Anda di halaman 1dari 30

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan mas
2.1.1 Taksonomi Ikan Mas
Menurut Suseno (1994), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Anak filum : Veterbrata
Induk Kelas : Pisces
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cypriinus
Jenis : Cyprinus carpio. L
2.1.2 Morfologi Ikan Mas
Badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih kesamping (Compressed),
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan serta memiliki dua pasang
kumis. Bagian mulut ini dihiasi dua pasang sungut, selain itu di dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan yang terdiri dari tiga baris berbentuk geraham. Sirip punggung memanjang, dan
letak permukaanya bersebrangan dengan permukaan sirip perut. Di bagian belakang sirip
punggung ini berjari-jari keras, sedangkan dibagian akhir bergerigi. Seperti juga sirip punggung,
bagian belakang sirip duburpun berjari-jari keras dan bagian terakhirnya bergerigi. Sirip ekornya
membentuk cagak, berukuran simetris dan memanjang hingga ke belakang tutup insang. Sisik
ikan mas berukuran cukup besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) dan terletak beraturan.
Garis rusuk yang dimilikinya lengkap dan berada dipertengahan tubuh (Susanto dan Agus
Rochdianto, 1997).
Menurut Andrianto (2005), ikan mas mempunyai bentuk badan agak memanjang pipih
ke samping (compressed). Mulut (bibir) berada di ujung tengah (terminal), dapat disembulkan.
Di bagian mulut ini dihiasi dua pasang sungut. Di dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang
terdiri dari tiga baris berbentuk geraham. Memiliki kumis (barbel) 2 pasang (empat buah),
kadang-kadang mempunyai sungut 1 pasang (rudimentir). Jari-jari sirip punggung (dorsal) yang
kedua mengeras seperti gergaji. Sedangkan letak antara kedua sirip, punggung dan perut
berseberangan. Sirip dada (pectoral) terletak di belakang tutup insang (operculum).
Ikan mas tergolong sisik besar bertipe cycloid. Usus umumnya tidak begitu panjang jika
dibandingkan dengan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan asli. Ikan mas tidak mempunyai
lambung, juga tidak bergigi/ompong, sehingga bila mencerna makanan sebagai pengganti
penggerusnya adalah pharing mengeras. Gambar ikan mas dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini:


Sumber : Suseno,
1994
Gambar 1. Ikan Mas
(Cyprinus carpio L)

2.2 Kebiasaan Hidup Ikan Mas
2.2.1 Habitat Ikan Mas
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan air tawar yang tidak terlalu dalam
dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup
baik di ketinggian 150-600 m di atas permukaan laut dan pada suhu 25-30
0
C. Meskipun
tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang juga ditemukan di muara sungai yang bersalinitas
2530%. Di dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan mas memijah pada awal musim
hujan. Telur yang dihasilkan akan menempel di rerumputan atau benda lainnya yang ada di
dalam air (Susanto dan Agus Rochdianto, 1997).
Ikan mas dapat tumbuh normal jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara
150-1000 meter di atas permukaan laut, suhu air 20-25 C, pH air antara 7-8. Kebiasaan lain
ikan mas di alam adalah selalu mencari tempat yang aman (terutama di tempat yang di tumbuhi
rumput) karena sifat telur ikan menempel (adhesif). Di Negara kita (Indonesia), para petani
mempergunakan ijuk sebagai alat penempel telur yang lazim disebut kakaban. Selain ijuk dapat
pula menggunakan bahan lain misalnya tali rapia atau tumbuhan air eceng gondok (Echornia
crasipes).


2.2.2 Makan dan Cara Makan
Ikan mas termasuk pemakan segala, Pada umur muda (ukuran 10 cm) Ikan mas senang
memakan jasad hewan atau tumbuhan yang hidup di dasar perairan/kolam, misalnya
chironomidae, olighochaeta, tubificidae,epimidae, trichoptera, molusca, dan sebagainya. Selain
itu memakan juga protozoa dan zooplankton seperti copepoda dan cladocera. Hewan-hewan
tersebut disedot bersama lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkan dan sisanya dikeluarkan
melalui mulut. Ikan mas juga suka mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari makanan yang
biasa dimanfaatkan seperti larva insecta, cacing-cacingan dan lain sebagainya.
2.3. Penentuan Lokasi Pembenihan
Pemilihan lahan dan lokasi untuk usaha pembenihan dan pendederan ikan mas harus
memenuhi beberapa kriteria yang meliputi aspek bologis, teknis, higienis, lingkungan, sosial
ekonomi, dan legal.
2.3.1 Aspek Teknis dan Biologis
a. Tanah
Tanah yang baik untuk pembenihan dan pendederan ikan mas adalah liat berpasir
dengan perbandingan tanah liat dan pasir 3:2. tanah jenis ini umumnya bersifat padat, kedap
air, dan tidak bersifat asam. Hal lain yang harus diperhatikan adalah tanah yang dipilih harus
terbebas dari bahan beracun dan tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas air, sehingga dapat
mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan dan biota air lainnya.
b. Air
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk,
air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, dan air sumur. Dari berbagai sumber air
tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena endapanya cukup sedikit dan kandungan
oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi.
Kekeruhan dapat mempengaruhi kegiatan budidaya ikan mas. Air keruh yang
disebabkan oleh koloid lumpur dapat mengganggu pernapasan ikan karena menempel pada
insang. Koloid Lumpur juga dapat menutupi permukaan telur, sehingga telur tidak akan
menetas atau membusuk.
Perbedaan tinggi sumber air dengan lokasi kolam, idealnya berkisar 30-50 cm. Kalau
perbedaan ketinggian ini dibawah 30, berarti penggalian lokasi kolam lebih banyak untuk
menurunkan kolam. Kalau tidak, maka sulit mengharapkan air jatuh ke dalam kolam dengan
deras.
c. Aman dari Banjir dan Pencemaran
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah lokasi pembenihan dan pendederan harus
aman dari kemungkinan terjadinya banjir dan daerah industri yang memicu terjadinya
pencemaran. Jika faktor ini diabaikan, bukan mustahil usaha yang telah dilakukan akan musnah
begitu saja.
2.3.2. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Legalitas
a. Aspek Sosial
Lokasi usaha pembenihan harus memenuhi unsur aman dari segala gangguan dan tidak
bernampak negatif terhadap masyarakat sekitar atau dengan kata lain usaha pembenihan
tersebut tidak bertentangan dengan norma sosial yang dianut oleh masyarakat di sekitar
lingkungan lokasi usaha.
b. Aspek Ekonomis
Usaha pembenihan ikan mas dilakukan jika memberikan keuntungan dari sisi penggunaan
lahan, tenaga kerja, dan financial.
Lokasi harus memiliki kemudahan akses sarana sosial, seperti pasar, sekolah, dan tempat
ibadah.
Lokasi pembenihan ikan mas terletak di daerah yang memiliki sarana pengadaan bahan dan
alat produksi serta tenaga kerja terampil.
Lokasi usaha pembenihan ikan mas harus memperhatikan tingkat permintaan benih dengan
mempertimbangkan sarana dan prasarana pemasaran hasil, tempat penampungan hasil,
wadah atau kemasan, bahan pembantu produksi, sarana transportasi dan komunikasi.
c. Aspek Legal
Status lahan usaha pembenihan ikan mas harus jelas, yakni termasuk tanah negara,
tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, atau tanah lainya. Di samping itu status
peruntukan tanahnya juga harus jelas, misalnya untuk daerah industri, daerah permukiman,
atau daerah pertaniaan.
2.4 Sarana dan Prasarana Pembenihan
1. Kolam
Lokasi kolam yang dicari dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di
lahan yang landai dengan kemiringan 2-5 % sehingga memudahkan pengeringan kolam secara
gravitasi.
a. Kolam Pemeliharaan Induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan itensitas pengelolahannya. Sebagai contoh
untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 m
2
, bila hanya mengandalkan pakan alami
dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pellet, maka untuk 100 kg induk memelukan luas 150-
200 m
2
. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bertembok atau kolam tanah
dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya.
b. Kolam Pemijahan
Tempat pemijahan berupa kolam tanah atau bak tembok. Luas kolam pemijahan
tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan kolam sekitar 18 m
2
dengan
18 buah kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar kolam
dapat dikeringkan. Pintu pemasukan air menggunakan paralon dan pembuangannya bisa juga
memakai paralon atau pintu monik. Bentuk kolam penetasasan pada dasarnya sama dengan
kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke
daerah yang ada telurnya.
c. Kolam Pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini
biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 250-500 m
2
dan
pendederan lanjutan 500-1000 m
2
/petak. Pemasukan air bisa dengan paralon dan pembuangan
air dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan saluran dasar dan di dekat pintu
pengeluaran dibuatkan kubangan. Fungsi saluran dasar adalah tempat berkumpulnya benih
saat panen dan kubangan untuk memudahkan menangkap benih. Dasar kolam dibuat miring
kearah pembuangan.
2. Peralatan
Alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala,
waring, hapa, seser, ember, baskom, timbangan, cangkul, arit, pisau, serta secchi disc untuk
mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen atau
menangkap ikan mas antara lain adalah waring yang halus, ayakan pengelembangan diameter
100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung,
keramba kupyak, kakaban, hipa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan berumur satu minggu keatas), seser, dan jaring.
2.5. Persiapan Media Pembenihan
Yang dimaksud dengan tahap persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan. Persiapan media merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan
suatu usaha budidaya. Adapun kegiatan pada saat persiapan media pembenihan antara lain:
pengeringan dasar kolam, pengapuran tanah dasar, pemupukan, dan pengisian air.
1. Pengeringan dasar kolam
Menurut Putranto (1995), sebelum ikan dipijahkan jauh-jauh hari kolam dikeringkan
terlebih dahulu sampai tanah atau lumpur pada dasar kolam retak-retak kecil. Pengeringan
kolam pemijahan bertujuan untuk:
a. Menumbuhkan bau tertentu (Jawa: Ampo) pada waktu kolam dialiri air, dimana bau tersebut
dapat merangsang ikan mas untuk segera memijah.
b. Menghindari gangguan penyakit yang dapat timbul dari dasar kolam pemijahan.
c. Untuk menambah oksigen pada struktur tanah dasar kolam, yang sangat bermamfaat bagi
induk dan telur-telur ikan.
d. Untuk menguapkan zat-zat beracun yang ada pada dasar kolam, misalnya: gas NH
3

e. Untuk mempersiapkan kolam pemijahan yang baik agar telur tidak mudah rusak dan busuk.
2. Pengapuran tanah dasar
Setelah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gr/m
2
( Naksara, 2008).
Menurut Putranto (1995), pada dasar kolam ditebar secara merata kapur mati, dengan
perbandingan untuk kolam seluas 1 Ha sebanyak 100 kg. Pengapuran ini berfungsi untuk
meningkatkan keasaman kolam dan membunuh bibit penyakit.
3. Pemupukan
Pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15
gram dan 10 gram/m
2
. Pemupukan tanah dasar bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami
berupa plankton.
4. Pengisian Air
Menurut Putranto (1995), untuk air dengan tingkat kekeruhan cukup tinggi, telebih
dahulu harus disaring dan diendapkan. Air dialiri telebih dahulu selama 5-7 hari dengan
kedalaman antara 50-75 cm. Tempat pembuangan dan pemasukan air dibuat jangan terlalu
deras dan usahakan kondisi air tenang.
5. Pemasangan Kakaban
Kakaban berfungsi sebagai tempat untuk menempelkan telur. Umumnya, kakaban
dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu berukuran 1,5 mx0,4 m. Agar semua telur ikan mas
terampung, jumlah kakaban harus disesuaikan dengan jumlah induk betina. Jika jumlah
kakaban terlalu sedikit, dikhawatirkan telur-telur hasil pemijahan tidak dapat tertampung dan
akan jatuh ke dasar kolam atau bak pemijahan. Untuk 1 kg induk betina yang akan dipijahkan
diperlukan 6-7 buah kakaban. Tempatkan kakaban tersebut sekitar 5-10 cm di bawah
permukaan air. Posisi kakaban harus diatur sehingga menyesuaikan dengan naik turunnya
permukaan air didalam bak pemijahan. Jika ketinggian air naik , posisi kakaban juga akan naik.
Begitu juga sebaliknya, jika permukaan air turun, posisi kakaban juga ikut turun. Agar tepat
pada posisi 5-10 cm dibawah permukaan air, kakaban harus dipasangi pemberat misalnya,
batang pisang.
2.6 Proses Pemijahan
2.6.1 Seleksi Calon Induk
Untuk meningkatkan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan
mas. Seleksi induk yang baik sangat berperan dalam menghasilkan benih-benih yang baik dan
berkualitas, serta berpengaruh terhadap HR (Hatching Rate) atau daya tetas pada saat proses
pemijahan.
Pemilihan calon induk harus mempertimbangkan ras atau varietas yang akan dipelihara,
karena ciri-ciri calon induk yang baik berbeda-beda setiap ras atau varietas. Secara umum
induk yang baik sebagai berikut:
a) Sehat, tidak cacat, dan tidak terluka.
b) Umur induk 1,5-3 tahun.
c) Sisik tersebar teratur dan berukuran agak besar.
d) Sisik tidak terluka dan tidak cacat.
e) Bentuk dan ukuran tubuh seimbang, tidak terlalu gemuk atau terlalu keras.
f) Tubuh tidak terlalu keras atau tidak terlalu lembek.
g) Perut lebar dan datar.
h) Ukuran tubuh relatif tinggi.
i) Bentuk ekor normal, cepat terbuka, pangkal ekor relatif lebar, dan tebal.
j) Kepala relatif kecil dan moncongnya lancip, terutama pada induk betina. Sebab jumlah telur
ikan mas yang berkepala kecil biasanya lebih banyak daripada yang berkepala besar.
k) Jarak lubang dubur relatif dekat dengan pangkal ekor.
Disamping sifat-sifat umum diatas, perlu juga diperhatikan beberapa sifat spesifik induk
ikan mas jantan dan betina. Sifat-sifat spesifik tersebut sebagai berikut:
a) Induk betina mulai dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 tahun atau minimal berbobot 1,5 kg.
b) Induk betina mulai matang gonad jika perutnya terasa lunak dan mulai tampak membengkak
kearah belakang, dari atas lubang urogenital. Lubang urogenital biasanya kemerahan dan
agak terbuka, tetapi banyak juga tidak terbuka.
c) Induk yang telah matang kelamin pada umumnya tidak hanya bergerak atau gerakanya
sangat perlahan.
d) Induk jantan mulai dipijahkan ketika berumur lebih dari enam bulan atau telah mencapai
bobot minimal 0,5 kg.
2.6.2 Pemijahan
Pemijahan ikan mas secara intensif dapat dilakukan melalui dua cara, yakni secara
alami dan secara hipofisasi.
a. Pemijahan secara alami
Pemijahan secara alami biasanya dilakukan di dalam kolam pemijahan, baik
menggunakan hapa maupun tidak menggunakan hapa. Tipe kolam pemijahan disesuaikan
dengan sistem pemijahannya. Hal yang terpenting adalah dasar kolam tidak boleh berlumpur
atau berbatu. Air kolam sebaiknya jernih atau sedikit keruh dan mengandung cukup oksigen.
Perlengkapan utama yang dibutuhkan untuk pemijahan ikan mas adalah kakaban, yakni tempat
untuk menempelkan telur. Kakaban dipasang di kolam pemijahan setelah induk jantan dan
induk betina dimasukan ke dalam kolam tersebut. Jumlah kakaban yang diperlukan untuk setiap
kilogram adalah 5-7 buah.
Ukuran kolam pemijahan yang digunakan adalah 3x5 x1. Kolam tersebut dapat diisi tiga
buah hapa berukuran 1x1x1 m atau 1x 2x1 m. Induk jantan dan induk betina terpilih yang telah
matang gonad dimasukan ke dalam hapa pada sore hari. Perbandingan bobot induk jantan dan
induk betina adalah 1:1. Pagi harinya, induk yang telah memijah diangkat dari hapa dan
dikembalikan lagi ke kolam induk. Induk yang belum memijah ditunggu satu malam lagi. Namun
jika, sudah dua hari tidak memijah induk tersebut tidak mau memijah dan harus dipindahkan ke
dalam kolam induk.
Menurut Susanto dan Agus Rochdianto (1997), sebelum pemijahan terjadi, sekitar pukul
20.00-22.00 induk betina tampak dominan berenang di bagian depan dengan pengiring
beberapa ekor jantan yang berusaha untuk mensejajarinya. Sesekali betina akan
menyembulkan badannya ke sela-sela kakaban yang diikuti dengan jantan sehingga
menimbulkan suara kecipak di dalam air.
Setelah berkejaran, menjelang tengah malam induk betina akan mengeluarkan telurnya
di bawah kakaban dan diikuti induk jantan yang mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Telur berwarna kuning cerah sedikit-demi sedikit akan tampak menempel pada kakaban yang
berwarna hitam, sebagian lagi menempel pada hapa. Lambat laun telur berwarna kuning cerah
tersebut berwarna kecoklatan disebabkan adanya lumpur halus yang terbawa air.
Menjelang dini hari, sekitar pukul 05.00, frekuensi pengeluaran telur oleh induk betina
yang diikuti oleh sperma induk pemijahan dihentikan. Caranya dengan memindahkan induk-
induk tersebut ke kolam pemeliharaan induk. Bila hal ini tidak dilakukan, induk-induk ini akan
memakan telur yang baru dikeluarkan. Biasanya saat itu induk betina dan induk jantan yang
baru memijah akan mulai mencari makan. Saat melakukan pemijahan umumnya ikan mas
berkejar-kejaran. Bahkan sesekali induk betina meloncat-loncat karena didekati oleh ikan
jantan. Pemijahan terjadi pada sepanjang tahun tidak tergantung pada musim
b. Pemijahan secara hipofisasi
Hipofisasi adalah teknik perangsangan pemijahan dengan cara menyuntikan ektrak
kelenjar hipofisa ke induk yang akan dipijahkan. Kelenjar hipofisa berukuran sebutir kacang
hijau dan terletak di bawah otak kecil. Rangsangan pemijahan diutamakan untuk induk betina.
Saat ini, hormon gonodotropin sudah banyak dijual di pasaran dengan berbagai merek. Teknik
hipofisasi dilakukan jika pemijahan secara alami sulit dilakukan.
Adapun tujuan dari teknik hipofisasi adalah:
1. Mempercepat dan meransang terjadinya pemijahan sesuai waktu yang dikehendaki.
2. Meyakinkan terjadinya pemijahan sehingga resiko induk tidak memijah berkurang.
Langkah-langkah pengambilan kelenjar hipofisa ikan mas adalah sebagai berikut:
a. Siapkan ikan donor yang sudah matang kelamin, tetapi tidak yang baru memijah atau selesai
memijah. Ikan mas yang sudah matipun dapat diambil hipofisanya, asalkan kematian
tersebut tidak lebih dari 5 jam, masih digolongkan segar.
b. Letakkan ikan donor di atas meja dengan diberi akas busa. Ikan donor dipotong kepalanya
persis di tepi operculum, kemudian kepala ikan tersebut ditaruh dengan posisi mulut di
atas.
c. Kepala ikan donor pada posisi mulut di atas disayat dengan pisau mulai dari dekat hidung
ke bawah tengkorak, sehingga otak dapat terlihat jelas.
d. Lemak dan darah yang menyelimuti otak disingkirkan dengan kapas dan saraf sebelah
depan dipotong dengan gunting kecil, kemudian otak ikan diangkat.
e. Kelenjar hipofisa akan terlihat pada sella tursisca seperti biji kemiri berwarna putih.
Pengambilan kelenjar hypofisa dilakukan dengan menggunakan pinset runcing.
f. Kelenjar hipofisa yang tidak segera digunakan dapat diawetkan dengan menyimpan dalam
pengawet alkohol atau aseton. Caranya, kelenjar hipofisa disimpan dalam botol kecil
berwarna gelap diletakan pada temperature kamar.
Penyuntikan indukan ikan mas dilakukan 1-2 kali dengan dosis 1-1,5. Satu dosis adalah
berat ikan donor (ikan yang diambil kelenjar hipofisanya) sama dengan berat ikan yang disuntik
(ikan resipien). Dosis 1,5 artinya 1 kg ikan resipien memerlukan 1,5 kg ikan donor. Syarat ikan
donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya harus sudah matang kelamin. Induk matang
kelamin yang disuntik kemudian dimasukan ke dalam hapa pemijahan yang sudah dipersiapkan
seperti pemijahan secara alami. Pemijahannya biasa terjadi 6-7 jam setelah penyuntikan. Telur
ditetaskan di dalam hapa dan induk dipindahkan setelah memijah.
2.6.3 Penetasan Telur
Di dalam kolam pemijahan, kakaban yang sudah dipenuhi telur dibiarkan selama 2-3
hari. Hal ini biasanya terjadi pada pemijahan alami dengan menggunakan hapa. Selama selang
waktu itu biasanya telur-telur akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban diangkat dan
larvanya biarkan di dalam hapa sampai kuning telurnya hilang. Setelah lima hari larva siap
ditebar ke dalam kolam. Telur ikan mas juga dapat ditetaskan dengan menggunakan hapa di
kolam penetasan.
Menurut Susanto dan Agus Rochdianto (1997), penetasan telur di dalam hapa yang
baru. Bila dalam pemijahan hanya menggunakan sebuah hapa maka menetaskan telur hasil
pemijahan mungkin memerlukan 2-4 buah hapa, tergantung banyak sedikitnya telur yang
dihasilkan.
Agar dapat menetas, seluruh kakaban harus terendam sedikitnya 5 cm di bawah
permukaan air. Kakaban tersebut diatur sedemikian rupa di atas dua batang bambu sepanjang
2 m dan dijepitkan dibelahan bambu. Saat penetasan telur, suplai air harus terjamin agar
kandungan oksigen cukup banyak dan suhu air stabil. Sekitar 48 jam kemudian biasanya telur-
telur mulai menetas. Menetasnya telur-telur ini biasanya berlangsung secara bertahap, ada
yang menetas sebelum 48 jam dan ada yang lebih dari 48 jam.
Benih-benih yang baru menetas biasanya masih lemah dan menempel pada kakaban
atau hapa. Namun, benih tersebut belum membutuhkan makanan dari luar. Ini disebabkan
benih yang baru menetas masih dibekali kuning telur (yolk sack) sebagai persediaan makanan
awal yang akan habis sekitar 5 hari. Setelah yolk sack habis, benih masih mengandalkan pakan
alami berupa plankton yang tersedia di kolam perawatan larva (pendederan).
Pertumbuhan benih ikan mas menurut Susanto dan Rochdianto (1997), dapat dilihat
pada Tabel 1. Sedangkan nama benih ikan mas berdasarkan ukuran tubuh terdapat pada Tabel
2 berikut ini :
Tabel 1. Pertumbuhan Benih Ikan Mas
Umur (Hari) Panjang (cm) Berat (Gram)
2 - 3
3 - 4
4 - 6
6 - 9
9 12
1 3
3 - 5
5 - 8
8 - 12
12 20
0,1 - 0,5
0,5 - 0,25
2,5 - 10
10 -20
100 200
Sumber: Susanto dan Rochdianto (1997)
Tabel 2. Nama Benih Ikan Mas Berdasarkan Ukuran Tubuhnya
Ukuran (cm) Istilah (Nama)
Menetas
0,6 - 1,0
1,0 - 3,0
3,0 - 5,0
5,0 - 8,0
8,0 - 13,0
Larva
Kebul (Larva Stadia Akhir)
Burayak
Putihan
Ngaramo
Ngaramo Lepas
Sumber: Susanto dan Rochdianto (1997)
2.6.4 Perawatan Larva dan Benih
Setelah larva berumur lima hari, larva siap ditebar ke dalam kolam. Luas minimum
kolam yang digunakan adalah 500 m
2
. Kolam tersebut dikeringkan selama 3-4 hari hingga
dasarnya retak. Jika terjadi kebocoran, pematang harus diperbaiki. Untuk menumbuhkan pakan
alami yang dibutuhkan oleh larva, kolam harus dipupuk menggunakan pupuk organik dan pupuk
anorganik. Jumlah pupuk
yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kesuburan perairan. Biasanya, pupuk organik
berupa kotoran ayam yang digunakan sebanyak 500 gram/m
2
. Sementara itu, pupuk anorganik
berupa TSP dan Urea yang digunakan masing-masing sebanyak 10 gram/m
2
. Kedua pupuk
anorganik tersebut dicampur dengan kapur sebanyak 15 garam/m
2
. Selanjutnya campuran
pupuk dan kapur tersebut diaduk merata dan ditaburkan merata ke seluruh permukaan tanah di
dasar kolam.
Kolam yang sudah dipupuk tadi selanjutnya diisi air secara bertahap hingga
ketinggiannya mencapai 75 cm dari dasar kolam. Setelah itu, benih dipelihara selama 2-3
minggu. Selama pemeliharaan itu, benih diberi pakan tambahan berupa tepung pelet dengan
cara menyebarkannya secara merata ke seluruh permukaan air kolam.
2.7. Pengelolaan Pakan
Menurut Suseno (1994), Jenis pakan benih ikan mas dapat berupa pakan alami dan
pakan buatan.
a. Pakan Alami
Kultur pakan alami berupa plankton, pakan alami sangat berperan penting sebagai
pakan benih ikan, terutama benih ukuran lepas hapa. Kultur pakan alami dapat dilakukan
dengan pemupukan. Akan tetapi, dengan cara ini pun tumbuh penyakit yang dapat menyerang
benih ikan tersebut. Jadi perlu pemupukan dengan jenis dan dosis pupuk yang tepat.
Beberapa jenis plankton (zooplankton) yang umumnya dibutuhkan benih ikan antara lain
sebagai berikut:
1. Rotifera
Kultur rotifera dapat dilakukan di bak beton atau dibak tanah yang sumber airnya
mengandung Rotifera . Bak atau kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 2-3 hari kemudian
diisi air dan dilakukan pengapuran sebanyak 100 g/m
2
. Pengapuran ini bertujuan untuk
memberantas ikian, predator atau hama yang hidup dalam bak atau kolam kemudian menaikan
pH. Setelah itu, dilakukan pemupukan kotoran ayam kering seberat 1 kg/m
2
.
2. Moina
Kultur sebaiknya dilakukan diwadah yang diletakan dibawah atap yang transparan,
misalnya atap plastik, untuk menghindari dari curah hujan.
Wadah atau tempat yang telah diisi air sumur dengan kedalaman 40-60 cm. Dipupuk
dengan kotoran ayam kering sebanyak 1 kg/m
3
. Selain itu, kedalaman media kultur tersebut
digantungkan kantong terilin atau karung yang berisi bungkil keledai sebanyak 200 g/m
3
.
3. Daphnia
Daphnia dapat diukur ditempat terbuka. Untuk wadah kultur dapat digunakan bak atau
container. Bak atau container diisi dengan air sumur lalu dipupuk kotoran ayam kering
sebanyak 1,5 kg/m
3
.
b. Pakan Buatan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan.
Untuk setiap ukuran atau umur, benih ikan memerlukan pakan dalam bentuk berbeda.
Beberapa bentuk pakan ikan yang dikenal antara lain:
1. Emulsi
Emulsi merupakan bentuk pakan tambahan yang berukuran 5-12 hari. Bahan pakan ini
dibuat dari kuning telur ayam dan tepung keledai dengan perbandingan 1:1 serta ditambah
vitamin 1%. Pakan berbentuk emulsi tidak boleh disimpan di udara terbuka lebih dari 10 jam.
Sebaiknya dsimpan dalam lemari es.
2. Tepung dan Remah
Tepung merupakan pakan tambahan benih ikan yang berumur antara 21-80 hari. Jenis
pakan buatan ini terdiri dari tepung halus untuk benih berumur ang antara 21 sampai 40 hari
dan tepung kasar untuk benih yang berumur 40 sampai 80 hari. Benih yang berumur 80 hari
120 hari diberi pakan berupa remah (pecahan pellet kering).
2.8 Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pemilihan lokasi untuk usaha pembenihan ikan.
Beberapa kriteria kualitas air yang harus dipenuhi dalam usaha pembenihan ikan mas
sebagaimana Tabel 3 dan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 3. Kategori Kekeruhan Berdasarkan Kedalaman Air
Kedalaman Air Keterangan
1 25
25 - 50
50
Air keruh disebabkan oleh
a. Plankton
b. Partikel tanah
Optimal (plankton cukup)
Air jernih disebabkan oleh jumlah
plankton yang sedikit
Sumber: Suseno (1994)
Tabel 4. Parameter Kualitas Air Untuk Pembenihan Ikan Mas
Parameter Kualitas Air Nilai Batas
A. Fisika
1. Residu dapat terlarut total
2. Padatan Tersuspensi
3. Kekeruhan
4. Suhu
Maksimum 2000 mg/l
Maksimum 400 mg/l
Maksimum 50 JTV
26 - 28
0
C (fluktuasi normal sekitar 4
0
C)
B. Kimia
1. Oksigen terlarut
2. Karbondioksida
3. pH
4. Alkalinitas (CaCO
3
)
5. Kesadahan total (CaCO
3
)
6. Amonia total
7. Nitrit
8. Pestisida organoklor
9. Pestisida organofosfat
Lebih besar dari 200 mg/l. Kandungan
minimum 6 mg/l tidak boleh terjadi selama
lebih dari 8 jam berturut-turut.
0 - 12 mg/l
6.5 - 8,5
Minimum 20 mg/l
Minimum 20 mg/l
Maksimum 0,2 mg/l
Maksimum 0,1 mg/l
Maksimum (0.01 x LC50 - 96 jam) mg/l
Maksimum (0,03 x LC50 - 96 jam) mg/l
Sumber: Suseno (1994)
Beberapa kondisi lingkungan yang menyebabkan kematian ikan adalah:
Perubahan suhu air secara mendadak.
pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi.
Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
Meningkatnya senyawa-senyawa beracun seperti H2S (gas metan), karbondioksida, amoniak,
adanya polusi pestisida, limbah industri dan rumah tangga.
Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Salmahgominut, 2008).
2.9 Pegendalian Hama dan Penyakit.
2.9.1 Hama
Hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa yang hidup di air atau di darat. Biasanya,
ukuran hama lebih besar daripada mangsanya. Jenis hama yang umum menyerang ikan mas
adalah biawak, ular, linsang, kodok, dan burung. Pengendalian hama secara mekanis, yakni
membunuh langsung hama yang ditemukan di tempat pemeliharaan ikan. Tindakan
pencegahan yang biasa dilakukan adalah memasang perangkap dan melokalisir seluruh areal
kolam dengan pagar tembok sehingga hama tidak bisa masuk
(http://sutanmuda.wordpress.com/2007/10/22/budidaya-ikan-mas/)
Selain hama berukuran besar, ada juga sekelompok hewan air (hama) berukuran kecil
yang memangsa benih-benih ikan mas di kolam pembenihan dan pendederan. Hewan air yang
menyerang benih ikan mas tersebut sebagai berikut:
a. Ucrit
Ucrit adalah larva dari kumbang air yang berwaran hijau. Bentuknya memanjang, mirip
ulat dengan ukuran 3-5 cm. Biasanya ucrit memangsa ikan mas yang masih berukuran 1-3 cm.
Ikan mas itu ditangkap oleh ucrit kemudian dilumpuhkan menggunakan ujung ekornya yang
bercabang dua. Selanjutnya ikan mas dimakan dengan cara menggigitnya sedikit demi sedikit.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang saringan di pintu pemasukan air
kolam dan mengusahakan agar penebarannya tidak terlalu tinggi.
b. Notonecta
Di kalangan petani ikan mas, notonecta dikenal dengan sebutan bebeasan. Bentuknya
mirip butiran beras dan bagian perutnya berwarna putih. Hewan kecil ini memangsa benih ikan
mas yang berukuran 1-2 cm. Ikan mas dimangsa dengan cara ditusuk dan diisap cairan
tubuhnya. Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang saringan di pintu
pemasukan air. Jika notonecta sudah terlanjur ditemukan di dalam kolam, bisa dikendalikan
dengan cara memercikkan minyak tanah ke permukaan air sebanyak 0,5 liter/50 m
2
luas
permukaan air kolam.
c. Kini-kini
Kini-kini adalah hewan yang hidup di bawah permukaan air kolam. Asal mulanya adalah
dari telur capung yang menetas di permukaan air. Benih ikan mas dimangsa dengan cara diisap
darahnya. Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah menghalangi agar capung tidak
dapat bertelur di permukaan air kolam dan penebarannya tidak boleh terlampau padat. Hingga
saat ini, pemberantasan kini-kini masih sulit dilakukan karena hidupnya selalu di bawah
permukaan air kolam.
2.9.2 Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad hidup. Jasad
hidup yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit. Contoh parasit yang menyerang
ikan mas adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, cacing, dan udang renik. Sementara itu,
penyebab penyakit yang bukan termasuk jasad hidup adalah sifat fisika air, sifat kimia air, dan
pakan yang kurang cocok untuk kehidupan ikan mas.
Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menanggulangi penyakit. Tindakan pencegahan
penyakit yang bisa dilakukan sebagai berikut:
a) Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan diberi kapur untuk memotong siklus
hidup penyakit.
b) Kondisi lingkungan harus terjaga, misalnya kualitas air dan sanitasi lingkungan disekitar
kolam harus tetap baik.
c) Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika berlebihan
akan mengganggu lingkungan.
d) Penanganan sewaktu panen harus secara hati-hati dan benar untuk menghindari cacat atau
luka pada ikan.
e) Hindari masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, ular, siput, atau keong mas.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan mas sebagai berikut:
1. Ichthyophthirius multifiliis
Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan bintik putih atau white spot. Sering menyerang
ikan mas dengan cara bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip, hingga lapisan insang. Ciri ikan
yang diserang white spot adalah banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, dan
pertumbuhannya lambat.
Ikan mas yang telah terserang penyakit ini bisa diobati dengan cara merendamnya ke
dalam larutan Methyline Blue. Cara pengobatannya sebagai berikut:
a) Siapkan wadah berupa bak sebagai media untuk mengobati ikan yang sakit. Setelah itu cuci
wadah tersebut dengan air bersih sebagai langkah sterilisasi.
b) Buat larutan baku dengan mencampurkan 1 gram Methyline Blue ke dalam 100 ml air bersih.
c) Teteskan larutan baku tadi ke dalam bak sebanyak 2-4 ml untuk setiap 4 liter air.
d) Rendam ikan yang sakit ke dalam bak tadi selama 24 jam.
e) Ulangi pengobatan ini sebanyak 3-5 kali dalam selang waktu satu hari.
Jika Methline Blue sulit ditemukan, bisa diganti dengan larutan garam dapur (NaCl)
sebanyak 1-3 gram untuk setiap 100 ml air bersih. Lama perendaman yang dianjurkan 5-10
menit dan perendaman diulangi hingga 2-3 kali.
2. Lernea
Parasit lernea berbentuk mirip cacing dan hidup di dalam tubuh ikan mas dengan cara
menusukan kepalanya yang berbentuk jangkar ke dalam daging ikan. Parasit ini mudah sekali
berkembang baik pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik, seperti
sisa-sisa pemupukan, sampah, atau sisa-sisa makanan.
Pertumbuhan ikan mas yang terserang lernea akan lambat dan tubuhnya menjadi kurus.
Pengobatan ikan yang telah terserang parasit ini dapat dilakukan dengan cara merendamnya
ke dalam 2,5 ml larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter air bersih. Perendaman
dilakukan selama 10 menit, selanjutnya dipelihara di air bersih yang mengalir. Jika pengobatan
dilakukan di dalam bak pemeliharaan, sebaiknya insektisida yang digunakan berasal dari
golongan organoposfat dengan dosis 0,5 mg/l. Jenis insektisida ini hanya membunuh hewan
bersel darah putih. Insektisida tersebut disemprotkan sebanyak empat kali berturut-turut dalam
selang waktu empat hari.
3. Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan mas. Sementara itu, gyrodactylus
hanya menyerang kulit. Tanda-tanda ikan mas yang diserang oleh parasit ini antara lain ikan
melompat-lompat dan berenang di permukaan air kerena insangnya dirusak oleh parasit, tubuh
ikan banyak mengeluarkan lendir, dan warna tubuhnya menjadi pucat.
Tindakan pengobatan untuk ikan mas yang terserang parasit ini adalah merendamnya
ke dalam 25 ppm atau 2,5 ml larutan formalin dicampur ke dalam 100 liter air bersih. Lama
perendaman yang dianjurkan adalah 10 menit. Selain formalin, obat-obatan lain yang bisa
digunakan adalah garam dapur 20 g/1000 ml, Neguvon 2-3,5 %, dan kalium permanganat 0,01
g/100 ml air.
4. Bakteri Aeromanas
Ada dua spesies aeromonas yang menyerang ikan mas, yakni Aeromonas punctata dan
Aeromonas hydrophilla. Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna tubuh ikan yang
terserang penyakit ini berubah menjadi gelap dan kulitnya kasar karena kehilangan lendir, ikan
sering keluar di permukaan air, cara berenangnya menjadi sangat lemah, dan cara
bernapasnya tampak tersengal-sengal.
Jika ikan terlanjur terserang bakteri ini, tindakan pengobatan yang dapat dilakukan
sebagai berikut.
1. Ikan direndam ke dalam larutan Tetracylin atau Kemicitine, caranya, kapsul di buka dan
isinya dicampur ke dalam 500 liter air bersih dan direndam selama 2 jam. Pengobatan ini
dilakukan selama 3-5 kali berturut-turut dalam waktu 3-5 hari.
2. Bagian tubuh yang terluka diolesi obat merah yang telah diencerkan terlebih dahulu. Oleskan
obat merah itu sebanyak 10 kali.
3. Ikan disuntik menggunakan Terramycine dengan dosis 25-35 mg untuk setiap 1 kg berat ikan.
Penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan mas yang berukuran besar. Penyuntikan ini
diulangi setiap hari sebanyak tiga kali.
Adapun cara mendiagnosis penyakit dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Pengamatan Tubuh Bagian Luar dan Tingkah Laku Ikan Untuk Mendiagnosis
Penyebab Penyakit.
Ciri-Ciri dan tingkah Laku Ikan Diagnosis Kemungkinan Penyakit
1. Kelainan pada tulang belakang
(bengkok), scoliosis, dan lordosis
2. Kelainan pada rahang atas atau
rahang bawah
3. Rontok sirip
4. Perut gembung (dropsy)
5. Ikan menjadi kurus
6. Sisik kasar
7. Mata menonjol
8. Mata masuk ke dalam
9. Serabut seperti kapas pada kulit
10. Pendarahan (hemorrhage)
11. Kulit terasa kasar dan berbintik
hitam
12. Insang pecah (anemia)
13. Insang rontok
14. Bintik putih kemerahan pada
insang
15.Frekuensipernapasan bertambah
16. Bintik-bintik putih pada kulit
17. Luka pada daging
19. Tonjolan kecil di daerah dekat
sirip
20. Tutup insang selalu terbuka
a. Keturunan
b. Myxosoma cerebralis
c. Infeksi bakteri atau virus
d. Kekurangan vitamin
a. Myxoma cerebralis
b. Kelainan kelenjar tiroid
a. Infeksi bakteri Flexibacter sp.
b. Parasit costia sp.
c. Sifat air terlalu basah
d. Parasit Gyrodactylus sp.
a.Bacterial Hemorrhagic Septicaemia
(BHS)
b.Viral Hemorrhagic Septicaemia (VHS)
a. Tuberculosis
b. Penyakit cacing
c. Penyakit Octomitus sp.
a. Infeksi bakteri
b. Air terlalu asam
a. Tuberculosis
b. Infeksi cacing
c. Infeksi virus
a. Infeksi bakteri
b. Infeksi trypanoplasma (Cryptobia)
a. Penyakit jamur Saprolegnia sp.
a. Serangan Argulus sp.
b. Infeksi bakteri
c. Infeksi Trichodina sp.
d. Gigitan lintah
a. Ichthyosporodium
a. Infeksi bakteri
b. Infeksi virus
a. Bakteri Flexibacter sp.
b. Mycobacteria
c. Parasit Dactylogyrus sp.
a. Myxobolus sp.
a. Mycobacteria
b. Flexybacter sp.
c. Parasit Dactylogyrus sp.
a. Ichthyopphthyrius
a. Ichthyosporodium
b. Tuberculosis
c. Bacterial septicaemia
d. Flexibacter columnaris
a. Infeksi virus
a. Mcobacteria
b. Columnaris
c. Parasit Dactylogyrus sp.
Sumber : Suseno (1994)
2.10 Pemanenan dan Pemasaran
2.10.1 Pemanenan
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat
tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan
diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring
atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk
mengeluarkan air dari kolam agar benih tidak terbawa arus, dan bak-bak penmapungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00-05.00 pagi dan sebaiknya
berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari
yang dapat mengganggu kesehatan benih ikan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula
dengan menyurutkan air kolam pendederan secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat
tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan
seser halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen
setelah dipelihara selama 21 hari. Hasil panen yang dapat diperoleh mencapai 70 - 80 %
dengan ukuran benih antara 8 - 12 cm, (Suseno, 1994).
2.10.2 Pemasaran
Menurut Putranto (1995), pemasaran hasil panenan ikan mas merupakan suatu tahap
akhir dari rangkaian pemeliharaan. Sebelum ikan dipasarkan, kesegaran selama diangkut
menuju ke tempat pemasaran harus selalu dipertahankan. sehingga ikan akan tetap hidup dan
menarik minat pembeli. Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hal tersebut adalah:
1. Ikan mas dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat ditubuhnya.
2. Usahakan jangan sampai mencederai ikan selama pemanenan terutama pada bagian sirip.
3. Ikan ditempatkan pada wadah yang baik, tidak bocor, dengan air yang jernih dan tidak
menyebabkan ekor ikan tertekuk posisinya.
4. Air dalam wadah ikan sedapat mungkin diganti atau paling tidak ditambah setiap 2-3 jam
sekali.
5. Selama dibawa ke tempat pemasaran, usahakan jangan terlalu banyak dipegang-pegang dan
usahakan jangan sampai cedera.
Apabila ikan Mas sampai mati sebelum dipasarkan maka akan sangat merugikan, karena
ikan Mas akan cepat menjadi kaku, berlendir dan berbau sehingga tidak menarik minat pembeli.
Untuk dapat menjual hasil dengan cepat, seorang petani ikan dituntut untuk dapat melihat
celah-celah pasar dan mencoba suatu alternative pemasaran yang baru.
Diposkan oleh feb_ri di 19.39

Anda mungkin juga menyukai