Penyakit membrana timpani biasanya menyertai perubahan patologi telinga tengah dan
mastoid. Perbuahan-perubahan pada membrana timpani yang terlihat melalui pemeriksaan otoskop,
memberikan informasi penting dalam mengdiagnosis penyakit primernya seperti otitis mesia dan
mastoiditis aktif auat tak aktif. Adakalanya penyakit secara primer berasal dari membrana timpani.
Penyakit membrana timpani dengan suatu proses patologik primer dapat menimbulkan
gambaran fisis berikut. Membrana timpani dapat menebal akibat peradangan. Dapat pula
berbercak-bercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal seluruhnya akibat penimbunan kolagen
terhialinisasi pada lapisan tengahnya sebagai akibat peradangan terdahulu (timpanosklerosis).
Membrana timpani dapat pula menjadi lebih tipis akibat hilangnya lapisan tengah (membrana
propria), hal ini hampir selalu disebabkan disfungsi ventilasi tuba eustachius. Pada kasus disfungsi
ventilasi, tuba eustachius mungkin tak mampu mengadakan ventilasi yang memadai atau tuba
terbuka sepanjang wantu, sehingga udara dapat keluar masuk telinga tengah selama respirasi dan
menyebabkan iskemia dan nekrosis lapisan tengah (fibrosa). Membrana timpani dapat mengalami
retraksi bila terdapat suatu vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan,
infeksi atau massa jatingan dalam telinga tengah. Perforasi dapat diakibatkan trauma dan dapat atau
tidak dapat disertai suatu gangguan primer seperti putusnya rantai osikel. Otitis media kronis
dengan keluarnya sekret selalui disertai perforasi membrana timpani. Perforasi seperti ini dapat
sangat kecil dan sulit dilihat, atau sangat besar dan tampak nyata. Perforasi dapat digolongkan
menjadi 4 tipe berdasarkan lokasinya : tuba, sentral, marginal dan pars flaksida. Dua yang pertama
umumnya aman, dua yang akhir biasanya lebih serius.
Miringitis merujuk pada peradangan pada membrana timpani. Seperti telah ditunjukkan,
peradangan membrana timpani dapat menyertai radang telinga tengah atau suatu otitis eksterna.
Akan tetapi, miringitis secara khas menjelaskan suatu peradangan dimana membrana timpani
terlihat secara primer. Pada miringitis hemoragik atau bulosa, temuan yang paling nyata adalah
pembentukan bleb (bula) pada membrana timpani dan dinding kanalis di dekatnya. Gambaran klinis
ini dapat ditemukan pada anak-anak, dimana penyebabnya adalah bakteri yang lazim menyebabkan
otitis media supuratif akut. Diagnosis banding termasuk otitis eksterna dan herpes zoster otikus
(sindrom Ramsay-Hunt). Pada orang dewasa, miringitis hemotagika biasanya dapat sembuh sendiri
dan dihubungkan dengan infeksi- infeksi yang disebabkan MICOPLASMA PNEUMIONIAE. Gangguan
pendengaran sensorineural telah dilaporkan sebagai akibat dari infeksi ini. Bilamana ada manifestasi
sistemik, maka eritromisin merupakan obat pilihan. Untuk menghilangkan nyeri, bleb atau vesikel
dapat dipecahkan dengan jarum halus atau pisau miringotomi.
GANGGUAN TUBA EUSTACHIUS
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofating dan erat sekali
kaitannya dengan penyakitpenyakit kedua struktus tersebut. Sepertiga bagian lateral tuba yang
berhubungan dengan telinga tengah berupa tulang sedangkan duapertiga medial adalah
fibrokartilaginosa. Tuba eustachius bayi berbeda dengan dewasa. Tuba bayi pendek, lebar dan
terletak horizontal, dan ini merupakan suatu alasan mengapa radang tuba eustachius begitu lazim
pada bayi, terutama pada masa-masa minum dari botol. Dengan perkembangan anak, tuba
bertambah panjang dan sempit serta mengarah ke bawah disebelah medial. Tuba biasanya tertutup
dan akan terbuka melalui kontraksi aktif otot tensor veli palatini pada saat menelan atau saat
menguap atau membuka rahang. Fungsi tuba ustachius adalah (1) ventilasi (2) drainase dan (3)
proteksi telinga tengah dari kontaminasi sekresi nasofaring. Ventilasi memungkinkan keseimbangan
tekanan atmosfer pada kedua sisi membrana timpani. Tuba akan membuka melalui kerja otot
bilamana terdapat perbedaan tekanan sebesar 20-40 mmHg. Untuk melakukan fungsi ini, diperlukan
otot tensor veli palatini yang utuh.
Ventilasi tuba eustachius dapat dinilai dengan melihat pergeseran ke lateral dari membrana timpani
memakai otoskop atau bila ada perforasi, dengan melakukan auskultasi tuba sementara pasien
memijit hidungnya dan menelan (manuver Tiynbee), atau pasien memijit hidung dan
menghembuskan kuat lewat lubang hidung yang tertutup dengan mulut tertutup sehingga
telinganya meletup (manuver Valsava). Telinga tengah dapat pula ditiup dengan cara politzerisasi
dimana udara dipaksa masuk lewat hidung sementara nasofaring tertutup saat pasien menelan.
Udara dimasukkan lewat hidung memakai balon Politzer berujung bulat. Kateterisai tuba uestachius
secara langsung merupakan prosedur yang lazim dilakukan dimasa lalu, namun kini jarang
dikerjakan.
Sekresi telinga tengah akan dialirkan ke nasofaring melalui tuba eustachius yang berfungai normal.
Jika tuba terbumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telingah tengah. Sumbatan yang
lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang makin memperberat masalah. Bila tak
dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi.
Dengan demikian, cairan dapat didrainase melalui tuba eustachius.
Karena selalu tertutup, tuba dapat melindungi telinga tengah dari kontaminasi sekresi telinga tengah
dan organisme patogenik. Proteksi normal ini dapat terganggu akibat menghembus hidung yang
terlalu kuat atau terus menerus mengendus-ngenduskan sehingga organisme dapat masuk ke telinga
tengah.
Gangguan pada tuba antara lain berupa tuba paten abnormal, mioklonus palatum, obstruksi tuba
dan palatoskisis.
tuba paten abnormal
suatu tuba eustachius yang paten abnormal selalu terbuka sehingga udara dapat masuk ke
dalam telinga tengah selama respirasi. Riwayat penderita biasanya mengungkapkan adanya
kehilangan berat badan yang nyata, dimana jaringan adiposa disekitar muara tuba ikut menghilang.
Penyakit kronik lain dan gangguan otot tertentu juga dapat disertai kelainan ini. Sejumlah wanita
yang menggunakan pil KB dan pria yang mendapat estrogen juga telah diamati memilki tuba yang
paten. Kondisi ini dapat menimbulkan OTOFONI (mendengar suara pernapasan), suatu sensasi
penuh atau rasa tersumbat dalam telinga. Pada pemeriksaan otoskopi, pasien diminta bernapas
keras melalui hidung sementara mulut ditutup. Membrana timpani pasien ini tampak atrofik dan
tipis serta akan bergerak keluar masuk bersama respirasi, suatu tanda yang amat diagnostik.
Berbeagai prosedur dapat dilakukan untuk menyumbat tuba pada ujung faringnya. Suatu metode
sederhana yang efektif untuk koreksi kelainan ini adalah memasukkan suatu tuba ventilasi melalui
membrana timpani untuk mengurangi efek-efek yang mengganggu.
Mioklonus palatum
Merupakan suatu kondisi yang jarang dijumpai, dimana otot-otot palatum mengalami kontraksi
ritmik secara berkala. Akibatnya berupa bunyi klik pada ujung telinga pasien dan mungkin dapat pula
didengar pemeriksa. Kendatipun penyebab pastinya belum diketahui, kelainan ini telah dikaitkan
denga lesi vasiklar, sklerosis multipel, aneurisma arteri vertebralis, tumor dan berbagai lesi dibatang
otak atau serebellum. Pengobatan biasanya tidak diperlukan, namun kadangkala dipertimbangkan
insisi otot tensor timpani telinga tengah.
Obstruksi tuba
OTE dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuki peradangan, seperti nasofaringitis
atau adenoiditis. Bila suatu tumor nansofaring menyumbat tuba, temuan klinis pertama berupa
cairan dalam telinga tengah. Karena itulah pada setiap pasien dengan dengan otitis media serosa
kronik unilateral, perlu dipertimbangkan kemungkinan karsinoma nasofaring. Obstruksi dapat pula
disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior untuk pengobatan epistaksis atau trauma
mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.
Prosedur operasi yang mengganggu otot tensor veli palatini juga dapat berakibat disfungsi tuba
secara permanen, sekalipun tidak sungguh-sungguh menyebabkan obstruksi. Prosedur tersebut
antara lain beruapa pembedahan agresif untuk mengangkat tumor disekitar lempeng pterigoideum.
Palatoskisis
P dapat menyebabkan disfungsi tuba akibat hilangnya penambat otot tensor veli palatini. Pada
palatoskisis yang tidak dikoreksi, otot menjadi terhambat dalam kontraksinya untuk membuka tuba
pada saat menelan. Ketidakmampuan tuba untuk membuka ini menyebabkan ventilasi telinga
tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan. Penanganan otologik memerlukan
pengobatan penyakit telinga secara dini. Adenoidektomi pada palatoskisis atau pasien dengan suatu
celah submukosa sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan disfungsi palatum, suara sengau
dan regurgitasi cairan kedalam nasofaring.
Barotrauma
Adalah kerrusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi pada saat menyelam
atau saat terbang. Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas dalam
ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena
ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh
(telinga tengah, paru2) menjadi ruang tertutup dengan buntunya jaras-jaras ventilasi normal.
Barotrauma yang terjadi pada telinga tengah dikarenakan rumitnya fungsi tuba. Tuba secara normal
selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap dan manuver
valsaca. Tekanan yang meningkat perlu diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan
yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan
lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui
tuba. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan tuba menjadi
tertekan sehingga menyebabkan bagian kartilaginosa tuba menciut jika perbedaan tekanannya
terlalu besar dan jika tidak ditambahkan udara melalui tuba, maka telinga tengah dan jaringan
disekitarnya akan rusak. Mula-mula membran timpani akan tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan
membran teregang dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga nampak gambaran
injesi dan bula hemoragik pada gendang telinga. Dengan makin meningkatnya tekanan, pembuluh
darah kecil pada mukosa telinga tenah juga akan berdilatasi dan pecah menimbulkan
hemotimpanum. Tekanan yang tinggi dapat menyebakan ruptur membrana timpani.
Gangguan pada rantai osikula
A. Kelainan kongenital
Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara kongenital.
Karena berasal dari arkus brankialis pertama dan kedua, maka kelainan osikula seringkali
disertai anomali perkembangan lainnya dari kedua arkus ini (sindrom-sindrom), misalnya
sindrom Treacher-Collins, yaitu stenosis telinga kongenital dengan disostosis
maksilofasial. Deformitas osikuladapat pula terjadi secara sendiri. Bentuk yang paling
umum adalah hilangnya sebagian inkus dan fiksasi stapes. Terdapat berbagai bentuk
stenosis kongenital. Anak-anak ini dapat terlahir tanpa pinna atau dengan pinna
rudimenter (mikrosia). Secara umum, deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas
pada membrana timpani dan telinga tengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Liang
tengah dapat sama sekali tiidak berkembang, atau berujung buntu atau tumbuh dengan
penyempitan konsentris. Deformitas osikula secara terpisah biasanya dapat diperbaiki
dengan pembedahan. Bila stapes terfiksasi, maka tindakan stapedektomi dengan
penggantian prostesis dapat memulihkan pendengaran (George 1997).
B. Otosklerosis
Suatu penyebab umum tuli konduktif pada orang dewasa adalah otosklerosis.
Otosklerosis merupakan suatu sifat autosomal dominani yang terjadi pada pria maupun
wanita, dan mulai menyebabkan tuli konduktif progresif pada awal masa dewasa. Pasien
mengalami gejala-gejala pada akhir usia belasan atau awal 20-an. Meskipun biasanya
bilateral. Otosklerosis dapat pula unilateral. Secara histologis, otosklerosis cukup lazim
terjadi pada hampir 10 persen populasi. Namun, hanya persentasi kecil yang kemudian
bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan pendengaran. Kelainan ini merupakan
penyakit labirin tulang di mana terbentuk suatu daerah otospongiosis (tulang lunak)
terutama di depan dan di dekat kaki stapes, sehingga kaki stapes menjadi terfiksasi.
Sekalipun gangguan terutama bersifat konduktif, namun dengan perjalanan waktu akan
terjadi gangguan sensorineural akibat otosklerosis koklea.
Pasien biasanya mengeluh kehilangan pendengaran bila mencapai tingkat 40 dB atau
lebih. Alat diagnostik dokter pada pusat kesehatan primer adalah garputala 512 Hz, yang
akan menunjukkan uji Rinne negatif. Oleh pasien, hantaran tulang terdengar lebih keras
dari hantaran udara. Uji Weber sangat membantu, dan akan positif pada telinga dengan
otosklerosis unilateral, atau pada telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat.
Membrana timpani tampak normal, namun kadang-kadang berwarna merah muda atau
oranye akibat otospongiosis vaskular dalam telinga tengah terlihat melalui membrana
timpani (tanda Schwartze positif). Prosedur bedah menawarkan suatu kesempatan yang
sangat baik untuk memulihkan pendengaran, namun sangat tergantung pada fungsi
koklea. Komplikasi utama pasca bedah adalah ketulian sensorineural.
C. Trauma telinga tengah
Perforasi membrana timpani dapat disebabkan perubahan tekanan mendadak-
barotrauma, trauma ledakan, atau karena benda asing dalam liang telinga (aplikator
berujung kapas, ujung pena, klip kertas dll.). gejalanya antara lain nyeri, sekret berdarah
dan gangguan pendengaran (suara-suara terdengar seperti sedang berada dalam tong).
Perforasi traumatik yang bersih dirawat dengan melindungi telinga dari air dan
pemberian antibiotik sistemik bila ada nyeri atau peradangan. Umumnya perforasi yang
bersih tanpa komplikasi akan sembuh dengan sendirinya. Jika tidak sembuh spontan,
maka perbaikan biasanya dapat dilakukan di tempat praktek dengan merapikan ujung-
ujung robekan dan menempelkan salah satu materi yang cocok untuk menambal. Jika
tindakan ini tidak efektif, mungkin diperlukan miringoplasti yang lebih formal.
Perforasi yang terkontaminasi seperti yang terjadi sewaktu jatuh saat berolahraga ski
air, diobati dengan tetes telinga antibiotik karena selalu terjadi infeksi dan pembentukan
sekret. Tidak dilakukan usaha-usaha menutup perforasi sampai infeksi dapat diatasi.
Perforasi akibat serpihan besi yang panas seperti yang dialami tukang las, khususnya
sangat nyeri dan sukar ditutup dengan cara-cara yang lazim. Kauterisasi panas yang
terjadi pada jaringan sekitarnya mencegah penutupan membrana timpani secara spontan.
Yang perlu benar-benar diperhatikan adalah perforasi yang menyebabkan cedera
rantai osikula. Cedera ini perlu dicurigai bila didapatkan kehilangan pendengaran (> 25
dB) dan vertigo, dan bukannya nyeri dan sensasi bunyi menggaung. Perforasi mungkin
pada kuadran posterior superior. Adanya vertigo dan kehilangan pendengaran sungguh
merupakan keadaan gawat darurat telinga, dan perlu segera dilakukan eksplorasi telinga
tengah dan rantai osikula. Dapat ditemukan stapes yang tergeser atau mengalami
subluksasi. Mungkin stapes perlu dikembalikan pada fenestra ovalis atau bahkan perlu
dilakukan stapedektomi. Vertigo mungkin dapat diatasi, tetapi pulihnya pendengaran tak
dapat dipastikan.
Trauma ledakan dalam jarak dekat terutama cenderung menimbulkan sekuele jangka
panjang. Ruptur sedemikian hebatnya sehingga tidak hanya terbatas pada membrana
timpani, namun partikel-partikel epitel skuamosa menjadi tersebar dalam telinga tengah.
Osikula dapat terdorong cukup jauh. Hasil akhir tergantung pada derajat trauma, namun
mungkin berupa pengeluaran sekret yang terus menerus dan pembentukan kolesteatoma
di kemudian hari.
Otitis media supuratif akut
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang banyaknya
flora organisme yang ada dalam nasofaring dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidaase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini pada saat menelan. Otitis
media akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai pelengkap mekanisme
pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler subepitel yang penting menyediakan pula
faktor-faktor humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba
eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut. Dengan demikian
hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri, dan spesies bakteri yang tidak biasanya
patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga tengah, menyerang jaringan dan menimbulkan
infeksi. Kendatipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus, namun sebagian
besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang seringkali
ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan streptokokus
beta-hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab
tersering pada semua kelompok umur. H. Influenzae adalah patogen yang sering ditemukan
pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa.
Gejala klinis otitis media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang-
kadang nyeri kepala disamping nyeri telinga; khususnya pada anak dapat terjadi anoreksia
dan kadang-kadang mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun dapat pula
tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian membran timpani secara khas
menjadi merah dan menonjol. Secara ringkas dapat dikatakan terdapat abses telingah tengah.