Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN 6

ANTIHIPERGLIKEMIA








Oleh :
Kelompok K
1. Rumiati (1041111154)
2. Salasa Ayu Trisnawati (1041111138)
3. Sarifah Maratus S. (1041111140)
4. Sastra Ariwibowo (1041111142)





PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2013
PERCOBAAN V
ANTIHIPERGLIKEMI

I.TUJUAN
1. Melakukan induksi hiperglikemia terhadap hewan uji coba.
2. Membandingkan potensi antihiperglikemia bahan sintesis dengan bahan alam.

II.DASAR TEORI
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide, insulin,
glukagon, dan somatostatin, dan suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan enzim
pencernaan. Hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik
tubuh, dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah. Hiperinsulinemia
(misalnya, disebabkan oleh suatu insulinoma), dapat menyebabkan hiperglikemia berat.
Pemberian preparat insulin atau obat-obat hipoglikemia dapat mencegah morbiditas dan
mengurangi mortalitas yang berhubungan dengan diabetes.
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom
heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan
defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat diperberat oleh
glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5%
populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat
dibagi menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan atas insulun : diabetes melitus tergantung
insulin (IDDM atau Tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insulin (NDDM atau Tipe
II). Kira kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM ; sisanya 80 sampai 90%
penderita NIDDM.(Mycek, Marry J. 2001)

INSULIN
Merupakan suatu protein berukuran kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia.
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam 2 rantai (A dan B) yang
dihubungkan dengan jembatan disulfida. Terdapat perbedaan antar spesies pada kedua rantai
asam amino tersebut. dalam sel B, prekursor insulin diproduksi oleh sintesis langsung-DNA
atau RNA. Pro insulin, suatu molekul protein rantai tunggal yang panjang, diproses dalam
badan golgi dan dikemas dalam granula, dan dihidrolisis menjadi insulin dan segmen
penghubung residual yang disebut C-peptida dengan pemindahan 4 asam amino. Insulin dan
C-peptida disekresi dalam jumlah equimolar sebagai respon terhadap semua jenis sekretagog
insulin; dirilis pula sejumlah kecil pro insulin yang tidak diproses atau pro insulin yang
dihidrolisis sebagian. Sementara pro insulin diduga memilki sedikit efek hipoglikemik ringan,
fungsi fisiologis C-peptida tidak diketahui. Granul didalam sel B menyimpan insulin dalam
bentuk kristal yang terdiri dari 2 atom zink dan 6 molekul insulin. (Katzung, Bertram G,
2002:674)
Hormon Pankreas
Insulin dibuat oleh sel-sel beta pulau pankreas dan dilepaskan sebagai respon terhadap
peningkatan kadar glukosa serum. prinsip kerja insulin adalah
Tempat Kerja
Otot -Meningkatkan transpor glukosa dalam
sel
-meningkatkan glikogenesis
-meningkatkan sintesis protein dan
trigliserid

Hati - Meningkatkan transpor glukosa dalam
sel
-meningkatkan glikogenesis
-meningkatkan penggunaan glukosa
dalam siklus krebs
-meningkatkan sintesis protein
Adiposa - Meningkatkan transpor glukosa dalam
sel
-meningkatkan glikogenesis
-meningkatkan sintesis trigliserid

DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM: tipe 1)
Disebabkan oleh defisiensi absolut insulin yang biasanya terjadi sebelum usia 15
tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikemia, ketoasidosis, aterosklerosis,
kerusakan retina, dan gagal ginjal. Karena sel beta pulau pankreas rusak atau hancur, obat
hipoglikemik oral tidak dapat menginduksi pelepasan insulin. Jadi, pasien membutuhkan
injeksi insulin.
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM: tipe 2)
Disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau penurunan respon jaringan
terhadap insulin (misal menurunnya jumlah reseptor insulin) yang mengakibatkan
hiperglikemia. Tetapi tidak ketoasidosis. Pengobatan terfokus pada diet dan latihan, obat
hipoglikemik oral jika diet gagal, dan insulin bila semuanya gagal. (Olson, James, 2003:193)
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat pirimidin
sederhana. 1-3 Aloksan diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan pada larutan encer. Aloksan
murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan merupakan bahan kimia
yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan
adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik)
pada binatang percobaan. Tikus hiperglikemik dapat dihasilkan dengan menginjeksikan 120-
150mg/kgBB. 1,5 Aloksan dapat diberikan secara intravena, intraperitoneal, atau subkutan
pada binatang percobaan. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin dan
oksalurea (asam oksalurik). 4 nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin;
2,4,5,6-primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam Mesoxalylurea 5-
oxobarbiturat. 4,15 Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4. Aloksan murni diperoleh dari
oksidasi asam urat oleh asam nitrat. 4 Aloksan adalah senyawa kimia tidak stabil dan
senyawa hidrofilik. Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37o C adalah 1,5 menit.
(Yuriska,Anindhita F,.2009:8)
Tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dikenali sebagai salah satu tanaman
obat. Berasal dari Irian Jaya, Indonesia. Biasanya ubat ini digunakan sebagai sebagian dari
buah. Buah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, mulai dari penyakit ringan seperti
gatal, nyeri, atau flu, untuk penyakit serius seperti kanser, diabetes, serangan jantung, dan
lain-lain. Zat yang terkandung dalam buah Mahkota dewa adalah alkaloid, saponin,
flavonoid, dan polifenol. Alkaloid, adalah detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam
tubuh. Saponin, yang berguna sebagai: sumber anti-bakteria dan anti-virus, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula darah, dan
mengurangkan pembekuan darah. Flavonoid yang terkandung dalam buah Mahkota dewa
berguna untuk peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah penyumbatan pembuluh
darah, mengurangkan kadar kolesterol dan mengurangkan penimbunan lemak pada dinding
pembuluh darah, mengurangkan kadar risiko penyakit jantung koroner, mengandungi anti-
inflamasi (anti--inflamasi), anti-oksidan, dan membantu mengurangkan rasa sakit jika terjadi
pendarahan atau pembengkakan. Sedangkan polyphenol Mahkota dewa berfungsi sebagai
anti histamin (alergi).
Penelitian membuktikan bahwa rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dapat menurunkan
kadar glukosa darah kelinci diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin di mana rosela
meningkatkan aktivitas enzim katalase dan glutation. Dalam percobaan histologikal, rosela
menyebabkan diuresis osmosis dalam tubulus renal proximal hewan diabetes.
(Suryawati.2010.hlm:2)
Glibenklamid
Indikasi: diabetes mellitus tipe 2
Peringatan: dihindari penggunaan pada pasien lansia dan sebagai alternatif digunakan
glikazid atau tolbutamid
Kontra indikasi: sedapat mungkin dihindari pada gangguan fungsi hati, gagal ginjal dan
pada porfiria. Sebaiknya tidak digunakan pada ibu menyusui dan selama kehamilan
sebaiknya diganti dengan terapi insulin. Dikontraindikasikan jika terjadi ketoasidosis.
Efek samping: umumnya ringan dan jarang, diantaranya gangguan gastrointestinal seperti
mual, muntah, diare dan konstipasi.dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis: dosis awal 5mg 1 kali sehari; segera setelah makan pagi (dosis lanjut usia 2,5mg)
disesuaikan berdasarkan respon; dosis maksimum 15mg sehari. (Anggota IKAPI, 2008:491)









III. ALAT DAN BAHAN
Alat
1.alat tes gula darah
2. stik tes gula darah
3.scalpel
4.spuit 1ml

Bahan
1.aloksan
2.glukosa
3.gliberklamid
4.simplisia bunga mahkota dewa
5. hewan uji tikus jantan

IV.CARA KERJA















22 tikius dibagi dalam 2 kelompok
Masing-masing kelompok dibagi menjadi 3 kelompok
kecil dimana :
1. Diberi glibenklamid dosis 1,89 mg/kg BB
2. Diberi mahkota dewa dosis 504 mg/kg BB
3. CMC Na 0,5%

Kelompok I
11 ekor tikus diinduksi
aloksan dosis 150 mg/kg
BB

Kelompok II
11 ekor tikus diinduksi
glukosa dosis 2,14 g/kg
BB

Diukur kadar glukosa darah normal


Diukur kadar glukosa setelah induksi













Diukur kadar glukosa normal










Diukur kadar glukosa darah


11 ekor tikus dipersiapkan
11 ekor tikus diinduksi aloksan 150 mg/kg BB
24 jam kemudian diukur kadar glukosa

Kelompok I
Diberi CMC Na 0,5%

Kelompok III
Diberi mahkota dewa
dosis 504 mg/kg BB

Kelompok II
Diberi glibenklamid
dosis 1,89 mg/kg BB

Analisis data
11 ekor tikus dipersiapkan
Setengah jam kemudian diinduksi glukosa dosis 2,14
g/kg BB

Kelompok I
Diberi CMC Na 0,5%

Kelompok III
Diberi Rosella dosis 500
mg/kg BB

Kelompok II
Diberi glibenklamid
dosis 1,89 mg/kg BB

24 jam kemudian diukur kadar glukosa
Analisis data
V.DATA PENGAMATAN
DATA PERHITUNGAN
A. Berat Badan Tikus
Tikus I : 122,8 g
Tikus II : 152,4 g
Tikus III : 193,3 g
B. Data Perhitungan Dosis dan Vp pada Tikus
C Stock glukosa : 0,1712 g/ml
Dosis glukosa : 2,14 g/kg BB tikus
Kontrol CMC : 2,5 ml
PERHITUNGAN DOSIS
- Dosis untuk tikus (122,8 g) = 122,8 g x 2,14 g = 0,262 g/122,8 gBB tikus
1000 g
- Dosis untuk tikus (152,4 g) = 152,4 g x 2,14 g = 0,326 g/152,4gBB tikus
1000 g
- Dosis untuk tikus (193,3 g) = 193,3 g x 2,14 g = 0,413 g/193,3gBB tikus
1000 g
PERHITUNGAN VOLUME PEMBERIAN GLUKOSA
- VP untuk tikus (122,8 g) = 0,262 g = 1,53 ml
0,1712 g/ml
- VP untuk tikus (152,4 g) = 0,326 g = 1,90 ml
0,1712 g/ml
- VP untuk tikus (193,3 g) = 0,413 g = 2,41 ml
0,1712 g/ml

Tabel pengamatan
induksi Obat Tikus
Kadar glukosa darah mg/dl
Normal
Setelah
induksi obat
Setelah
pemberian
obat
3 hari
aloksan
Kontrol
1 94 mg/dl 106 mg/dl - 99 mg/dl
2 96 mg/dl 164 mg/dl - 118 mg/dl
3 91 mg/dl 139 mg/dl - 119 mg/dl
Glibenklamid
1 102 mg/dl 131 mg/dl - 118 mg/dl
2 89 mg/dl 93 mg/dl - 49 mg/dl
3 94 mg/dl 100 mg/dl - 91 mg/dl
Mahkota
dewa
1 169 mg/dl 69 mg/dl - 57 mg/dl
2 81 mg/dl 174 mg/dl - 44 mg/dl
3 172 mg/dl 153 mg/dl - 68 mg/dl
glukosa
Kontrol
1 74 mg/dl 140 mg/dl
88 mg/dl -
2 71 mg/dl 205 mg/dl 91 mg/dl -
3 107 mg/dl 131 mg/dl 141 mg/dl -
glibenklamid
1 71 mg/dl 246 mg/dl 45 mg/dl -
2 105 mg/dl 386 mg/dl 34 mg/dl -
3 107 mg/dl 436 mg/dl 37 mg/dl -
Mahkota
dewa
1 97 mg/dl 378 mg/dl 78 mg/dl -
2 106 mg/dl 75 mg/dl 71 mg/dl -
3 100 mg/dl 88 mg/dl 91 mg/dl -


PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH NORMAL (ALOKSAN)


Mahkota Dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I
91 102 94
II
114 89 96





X
T
= 894
X
2
T
= 89900
a. JK Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 89900

= 1096
b. JK Antar Kelompok
X
2
b =


= 452,67
c. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 1096 452,67
= 643,34
d. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 226,335
e. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 107,23
f. F Hitung

= 2,11
g. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 10
III
123 94 91
109,33 95 93,67
328 285 281
X
2
36406 27161 26333
n 3 3 3
N 9
5,14
F Hitung (2,11) < f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok

PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH SETELAH DIINDUKSI (ALOKSAN) DIKURANGI DATA
GULA DARAH SETELAH DIBERI OBAT








X
T
= 265
X
2
T
= 10193
a. JK Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 10193

= 2390,22
b. JK Antar Kelompok
X
2
b =


= 717,56
c. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 2390,22 717,56
= 1672,66
d. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 358,78


Mahkota Dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I 32 13 7
II 47 44 46
III 47 9 20
42 22 24,33
126 66 73
X
2
5442 2186 2565
n 3 3 3
N 9
e. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 278,78
f. F Hitung

= 1,29
g. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 6
F Hitung (1,29) < f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok .
PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH SETELAH INDUKSI (ALOKSAN) DIKURANGI DATA
GULA DARAH NORMAL








X
T
= 134
X
2
T
= 8562

h. JK Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 8562

= 6566,89
i. JK Antar Kelompok
5,14


Mahkota dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I
-2 29 12
II
-23 4 68
III
-8 6 48
-11 13 42,67
-33 39 128
X
2
597 893 7072
N 3 3 3
N 9
X
2
b =


= 4336,22
j. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 6566,89 4336,22
= 2230,67
k. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 2618,11
l. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 371,78
m. F Hitung

= 7,04
n. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 6
F Hitung (7,04) > f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok

PERHITUNGAN PASCA ANAVA GULA DARAH SETELAH INDUKSI (ALOKSAN) DIKURANGI
DATA GULA DARAH NORMAL

Kontras F hitung F Kesimpulan

Fh =


F =( k-1). F
tabel

I vs II
(MD vs
GLIBEN)
Fh =

= 20,92
F = (3-1). 5,14
= 10,28
Fh > F,
berbeda
signifikan
I vs III
(MD vs
KONTROL)
Fh =

= 104,58
F = (3-1). 5,14
= 10,28
Fh > F,
berbeda
signifikan
5,14
II vs III
(GLIBEN
VS
KONTROL)
Fh =

= 31,96
F = (3-1). 5,14
= 10,28
Fh > F,
berbeda
signifikan

PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH NORMAL (GLUKOSA )





X
T
= 696
X
2
T
= 56252
o. JK
Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 56252

= 2428
p. JK Antar Kelompok
X
2
b =


= 650,67
j. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 2428 650,67
= 1777,33
q. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 325,335
r. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 404,67
s. F Hitung


Mahkota dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I
67 62 74
II
82 82 71
III
99 52 107
82,67 65,33 84
248 196 252
X
2
21014 13272 21966
n 3 3 3
N 9

= 0,80
t. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 6
F Hitung (0,80) < f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok

PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH SETELAH DIINDUKSI (GLUKOSA ) DIKURANGI
DENGAN KADAR GULA DARAH NORMAL








X
T
= 726
X
2
T
= 66536
u. JK Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 66536

= 7972
v. JK Antar Kelompok
X
2
b =


= 242,67
5,14


Mahkota dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I
99 85 66
II
78 52 134
III
85 103 24
87,33 80 74,67
262 240 224
X
2
23110 20538 22888
n 3 3 3
N 9
j. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 7972 242,67
= 7729,33
w. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 121,335
x. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 1288,22
y. F Hitung

= 0,09
z. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 6
F Hitung (0,09) < f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok

PERHITUNGAN ANAVA GULA DARAH SETELAH DIINDUKSI GLUKOSA DIKURANGI KADAR
GULA DARAH SETELAH PEMBERIAN OBAT








X
T
= 746
5,14


Mahkota dewa Glibenclamid
Kontrol
( CMC )
I
88 102 52
II
89 100 114
III
93 118 -10
90 106,67 52
270 320 156
X
2
24314 34328 15800
n 3 3 3
N 9
X
2
T
= 74442
aa. JK Keseluruhan
X
2
t = X
2
T
-

= 74442

= 12606,89
bb. JK Antar Kelompok
X
2
b =


= 4710,22
j. Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
X
2
W
= X
2
t
- X
2
b
= 12606,89 4710,22
= 7896,67
cc. Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
RJK
b
=

= 2355,11
dd. Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
RJK
w
=

= 1316,11
ee. F Hitung

= 1,79
ff. F Tabel
K 1 = 3 1 = 2

N K = 9 3 = 6
F Hitung (1,79) < f Tabel (5,14) maka Tidak Ada Perbedaan Antar Kelompok





VII.PEMBAHASAN
5,14
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan induksi hiperglikemia terhadap hewan
uji coba serta membandingkan potensi antihiperglikemia bahan sintesis dengan bahan alam.
Hiperglikemia merupakan suatu kondisi tubuh yang mana konsentrasi glukosa dalam
darah tinggi. Kondisi ini tidak sama halnya dengan diabetes mellitus. Glukosa yang masuk
ke tubuh mengikuti kurva mulai dari konsentrasi nol lalu terus naik hingga konsentrasi
puncak (dimana kondisi ini disebut kondisi hiperglikemi) kemudian dieliminasi oleh tubuh
karena adanya perangsangan sekresi insulin dari pankreas secara alami sehingga konsentrasi
glukosa terus menurun.
Pada percobaan kali ini digunakan bahan penginduksi yaitu glukosa dan aloksan.
Pemberian glukosa dan aloksan ini akan menghasilkan kondisi diabetic eksperimental
(hiperglikemik) pada hewan percoban. Pada pemberian glukosa digunakan untuk
menciptakan kondisi hiperglikemi secara langsung dengan terjadinya penumpukan glukosa
dengan konsentrasi tinggi pada tubuh, sedangkan pada pemberian aloksan digunakan untuk
menciptakan kondisi hiperglikemi secara tidak langsung, yaitu dengan merusak sel-sel
pankreas, sehingga akan menyebabkan hewan uji tidak bisa memproduksi hormon insulin.
Pemberian induksi glukosa dilakukan setelah pemberian antihiperglikemi. Hal ini
dikarenakan saat obat antihiperglikemi masuk dalam tubuh maka memerlukan waktu untuk
mengalami proses ADME sampai menimbulkan efek. Begitu pula dengan glukosa yang
masuk dalam tubuh mengikuti kurva besarnya konsentrasi dalam darah dari mulai nol sampai
puncak (kondisi hiperglikemi) lalu menurun karena adanya sekresi insulin. Diharapkan saat
glukosa berada pada konsentrasi puncak (hiperglikemi) bersamaan pula dengan kondisi obat
yang telah mengalami proses biotransformasi sehingga siap memberikan efek
antihiperglikemi. Dengan demikian terjadi penurunan kadar glukosa dalam darah akibat daya
antihiperglikemi dari obat.
Pemberian induksi aloksan dilakukan sebelum pemberian antihiperglikemi. Hal ini
dikarenakan aloksan membuat kondisi hiperglikemi dengan mekanisme merusak sel B-
pankreas yang bertugas mensekresi insulin. Sehingga produksi insulin berkurang dan
terjadilah kondisi hiperglikemi. Setelah kondisi hiperglikemi tercapai baru diberikan
antihiperglikemi untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Antihiperglikemia yang digunakan adalah ekstrak mahkota dewa (alam) dan obat
glibenklamid (sintetis) yang akan dibandingkan aktivitas daya antihiperglikemiknya.
Obat Glibenklamid termasuk golongan obat Sulfonilurea. Golongan ini sering kali
digunakan untuk pengobatan diabetes tipe 2. Khasiat obat golongan ini bekerja merangsang
sel beta memproduksi insulin. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
glibenklamid disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin dari pankreas. Sifat perangsangan ini
berbeda dengan perangsangan oleh glukosa karena ternyata pada saat hiperglikemi, glukosa gagal
merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang cukup, sedangkan glibenklamid masih mampu
merangsang sekresi insulin pada dosis tinggi. Mekanisme kerja glibenklamid termasuk
menurunkan kadar glucagon dalam serum, meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target
dan reseptor, dan menghambat penghancuran insulin oleh hati.
Pemberian obat glibenklamid secara peroral karena absorpsi glibenklamid, yang mana
merupakan derivate sulfonylurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per oral.
Ekstrak mahkota dewa dibuat dengan menggunakan pelarut etanol karena mahkota dewa
mengandung flavonoid. Pada buah mahkota dewa terdapat senyawa aktif flavonoid yang
memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar gula darah. Pemberian ekstrak mahkota dewa
30% sebagai penurun kadar glukosa darah dalam menghambat aktivitas -glukosida.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih.Kontrol negatif yang digunakan adalah
larutan suspensi CMC-Na. CMC-Na bersifat inert, tidak memberikan efek farmakologi
apapun. Fungsi dari control negative adalah untuk mengetahui bahwa pemberian Mahkota
dewa dan Glibenklamid benar-benar dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Dari perhitungan analisa secara varian searah pada interaksi gula darah setelah
diinduksi aloksan dengan gula darah normal menunjukan hasil yang signifikan. Tetapi
didapatkan secara keseluruhan hasil bahwa mahkota dewa dan Glibenklamid memiliki
efektivitas antihiperglikemik yang sama (tidak ada perbedaan signifikan). Namun, hal ini
belum tentu dapat di buktikan secara benar oleh kelompok kami dikarenakan pada saat
praktikum berlangsung terdapat kesalahan seperti terjadinya penurunan kadar gula darah
setelah diinduksi aloksan. Kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan oleh cara pengukuran
kadar gula darah yang salah dengan mengoleskan darah hewan uji pada stik tes gula darah,
kesalahan dalam pembacaan pada stik gula darah, penetesan gula darah pada stik tidak penuh
sampai area batas sensor, dan menekan-nekan ekor hewan uji untuk mendapatkan darah
setelah penggoresan menyebabkan darah lisis yang akan mempengaruhi pengukuran.
Sehingga kesalahan tersebut menghasilkan data yang tidak valid. Pada percobaan induksi
aloksan dan glukosa didapat hasil bahwa Fhit<Ftabel. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan efektivitas antihiperglikemia ekstrak Mahkota dewa dan obat Glibenklamid.

VIII.KESIMPULAN
1. Pemberian glukosa untuk menciptakan kondisi hiperglikemia secara langsung, yaitu
terjadinya penumpukan glukosa dengan konsentrasi tinggi pada tubuh.
2. Sedangkan pemberian Aloksan digunakan untuk menciptakan kondisi hiperglikemi
secara tidak langsung, yakni dengan merusak sel-sel pankreas, sehinggaakan
menyebabkan hewan uji tidak bisa memproduksi hormon insulin. Ketidakmampuan
memproduksi hormon insulin akan menyebabkan hewan uji mengalami kondisi
hiperglikemia.
3. Berdasarkan hasil perhitungan uji anava 1 jalan antara interaksi gula darah normal
dengan gula darah setelah diinduksi menunjukkan berbeda signifikan, jadi ternjadi
peningkatan gula darah yang signifikan.
4. Berdasarkan hasil perhitungan uji anava 1 jalan didapat bahwa tidak ada perbedaan
efektivitas antihiperglikemia ekstrak Mahkota dewa dan obat Glibenklamid.

IX.DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Olson, James. 2003. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anggota IKAPI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: BPOM.
Mycek, Mary J dkk. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.
Suryawati.2010.Uji Efek Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Jantan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Setiawan,Rudi. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Rosela(Hibiscus sabdariffa L)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih(Rattus norvegicus) Yang Diinduksi
Aloksan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Yuriska,Anindhita.F,.2009.Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar.
Semarang : Universitas Diponegoro
Mengetahui, Semarang, 09 Mei 2013
Dosen Pengampu Praktikan


Ebta Narasukma, S.Farm., Apt. Rumiati (1041111135)



Yustisia Advistasari, S. Farm.,Apt. Salasa Ayu T. (1041111138)



Sarifah (1041111140)



Sastra Ari W. (1041111142)

Anda mungkin juga menyukai