vena. Pada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan
tangan.
Umur merupakan faktor risiko independen dari varises. Umur tua terjadi atropi pada
lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos
meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami
dilatasi.
Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi. Obstruksi
akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah vena ke sirkulasi
sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises tidah dianjurkan untuk di
ablasi.
3. Patofisiologi/penyimpangan KDM
Biasanya kerusakan diakibatkan kerena adanya suatu hambatan aliran darah dan tekanan
hidrostatik yang terlau besar. Kegagalan katup pada vena superfisal paling umum
disebabkan oleh karena peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya
insufisiensi vena. Penyebab lain yang mungkin dapat memicu kegagalan katup vena
yaitu adanya trauma langsung pada vena adanya kelainan katup karena thrombosis. Bila
vena superficial ini terpapar dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah ,
pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai
katup vena satu sama lain tidak dapat saling betemu.
Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya perubahan
hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lebih
lunak dan lentur, namun bila terbentuk bvarises selama kehamilan hal ini memerlukan
evaluasi lebih lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan disebabkan oleh keadaan
DVT akut.
Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena dan
volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten. Sayangnya penampilan dan
ukuran dari varies yang terlihat tidak mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena
yang sesungguhnya. Vena yang terletak dibawah fasia atau terletak subkutan dapat
mengangkut darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya
peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang
berlebihan.
4. Manifestasi klinik
a. Nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang terkena
b. Edema unilateral atau bilateral apabila yang terkena vena kava
c. Ada kemerah-merahan dan teraba panas
d. Temperatur meningkat, tetapi tidak tinggi
e. Kurang dari 20% dari pasien menunjukkan tanda homan ( rasa nyeri pada betis bila
dorsofleksi kaki )
Faktor resiko trombosis vena profunda :
1) Umur ( diatas 40 tahun )
2) Gender ( lebig sering ditemukan pada wanita )
3) Immobilitas/statis
a. Pembedahan, istirahat, baring, kelumpuhan
b. Terlalu banyak duduk atau berdiri
c. Obesitas, kehamilan
4) Meningkatnya viskositas darah
a. Dehidrasi, temperatur meningkat
b. Polisitemia vena
5) Kerusakan pada intima
a. Kateter intravena ( sentral dan perifer )
b. Penyalahgunaan obat-obat intravena
6) Trauma
a. Fraktur terutama pelvis dan tulang-tulang panjang
b. Luka bakar
7) Kontrasepsi oral ( estrogen dalam pil )
5. Pemeriksaan penunjang
1) Manuver Perthes
Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah
retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena
yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruksi
vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak
lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran darah balik vena ke
jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan maupun skeroterapi.
Untuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose tourniquet atau diikat di
bagian proksimal tungkai yang mengalami varises. Pemasangan tourniquet ini bertujuan
untuk menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau
berdiri sambil menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif.
Pada keadaan normal aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang
mengalami varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan
mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan distesi.
2) Perthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan
dengan tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang. Obstruksi pada
vena profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak
dapat kembali ke ukuran semula.
3) Tes Trendelenburg
Tes Trendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena
superficial dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini
dilakukan dengan cara mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan
pengikatan pada paha sampai vena yang mengalami varises kolaps. Kemudian
pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak dilepaskan. Interpretasinya
adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps atau melebar secara
perlahan-lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun apabila
vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena
yang lebih tinggi atau adanya kelainan katup lainnya.
4) . Auskultasi menggunakan Doppler
Pemeriksaan menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah
vena yang mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari
mana atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan
penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan menyebabkan adanya aliran
sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian menyebabkan adanya perubahan
suara yang ditangkap oleh probe Doppler. Pelepasan dari penekanan vena tadi akan
menyebabkan aliran berlawanan arah akut. Normalnya bila katup berfungsi normal
tidak akan ada aliran berlawanan arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya
tidak aka nada suara yang terdengar dari Doppler.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium saat ini kurang begitu bermanfaat dalam menegakkan
diagnosis atau terapi varises vena.
6) Pemeriksaan Imaging
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan
memetakan seluruh area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system vena
superficial dan system vena profunda. Pemeriksaan yang dapat dialkukan yaitu
venografi dengan kontras, MRI, dan USG color-flow dupleks. USG dupleks
merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom
insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-
flow USG (USG tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam
vena menggunakan pewarnaan yang berbeda.
Pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic
Resonance venography (MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada sistem
vena profunda dan vena superficial pada tungkai bawah dan pelvis. MRV juga
dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan nyeri dan
edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik pemeriksaan
invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan
pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit vena. Sekitar 15 %
pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi ditemukan adanya DVT dan
pembentukan trombosisi baru setelah pemberian kontras.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Non Operatif
Kaus Kaki Kompresi (Stocking)
Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik
pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan
20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal. Pada penelitian
didapatkan sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1
tahun setelah menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan
menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang relatif mahal, kurangnya
pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang baik. Pada penelitian randomize
controlled trial compression menggunakan stoking (grade I dan II) dibandingkan
dengan kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VSM dan
mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak ada
perbedaan terhadap pembentukan varises vena.
Skleroterapi
Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan kedalam
pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti
dengan pembentukan jaringan fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat yaitu ferric
chloride, salin hipertonik, polidocanol, iodine gliserin, dan sodium tetradecyl
sulphate, namun untuk terapi varises vena safena paling umum digunakan saat ini
adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua bahan ini dipilih
karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan warna kulit
(penumpukan hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan kerusakan
jaringan apabila terjadi ekstravasasi ke jaringan.
b. Terapi Minimal Invasif
Radiofrekuensi ablasi (RF)
Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi
yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah
dan jaringan sekitar pembuluh darah. Pemanasan ini menyebakan denaturasi
protein, kontraksi kolagen dan penutupan vena. Kateter dimasukkan sampai ujung
aktif kateter berada sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan USG. Ujung kateter menempel pada endotel vena, kemusian energy
radiofrekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan pembuluh
darah dan jaringan sekitarnya. Jumlah energy yang diberikan dimonitor melalui
sensor termal yang diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi
mngatur suhu yang sesui agar ablasi endotel terjadi.
Endovenous Laser Therapy (EVLT)
Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah dengan
Endovenous laset therapy (EVLT). Keuntungan yang didapat menggunakan
pilihan terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien poliklinis di bawah anestesi
local. EVLT yang secara luas digunakan menggunakan daya sebesar 10 14 watt.
Prosedurnya EVLT menggunakan fibre laser yang dimasukkan ke distal VSM
sampai SFJ dibawah control USG.
c. Terapi Pembedahan
Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion)
Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan
segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi
ukuran kecil dan menggunakan kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini,
prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan kelompok varises residual
setelah dilakukan sphenectomy.
Saphectomy
Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan
peralatan stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik
pembuluh darah dan menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik
tersebut dapat menurunkan terjadinya cedera pada struktur di
sekitarnya.Gambar 5-6. Untuk menghilangkan VSM, sebuah insisi dibuat 2-3
cm sebelah medial lipatan paha untuk melihat SFJ.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status kesehatan saat ini
Terdapat nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah
Terdapat edema pada tumit
Pembesaran vena pada betis
Pengkajian fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,5C
P : 26x/ menit
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif (DS)
o Klien mengeluhkan nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah
o Klien mengatakan sering mengalami keram otot pada malam hari
o Klien mengeluhkan nyeri sejak bulan ke-5 kehamilannya
Data Objektif (DO)
o Tampak edema pada tumit
o Tampak pembesaran vena pada betis
o Klien tampak nyeri
ANALISA DATA
DATA ETOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS:
Klien mengeluhkan
nyeri dan tegang pada
ekstremitas kanan
bawah.
Klien mengeluhkan
nyeri sejak bulan ke-5
kehamilannya
DO:
Klien tampak nyeri
Tampak pembesaran
vena pada betis


Gangguan katup vena



Katup tidak mampu menutup
dan menahan aliran refluks.



Nyeri





Nyeri
DS:.
Klien mengatakan
sering mengalami
keram otot pada
malam hari
DO:
Tampak edema pada
tumit


Keram otot


Nyeri


Edema



Edema


2. DIAGNOSA
a. Nyeri b/d iskemia jaringan sekunder
b. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari normal b/d penemuan nutrisi untuk
penyembuhan klien
c. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya kesadaran pasien yang menyebabkan keadaan
yang mengalami penurunan
d. Gangguan rasa nyaman b/d pelepasan mediator nyeri yang menyentuh ujung saraf
3. INTERVENSI
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri b/d iskemia
jaringan
sekunder.
Tujuan :
nyeri hilang atau
terkontrol.

1. Kaji derajat nyeri. Catat
perilaku melindungi
ekstremitas.



2. Pertahankan tirah baring selama
fase akut.




3. Tinggikan ekstremitas yang
sakit.




4. Dorong pasien untuk sering
mengubah posisi.



5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi.
1. Derajat nyeri secara
langsung berhubungan
dengan luasnya kekurangan
sirkulasi, proses inflamasi.
2. Menurunkan
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
kontraksi otot dan gerakan.
3. Mendorong aliran balik vena
untuk memudahkan sirkulasi,
menurunkan pembentukan
statis.
4. Menurunkan/mencegah
kelemahan otot, membantu
meminimalkan spasme otot.
5. Mengurangi nyeri dan
menurunkan ketegangan otot

2.Gangguan
integritas kulit b/d
insufisiensi
vaskular.
Tujuan :
Mempertahankan
1. Kaji integritas kulit, catat
perubahan pada turgor,
gangguan warna, hangat lokal,
eritema, ekskoriasi.


1. Kondisi kulit dipengaruhi
oleh sirkulasi, nutrisi, dan
imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi rapuh dan
integritas kulit.




2. Kaji ekstremitas untuk
penonjolan vena yang jelas.




3. Ubah posisi secara periodik dan
hindari pemijatan pada
ekstremitas yang sakit.






4. Bantu untuk latihan rentang
gerak pasif atau aktif.

5. Lakukan kompres hangat, basah
atau panas pada ekstremitas
yang sakit bila diindikasikan..
cenderung untuk infeksi
dan rusak.
2. Distensi vena superfisial
dapat terjadi pada TVD
karena aliran balik melalui
vena percabangan.
3. Meningkatkan sirkulasi,
pemijatan potensial
memecahkan/
menyebarkan trombus
sehingga menyebabkan
embolus.
4. Meningkatkan sirkulasi
jaringan, mencegah stasis.
5. Meningkatkan vasodilatasi
dan aliran balik vena dan
perbaikan edema lokal.

3. Gangguan
mobilitas fisik b/d
keterbatasan
aktivitas akibat
nyeri.
Tujuan :
Menunjukkan
teknik/perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas.
1. Pertahankan posisi tubuh yang
tepat.




2. Perhatikan sirkulasi, gerakan,
dan sensasi secara sering.




3. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif.

4. Jadwalkan aktivitas dan
perawatan untuk memberikan
periode istirahat yang tidak
terganggu.


1. Meningkatkan stabilitas
jaringan (mengurangi risiko
cedera), posisi fungsional
pada ekstremitas.
2. Edema dapat mempengaruhi
sirkulasi pada ekstremitas
sehingga potensial
terjadinya nekrosis jaringan.
3. Meningkatkan pemeliharaan
fungsi jaringan.
4. Mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan
dan toleransi pasien
terhadap aktivitas.
5. Dorong dukungan dan bantuan
keluarga/orang terdekat pada
latihan rentang gerak.

5. Memampukan
keluarga/orang terdekat
untuk aktif dalam perawatan
pasien dan memberikan
terapi lebih konsisten.

4.Nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d
peningkatan
kebutuhan
metabolik.
Tujuan :
Menunjukkan
peningkatan
masukan makanan,
mempertahankan/
meningkatkan berat
1. Lakukan pengkajian nutrisi
dengan seksama.


2. Berikan makan porsi kecil dan
sering termasuk makanan kering
dan makanan yang menarik
untuk pasien.
3. Berikan diet tinggi
kalori/protein dengan tambahan
vitamin.


4. Anjurkan pembatasan aktivitas
selama fase akut.


5. Konsul dengan ahli diet.
1. Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
untuk membantu memilih
intervensi.
2. Tindakan ini dapat
meningkatkan masukan
dan memerlukan lebih
sedikit energi.
3. Membantu memenuhi
kebutuhan metabolisme,
mempertahankan berat
badan dan regenerasi
jaringan.
4. Menurunkan kebutuhan
metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan
simpanan energi.
5. Membantu mengkaji
kebutuhan nutrisi pasien
dalam perubahan
pencernaan dan fungsi
usus.
5. Gangguan citra
tubuh b/d varises.
Tujuan :
Peningkatan rasa
percaya diri dalam
1. Dorong pengungkapan
mengenai masalah tentang
proses penyakit, harapan masa
depan.

1. Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa
takut/kesalahan konsep dan
menghadapinya secara
langsung.
kemampuan untuk
menghadapi
penyakit.

2. Diskusikan persepsi pasien
mengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan.


3. Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan,
ketergantungan.

4. Perhatikan perilaku menarik
diri, penggunaan menyangkal
atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.



5. Susun batasan pada perilaku
maladaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu
koping.
6. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
2. Isyarat verbal/nonverbal
orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya.
3. Nyeri konstan akan
melelahkan, dan perasaan
marah dan bermusuhan
umum terjadi.
4. Dapat menunjukkan
emosional ataupun metode
koping maladaptif,
membutuhkan intervensi
lebih lanjut/dukungan
psikologis.

5. Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol
diri, yang dapat
meningkatkan perasaan
harga diri.
6. Meningkatkan perasaan
kompetensi/harga diri,
mendorong kemandirian
dan partisipasi dalam
terapi.





4. EVALUASI
1. Nyeri hilang atau terkontrol.
2. Mempertahankan integritas kulit.
3. Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
4. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat
badan.
5. Peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.
























HJ.RISNAWATI
SISTEM KARDIOVASKULER



NAMA DOSEN PEMBIMBING:
1) KRISTA MULYANA,S.Kep.,Ns
2) MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep
3) SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep
4) EVI LUSIANA,S.Kep.Ns




PRODI : S1.KEPERAWATAN
STIKES PANAKUKANG MAKASSAR
ANGKATAN 2011

MINGGU I
ANATOMI DAN FISIOLOGI
KARDIOVASKULER









NAMA DOSEN:
MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep



MINGGU II
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)









NAMA DOSEN:
SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep







MINGGU III
PENYAKIT KATUP JANTUNG









NAMA DOSEN:
EVI LUSIANA,S.Kep.Ns



MINGGU IV
PENYAKIT PEMBULUH DARAH









NAMA DOSEN:
KRISTA MULYANA,S.Kep.,M.Kes

Anda mungkin juga menyukai