OLEH : NAMA : FRELYTA A. Z. KELAS : G NIM : 115040201111290 KELOMPOK : Jumat,11.00 ASISTEN : Dasa Novi
UNIVESITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2013
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) termasuk suku polong-polongan (fabaceae) yang memiliki manfaat sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan semakin beraneka ragam produk olahan yang berbahan baku kacang hijau, maka kebutuhan akan kacang hijau akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat kendala dalam membudidayakan tanaman ini terutama masalah lahan, padahal untuk mencukupi kebutuhan permintaan kacang hijau dalam negeri sendiri dibutuhkan dalam jumlah besar. Belum lagi jika terjadi gagal panen, yang berarti akan menururnkan hasil pertanian pada komoditas tersebut. Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Keterbatasan lahan pertanian pada komoditas kacang hijau merupakan salah satu masalah dalam upaya peningkatan produksi Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis seperti: lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya mudah. Dengan demikian, kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Untuk mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas merupakan kunci keberhasiIan.Hal ini karena melalui varietas yang unggul dapat diperoleh hasil yang baik, dilihat dari segi kualitas maupun kuantutasnya. Untuk itu pengetahuan mengenai produksi benih lapang ini akan sangat membantu dalam menghasilkan benih kacang hijau bermutu tinggi sehingga mampu meningkatkan produksi.
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum produksi benih lapang ini adalah: 1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman kacang hijau 2. Mengetahui cara budaya tanaman kacang hijau 3. Mengetahui teknologi produksi benih kacang hijau 4. Mengatahui cara penyimpanan benih kacang hijau setelah pemanenan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau meliliki klasifikasi divisio : Spermatophyta, subdivisi : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Rosales, famili : Papilionaceae, genus : Vigna, spesies : Vigna radiata L. (Soeprapto dan Marzuki, 2004). Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm - 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau (Rukmana, 2004). Daun tanaman kacang hijau tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua (Purwono dan Purnamawati, 2009). Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri. Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaprodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu (Rukmana, 2004). Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat dan ukurannya lebih kecil dibandingkan biji kacang tanah atau kedelai dengan bobot sekitar 0,5 - 0,8 mg. Kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau taoge (Purwono dan Hartono, 2008).
2.2 Budidaya Tanaman a. Penyiapan lahan Kacang hijau biasanya ditanam pada lahan sawah setelah panen padi dan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT). Jerami cukup dipotong pendek atau rata dengan tanah. Sedangkan pada lahan sawah yang sudah agak lama tidak ditanami perlu dilakukan pengolahan tanah secara sempurna. Untuk menghindari air tergenang pada musim hujan perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30 cm dan jarak antar saluran maksimum 4 m. b. Penanaman Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sebanyak 2-3 biji/lubang dengan kedalaman 3-5 cm, Kemudian ditutup dengan abu dapur/jerami atau tanah halus atau pupuk kandang. Kebutuhan benih berkisar 15-20 kg/ha. Jarak tanam bervariasi, yaitu 40x10 cm (populasi 300.000-400.000 tanaman/ha) pada musim hujan atau 40x15 cm (populasi 400.000-500.000 tanaman/ha) pada musim kemarau. Penyulaman dapat dilakukan umur 7 hari. Biasanya petani melakukan penanaman benih kacang hijau sesudah padi dengan cara sebar benih yang dilakukan dengan atau tanpa pembabatan jerami, dan benih yang diperlukan berkisar 50-75 kg/ha. c. Pemupukan Biasanya pemupukan jarang dilakukan, terutam apada tanah subur. Sedangkan pada tanah kurang subur diberikan pupuk sebanyak 45 kg Urea + 45- 90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk menutup lubang tanam cara ini dapat meningkatkan hasil kacang hijau mencapai 1,5 t/ha. d. Penggunaan Mulsa Jerami Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman kacang hijau secara merata dapat mengurangi serangan hama lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan memperlambat proses penguapan air tanah. Dianjurkan penggunaan jerami dengan takaran sebanyak 5 t/ha. e. Penyiangan Penyiangan dilakukan tergantung dengan pertumbuhan gulma. Penyiangan dianjurkan umur 10-15 hari setelah tanam (hst) dan 25-30 hst, dengan cara dikored atau menggunakan cangkul. Pada daerah yang langka tenaga kerja dapat menggunakan herbisida pra tumbuh non selektif seperti: Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan takaran 1-2 l/ha yang diaplikasikan 3-4 hari sebelum tanam. f. Pengairan Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali. g. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang paling sering menyerang pertanaman kacang hijau: lalat bibit Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong (Maruca testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida merupakan alternatif terakhir bila cara lain tidak mangkus dalam mengendalikan hama. Insektisida anjuran, antara lain adalah: Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/l air dan volume semprot 500-600 l/ha. Untuk pengendalian penyakit sendiri, diantaranya adalah bercak daun Cercospora canescens, busuk batang, embun tepung Erysiphe polygoni, dan penyakit puru Elsinoe glycines dilakukan dengan penyemprotan fungisida, seperti: Benlate, Dithane M45, Baycor, Delsene MX200, atau Daconil pada awal serangan dengan takaran 2 g/l air. Sementara itu penyakit embung tepung juga dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, seperti: Sriti dan Kutilang (Sunantara, 2000).
2.3 Teknologi Produksi Benih 2.3.1 Persyaratan tanah Dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah daripada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming) (Rukmana, 2004). Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Soeprapto dan,Marzuki 2004). 2.3.2 Isolasi 1. Isolasi Jarak. Antara tanaman untuk benih dengan tanaman untuk konsumsi atau benih dengan varietas dari kelas benih berbeda isolasi dengan jalur kosong atau tanaman lain selebar 3 meter . 2. Isolasi waktu. Minimum 30 hari, perbedaan tanggal tanam dari 2 varietas yang berbeda dan letaknya berdampingan harus diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tidak bersamaan. Pemilihan penggunaan isolasi tergantung dari kondisi lapangan (Anonymous a , 2013). 2.3.3 Roguing Seleksi vegetatif umur 7-15 hst. Cara : a) membuang tanaman yang berbeda warna hipokotilnya (hijau,hijau keunguan, ungu dan ungu tua). b) membuang tanaman yang berbeda bentuk daunnya (bulat runcing, oval runcing dan lain-lain). c) membuang tanaman yang berbeda bulu daunnya (tidak berbulu, bulunya sangat jarang dan bulunya lebat). Seleksi generatif yaitu scat berbunga dan setelah keluar polong. a) Membuang tanaman yang berbeda tipe pertumbuhannya (tegak, semi tegak dan menyebar). b) Membuang tanaman yang berbeda warna polong, pada saat perubahan warna polongnya (kuning jerami, coklat kemerahan, coklat kehitaman, hitam dan lain-lain) (Sunantara, 2000).
2.3.4 Panen dan pascapanen 1) Panen dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat. Panen dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2 - 3 hari hingga kulit mudah terbuka. 2) Pembijian dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya di dalam kantong plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil. Pembersihan biji dari kotoran dengan menggunakan nyiru (tampah) dan biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar air mencapai 8 10 % (Sunantara, 2000).
2.4 Penyimpanan Benih Biji yang sudah mencapai kadar air 8-9% ditampi atau diayak untuk memisahkan benih bogus dan benih jelek. Biji yang sudah disortir dimasukkan dalam kantong kantong plastik berukuran 5-10 kg, ditutup dengan sistem rapat udara (diikat kuat-kuat). Bila tidak tersedia kantong plastik dapat juga digunakan blek/kaleng minyak dan ditutup dengan parafin/lilin Sebelum disimpan dalam blek, benih dicampur dengan abu dapur atau insektisida. Terdapat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih kacang hijau. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih kacang hijau. Penyimpanan dalam ruang simpan dengan suhu-70C dan -5C lebih mampu mempertahankan viabilitas benih selama masa penyimpanan 30 hari dibandingkan benih yang di simpan pada suhu kamar (26C) dan 3C. (pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih kacang hijau (phaseolus radiatus l.) (Qulsum, 2011).
III. METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan & Fungsi Alat Cangkul : untuk mengolah lahan Tugal : untuk membuat lubang tanam Timba : untuk mengambil air Kamera : dokumentasi Alat tulis : mencatat hasil Tali rafia : untuk mengukur jarak tanam Meteran : untuk mengukur jarak tanam Bahan Benih kacang hijau : bahan tanam Air : untuk menyiram tanaman kangkung Pupuk : untuk memberi kebutuhan unsur hara tanaman Tanah : sebagai media tumbuh tanaman 3.2 Keterangan Lahan 3.2.1 Ketinggian Tempat Ketinggian tempat pada lahan BP Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya adalah 440-667 dpl. 3.2.2 Sejarah Penggunaan Lahan Sejarah penggunaan lahan pada lahan BP Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yaitu pernah dijadikan lahan untuk menanam jagung, timun, terong, kacang panjang. Pada lahan tersebut dilihat bahwa penggunaan lahan sebagian banyak sering digunakan untuk lahan menanam tanaman sayuran. Tetapi sempat pada lahan tersebut kosong dan tidak digunakan, sehingga tumbuh rumput-rumput liar dilahan tersebut. 3.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu mulai tanggal 23 Maret 2013 31 Mei 2013.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (dokumetasi disertakan) Tabel 1: Pengamatan Tanaman Parameter Sampel Tanaman Ke- 1 2 3 4 5 A. Fase Vegetative - Tinggi Tanaman (cm) - Jumlah Daun (buah) - Jumlah Cabang (buah)
49 55 58 77 55 26 34 37 22 18 5 7 9 5 4
B. Fase Genetarive - Awal Berbunga (hst) - Berbunga 50% (hst) - Berbunga 75% (hst) - Jumlah bunga per tanaman - Jumlah polong per tanaman - Produksi buah/biji per petak 20 18 17 21 20 34 34 32 30 34 43 48 47 47 45 3 3 5 3 2 6 6 9 5 4 42 48 81 30 32
Tabel 2: Pengamatan Roguing Parameter Hasil rouguing Jumlah Tanaman Off Type Jumlah Tanaman Volunter Bentuk dan warna daun Ditemukan 7 jenis tanaman volunter : -Borreria latifolia -Cyperus rotundus -Eleusine indica -Krokot mine -3 jenis tidak diketahui - -Borreria latifolia -Cyperus rotundus -Eleusine indica -Krokot mine -3 jenis tidak diketahui Warna bunga - - - Bentuk dan warna buah - - - Waktu berbungan - - -
4.2 Pembahasan dibandingkan literatur 4.2.1 Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum lapang ini, kelompok kami belum melakukan pemanenan, hal ini karena dilihat dari parameter fisiknya yang belum memenuhi syarat panen, hal ini juga dipengaruhi oleh varietasnya. Varietas adalah klasifikasi tumbuhan di bawah jenis yang menunjukkan varian jenis dengan perbedaan warna atau habitat yang morfologinya tanpa mengaitkan masalah distribusinya (Tim Penyusun Kamus PS, 2001). Warna polong pada pengamatan terakhir masih berwarna hijau, sedangkan untuk pemanenan seharusnya dilakukan saat polong sudah berwarna coklat kehitaman. Namun dari hasil yang diperoleh, tanaman kacang hijau tidak semuanya tumbuh dengan baik, sehingga hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan seumpaa dilakukan panen. Selain itu, perlakuan ataun perawatan yang dilakukan juga berpengaruh. Rukmana (2004) menyebutkan bahwa hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber- pH lebih rendah daripada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming). Pertumbuhan tanaman dengan baik sangat diperlukan apalagi jika akan dijadikan benih. Hasil yang diperoleh terutama kualitas benih akan berdampak pada perkecambahan benih nantinya. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2004). Berdasarkan data roghuing, terdapat 7 jenis voluntir yang ditemukan pada lahan budidaya. Ketujuh kultivar tersebut adalah Borreria latifolia (kentangan), Cyperus rotundus (rumput teki), Eleusine indica (rumput belulang), Krokot mine dan 3 jenis tidak diketahui. Tumbuhan yang ada ini mampu berperan sebagai gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanamn kacang hijau. Kerugian yang ditimbulkan dari gulma tidak terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya didalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khusus yaitu : Pertumbuhannya cepat Mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup. Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim. Mempunyai daya berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif atau kedua-duanya. Alat perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang. Biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan. (anonimous b , 2013) Gulma yang ditemukan di lahan memiliki cirri-ciri sebagai berikut: Eleusine indica (rumput belulang)memiliki bentuk daun meruncing dengan tulang daun sejajar dan daunnya bewarna hijau. Bunganya berwarna hijau muda dan akan berwarna coklat saat tua. Sedangkan Borreria latifolia (kentangan) memiliki susunan tulang daun menyirip berwarna hijau, memiliki buna pada dengan ukuran yang kecil pada daerah pangkal daun yang berwarna kuning kehijauan. Untuk Cyperus rotundus (rumput teki) memiliki ciri- ciri yang menyerupai dengan kentangan yaitu memilik bentuk ddaun meruncing dengan tulang daun sejajar dan daunnya berwarna hijau. Untuk krokot, memiliki bentuk daun membulat pada ujungnya dan memiliki bunga yang berwarna kuning, terkadang berwarna-warni tergantung jenisnya. Untuk waktu berbunga, dari data tidak dicantumkan lapan waktu berbunga 7 vountir ini. Hal ini karena dilakukanya penyiangan dan dan pengamatan tidak dilakukan setiap hari. 4.2.2 Kondisi Lapang (alasan berhasil / tidak berhasil) Dari hasi pengamatan yang diperoleh, pada lahan yang dijadikan pertanaman mengalami pertumbuhan yang kurang maksimal. Hal ini bisa terjadi oleh bberapa faktor baik faktor internal mauoun faktor eksternal. Berdasarkan literatur yang diperoleh, kondisi lahan BP yang dijadikan lahan pertanaman dalam praktikum ini sudah memenuhi kriteria dari syarat tumbuh dari tanaman kacang hijau sehingga faktor-faktor pendukung dari tanaman kcang hijau. Marzuki dan Soeprapto (2004) mengungkapkan bahwa keberhasilan praktikum ini bukan hanya ditentukan oleh kondisi lahan saja, namun faktor iklim juga berpengaruuh. Kondisi iklim yang berubah-ubah di tengah-tengah musim pancaroba ini mengakibatkan tanaman menjadi tidak stabil. Selain itu, pengairan yang dilakukan juga menjadi faktor yang menentukan. Pada lahan praktikum, keadaan irigasinya kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya genangan air pada waktu tertentu yang menyebabkan tanah menjadi basah dan berarti ada indikasi bahwa tanah sudah jenuh air, sedangkan pada waktu tertentu juga tanah menjadi snagat kering.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dilahan BP, dapat disimpulkan bahwa pada pengamatan tanaman, petumbuhaan tanaman tidak merata. Kondisi ini dapat dilihat dari Fase Vegetative tanaman sendiri yaitu tinggi tanaman, jumlah tanaman dan jumah cabang. Kemudian dari fase generatifnya yang meliputi awal berbunga berbunga 50% berbunga 75% jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, dan produksi buah/biji per petak Sedangkan jika dilihat dari segi hasil, hasil yang diperoleh masih kurang maksimal. Hal ini dikarenakan banyakny akultivar-kultivar yang tumbuh di sekitar pertanaman sehinggga pertumbuhan tanaman budidaya yaitu kacang hijau terganggu akibat persaingan unsur hara dengan kutivar tersebut maupun perakaran yang terganggu karena tidak bisa leluasa memperluas bidang serapnya akibat hambatan dari akar tumbuhan lain. Tumbuhan tersebut merupakan gulma yang memiliki cirri-ciri : pertumbuhannya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif atau kedua-duanya, alat perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang, biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
5.2 Saran - Untuk praktikum lapang Untuk praktikum lapang, praktikum berjalan kurang kondusif karena banyaknya mahasiswa yang masuk ke lahan dan jurtru merusak lahan untuk pertanaman.
- Saran untuk praktikan (bukan asisten) Diharapkan semua praktikan mengikuti praktikum lapang supaya semua mengerti tentang langkah kerja di lahan dan mengerti tentang praktikum yang sedang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Anonnimous a , 2013. Pengendalian Gulma. http://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25 /pengendalian-gulma-pada-kelapa-sawit/. Diakses tanggal 31 Mei 2013. Anonymous b .2013. Isolasi .http://perbenihan.blogspot.com/2009/02/produksi-benih.html. Diakses 30 Mei 2013. Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Suprapto, H.S., dan Marzuki Rasyid. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Denpasar. Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Tim Penyusun Kamus PS. 2001. Kamus Pertanian Umum. Penebar Swadaya, Jakarta.
Qulsum, Umi. 2011. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap Viabilitas benih kacang hijau (phaseolus radiatus l.). Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Dokumentasi Hasil Pengamatan Pengamatan Gambar Pengamatan pertama
Pengamatan ke-2
Pengamatan ke-3
Pengamatan ke-4
Pengamatan ke-5
Dokumen Serupa dengan Laporan Teknologi Produksi Benih (Lapang)