Anda di halaman 1dari 24

By: FETTY FATKHIYAH, SST

Tuberculosis mrpk penyakit infeksi yg


disebabk o/ Mycobact tuberculosis

Ditemukan o/ Robert Koch thn
1882KP

WHO memperkirakan bahwa di
Indonesia setiap tahunnya terjadi
175.000 kematian akibat TBC dan
terdapat 445.000 kasus tuberkulosis
setiap tahunnya.
Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan Cina untuk jumlah
kasus TB
Basil Tbc survive & virulen bbrp
minggu dlm kead kering
Mati Dlm cairan suhu 60drjt (15-
20mnt)

Definisi
Tuberkolusis
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang
merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah
yang sebagian besar basil
tuberkolusis masuk ke dalam jaringan
paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer ( Hood
Alsagaff, th 1995. hal 73)
Patofisiologi
WOC
1.Tuberkulosis paru
TB Paru BTA positip (px dahak/sps ditemukan kuman tbc)
TB Paru BTA negatip (px dahak/sps tdk ditemukan kuman
tbc tapi RO positip/aktif)

2.Tuberkulosis ektra paru
Ringan (TB kelenjar limphe,pleuritis eksudativa
unilateral,tulang sendi(kecuali tulang belakang),kelenjar
adrenal
Berat (meninggitis,millier,perikarditis,peritonitis,pleuritis
exudativa duplex,tbc tlg belakang,tbc usus,sal
kencing,alat kelamin
Tanda dan gejala.

-Gejala umum
Batuk lebih dari 2minggu
demam, kelelahan umum, keringat malam,
anoreksia, dan berat badan menurun.


-gejala khusus
batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada (pleuritis TB)
Mengenai KGB pembesaran
Tergantung luas kelainan paru & organ lain yg terlibat
Pemeriksaan penunjang
-Radiologi: Infiltrat

Pemeriksaan penunjang lain:
-Lab darah: LED, DL, Analisa gas darah
-Sputum BTA
-Test mantoux
-Histologi / kultur jaringan


Pengkajian (Doegoes, 1999)

RPD :
-penderita malnutrisi, Penyakit kronis

-Pola Aktivitas /Istirahat
Kelemahan umum dan kelelahan.
Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
Mimpi buruk.
Takikardia, takipnea/dispnea.
Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
-Pola nutrisi :
Kehilangan napsu makan.
Ketidaksanggupan
mencerna.
Kehilangan BB.
Turgor kulit buruk, kering,
kelemahan otot, lemak
subkutan tipis.

-Interaksi Sosial :
Perasaan
terisolasi/ditolak.


Pemeriksaan fisik:

Batuk (produktif/non
produktif)
Tanda2 infiltrat: Suara
nafas bronchial,
Rhonchi basah.
Perkusi Redup.
Adanya cavitas :
Suara amforik
Gerakan pernapasan
asimetri.
Palpasi: penurunan
fremitus pleura
terisi cairan.


Kuman TBC
Masuk jalan nafas
Tinggal di alveoli/membelah diri
Terjadi inflamasi
Reaksi pneomonia akut
Menyebar ke jar limfe di hilus paru
Gas tdk berdifusi dg baik
Alveolus tdk kembali saat ekspirasi
Timbul jar ikat (elastik&tebal)
Lesi jar paru
kavitas
Nekrosis/perkejuan
Sembuh
konsolidasi
Respon imunitas/Sel T
Vaskularisasi alveoli
MK kerusakan pertukaran gas MK ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Kelemahan fisik
Sekret kental banyak mengandung
Kuman TBC (BTA +)
MK resiko transmisi penyakit
Sekret/dahak kental
Terjadi penularan penyakit
dari pasien ke orang lain/keluarga
MK kurang pengetahuan
Gas tdk berdifusi dg baik
Aktifitas menurun
Penurunan keinginan u/ makan
MK nutrisi kurang dari kebutuhan
Dx keperawatan yg muncul pada pasien TB Paru
(ME.Doenges, 1999)
1. Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan
dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk
batuk.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan
membran alveolar kapiler.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan keletihan, anorerksia atau
dispnea.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan
dirumah.
Diagnosa perawatan
1. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan adanya
Berkurangnya keefektifan
permukaan paru,
atelektasisKerusakan
membran alveolar kapiler
2. Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan
sekresi yang kental/darah.
3. Resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun,
fungsi silia menurun, sekret
yang menetap
Malnutrisi, Terkontaminasi oleh
lingkungan
4. Resiko gangguan pemeliharan
kesehatan dirumah
4. Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi,
pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan
:
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
5. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari
kebutuhan b/d :Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Dyspnoe, Anoreksia
6. Gg rasa nyaman (Hypertermi) b/d pengel zat
pirogen
7. Intoleransi aktivitas
8. Kurangnya perawatan diri
9. Kecemasan b/d proses penyakit

Gangguan pertukaran gas b/d
Berkurangnya keefektifan permukaan paru
1. Kaji dyspnoe, takipnoe, Rhonchi, tanda menurunnya
ekspansi paru
2. Posisi semi fowler
3. Atur jalan nafas
4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
5. Berikan Oksigen
6. Monitor BGA
7. Fisioterapi

Paduan obat jangka pendek 6 9 bulan
yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan).
2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2
RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/
2RHS/4R2H2
K/ Pengob lama diadakan program DOTS
(Directly Observed Treatment Short
Course) dimana setiap penderita memiliki
seorang Pengawas Minum Obat (PMO)

Perawatan umum sesuai diagnosis keperawatan
1) Isolasi
2) Penggunaan masker dan APD
3) Pemberian O2
4) Nutrisi TKTP
5) Identifikasi tanda2 hemaptoe dan penyebaran
infekasi hematogen
6) Identifikasi keluarga yang kontak dgn pasien
7) Kepatuhan minum obat
8) Penyuluhan lingkungan dan ventilasi rumah

Pencegahan Penularan:
Anggota keluarga harus diskrining penyakit TBC
dengan foto rongten, cek lab (Hb, Hematokrit,
Leukosit, Trombosit), tes mantoux (PPD)
Penderita harus minum obat TBC setiap hari
selama 6 bulan dengan teratur
Makan-makanan yang bergizi dengan gizi
seimbang
Istirahat cukup dan olahraga
Biasakan menutup mulut pada saat batuk
Tidak membuang ludah atau tissue
sembarangan
Bila ansia yang sakit, siapkan wadah tertutup
(gelas stainless) diisi air+Lysol
Kontrol secara rutin ke pusat kesehatan dan
mintalah obat TBC, dosis obat tidak selalu sama
setiap 6 bulan
Lakukan pemeriksaan foto rongten ulang, 3
bulan sekali atau minimal akhir pengobatan
Penilaian keberhasilan pengobatan pada pasien
anak terjadi peningkatan berat badan
Rajin berjemur dibawah matahari pagi
Tidak kontak dengan kuman TBC di udara yang
dihasilkan penderita TB yang tidak diobati

Anda mungkin juga menyukai