Anda di halaman 1dari 39

SISTEM UTILITAS

Sistem penyediaan air


Sistem penyediaan energi (termasuk didalam-
nya sistem penyediaan uap)
=> termal, mekanik, listrik
Sistem penyediaan udara tekan
Sistem refrejerasi
Bentuk Akhir Energi di Pabrik Kimia
Energi termal, biasa dimanfaatkan untuk reaksi
kimia (endotermik), reboiler pada kolom distilasi,
fluida panas pada alat penukar kalor, evaporasi,
pengeringan, dan unit-unit lain yang membutuhkan
pemanasan.
Energi mekanik, diperlukan untuk proses
pencampuran (pengadukan), pengaliran bahan
(pompa, kompresor, konveyor), pembesaran/
pengecilan ukuran, dan pemisahan.
Energi listrik, diperlukan untuk reaksi kimia,
proses-proses elektrolisis, sumber panas, penghasil
energi mekanik, penerangan dan fasilitas elektrik
pabrik (penerangan, penggerak sistem instrumen).
4 Bentuk Energi dalam Terminologi
Tekno-Energi (Sumber & Eksistensi)
Energi mekanik, adalah energi yang dapat digunakan untuk
mengangkat suatu benda. Bentuk transisionalnya disebut
kerja. Energi mekanik dapat disimpan dalam bentuk energi
potensial atau energi mekanik. Energi potensial adalah
energi yang diperoleh sebagai akibat dari posisinya dalam
suatu medan gaya. Contoh energi potensial seperti medan
gravitasi, energi yang berkaitan dengan fluida yang
terkompresi, energi pada regangan elastis suatu pegas,
energi pada suatu medan magnetik. Sedangkan energi
kinetik adalah energi yang diperoleh karena gerakan
relatifnya terhadap benda lain. Contohnya adalah energi
yang pada mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan
tertentu ke suatu titik. Energi mekanik dapat dengan
mudah dikonversikan menjadi energi bentuk lain.
Energi listrik, adalah energi yang berhubungan dengan
arus dan akumulasi elektron. Bentuk transisionalnya
adalah aliran elektron melalui sebuah konduktor. Energi
listrik dapat disimpan sebagai energi medan elektrostatik
atau sebagai energi medan induksi. Energi medan
elektrostatik adalah energi yang dihasilkan oleh adanya
akumulasi muatan (elektron) pada pelat-pelat kapasitor.
Sedangkan energi medan induksi adalah energi yang
timbul akibat aliran elektron melalui kumparan induksi.
Energi inipun mudah dikonversi menjadi bentuk energi
lainnya.
Energi termal (panas), adalah energi yang
berkaitan dengan getaran atomik dan
molekuler. Semua bentuk energi dapat
dikonversi menjadi energi termal. Bentuk
transisional energi termal adalah panas.
Energi termal dapat disimpan pada semua
media sebagai panas sensibel dan panas
laten. Panas sensibel selalu diikuti oleh
kenaikan temperatur sedangkan panas laten
selalu diikuti dengan perubahan fasa yang
bersifat isotermis.
Energi ikatan kimia, adalah energi yang muncul
akibat adanya interaksi elektron dalam dua atau
lebih atom atau molekul yang saling bergabung
menjadi senyawa kimia yang stabil. Suatu reaksi
kimia dikatakan eksotermis apabila selama terjadi
proses interaksi elektron, sistem mengeluarkan
energi. Sedangkan kebalikannya disebut reaksi
endotermik. Salah satu contoh energi ikatan kimia
dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi
pembakaran yang merupakan reaksi eksotermis.
KONVERSI DAN EFISIENSI ENERGI
Sumber energi tidak selalu tersedia dalam bentuk
akhirnya.
Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,
tetapi energi dapat dikonversi dari satu bentuk ke
bentuk lainnya (Hk. Kekekalan/Konservasi Energi).
Pemanfaatan energi ini selalu diikuti oleh rugi-rugi
(losses) dan penurunan kualitas energi.
Energy converter equipment
(peralatan pengkonversian energi)
Energi-1 Energi-2
Rugi-rugi
Efisiensi (dalam konteks energi) menyatakan nisbah
energi yang termanfaatkan berdasarkan tujuan
pengkonversian yang telah ditetapkan dengan jumlah
energi yang tersimpan di dalam sumber sebelum
adanya pengkonversian
Jenis Konversi Energi di dalam
Industri Proses Kimia
Elektrolisis (80%)
Baterai (90%)
Pemanas listrik (90%)
Motor listrik (90%)
Generator listrik (90%)
Motor bakar-dalam (30%)
Turbin gas (35%)
Sistem turbin uap (35%)
Turbin uap (80%)
Reaksi endotermik (70%)
Pemanas uap (80%)
Boiler (65 85%)
Tungku api (65%)
Listrik Mekanik Panas
Ikatan
Kimia
Peralatan Konversi
Energi (efisiensi)
Bentuk Energi
JENIS-JENIS BAHAN BAKAR
Industri dan Energi
INDUSTRI PROSES


Energi (listrik, mekanik, termal)


Bahan Bakar !!
Sumber energi terbesar yang digunakan oleh
industri proses berasal dari fosil.

Fossil Fuel : bahan bakar yang bersumber dari
bumi (tanah) sebagai hasil dari proses
dekomposisi yang sangat lambat serta konversi
kimia dari bahan-bahan organik

Contoh :
- padatan (batubara)
- cairan (minyak bumi)
- gas (gas alam)

BATUBARA
Cadangan sumber energi fosil terbesar
di muka bumi.
Berasal dari tumbuhan yang memfosil
berjuta-juta tahun lampau.
Tekanan, temperatur tinggi, dan
anaerob terdekomposisi dan
terkonversi menjadi tumbuhan lapuk
kaya karbon BATUBARA.
TINGKATAN BATUBARA
Berdasarkan nilai kalor dan kandungan
karbon (FC = Fixed carbon)
Antrasit
Bitumin
Sub-bitumin
Lignit

ANTRASIT
Merupakan batubara dengan kualitas yang paling baik dengan
kandungan karbon tetap (fixed carbon) 86 98% berat basis
kering. Antrasit memiliki penampilan hitam mengkilat, keras, dan
padat. Batubara jenis ini terbagi menjadi 3 sub-bagian
berdasarkan kandungan karbon tetapnya, yakni : meta-antrasit
dengan kandungan karbon lebih dari 98%, antrasit (92 98%),
dan semi-antrasit (86 92%).
BITUMIN
Merupakan jenis batubara yang paling banyak terdapat di bumi.
Kandungan karbon tetapnya sebesar 46 86% berat sedangkan
kandungan volatile matter-nya 2 40%. Nilai kalornya berkisar
antara 11000 14000 Btu/lbm. Batubara bituminous dapat
terbakar dengan mudah, apalagi jika berada dalam bentuk
serpihan/serbuk. Batubara ini terbagi menjadi 5 sub-bagian yang
masing-masing berbeda nilai kalor, kandungan fixed carbon, dan
kandungan volatile matter. Kelima sub-bagian tersebut adalah :
low-volatile, medium-volatile, high-volatile A, high volatile B, dan
high-volatile C. Jenis high-volatile A hingga C dibedakan
berdasarkan nilai kalornya.
SUB-BITUMIN
Sub-bitumin terbagi menjadi 3 sub-bagian, yakni sub-bituminous A, B,
dan C. Perbedaannya terletak pada nilai kalor masing-masing. Di mana
sub-bagian A memiliki nilai kalor 10000 11500 Btu/lbm , sub-bagian B
(9500 10500), sub-bagian C (8300 9500). Kandungan airnya cukup
besar, yakni berkisar 15 30% tapi sering pula kandungan sulfurnya
rendah. Berwarna cokelat kehitaman dan strukturnya homogen.
LIGNIT
Merupakan batubara dengan kualitas paling rendah. Diambil dari
Bahasa Latin lignum yang artinya kayu. Berwarna cokelat dan
strukturnya laminar, serta serat-serta seperti kayu sering nampak di
dalamnya. Kandungan airnya cukup tinggi hingga lebih dari 30%.
Begitu pula dengan kandungan volatile matter-nya. Nilai kalor batubara
jenis ini berkisar antara 6300 8300 Btu/lbm. Terbagi menjadi 2 sub-
bagian yaitu lignit A dan B yang masing-masing dibedakan oleh nilai
kalornya. Karena tingginya kandungan air dan volatil mater-nya, maka
batubara lignit tidak ekonomis apabila diangkut untuk jarak yang cukup
jauh.
Tabel Klasifikasi Batubara Berdasarkan Tingkatannya
(ASTM D-388)

1. Meta-antrasit 98 --- --- 2 --- ---
2. Antrasit 92 98 2 8 --- ---
3. Semi-antrasit 86 92 8 14 --- ---
1. Bitumin low volatility 78 86 14 22 --- ---
2. Bitumin high volatility 69 78 22 31 --- ---
3. Bitumin high volatility A --- 69 31 --- 14000
d
---
4. Bitumin high volatility B --- --- --- --- 13000
d
14000
5. Bitumin high volatility C --- --- --- --- 11500 13000
10500
e
11500 menggumpal
1. Sub-bitumin A --- --- --- --- 10500 11500
2. Sub-bitumin B --- --- --- --- 9500 10500
3. Sub-bitumin C --- --- --- --- 8300 9500
2. Lignit B --- --- --- --- --- 6300
LIGNIT
tak menggumpal
--- --- 6300 8300 1. Lignit A --- ---
BITUMIN
biasanya
menggumpal
c
SUB-BITUMIN
tak menggumpal
Batas HV, Heating Value
(Btu/lb
m
) wet mineral-
matter-free basis
b
Karakter
penggumpalan
ANTRASIT
tak menggumpal
Grade/kelas Kelompok
Batas FC, Fixed Carbon
(%) dry mineral-matter-free
basis
Batas VM, Volatile Matter
(%) dry mineral-matter-free
basis
CATATAN
a
Klasifikasi ini tidak termasuk beberapa batubara, terutama jenis "nonbanded", dengan sifat-sifat fisik dan kimia yang tidak umum dan berada dalam batas
Fixed Carbon atau nilai kalor dari kelas bitumin high volatility dan sub-bitumin. Semua batubara ini mengandung <48% Fixed Carbon dry mineral-matter free
basis atau lebih dari 15000 Btu/lb pada wet mineral-matter-free basis.
b
Wet, dalam arti batubara mengandung kebasahan inheren alamiahnya, tetapi tidak termasuk air yang terlihat pada permukaan batubara
cJ
ika menggumpal termasuk kelompok low volatility dari kelas bitumin
dBatubara yang memiliki 69% atau lebih Fixed Carbon dengan dry mineral-matter-free basis harus diklasifikasikan tergantung pada Fixed Carbon dengan
mengabaikan nilai kalori
e
Mungkin terdapat jenis tak menggumpal dalam kelompok ini dari kelas bitumin, dan ada pengecualian yang nyata dalam kelompok bitumin C high volatility.
ANALISIS BATUBARA
Proximate Analysis (Analisis Proksimasi)
- Fixed Carbon (FC) unsur karbon yang terkandung dalam batubara. Penentuan
FC ini diperkirakan dengan menganggap selisih antara berat sampel
(contoh analisis) dengan penjumlahan kadar VM (Volatile Matter), M
(Moisture), dan A (Ash).
- Volatile Matter (VM), merupakan bagian dari batubara (selain uap air) yang
apabila sampel batubara dipanaskan tanpa oksigen (menurut ASTM D-
3175, temperaturnya 1750 oF selama 7 menit) maka bahan tersebut
akan hilang/lepas. VM sendiri terdiri atas hidrokarbon atau gas lain
yang dihasilkan selama proses dekompisisi.
- Moisture (M), penentuan nilai ini dilakukan dengan pengeringan sampel
dalam oven pada suhu 230oF. Hal ini tentu saja tidak merepresentasikan
seluruh kandungan air di dalam batubara, misalnya air yang terikat, air
yang terhidrasi, atau air yang berada di permukaan batubara.
- Ash (A), yakni garam-garam anorganik yang terdapat di dalam batubara.
Kadar abu ini ditentukan berdasarkan banyaknya bahan tak terbakar
(residu pembakaran) setelah batubara basis kering dibakar pada
suhu 1380oF.
- Sulfur (S), juga merupakan salah satu kandungan dalam batubara yang
berkontribusi terhadap nilai kalor karena apabila terbakar akan
menghasilkan kalor serta senyawa SO2. Senyawa ini apabila berikatan
dengan air akan membentuk asam yang bersifat sangat korosif dan
polutan bagi atmosfer. Sehingga sedapat mungkin dilakukan pengurangan
kadar sulfur di dalam batubara.

ANALISIS BATUBARA
Ultimate Analysis (Analisis Ultimasi)
Analisis yang kedua adalah analisis ultimasi yang
merupakan serangkaian analisis laboratorium yang
memuat sebuah laporan mengenai kandungan
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur di
dalam batubara beserta nilai pembakaran tingginya
(HHV). Kegunaan analisis ultimasi adalah untuk
menentukan kebutuhan udara pembakaran pada
sebuah sistem berbahan bakar batubara. Sehingga
pada akhirnya dapat digunakan untuk mengukur
sistem aliran bagi dapur pembakaran. Semua
analisis ini dilaporkan dengan basis bebas
kebasahan (free-moisture) dan bebas abu.

Heating Value (Nilai Kalor)
Jumlah panas yang ditransfer ketika produk dari
pembakaran sempurna dari bahan bakar
didinginkan hingga mencapai suhu awal dari
bahan bakar maupun udara pembakarnya
(ASTM D-2015).
Menunjukkan jumlah energi kimia yang terdapat
dalam suatu massa atau volume bahan bakar .
Dinyatakan dalam satuan Btu/lbm atau kJ/kg
atau kal/kg yang ditentukan berdasarkan
standar pengukuran menggunakan bomb
calorimeter (ASTM D-2015)
JENIS NILAI KALOR
1. Nilai pembakaran tinggi atau Higher Heating Value (HHV) atau Gross Heating Value.
Penentuan ini nilai ini berdasarkan pada anggapan bahwa uap air yang dihasilkan pada
proses pembakaran terkondensasi sehingga dihasilkan produk berupa air pada fasa
cairnya.
CxHy + O2 CO2(g) + H2O(l)

2. Nilai pembakaran rendah atau Lower Heating Value (LHV) atau Net Heating Value.
Penentuan nilai ini berdasarkan pada anggapan bahwa air yang dihasilkan pada proses
pembakaran masih berupa fasa uap.
CxHy + O2 CO2(g) + H2O(g)


Perbedaan di antara keduanya tidak lain adalah nilai kalor laten atau panas penguapan air.
Perbedaan antara keduanya diberikan pada perumusan berikut :


M = moisture (kadar kebasahan)
H2 = massa hidrogen per unit massa bahan bakar (dari analisis ultimasi)

Bilangan 2400 (kJ/kg) merupakan panas laten penguapan air pada 1 lb/in2abs (tekanan parsial
kira-kira uap air di dalam gas buang)
) 9 ( 2400
2
H M LHV HHV + =
Rumus Dulong untuk Memperkirakan
Nilai Kalor Batubara


[ Btu / Lbm ]


[ kJ/kg ]
S
O
H C HHV 4050
8
62000 14600
2
2
+
|
|
.
|

\
|
+ =
S
O
H C HHV 9400
8
144200 33950
2
2
+
|
.
|

\
|
+ =
MINYAK BUMI
Sumber energi yang cukup sempurna
Mudah ditangani, disimpan, dan dibakar
Nilai kalornya konstan
Merupakan biota-biota laut yang
membusuk
Tabel Kelompok Hidrokarbon
dalam Minyak
Kelompok hidrokarbon Rumus Umum Contoh senyawa Struktur
C
n
H
2n+2
metana
etana
propana
butana
pentana
C
n
H
2n
etilen
propilen
butilen
Diolefin C
n
H
2n-2
butadien rantai tak jenuh, 2 ikatan rangkap
C
n
H
2n
siklopentana
sikloheksana
benzen
toluen
xilen
cincin jenuh
cincin tak jenuh
Parafin
Olefin
Naften
Aromatik
rantai jenuh
rantai tak jenuh, 1 ikatan rangkap
Tabel Karakteristik Rata-rata Bahan Bakar Minyak
Tugas : Mengapa Fuel Oil No. 4 TIDAK ADA ???
Jenis bb minyak no. 1 no. 2 no. 4 no. 5 no. 6
Kandungan (%-berat)
C 86,5 86,4 86,1 85,55 85,7
H
2
13,2 12,7 11,9 11,7 10,5
O
2
dan N
2
0,2 0,2 0,48 0,7 0,92
S 0,1 0,4 - 0,7 0,4 - 1,5 max. 2 max. 2,8
Air dan sedimen trace trace max. 0,5 max. 1 max. 2
Abu trace trace trace 0,05 0,08
Densitas, 60
o
F (lbm/ft3) 51,46 53,98 57,87 59,43 61,5
Viskositas, 100
o
F (cSt) 1,6 2,68 15 50 360
Titik tuang (
o
F) < 0 < 0 10 30 65
Temperatur atomisasi (
o
F) Atm Atm min. 25 130 200
Higher Heating Value (Btu/lb
m
) 19940 19570 18900 18650 18260
Sumber : Perrys Chem Eng Handbook Edisi 7
kerosin distilat
Residu
sangat
ringan
Residu
ringan
residu
GAS ALAM
Mudah terbakar dan bercampur baik
dengan udara.
Terbakar dengan bersih dan
menyisakan sedikit abu.
Kandungan utama : gas metana (CH4),
sekitar 90%.
Tabel Komposisi Gas Alam
Komponen Batas Komposisi (%)
Metana (CH
4
) 87 - 96
Etana (C
2
H
6
) 1.8 - 5.1
Propana (C
3
H
8
) 0.1 - 1.5
Isobutana (i-C
4
H
10
) 0.01 - 0.3
N-butana (n-C
4
H
10
) 0.01 - 0.3
Isopentana (i-C
5
H
12
) 0 - 0.14
N-pentana (n-C
5
H
12
) 0 - 0.04
Heksana + (C
6
H
14
+) 0 - 0.06
Nitrogen (N
2
) 1.3 - 5.6
Karbodioksida (CO
2
) 0.1 - 1.0
Oksigen (O
2
) 0.01 - 0.1
Hidrogen (H
2
) 0 - 0.02
Nilai Kalor Gas Alam
Sumber (negara) Nilai kalor
(kJ/m)
Russia 38231
United States 38416
Canada 38200
Netherlands 33320
United Kingdom 39710
Indonesia 40600
Algeria 42000
Uzbekistan 37889
Saudi Arabia 38000
Norway 39877
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Heating_value
Contoh lain Bahan Bakar Gas
Gas Pabrik
- Gas minyak bumi cair (Liquified Petroleum Gas / LPG), terdiri atas
distilat ringan minyak bumi terutama propana dan butana. LPG inilah yang
biasa kita kenal sebagai bahan bakar rumah tangga. Pengangkutan dan
penyimpanan gas dilakukan pada tekanan 4 40 bar.
- Gas air, adalah bahan bakar gas yang dihasilkan dengan mengalirkan uap
dan udara bergantian melalui suatu lapisan kokas pijar sehingga timbul
reaksi yang menghasilkan hidrogen dan karbonmonoksida.
- Gas air karburasi, adalah gas air seperti di atas namun dalam prosesnya
ditambahkan uap minyak ke dalam gas air sehingga menaikkan nilai
pembakarannya.
- Gas alam sintesis (Synthetic Natural Gas / SNG), merupakan bahan
bakar gas hasil konversi senyawa hidrokarbon padat seperti batubara.
Dengan kata lain, proses ini adalah hidrogenasi batubara sehingga diperoleh
sejumlah senyawa hidrokarbon ringan, khususnya metana.
- Gas produser, adalah bahan bakar gas yang terbentuk dengan cara
membakar batubara grade rendah di dalam tanah dengan udara cukup.
Temperatur yang tinggi memungkinkan pembebasan hidrogen dan sebagian
karbon teroksidasi menjadi karbonmonoksida.
Contoh lain Bahan Bakar
Gas
Gas Hasil Sampingan Proses Lain
- Gas dapur tinggi, adalah bahan bakar
berkualitas rendah yang merupakan hasil
samping industri baja. Dihasilkan dengan cara
membakar batubara dengan udara yang tidak
cukup. Komposisi gas dapur ini terutama
adalah nitrogen, karbonmonoksida, dan
karbondioksida. - Gas riol, adalah gas
metana yang dihasilkan melalui proses
fermentasi bahan-bahan organik.
KIMIA BAHAN BAKAR
Combustion or burning is a complex sequence of
exothermic chemical reactions between a fuel and an
oxidant accompanied by the production of heat or both
heat and light in the form of either a glow or flames.
Chemical reaction equation of combustion:


Example: Fuel: Hydrocarbons (C and H)
Oxidant: air (oxygen and nitrogen)
Combustion product gases: CO
2
or CO and H
2
O
Fuel
Combustion
product
gases
Heat
Oxidant
+
+
Combustion of wood (cellulose) that
produce flame, heat and ash/carbon
In a complete combustion reaction, a compound reacts with
an oxidizing element, such as oxygen or fluorine, and the
products are compounds of each element in the fuel with the
oxidizing element. For example:
CH
4
+ 2O
2
CO
2
+ 2H
2
O
CH
2
S + 6F
2
CF
4
+ 2HF + SF
6

A simpler example can be seen in the combustion of
hydrogen and oxygen, which is a commonly used reaction
in rocket engines:
2H
2
+ O
2
2H
2
O(g) + heat
The result is water vapor
In the large majority of the real world uses of combustion,
the oxygen (O
2
) oxidant is obtained from the ambient air
and the resultant flue gas from the combustion will contain
nitrogen:
CH
4
+ 2O
2
+ 7.52N
2
CO
2
+ 2H
2
O + 7.52N
2
+ heat

When air is the source of the oxygen, nitrogen is by far the
largest part of the resultant flue gas.
In reality, combustion processes are never perfect or
complete. In flue gases from combustion of carbon (as in
coal combustion) or carbon compounds (as in combustion of
hydrocarbons, wood etc.) both unburned carbon (as soot)
and carbon compounds (CO and others) will be present.
Also, when air is the oxidant, some nitrogen will be oxidized
to various nitrogen oxides (NOx).
In reality, combustion processes are never perfect or
complete. In flue gases from combustion of carbon (as in
coal combustion) or carbon compounds (as in combustion of
hydrocarbons, wood etc.) both unburned carbon (as soot)
and carbon compounds (CO and others) will be present.
Also, when air is the oxidant, some nitrogen will be oxidized
to various nitrogen oxides (NOx).
Types of
combustion
Rapid combustion
Slow combustion
Complete combustion
Incomplete combustion
Turbulent combustion
Complete combustion:
In complete combustion, the reactant will burn in oxygen,
producing a limited number of products. When a hydrocarbon
burns in oxygen, the reaction will only yield carbon dioxide
and water. When a hydrocarbon or any fuel burns in air, the
combustion products will also include nitrogen. When
elements such as carbon, nitrogen, sulfur, and iron are
burned, they will yield the most common oxides. Carbon will
yield carbon dioxide. Nitrogen will yield nitrogen dioxide.
Sulfur will yield sulfur dioxide. Iron will yield iron(III) oxide. It
should be noted that complete combustion is almost
impossible to achieve. In reality, as actual combustion
reactions come to equilibrium, a wide variety of major and
minor species will be present. For example, the combustion of
methane in air will yield, in addition to the major products of
carbon dioxide and water, the minor product carbon monoxide
and nitrogen oxides, which are products of a side reaction
(oxidation of nitrogen)
Incomplete combustion:
Incomplete combustion occurs when there isn't enough
oxygen to allow the fuel (usually a hydrocarbon) to react
completely with the oxygen to produce carbon dioxide and
water, also when the combustion is quenched by a heat sink
such as a solid surface or flame trap. When a hydrocarbon
burns in air, the reaction will yield carbon dioxide, water,
carbon monoxide, pure carbon (soot or ash) and various
other compounds such as nitrogen oxides.
Chemical equation of Combustion
The complete chemical equation for stoichiometric burning
of hydrocarbon in oxygen is as follows:
(g)
O
2
H
2
y
(g) 2
CO x
(g) 2
O
4
y 4x
(g)
y
H
x
C +
+
+
|
.
|

\
|
Example for propane combustion:
Propane: C
3
H
8
(x=3; y=8)

; or
( )
(g)
O
2
H
2
8
(g) 2
CO 3
(g) 2
O
4
12
(g) 8
H
3
C +
+
+
8
(g)
O
2
H 4
(g) 2
CO 3
(g) 2
O
(g) 8
H
3
C + + 5
The complete chemical equation for stoichiometric burning
of hydrocarbon in air as oxidant agent (oxidizer) by
simplification is as follows:



where: a = x + y/4

In that combustion chemical equation, air assumed consist
of 21%v of oxigen (O
2
) and 79%v of nitrogen (N
2
), i.e.,
that for each mole of O
2
in air, there are 3.76 mole of N
2
.
2
N 3.76a O
2
H 2 y
2
CO x
2
3.76N
2
O a
y
H
x
C + + + +
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
Example for propane combustion:
Propane: C
3
H
8
(x=3; y=8)
2
N 18.8 O
2
H 4
2
CO 3
2
3.76N
2
O 5
8
H
3
C + + + +
|
|
.
|

\
|
Term and its formula in complete combustion by
oxidizer of air:
Stoichiometric air-fuel ratio, (A/F)
stoic

fuel
MW
air
MW
1
4.76a
stoic
fuel
m
air
m
stoic
F A = =
|
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|


Equivalence ratio, u
( )
( )
( )
( )
stoic
A F
A F
F A
stoic
F A
= = u
Equivalence ratio, u, is commonly used to to indicate
quantitively wheter a fuel-oxidizer mixture is rich, lean, or
stoichiometric. u > 1 for fuel-rich mixtures, u < 1 for
fuel-lean mixtures, and u = 1 for stoic mixtures


Percent stoichiometric air
% 100
1

u
u
=
|
.
|

\
|
air excess %


Percent excess air
u
=
% 100
air tric stoichiome %
Example:
A small, low-emission, stationary gas-turbine engine
operates at full load (3950 kW) at an equivalence ratio of
0.286 with an air flowrate of 15.9 kg s
-1
. The equivalent
composition of the fuel (natural gas) is C
1.16
H
4.32
.
Determine the fuel mass flowrate and the operating air-
fuel ratio for engine!
Data:
Ar C=12.011; Ar H=1.008; Ar O=15.999; Ar N=14.007

Anda mungkin juga menyukai