III. ANALISIS SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, dan Threat) Analisis SWOT dari Albert Humphrey merupakan salah satu pondasi untuk membangun strategi dan kebijakan dalam menyusun perencanaan industrialisasi garam ataupun business plan. Komponen-komponen SWOT adalah: Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan (Opportunity), dan Ancaman (Threat). 1 Komponen Kekuatan dan Kelemahan dikategorikan sebagai faktor Internal, sedangkan Kesempatan dan Ancaman dikategorikan sebagai faktor eksternal. Analisis SWOT ini diawali dengan proses identifikasi: Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, dan Ancaman untuk masing-masing aspek yang dikaji. Hasil analisis SWOT tersebut asing-masing disajikan pada: Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11, dan Tabel 12 di bawah. Tabel 6. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Produksi Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Bahan baku (air laut) berlimpah 1. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap faktor cuaca/iklim 2. Peralatan produksi garam sederhana sehingga mudah diperoleh 2. Produksi garam rata-rata hanya 4 5 bulan setahun (masa produksi garam singkat) 3. Karakteristik tanah di pantura Jawa barat relatif sesuai untuk lahan produksi garam 3. Produktivitas lahan masih rendah dibanding di negara-negara pesaing 4. Masih berpotensi bila dilakukan peningkatan produksi 4. Teknologi proses produksi masih tradiisional (belum optimal) 5. Air limbah dari proses produksi garam (bittern) bisa dimanfaatkan/diolah menjadi produk yang (bila dikelola secara baik akan) bernilai ekonomi dan menambah pendapatan para petani garam 5. Penerapan teknologi baru belum merata diterapkan di seluruh sentra produksi garam (Ketersediaan dan adopsi teknologi pengolahan masih rendah) 6. Kurang memadainya penanganan garam di saat panen (seperti proses pencucian garam yang jarang dilakukan) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Teknologi untuk peningkatan produktivitas dan kualitas garam sudah tersedia (ramsol, ulir, geomebran, bunker, dll) 1. Cuaca seringkali kurang mendukung (seperti terjadinya musim hujan yang lebih panjang di tahun 2011) 2. Penerapan teknologi baru bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas garam yang dihasilkan 2. Tercemarnya air laut yang menjadi bahan baku akibat kegiatan industri/masyarakat di sekitar sentra produksi garam 3. Teknologi untuk peningkatan produksi untuk biota polikultur sudah tersedia
31
4. Teknologi untuk pengolahan pascapanen usaha garam sudah tersedia (seperti pengolahan lebih lanjut menjadi garam beryodium dan garam industri)
5. Tekonologi pemanfaatan air limbah garam (bittern) sudah tersedia
Tabel 7. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Infrastruktur Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Masih terdapat lahan potensial yang cukup luas untuk dikembangkan 1. Rata-rata luas lahan garam per petani sempit (<1,5 Ha) 2. Lahan pertambakan cukup memadai untuk dilakukan sistem polikultur (bisa dialihfungsikan menjadi lahan biota budidaya guna mengoptimalkan pemanfaatan lahan pada saat di luar musim garam/kemarau) 2. Infrastruktur dan fasilitas produksi sudah kurang memadai sehingga produktivitas dan kualitas garam yang dihasilkan menjadi rendah, antara lain: Prasarana transportasi (jalan produksi) kurang memadai Penampang saluran kurang optimal (kurang lebar dan dangkal) Terjadi pengendapan sedimen di saluran- saluran irigasi 3. Kebanyakan petani garam tidak memiliki gudang penyimpanan garam 4. Sebagian kecil petani garam sudah memiliki gudang tapi kondisinya banyak yang sudah kurang memadai 5. Rendahnya keamanan areal tambak garam dari abrasi Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Adanya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang berupa sarana produksi 1. Kondisi iklim kalah bersaing dengan di negara-negara pesaing (seperti: Australia) 2. Adanya program intensifikasi lahan garam 3. Ada program bantuan untuk normalisasi dan penataan saluran irigasi di areal lahan garam 2. Kemungkinan beralihnya fungsi lahan garam menjadi lahan budidaya pertanian dan/atau perikanan di musim kemarau apabila usaha garam dianggap tidak lagi menjanjikan
32
Tabel 8. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek SDM Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Petani garam pada umumnya sudah berpengalaman dalam memproduksi garam (bahkan banyak di antaranya sudah dilakukan secara turun temurun) 1. Petani garam pada umumnya belum menguasai teknologi baru, pengetahuan, dan kemampuan manajerial dengan baik 2. Tenaga kerja proses produksi pada umumnya sudah berpengalaman 2. Masih ada budaya cenderung asal-asalan dalam memproduksi garam Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Adanya pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan penguasaan petani garam terhadap teknologi baru, pengetahuan dan ketrampilan manajerial 1. Ada kemungkinan tidak tersedianya tenaga kerja di bulan Juni untuk mengerjakan persiapan lahan sehingga masa produksi garam tertunda (bisa sampai 1 bulan seperti kasus di Desa Losarang, Indramayu) 2. Adanya fasiltas tenaga pendamping teknis dan tenaga pendamping kelembagaan 2. Petani garam bisa saja beralih usaha/profesi apabila usaha garam rakyat dinilai sudah tidak lagi menguntungkan
Tabel 9. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Tataniaga Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Belum ada substitusi untuk komoditas garam 1. Kualitas garam yang dihasilkan masih rendah sehingga kalah bersaing dengan garam impor 2. Sebagain besar petani tidak memiliki stok garam akibat tidak mempunyai gudang atau di saat panen membutuhkan uang segera untuk membayar biaya produksi, hutang ke tengkulak, dan kebutuhan sehari-hari Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Tingkat permintaan garam di Jawa Barat dan nasional sangat besar dan masih jauh dari terpenuhi (peluang pasar sangat besar) 1. Tataniaga garam saat ini tidak transparan dan cenderung tidak berpihak kepada petani garam 2. Rantai tataniaga saat ini sangat panjang 3. Harga garam di tingkat petani tidak stabil dan cenderung anjlok di masa panen raya (belum mengacu pada HPP) 4. Tidak adanya standar kualitas garam untuk masing-masing jenis kulitas garam yang dimaksud dalam regulasi penetapan HPP. 5. Pengaruh tengkulak sangat dominan terutama di dalam penetapan harga jual garam di tingkat petani 6. Harga garam berkualitas baik hasil penerapan teknologi ramsol masih rendah 7. Masuk dan merembesnya garam impor ke pasar lokal dengan harga bersaing dan kualitas yang lebih baik 33
Tabel 10. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Permodalan Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Kepemilikan petani terhadap dana untuk modal kerja dan modal investasi masih terbatas 2. Siklus produksi usaha garam yang sifatnya musiman dan panen pertama baru bisa dilakukan (hampir) selang 2 bulan sejak persiapan lahan mulai dilakukan membuatnya sulit menyesuaikan dengan skim kredit bank/lembaga keuangan yang ada. 2
3. Di saat panen, petani garam biasanya terdesak untuk segera membayar biaya produksi dan biaya kebutuhan sehari- harinya 4. Banyak petani garam yang meminjam dana modal kerja dari tengkulak yang harus dibayar sebelum musim garam usai (yarnen) dengan cara menjual garam ke tengkulak tersebut dengan harga rendah 5. Umumnya petani garam kurang memiliki wawasan/pengetahuan mengenai skim, persyaratan, dan prosedur pengajuan kredit usaha ke bank/lembaga keuangan. Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Peningkatan program kemitraan dengan pemangkukepentingan (stakeholder) terkaitmelalui PUGAR 1. Jika tidak ada bank/lembaga keuangan/lembaga mitra yang bersedia menyesuaikan skim kreditnya dengan siklus peroduksi usaha garam
34
Tabel 11. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Regulasi Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Adanya regulasi yang berpihak kepada pata petani dan kebijakan yang mendukung pengembangan usaha garam akan menambah semangat dan kemampuan para petani untuk menjalankan dan mengembangkan usaha garamnya. 1. Kebijakan Penetapan HPP dan Larangan Impor di musim garam masih sulit diterapkan di tingkat akar rumput akibat masih lemahnya mekanisme pengawasan dan tidak adanya pemberian sanksi yang tegas bagi para pelanggar Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Setidaknya ada 3 kebijakan pemerintah yang mendukung usaha garam rakyat (PUGAR, Penetapan HPP, dan Larangan Impor) 1. Pelaksanaan kebijakan importasi-- khususnya garam konsumsi--yang merugikan petani garam. 2. Program KKP dalam menindaklanjuti program swasembada garam sangat tinggi
3. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Indramayu, dan Pemerintah Kabupaten Cirebon sangat mendukung pengembangan usaha garam rakyat di wilayahnya
4. Pemerintah terus mendorong penerapan teknologi baru di sentra-sentra produksi garam
Tabel 12. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Kelembagaan Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness) 1. Sudah banyak terbentuk KUGAR 1. Posisi tawar petani sangat rendah pada saat berhadapan dengan para tengkulak 2. Di sejumlah sentra sudah ada koperasi garam 2. Selama ini peran kelembagaan Kelompok Tani/KUGAR/Koperasi belum optimal Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Adanya wacana pembentukan Lembaga Penyangga Garam atau Lembaga Stabilisasi Harga Garam (semacam BULOG khusus garam) 1. Belum ada lembaga yang berperan kuat melakukan stabilisasi harga garam di tingkat petani agar sesuai dengan HPP 2. Belum ada lembaga pengawas pelaksanaan regulasi di sektor garam yang bisa memberi sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya
Setelah komponen SWOT diidentifikasi, selanjutnya dilakukan identifikasi komponen strategi pengembangan usaha garam rakyat di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan Matching Tools Matrix yang dikenal dengan nama Matriks SWOT. Penyusunan strategi yang didasarkan pada kombinasi keempat komponen SWOT tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 35
1) Strategi strengths - opportunities (S-O) yang didasarkan pada logika bagaimana memaksimalkan kekuatan (strengths) yang dimiliki untuk memanfatkan kesempatan (opportunities) yang tersedia. 2) Strategi strengths - threats (S-T) yang didasarkan logika bagaimana memaksimalkan kekuatan (strengths) untuk mengantisipasi ancaman (threats) yang menghadang. 3) Strategi weakness - opportunities (W-O) yang didasarkan pada logika bagaimana meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) yang dimiliki untuk memanfatkan kesempatan (opportunities) yang tersedia. 4) Strategi weakness - threats (W-T) yang didasarkan logika bagaimana meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) yang dimiliki untuk mengantisipasi ancaman (threats) yang menghadang. Hasil identifikasi keempat kelompok strategi tersebut disajikan pada Table 13 dan Tabel 14 di bawah. Tabel 13. Matriks SWOT (Strategi S-O dan Strategi W-O) Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Strategi S-O Strategi W-O K e s e m p a t a n
( O p p o r t u n i t y )
Meningkatkan produksi garam rakyat dengan program ektensifikasi. Lebih mengintensifkan sosialisasi dan pemerataan penerapan teknologi diversifikasi produk garam dan pemanfaatan air limbah (bittern) di seluruh sentra garam yang ada di Jawa Barat. Peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk garam dengan lebih mendorong berdiri dan beroperasinya unit-unit usaha pengolahan garam (menjadi garam beriodium, garam industri, dll) dengan skala produksi yang bisa dilakukan di tingkat petani, kelompok petani, dan/atau koperasi garam. Peningkatan nilai tambah dengan mendorong beroperasinya unit-unit usaha pemanfaatan bittern dengan skala produksi yang bisa dilakukan di tingkat petani, kelompok petani, dan/atau koperasi garam. Salah satu contohnya adalah unit usaha yang memanfaatkan biitern sebagai bahan penggumpal (koagulan) dalam pembuatan tahu yang di pasaran sudah dikenal dengan nama Tahu Nigarin. Lebih mengintensifkan sosialisasi dan pemerataan penerapan teknologi proses produksi garam di seluruh sentra garam yang ada di Jawa Barat. Menerapkan teknologi baru yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas usaha garam rakyat. Menerapkan teknologi baru yang sesuai untuk meningkatkan mutu/kualitas usaha garam rakyat. Meningkatkan pelaksanaan sistem polikultur bagi usaha garam rakyat sistem tradisional (di musim kemarau) dengan cara memadukannya dengan usaha biota budidaya (artemia, bandeng, udang, dan/atau rumput laut) di musim penghujan. Program bantuan pemerintah untuk penataan ulang dan/atau perbaikan kondisi infrastruktur dan fasilitas produksi di aeral lahan garam rakyat. 36
Tabel 14. Matriks SWOT (Strategi S-T dan Strategi W-T) Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Strategi S-T Strategi W-T A n c a m a n
( T h r e a t )
Memasyarakatkan usaha garam di pekarangan (backyard). Menetapkan pola usaha garam sesuai lamanya musim kemarau dengan terlebih dulu mengantisipasi kendala kesulitan tenaga kerja di awal masa produksi. Adanya standar kualitas yang jelas dari pemerintah di antara ketiga jenis kualitas garam (K1, K2, K3) disertai prosedur dan peralatan uji yang mudah. Menata sistem tataniaga garam agar transparan, tdak terlalu panjang, dan ada keberpihakan kepada para petani garam. Pembentukan Lembaga Stabilisasi Harga (badan penyangga garam). Mengembangkan pola kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membantu para petani memperoleh akses ke sumber pembiayaan. Pembentukan lembaga pengawas pelaksanaan regulasi di sektor garam yang berwenang memberi sanksi yang tegas kepada para pelanggarnya. Memasyarakatkan usaha Garam backyard. Program bantuan penyediaan fasilitas gudang untuk menyimpan stok garam para petani garam yang tidak memiliki gudang atau sistem lainnya dengan tujuan serupa, yakni mensiasati anjloknya harga garam petani di saat panen raya. Meningkatkan kapasitas peran KUGAR dan koperasi dalam upaya menaikkan posisi tawar petani dalam sistem tataniaga garam saat ini. Meningkatkan wawasan/pengetahuan para petani garam (melalui penyuluhan/pelatihan/pendampingan) tentang skim, persyaratan, dan prosesdur pengajuan kredit usaha ke bank/lembaga keuangan formal. Mengintegrasikan antara petani garam, gudang penyimpanan, industri pengolahan garam, distributor, dan toko/pengecer agar garam di Jawa Barat bisa diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula. 3
1 Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_S_Humphrey# refferences 2 Pembayaran angsuran pokok dan bunga kredit harus mulai dilakukan pada bulan berikutnya, terhitung sejak kredit dicairkana (tanpa ada masa tenggang) 3 Sumber: Widiarto (2012)