Anda di halaman 1dari 7

30

PROFIL USAHA GARAM RAKYAT DI PROVINSI JAWA BARAT


DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

III. ANALISIS SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, dan Threat)
Analisis SWOT dari Albert Humphrey merupakan salah satu pondasi untuk membangun
strategi dan kebijakan dalam menyusun perencanaan industrialisasi garam ataupun business plan.
Komponen-komponen SWOT adalah: Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan
(Opportunity), dan Ancaman (Threat).
1
Komponen Kekuatan dan Kelemahan dikategorikan sebagai
faktor Internal, sedangkan Kesempatan dan Ancaman dikategorikan sebagai faktor eksternal.
Analisis SWOT ini diawali dengan proses identifikasi: Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan,
dan Ancaman untuk masing-masing aspek yang dikaji. Hasil analisis SWOT tersebut asing-masing
disajikan pada: Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11, dan Tabel 12 di bawah.
Tabel 6. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Produksi
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Bahan baku (air laut) berlimpah 1. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
faktor cuaca/iklim
2. Peralatan produksi garam sederhana
sehingga mudah diperoleh
2. Produksi garam rata-rata hanya 4 5 bulan
setahun (masa produksi garam singkat)
3. Karakteristik tanah di pantura Jawa barat
relatif sesuai untuk lahan produksi garam
3. Produktivitas lahan masih rendah dibanding
di negara-negara pesaing
4. Masih berpotensi bila dilakukan
peningkatan produksi
4. Teknologi proses produksi masih tradiisional
(belum optimal)
5. Air limbah dari proses produksi garam
(bittern) bisa dimanfaatkan/diolah menjadi
produk yang (bila dikelola secara baik akan)
bernilai ekonomi dan menambah
pendapatan para petani garam
5. Penerapan teknologi baru belum merata
diterapkan di seluruh sentra produksi garam
(Ketersediaan dan adopsi teknologi
pengolahan masih rendah)
6. Kurang memadainya penanganan garam di
saat panen (seperti proses pencucian garam
yang jarang dilakukan)
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Teknologi untuk peningkatan produktivitas
dan kualitas garam sudah tersedia (ramsol,
ulir, geomebran, bunker, dll)
1. Cuaca seringkali kurang mendukung (seperti
terjadinya musim hujan yang lebih panjang
di tahun 2011)
2. Penerapan teknologi baru bisa
meningkatkan produktivitas dan kualitas
garam yang dihasilkan
2. Tercemarnya air laut yang menjadi bahan
baku akibat kegiatan industri/masyarakat di
sekitar sentra produksi garam
3. Teknologi untuk peningkatan produksi
untuk biota polikultur sudah tersedia

31

4. Teknologi untuk pengolahan pascapanen
usaha garam sudah tersedia (seperti
pengolahan lebih lanjut menjadi garam
beryodium dan garam industri)

5. Tekonologi pemanfaatan air limbah garam
(bittern) sudah tersedia


Tabel 7. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Infrastruktur
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Masih terdapat lahan potensial yang cukup
luas untuk dikembangkan
1. Rata-rata luas lahan garam per petani
sempit (<1,5 Ha)
2. Lahan pertambakan cukup memadai untuk
dilakukan sistem polikultur (bisa
dialihfungsikan menjadi lahan biota
budidaya guna mengoptimalkan
pemanfaatan lahan pada saat di luar musim
garam/kemarau)
2. Infrastruktur dan fasilitas produksi sudah
kurang memadai sehingga produktivitas
dan kualitas garam yang dihasilkan menjadi
rendah, antara lain:
Prasarana transportasi (jalan produksi)
kurang memadai
Penampang saluran kurang optimal
(kurang lebar dan dangkal)
Terjadi pengendapan sedimen di saluran-
saluran irigasi
3. Kebanyakan petani garam tidak memiliki
gudang penyimpanan garam
4. Sebagian kecil petani garam sudah memiliki
gudang tapi kondisinya banyak yang sudah
kurang memadai
5. Rendahnya keamanan areal tambak garam
dari abrasi
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Adanya Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) yang berupa sarana produksi
1. Kondisi iklim kalah bersaing dengan di
negara-negara pesaing (seperti: Australia)
2. Adanya program intensifikasi lahan garam
3. Ada program bantuan untuk normalisasi
dan penataan saluran irigasi di areal lahan
garam
2. Kemungkinan beralihnya fungsi lahan garam
menjadi lahan budidaya pertanian dan/atau
perikanan di musim kemarau apabila usaha
garam dianggap tidak lagi menjanjikan


32

Tabel 8. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek SDM
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Petani garam pada umumnya sudah
berpengalaman dalam memproduksi garam
(bahkan banyak di antaranya sudah
dilakukan secara turun temurun)
1. Petani garam pada umumnya belum
menguasai teknologi baru, pengetahuan,
dan kemampuan manajerial dengan baik
2. Tenaga kerja proses produksi pada
umumnya sudah berpengalaman
2. Masih ada budaya cenderung asal-asalan
dalam memproduksi garam
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Adanya pelaksanaan pelatihan dan
penyuluhan untuk meningkatkan
penguasaan petani garam terhadap
teknologi baru, pengetahuan dan
ketrampilan manajerial
1. Ada kemungkinan tidak tersedianya tenaga
kerja di bulan Juni untuk mengerjakan
persiapan lahan sehingga masa produksi
garam tertunda (bisa sampai 1 bulan seperti
kasus di Desa Losarang, Indramayu)
2. Adanya fasiltas tenaga pendamping teknis
dan tenaga pendamping kelembagaan
2. Petani garam bisa saja beralih usaha/profesi
apabila usaha garam rakyat dinilai sudah
tidak lagi menguntungkan

Tabel 9. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Tataniaga
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Belum ada substitusi untuk komoditas
garam
1. Kualitas garam yang dihasilkan masih
rendah sehingga kalah bersaing dengan
garam impor
2. Sebagain besar petani tidak memiliki stok
garam akibat tidak mempunyai gudang atau
di saat panen membutuhkan uang segera
untuk membayar biaya produksi, hutang ke
tengkulak, dan kebutuhan sehari-hari
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Tingkat permintaan garam di Jawa Barat
dan nasional sangat besar dan masih jauh
dari terpenuhi (peluang pasar sangat besar)
1. Tataniaga garam saat ini tidak transparan
dan cenderung tidak berpihak kepada
petani garam
2. Rantai tataniaga saat ini sangat panjang
3. Harga garam di tingkat petani tidak stabil
dan cenderung anjlok di masa panen raya
(belum mengacu pada HPP)
4. Tidak adanya standar kualitas garam untuk
masing-masing jenis kulitas garam yang
dimaksud dalam regulasi penetapan HPP.
5. Pengaruh tengkulak sangat dominan
terutama di dalam penetapan harga jual
garam di tingkat petani
6. Harga garam berkualitas baik hasil
penerapan teknologi ramsol masih rendah
7. Masuk dan merembesnya garam impor ke
pasar lokal dengan harga bersaing dan
kualitas yang lebih baik
33


Tabel 10. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Permodalan
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Kepemilikan petani terhadap dana untuk
modal kerja dan modal investasi masih
terbatas
2. Siklus produksi usaha garam yang sifatnya
musiman dan panen pertama baru bisa
dilakukan (hampir) selang 2 bulan sejak
persiapan lahan mulai dilakukan
membuatnya sulit menyesuaikan dengan
skim kredit bank/lembaga keuangan yang
ada.
2

3. Di saat panen, petani garam biasanya
terdesak untuk segera membayar biaya
produksi dan biaya kebutuhan sehari-
harinya
4. Banyak petani garam yang meminjam dana
modal kerja dari tengkulak yang harus
dibayar sebelum musim garam usai
(yarnen) dengan cara menjual garam ke
tengkulak tersebut dengan harga rendah
5. Umumnya petani garam kurang memiliki
wawasan/pengetahuan mengenai skim,
persyaratan, dan prosedur pengajuan kredit
usaha ke bank/lembaga keuangan.
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Peningkatan program kemitraan dengan
pemangkukepentingan (stakeholder)
terkaitmelalui PUGAR
1. Jika tidak ada bank/lembaga
keuangan/lembaga mitra yang bersedia
menyesuaikan skim kreditnya dengan siklus
peroduksi usaha garam


34

Tabel 11. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Regulasi
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Adanya regulasi yang berpihak kepada pata
petani dan kebijakan yang mendukung
pengembangan usaha garam akan
menambah semangat dan kemampuan
para petani untuk menjalankan dan
mengembangkan usaha garamnya.
1. Kebijakan Penetapan HPP dan Larangan
Impor di musim garam masih sulit
diterapkan di tingkat akar rumput akibat
masih lemahnya mekanisme pengawasan
dan tidak adanya pemberian sanksi yang
tegas bagi para pelanggar
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Setidaknya ada 3 kebijakan pemerintah
yang mendukung usaha garam rakyat
(PUGAR, Penetapan HPP, dan Larangan
Impor)
1. Pelaksanaan kebijakan importasi--
khususnya garam konsumsi--yang
merugikan petani garam.
2. Program KKP dalam menindaklanjuti
program swasembada garam sangat tinggi

3. Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Kabupaten Indramayu, dan
Pemerintah Kabupaten Cirebon sangat
mendukung pengembangan usaha garam
rakyat di wilayahnya

4. Pemerintah terus mendorong penerapan
teknologi baru di sentra-sentra produksi
garam


Tabel 12. Hasil Identifikasi SWOT untuk Aspek Kelembagaan
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakeness)
1. Sudah banyak terbentuk KUGAR 1. Posisi tawar petani sangat rendah pada saat
berhadapan dengan para tengkulak
2. Di sejumlah sentra sudah ada koperasi
garam
2. Selama ini peran kelembagaan Kelompok
Tani/KUGAR/Koperasi belum optimal
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Adanya wacana pembentukan Lembaga
Penyangga Garam atau Lembaga Stabilisasi
Harga Garam (semacam BULOG khusus
garam)
1. Belum ada lembaga yang berperan kuat
melakukan stabilisasi harga garam di tingkat
petani agar sesuai dengan HPP
2. Belum ada lembaga pengawas pelaksanaan
regulasi di sektor garam yang bisa memberi
sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya

Setelah komponen SWOT diidentifikasi, selanjutnya dilakukan identifikasi komponen strategi
pengembangan usaha garam rakyat di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan Matching Tools
Matrix yang dikenal dengan nama Matriks SWOT. Penyusunan strategi yang didasarkan pada
kombinasi keempat komponen SWOT tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
35

1) Strategi strengths - opportunities (S-O) yang didasarkan pada logika bagaimana
memaksimalkan kekuatan (strengths) yang dimiliki untuk memanfatkan kesempatan
(opportunities) yang tersedia.
2) Strategi strengths - threats (S-T) yang didasarkan logika bagaimana memaksimalkan
kekuatan (strengths) untuk mengantisipasi ancaman (threats) yang menghadang.
3) Strategi weakness - opportunities (W-O) yang didasarkan pada logika bagaimana
meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) yang dimiliki untuk memanfatkan
kesempatan (opportunities) yang tersedia.
4) Strategi weakness - threats (W-T) yang didasarkan logika bagaimana meminimalkan
dampak kelemahan (weaknesses) yang dimiliki untuk mengantisipasi ancaman
(threats) yang menghadang.
Hasil identifikasi keempat kelompok strategi tersebut disajikan pada Table 13 dan Tabel 14
di bawah.
Tabel 13. Matriks SWOT (Strategi S-O dan Strategi W-O)
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

Strategi S-O Strategi W-O
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n

(
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
)

Meningkatkan produksi garam rakyat
dengan program ektensifikasi.
Lebih mengintensifkan sosialisasi dan
pemerataan penerapan teknologi
diversifikasi produk garam dan
pemanfaatan air limbah (bittern) di
seluruh sentra garam yang ada di Jawa
Barat.
Peningkatan nilai tambah dan
diversifikasi produk garam dengan lebih
mendorong berdiri dan beroperasinya
unit-unit usaha pengolahan garam
(menjadi garam beriodium, garam
industri, dll) dengan skala produksi yang
bisa dilakukan di tingkat petani,
kelompok petani, dan/atau koperasi
garam.
Peningkatan nilai tambah dengan
mendorong beroperasinya unit-unit
usaha pemanfaatan bittern dengan skala
produksi yang bisa dilakukan di tingkat
petani, kelompok petani, dan/atau
koperasi garam. Salah satu contohnya
adalah unit usaha yang memanfaatkan
biitern sebagai bahan penggumpal
(koagulan) dalam pembuatan tahu yang
di pasaran sudah dikenal dengan nama
Tahu Nigarin.
Lebih mengintensifkan sosialisasi dan
pemerataan penerapan teknologi proses
produksi garam di seluruh sentra garam
yang ada di Jawa Barat.
Menerapkan teknologi baru yang sesuai
untuk meningkatkan produktivitas usaha
garam rakyat.
Menerapkan teknologi baru yang sesuai
untuk meningkatkan mutu/kualitas usaha
garam rakyat.
Meningkatkan pelaksanaan sistem
polikultur bagi usaha garam rakyat
sistem tradisional (di musim kemarau)
dengan cara memadukannya dengan
usaha biota budidaya (artemia, bandeng,
udang, dan/atau rumput laut) di musim
penghujan.
Program bantuan pemerintah untuk
penataan ulang dan/atau perbaikan
kondisi infrastruktur dan fasilitas
produksi di aeral lahan garam rakyat.
36

Tabel 14. Matriks SWOT (Strategi S-T dan Strategi W-T)
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

Strategi S-T Strategi W-T
A
n
c
a
m
a
n

(
T
h
r
e
a
t
)

Memasyarakatkan usaha garam di
pekarangan (backyard).
Menetapkan pola usaha garam sesuai
lamanya musim kemarau dengan
terlebih dulu mengantisipasi kendala
kesulitan tenaga kerja di awal masa
produksi.
Adanya standar kualitas yang jelas dari
pemerintah di antara ketiga jenis
kualitas garam (K1, K2, K3) disertai
prosedur dan peralatan uji yang mudah.
Menata sistem tataniaga garam agar
transparan, tdak terlalu panjang, dan
ada keberpihakan kepada para petani
garam.
Pembentukan Lembaga Stabilisasi Harga
(badan penyangga garam).
Mengembangkan pola kemitraan dengan
berbagai pemangku kepentingan untuk
membantu para petani memperoleh
akses ke sumber pembiayaan.
Pembentukan lembaga pengawas
pelaksanaan regulasi di sektor garam
yang berwenang memberi sanksi yang
tegas kepada para pelanggarnya.
Memasyarakatkan usaha Garam
backyard.
Program bantuan penyediaan fasilitas
gudang untuk menyimpan stok garam
para petani garam yang tidak memiliki
gudang atau sistem lainnya dengan
tujuan serupa, yakni mensiasati
anjloknya harga garam petani di saat
panen raya.
Meningkatkan kapasitas peran KUGAR
dan koperasi dalam upaya menaikkan
posisi tawar petani dalam sistem
tataniaga garam saat ini.
Meningkatkan wawasan/pengetahuan
para petani garam (melalui
penyuluhan/pelatihan/pendampingan)
tentang skim, persyaratan, dan
prosesdur pengajuan kredit usaha ke
bank/lembaga keuangan formal.
Mengintegrasikan antara petani garam,
gudang penyimpanan, industri
pengolahan garam, distributor, dan
toko/pengecer agar garam di Jawa Barat
bisa diproduksi dan didistribusikan pada
jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat,
dan pada waktu yang tepat pula.
3



1
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_S_Humphrey# refferences
2
Pembayaran angsuran pokok dan bunga kredit harus mulai dilakukan pada bulan berikutnya, terhitung sejak
kredit dicairkana (tanpa ada masa tenggang)
3
Sumber: Widiarto (2012)

Anda mungkin juga menyukai