Anda di halaman 1dari 20

26

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori
dalam penelitian, agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana
posisi pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan terhadap bahan-
bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat untuk
memungkinkan pembaca meningkatkan cakrawalanya dari segi tujuan dan
hasil penelitian.
2.1. Tinjauan Tentang Peranan
Dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran
adalah :
a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia
adalah pemain sandiwara atau pemain utama.
b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam
sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran
yang diberikan.
c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)
terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto
27

2002; Soekamto 1984: 237). Analisis terhadap perilaku peranan dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu :
a. Ketentuan peranan
b. Gambaran peranan
c. Harapan peranan
Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang
perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya.
Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara
aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Dari berbagai
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan
dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya
dalam pelayanan, pembangunan, pemberdaya, dan pengatur masyarakat.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto (1984) bahwa
peranan adalah merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang
melaksanakan hal-hal serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia
telah melakukan sebuah peranan.
Menilik dari beberapa pernyataan mengenai peranan diatas tergambar
bahwa peranan menyangkut pelaksanaan sebuah tanggung jawab seseorang
atau organisasi untuk berprakarsa dalam tugas dan fungsinya. Hal lain yang
menggambarkan mengenai peranan, adalah Horoepoetri, Arimbi dan Santosa
(2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut :
28

a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat
bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik
untuk dilaksanakan.
b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran
merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
(public supports). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa
bilamana masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan
keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan
didokumentasikan adalah Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),
yang mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut :
c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai
instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi
dalam proses pengambilam keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh
suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayani
masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat
tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan
yang responsif dan responsibel.
d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa, peran didayagunakan
sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui
usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada.
Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan
29

pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta
mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess)
e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan sebagai
upaya mengobati masalah-masalah psikologis masyarakat seperti
halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak
percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen
penting dalam masyarakat.
Menurut Toha (1983 : 10) pengertian peranan dapat dijelaskan
bahwa suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang
teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena
adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Selanjutnya menurut Thoha
(1997 : 80) Dalam bahasa organisasi peranan diperoleh dari uraian
jabatan. Uraian jabatan itu merupakan dokumen tertulis yang memuat
persyaratan-persyaratan dan tanggung jawab atas suatu pekerjaan.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hak dan kewajiban dalam suatu
organisasi diwujudkan dalam bentuk uraian jabatan atau uraian tugas.
Oleh karena itu, maka dalam menjalankan peranannya
seseorang/lembaga, uraian tugas/uraian jabatan merupakan
pedomannya.
Menurut Ralph Linton dalam Soekanto (1969 : 14) membedakan
peranan dalam dua bagian yakni peranan yang melekat pada diri
seseorang dan peranan yang melekat pada posisi tepatnya dalam
30

pergaulan masyarakat. Menurut Soekamto (1990 : 268) mendefenisikan
peranan :
.Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (statis) la
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan
peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan Tak ada
peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.

Menyimak pendapat tersebut dapat ditarik beberapa pokok pikiran
mengenai peranan yaitu adanya kedudukan yang bersifat statis, adanya
hak dan kewajiban serta adanya hubungan timbal-balik antara peranan
dan kedudukan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
istilah peranan mengandung beberapa pengertian, antara lain :
a. Peranan adalah suatu konsep perilaku,
b. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi/kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan
c. Peranan dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang dapat
mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan berkaitan dengan hak
dan kewajiban.
2.2. Tinjauan Tentang Pemerintah
Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata perintah yang
kemudian mendapat imbuhan pe menjadi kata pemerintah yang berarti
badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.
Dalam kata dasar perintah paling sedikit ada empat unsur penting yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
31

a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan yang
diperintah disebut rakyat atau masyarakat,
b. Pihak yang memerintah memkiliki kewenangan dan legitimasi untuk
mengatur dan mengurus rakyatnya,
c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah
yang sah, serta
d. Antara pihak yang memerintah dengan yang diperintah terdapat
hubungan timbal balik secara vertikal maupun horizontal.
Pemerintah juga merupakan satu badan penyelenggaraan atas nama
rakyat untuk mencapai tujuan negara, sedangkan proses kegiatannya disebut
pemerintahan dan besar kecilnya kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat,
dengan demikian pemerintah dalam menjalankan proses kegiatan Negara
harus berdasarkan kemauan rakyat, karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi
kehidupan dan proses berjalannya suatu negara.
Menurut Taliziduhu Ndraha ( 2003 : 6 ) pemerintah adalah :
Organ yang berwenang memproses pelayanan publik dan berkewajiban
memproses pelayanan civil bagi setiap orang melalui hubungan
pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan
menerimanya pada saat yang diperlukan sesuai dengan tuntutan ( harapan )
yang di perintah. Dalam hubungan itu sah ( legal ) dalam wilayah Indonesia,
berhak menerima layanan civil tertentu dan pemerintah wajib melayaninya.
32

Sementara Samuel Edwird Finer (dalam Inu Kencana Syafiie,
2001:46), menjelaskan bahwa pemerintah harus mempunyai kegiatan yang
terus menerus (process), wilayah negara tempat kegiatan itu berlangsung
(state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara, metode serta sistem
(manner, menthod, and system), dari pemerintah terhadap masyarakatnya.
Menurut Montesquieu (dalam Salam, 2004:35) pemerintah adalah
seluruh lembaga negara yang biasa dikenal dengan nama trias politica baik
itu legislatif (membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan undang-
undang), maupun yudikatif (mengawasi pelaksanaan undang-undang).
2.2.1. Tinjauan tentang pemerintah deerah kabupaten
Pemerintah daerah yang terdiri atas Bupati dan Perangkat
Daerah, yang meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Kepala daerah dibantu
oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk kabupaten disebut wakil
bupati. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan
kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Sekretaris Daerah Kabupaten diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur atas usul Bupati sesuai dengan peraturan perundang-
33

undangan. Sekretaris Daerah karena kedudukannya sebagai pembina
pengawai negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD. Sekretaris
DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dengan
persetujuan DPRD Provinsi. Sekretaris DPRD Kabupaten diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD
Kabupaten.
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah.
Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan
diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas
kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah sebagaimana di
maksud dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala rumah
sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul sekretaris daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten dengan Perda
Kabupaten yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan
dipimpin oleh seorang camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota
34

untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat diangkat
oleh Bupati atas usul sekretaris daerah kabupaten dari pegawai negeri
sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Lurah
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari pegawai negeri
sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2.2.2. Tinjauan tentang kecamatan
Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah :
1. Pasal 1 menyatakan Kecamatan adalah wilayah kerja Camat
sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah Kota.
2. Pasal 66 Ayat 1 menyatakan bahwa Kecamatan merupakan
perangkat daerah Kabupaten dan daerah Kota yang dipimpin
oleh Kepala Kecamatan.
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah :
35

1. Pasal 26 Ayat 1 menyatakan Kecamatan di bentuk wilayah
Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
2. Pasal 26 Ayat 2 menyatakan bahwa Kecamatn merupakan
perangkat Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh
Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk
menangani sebagian urusan Otonomi Daerah.
Menurut Noordholt dalam Wasistiono, kajian tentang Kecamatan berarti
meliputi tiga lingkungan kerja yaitu :
1. Kecamatan dalam arti kantor camat.
2. Kecamatan dalam arti wilayah, dalam arti seorang Camat
sebagai kepalanya.
3. Camat sebagai bapak Pengetua wilayahnya. (Wasistiono,
1992 : 12)
2.2.3. Peranan pemerintah kecamatan
Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota
sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja
tertentu dan dipimpin oleh Camat. Dalam peraturan pemerintah No 19
tahun 2008 tentang kecamatan (Lampiran 5), di jelaskan pada pasal
15 sebagai berikut :
36

(1) Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang
meliputi:
a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum;
e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di
tingkat kecamatan;
f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan; dan
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang
lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerintahan desa atau kelurahan.
(2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat
melaksanakan kewenanganpemerintahan yang dilimpahkan oleh
bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah,
yang meliputi aspek:
a. perizinan;
b. rekomendasi;
37

c. koordinasi;
d. pembinaan;
e. pengawasan;
f. fasilitasi;
g. penetapan;
h. penyelenggaraan; dan
i. kewenangan lain yang dilimpahkan.
2.3. Tinjauan Tentang Pembangunan Pertanian
2.3.1. Pengertian pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam
dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen
1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-
nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma
ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-
development) ketergantungan (dependent development) dan
sistem dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi
Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam
tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,
keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma
38

tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian
pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin
ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini
serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme
bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun,
ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya
terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak
secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004).
Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada
perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih
banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan
hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek
kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya
39

kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan
secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai
aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus
berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai -nilai
moral dan etika umat.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang
pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian
yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan
nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial
dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju
arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi,
misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan
produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga
kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil
40

dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh
akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan,
kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi
dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi
budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat
kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai
dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan
spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari
penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan
tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua
aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang
berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan
diversifikasi.
2.3.2. Tinjauan tentang pertanian
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan
manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam,
peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata
41

pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani,
sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di
negara kita.
Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanianpun
berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling
sederhana sampai sistem yang canggih dan padat modal. Berbagai
teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktivitas yang
diinginkan.
Kemajuan ilmu dan teknologi, peningkatan kebutuhan hidup
manusia, memaksa manusia untuk memacu produktifitas menguras
lahan, sementara itu daya dukung lingkungan mempunyai ambang
batas toleransi. Sehingga, peningkatan produktivitas akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan, yang pada ujungnya akan
merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu maka
muncullah tuntutan adanya sistem pertanian berkelanjutan.
Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia :
1. Sawah
2. Tegalan
3. Pekarangan
4. Ladang Berpindah
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di Indonesia : Pertanian
Tanaman Pangan, seperti : Padi, Jagung, Kedelai Kacang Tanah, Ubi
42

Jalar, Ketela Pohon. Sedangkan, Pertanian Tanaman Perdagangan
meliputi : Kopi, Teh, Kelapa, Karet, Kina, Cengkeh, Kapas, Tembakau,
Kelapa Sawit, Tebu.
2.3.3. Tinjauan tentang pembangunan pertanian
Pembangunan pertanian di Indonesia dilaksanakan secara
terencana dimulai sejak Repelita I (1 April 1969), yaitu pada masa
pemerintahan Orde Baru, yang tertuang dalam strategi besar
pembangunan nasional berupa Pola Umum Pembangunan Jangka
Panjang (PU-PJP) yaitu PU-PJP I (1969-1994) dan PU-PJP II (1994-
2019). Dalam PU-PJP I, pembangunan dilaksanakan melalui lima
serangkaian Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang
semuanya dititik beratkan pada sektor pertanian sebagai berikut:
1. Repelita I: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung
sector pertanian.
2. Repelita II: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan
industry pengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
3. Repelita III: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan dan meningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi
bahan jadi.
4. Repelita IV: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan
usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri
penghasil mesin-mesin.
43

5. Repelita V: melanjutkan Repelita IV.
Pembangunan pertanian merupakan sebuah program dalam
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia sehingga nantinya
masyarakat dapat memiliki sebuah kemandirian dari sisi ekonomi
hingga sosial politik di lingkungannya. Jadi pembangunan pertanian
yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor
pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani
dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Dr. Soekartawi, 1994;1).
Dengan begitupan proses pemerintahan akan lebih memberikan
pelayanan yang efektif dikarenakan adanya sebuah partisipasi aktif
dari masyarakat karena adanya suatu kesadaran untuk berkontribusi
dalam pemerintahan khususnya di daerah.
Menurut Suhendra (2004) di banyak negara, sektor pertanian
yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri
dan jasa. Para perancang pembangunan Indonesia pada awal masa
pemerintahan Orde Baru menyadari benar hal tersebut, sehingga
pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap
pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor
pertanian dan industri penghasil sarana produksi peratnian. Pada
tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan
penunjang pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap
dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam.
44

Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat
pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam
rangka persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafaat, 2000).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat
mutlak bagi keberhasilan upaya menciptakan prakondisi tinggal
landas.
Menurut Arifin (2004) tidak berkembangnya sektor pertanian
berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah pada sektor industri
sejak pertengahan tahun 1980-an. Menyusul periode pertumbuhan
tinggi sektor pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah seolah
menganggap pembangunan pertanian dapat bergulir dengan
sendirinya. Asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian
dalam strategi pembangunannya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh
paradigm pembangunan saat itu yang menekankan industrialisasi.
Pemerintah mencurahkan perhatiannya pada sektor industri, yang
kemudian diterjemahkan dalam berbagai kebijakan proteksi yang
sistematis. Akibatnya, proteksi besar-besaran ini telah merapuhkan
basis pertanian pada tingkat petani.
Definisi pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu
proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi
sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi
45

sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya,
lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan
(growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).
Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur
Mosher yang berjudul Getting Agriculture Moving dijelaskan secara
sederhana dan gambling tentang syarat pokok dan syarat pelancar
dalam pembangunan pertanian.
Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya
pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa
berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi
secara lokal, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5)
tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat
pelancar pembangunan pertanian meliputi: (1) pendidikan
pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani,
(4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5) perencanaan
nasional pembangunan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai