WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TBC dan terdapat 445.000 kasus tuberkulosis setiap tahunnya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Cina untuk jumlah kasus TB Basil Tbc survive & virulen bbrp minggu dlm kead kering Mati Dlm cairan suhu 60drjt (15- 20mnt)
Definisi Tuberkolusis Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73) Patofisiologi WOC 1.Tuberkulosis paru TB Paru BTA positip (px dahak/sps ditemukan kuman tbc) TB Paru BTA negatip (px dahak/sps tdk ditemukan kuman tbc tapi RO positip/aktif)
-Gejala umum Batuk lebih dari 2minggu demam, kelelahan umum, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.
-gejala khusus batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada (pleuritis TB) Mengenai KGB pembesaran Tergantung luas kelainan paru & organ lain yg terlibat Pemeriksaan penunjang -Radiologi: Infiltrat
Pemeriksaan penunjang lain: -Lab darah: LED, DL, Analisa gas darah -Sputum BTA -Test mantoux -Histologi / kultur jaringan
Batuk (produktif/non produktif) Tanda2 infiltrat: Suara nafas bronchial, Rhonchi basah. Perkusi Redup. Adanya cavitas : Suara amforik Gerakan pernapasan asimetri. Palpasi: penurunan fremitus pleura terisi cairan.
Kuman TBC Masuk jalan nafas Tinggal di alveoli/membelah diri Terjadi inflamasi Reaksi pneomonia akut Menyebar ke jar limfe di hilus paru Gas tdk berdifusi dg baik Alveolus tdk kembali saat ekspirasi Timbul jar ikat (elastik&tebal) Lesi jar paru kavitas Nekrosis/perkejuan Sembuh konsolidasi Respon imunitas/Sel T Vaskularisasi alveoli MK kerusakan pertukaran gas MK ketidak efektifan bersihan jalan nafas Kelemahan fisik Sekret kental banyak mengandung Kuman TBC (BTA +) MK resiko transmisi penyakit Sekret/dahak kental Terjadi penularan penyakit dari pasien ke orang lain/keluarga MK kurang pengetahuan Gas tdk berdifusi dg baik Aktifitas menurun Penurunan keinginan u/ makan MK nutrisi kurang dari kebutuhan Dx keperawatan yg muncul pada pasien TB Paru (ME.Doenges, 1999) 1. Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen. 2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk. 3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar kapiler. 4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea. 5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah. Diagnosa perawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasisKerusakan membran alveolar kapiler 2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah. 3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan 4. Resiko gangguan pemeliharan kesehatan dirumah 4. Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan : Terbatasnya pengetahuan / kognitif 5. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan b/d :Kelelahan Batuk yang sering, adanya produksi sputum Dyspnoe, Anoreksia 6. Gg rasa nyaman (Hypertermi) b/d pengel zat pirogen 7. Intoleransi aktivitas 8. Kurangnya perawatan diri 9. Kecemasan b/d proses penyakit
Gangguan pertukaran gas b/d Berkurangnya keefektifan permukaan paru 1. Kaji dyspnoe, takipnoe, Rhonchi, tanda menurunnya ekspansi paru 2. Posisi semi fowler 3. Atur jalan nafas 4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas 5. Berikan Oksigen 6. Monitor BGA 7. Fisioterapi
Paduan obat jangka pendek 6 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2 K/ Pengob lama diadakan program DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) dimana setiap penderita memiliki seorang Pengawas Minum Obat (PMO)
Perawatan umum sesuai diagnosis keperawatan 1) Isolasi 2) Penggunaan masker dan APD 3) Pemberian O2 4) Nutrisi TKTP 5) Identifikasi tanda2 hemaptoe dan penyebaran infekasi hematogen 6) Identifikasi keluarga yang kontak dgn pasien 7) Kepatuhan minum obat 8) Penyuluhan lingkungan dan ventilasi rumah
Pencegahan Penularan: Anggota keluarga harus diskrining penyakit TBC dengan foto rongten, cek lab (Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit), tes mantoux (PPD) Penderita harus minum obat TBC setiap hari selama 6 bulan dengan teratur Makan-makanan yang bergizi dengan gizi seimbang Istirahat cukup dan olahraga Biasakan menutup mulut pada saat batuk Tidak membuang ludah atau tissue sembarangan Bila ansia yang sakit, siapkan wadah tertutup (gelas stainless) diisi air+Lysol Kontrol secara rutin ke pusat kesehatan dan mintalah obat TBC, dosis obat tidak selalu sama setiap 6 bulan Lakukan pemeriksaan foto rongten ulang, 3 bulan sekali atau minimal akhir pengobatan Penilaian keberhasilan pengobatan pada pasien anak terjadi peningkatan berat badan Rajin berjemur dibawah matahari pagi Tidak kontak dengan kuman TBC di udara yang dihasilkan penderita TB yang tidak diobati