Anda di halaman 1dari 35

1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


I. JUDUL SKRIPSI
PENERAPAN MODEL ACTI VE LEARNI NG MELALUI
EKSPERIMEN INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN
HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII .

II. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2). Sedangkan menurut
Permendiknas No. 41 tahun 2007, pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran terdapat dua posisi subyek, yaitu guru dan siswa. Guru
mempunyai posisi sebagai pengajar dan siswa adalah pihak yang diajar.
Pembelajaran di kelas diharapkan berorientasi pada PAIKEM yaitu
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah
satu aspek yang ditonjolkan adalah aktifnya siswa. Siswa yang terlibat aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran akan memperoleh hasil belajar yang
maksimal.
2

Active learning is generally defined as any instructional method
that engages students in the learning process. In short, active learning
requires students to do meaningful learning activities and think about what
they are doing(Prince, 2007). Active Learning lebih menekankan pada
suatu pembelajaran yang membuat siswanya melakukan aktivitas belajar
yang bermanfaat dan berpikir tentang apa yang siswa lakukan.
According to Silberman (1998), when learning is active, the
student are doing most of the work; and their brains are studying ideas,
solving problems and applying what they are learning. Often the students
are up and out of their seats, collaborating with others, thinking aloud and
doing most of the work. The teacher becomes a facilitator of the students
learning and the focus shifts from teaching to learning (Yerigan, 2008).
Ketika Active Learning, siswa bukan lagi sebagai obyek
melainkan subyek yang mencari informasi, mencari sumber belajar,
membangun pengetahuan berdasarkan apa yang siswa lakukan, apa yang
siswa lihat, dan apa yang siswa dengar. Dalam Active Learning, guru hanya
sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar siswa.
Jika siswa aktif maka hal itu menunjukkan bahwa siswa tertarik pada
materi yang dipelajari sehingga aktivitas belajar dalam kelas pun akan
meningkat dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat pula. Active
Learning ini memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menemukan
beberapa konsep dengan berbagai alternatif yang berbeda antar siswa
sehingga siswa akan terbiasa untuk berpikir kreatif.
Salah satu proses pembelajaran yang sekarang sedang
berkembang dan sesuai dengan hakikat sains dan berdasarkan pada teori-
teori yang dikembangkan oleh Bruner, Ausubel dan Piaget adalah
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun
mental dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran inkuiri dapat
dikembangkan dengan metode demonstrasi dan metode eksperimen.
Metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat memberi kesempatan
3

kepada siswa untuk mengamati secara cermat dan memberi gambaran
secara langsung tentang apa yang dipelajari serta menumbuhkan sikap
ilmiah. Sedangkan metode eksperimen menekankan suatu cara belajar
mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dari hasil percobaan itu. Dalam metode
eksperimen diharapkan peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta
informasi atau data yang diperoleh, melatih peserta didik mencari,
mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.
Menurut Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 salah satu
standar kompetensi dalam pembelajaran fisika di SMP adalah hukum
newton. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan berpikir kreatif
diperlukan oleh siswa yaitu ketika siswa harus menemukan konsep
mengenai gaya dengan berbagai percobaan yang menuntut siswa berpikir
secara kreatif untuk memahami konsep hukum newton .
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin
mencoba menjadikan model pembelajaran Active Learning sebagai salah
satu cara membuat pembelajaran fisika lebih menarik yang melibatkan
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran di kelas melalui penelitian
yang berjudul PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING MELALUI
EKSPERIMEN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR SISWA
SMP KELAS VIII .

III. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang
diteliti adalah:
1. Apakah active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP kelas VIII?
4

2. Apakah active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMP kelas VIII?

IV. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP kelas
VIII setelah diterapkan model Active Learning melalui eksperimen
inkuiri terbimbing.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SMP kelas VIII setelah
diterapkan model Active Learning melalui eksperimen inkuiri
terbimbing.

V. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Bagi Guru
a. Memberikan masukan agar pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan dan kedekatan dengan
siswa.
b. Mengembangkan kreativitas guru dalam melakukan pembelajaran.
Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik
d. Melatih kemampuan berpikir kreatif.
Bagi peneliti
Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
penelitian selanjutnya.
5

VI. PENEGASAN ISTILAH
a. Active Learning
Meyer & Jones (1993) dalam Kennedy (2007) mengemukakan
bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar,
menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan
mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan
satu topik yang sedang dipelajari.
b. Eksperimen Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing atau inkuiri yang terarah adalah inkuiri yang
banyak dicampuri oleh guru. Selama proses inkuiri guru memberi
petunjuk kepada siswa melalui prosedur yang lengkap dan berbagai
pertanyaan membimbing yang menunjukkan langkah-langkah kegiatan
laboratorium (Suparno, 2007:68)
c. Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya
pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Munandar,
1992:48). William dalam Munandar (1992:88) mengemukakan bahwa
kemampuan berpikir kreatif terdiri dari kemampuan menghasilkan
banyak jawaban (berpikir lancar), kemampuan melihat masalah dari
sudut pandang yang bervariasi (berpikir luwes), menghasilkan jawaban
yang khas (berpikir orisinal), memperinci jawaban ( elaborasi) dan
evaluasi.
d. Hasil Belajar
Menurut KBBI, hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha,
perolehan atau akibat. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu. Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Hasil belajar dalam penelitian ini
6

yang diukur adalah hasil belajar pada aspek kognitif siswa melalui tes
tertulis.

VII. LANDASAN TEORI
a. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Morgan (1978) dalam
Sagala (2010:13) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Perhatian utama belajar adalah kemampuan siswa untuk
menangkap informasi tentang ilmu yang diterimanya dalam belajar.
Menurut Sagala (2010:14) ada beberapa ahli mengemukakan
pandangan yang berbeda terhadap pengertian belajar, yaitu:
1) Belajar Menurut Pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progressif. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
2) Belajar Menurut Pandangan Gagne
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Belajar juga terjadi bila suatu stimulus bersama dengan ingatan
mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu
7

sebelum siswa mengalami situasi itu ke waktu setelah siswa
mengalami situasi itu tadi.
3) Belajar Menurut Pandangan Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak-anak adalah anak mempunyai struktur mental yang
berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang
dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas
untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia
sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut
mengenai belajar, meskipun diantara mereka para ahli tersebut ada
perbedaan mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit
maupun emplisit diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu
definisi maupun konsep belajar itu selalu menunjuk kepada suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek
atau pengalaman tertentu.
Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu
membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan,
perubahan tingkah laku pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan
perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3) yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan
tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak
sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena
orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
8

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Misalnya jika seseorang anak belajar menulis, maka ia akan
mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat
menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan
menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang
terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi
hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,
bersin, menangis, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam
arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat
menetap atau permanen yang berarti bahwa tingkah laku yang
terjadi setelah belajar akan menetap. Misalnya kecakapan seorang
anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang
begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin
berkembang kalau terus dipergunakan.
9

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Pebuatan belajar terarah kepada peubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang
belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin
dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan
mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar
yang akan dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang
telah ditetapkannya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu
proses balajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika
seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling
tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia
telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara
kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, atau
pengetahuan tentang alat-alat sepeda.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada enam ciri-ciri
perubahan tingkah laku yang terdapat dalam pengertian belajar, yaitu
perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan yang bersifat kontinu
dan fungsional, perubahan yang bersifat positif dan aktif, serta
perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku seseorang.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan perlengkapan, serta
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran (Hamalik, 2008:57). Unsur manusiawi diantaranya siswa,
10

guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Unsur material
diantaranya buku-buku, alat tulis, papan tulis, kapur, dan sebagainya.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio
visual, komputer, laboratorium dan sebagainya. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, waktu, belajar, ujian dan
sebagainya. Menurut Briggs dalam Sugandi (2004:9), pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua
kegiatan yaitu guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan
bagaimana siswa harus belajar dan siswa belajar bagaimana belajar
yang baik melalui berbagai pengalaman belajar sehingga mengalami
perubahan dalam dirinya. Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah
laku siswa berubah ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar dan pembelajaran adalah suatu konsep yang tidak
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus
dilakukan siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku dan
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
siswa agar tingkah laku siswa berubah. Dalam kegiatan pembelajaran,
guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif sehingga siswa
mengalami perubahan tingkah laku.
b. Active Learning
Pembelajaran aktif umumnya didefinisikan sebagai berbagai
metode instruksional yang mengikutsertakan siswa dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran aktif (Active Learning) menginginkan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berarti dan berfikir
11

tentang apa yang mereka lakukan. Strategi pembelajaran aktif dapat
dilakukan dimanapun dari 5 menit sampai beberapa jam. Dapat
disesuaikan untuk banyaknya waktu, ukuran kelompok, umur siswa,
lingkungan atau topik. Ketika menerapkan strategi pembelajaran aktif,
terdapat beberapa faktor untuk pertimbangan. Pertama, aktivitas
membutuhkan tempat, guru harus selalu berpindah mengelilingi ruang
kelas, berhenti pada kelompokkelompok. Jika guru ingin siswa
mengetahui materi pelajaran, guru harus memberi kesempatan pada
siswa untuk mengajar materi pelajaran tersebut atau mengajak siswa
belajar tanpa guru. Kedua, siswa harus selalu dikembalikan pada
kelompok besar setelah aktivitas.
Active learning is engaging students in doing something besides
listening to a lecture and taking notes to help them learn and apply
course material menurut Berk (2003) dalam Yerigan (2008).
Pembelajaran aktif mengajak siswa siswa melakukan sesuatu
disamping mendengarkan guru dan mencatat untuk membantu mereka
belajar dan mengaplikasikan materi pelajaran.
Meyer & Jones (1993) dalam Kennedy (2007) mengemukakan
bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar,
menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan
mengenai isi pelajaran, ide ide, dan berbagai hal yang berkaitan
dengan satu topik yang sedang dipelajari.
Menurut Silberman, ketika belajar adalah aktif, siswa melakukan
banyak aktivitas, dan otak siswa belajar berfikir, menyelesaikan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Menurut penelitian Yerigan ditemukan bahwa selama pelajaran
dimana strategi pembelajaran aktif diterapkan, kualitas siswa
meningkat rata rata 12%. Lebih dari 75% dari seluruh siswa
meningkat keberhasilannya minimal pada satu jenis mata pelajaran.
12

Dengan tambahan, pemahaman jangka panjang siswa pada topik yang
diberikan dengan tehnik pembelajaran aktif harus ditingkatkan.
Dilaporkan bahwa partisipasi siswa meningkat ratarata 75%. Siswa
yang sebelumnya menikmati berinteraksi dengan teman sebaya secara
dramatis meningkatkan interaksi mereka. (Yerigan, 2008)
c. Eksperimen Inkuiri Terbimbing
Menurut Suparno (2007:68), inkuiri terbimbing yaitu pendekatan
inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-
tahap pemecahannya.
Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kemampuan berpikir
rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak
memonopoli kegiatan. Pernyataan dan pertanyaan pengarah selain
dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan
yang terdapat dalam LKS (Lembar Kerja Siswa). Agar siswa
mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh
guru.
Piaget mengemukakan bahwa model inkuiri adalah model yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin mencari jawaban
sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan
yang lain, kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan
yang ditemukan siswa lainnya.

13

d. Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif atau berpikir divergen adalah kemampuan
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah
yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman
jawaban (Munandar, 1992:48). Menurut Feldhusen (1995:31), berpikir
kreatif adalah proses memodifikasi gagasan dari pengetahuan yang
telah ada dengan membentuk atau memunculkan pemikiran baru
melalui imajinasi intelektual. Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan memodifikasi
gagasan baru dari pengetahuan yang telah dimiliki untuk menemukan
banyak kemungkinan jawaban dari suatu masalah.
Berpikir kreatif merupakan aspek kognitif dari kreativitas.
Menurut William sebagaimana dikutip Munandar (1992:88)
mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif terdiri dari
kemampuan menghasilkan banyak jawaban (berpikir lancar),
kemampuan melihat masalah dari sudut pandang yang bervariasi
(berpikir luwes), menghasilkan jawaban yang khas (berpikir orisinal),
memperinci jawaban (elaborasi) dan evaluasi. Dalam penelitian yang
akan dilakukan, kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan
menyelesaikan permasalahan fisika dan aspek yang diukur adalah
berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, dan elaborasi.
Reid dan Petocz (2004:48) mengemukakan kreativitas sebagai
komponen lingkungan dan dibentuk melalui lingkungan social.
Implikasinya dalam pembelajaran yaitu pendidik perlu mengubah
lingkungan untuk mendukung proses kreatif baik secara individu
maupun kelompok.
e. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa
setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Perolehan aspek-
14

aspek perubahan perilaku yang dicapai tersebut tergantung apa yang
dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan
perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas
belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar merupakan hal penting karena dapat
dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar
dimaksudkan untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah
menguasai materi yang dipelajari atas bimbingan guru. Klasifikasi hasil
belajar menurut Benyamin S Bloom dalam Anni (2006:27) secara garis
besar membagi hasil belajar dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Pada penelitian ini peneliti hanya akan
meneliti ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
f. Tinjauan materi
Hukum Newton merupakan salah satu materi yang harus disampaikan
pada kelas VIII semester 2. Hukum Newton ada 3 yaitu:

a. Hukum I Newton
Suatu benda dapat bergerak hanya jika diberi gaya yang menarik atau
mendorong secara terus menerus. Sebuah benda (mobil-mobilan) didorong
dengan cepat kemudian dilepaskan, lama-kelamaan akan berhenti karena
adanya gesekan dengan lantai. Seandainya gaya gesekan dihilangkan,
maka mobil-mobilan akan bergerak tanpa henti.
Sir Isaac Newton menyatakan dalam hokum pertamanya yang
berbunyi:
15

Bila total gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol atau
tidak ada gaya yang bekerja pada benda, maka setiap benda akan
bergerak terus dengan kelajuan tetap pada lintasan lurus (gerak lurus
beraturan) atau tetap diam
Secara matematik Hukum I Newton dinyatakan dalam bentuk skalar:


Dengan: F = total gaya
a = percepatan
Dalam hal a = 0, berarti v = 0 (untuk benda yang diam) atau v = tetap
(untuk benda yang bergerak lurus beraturan).
Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya. Sifat ini disebut kelembaman atau inersia.
Hukum I Newton disebur juga hukum kelembaman.
Benda yang diam di atas meja





Karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah mendatar maka

Benda tidak bergerak dalam arah tegak, berarti


N W = 0 atau N = W
N = gaya normal atau gaya tekan meja pada benda (newton)
F = 0 atau a = 0
N

W
Gb. 1.1 Benda diam di atas meja
16

W = m.g = gaya berat (newton)
b. Hukum II Newton
Suatu benda dalam keadaan diam mendapat pengaruh suatu gaya,
maka benda akan mengalami perubahan suatu kecepatan tiap waktu atau
pada benda akan timbul percepatan. Jumlah gaya-gaya yang
mempengaruhi benda atau total gaya dapat berupa gaya tunggal atau
gabungan.

a



Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada
sebuah benda sebangding dengan gaya total, searah dengan gaya total
dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Hukum II Newton dirumuskan:


dengan : F = gaya total
m = massa
a = percepatan
c. Hukum III Newton
Suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda selalu berasal dari benda
lain. Jadi suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi antara dua gaya atau
lebih. Kita dapatkan jika sebuah benda melakukan gaya pada benda lain,
benda kedua selalu melakukan gaya balasan pada benda pertama. Satu
gaya disebut aksi dan gaya lain disebut gaya reaksi.
m
F m
17


Hukum III Newton menyatakan:
Jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua, maka
benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan.



VIII. KERANGKA BERPIKIR
Pendidikan saat ini cenderung mengalami pergeseran filosofi
pembelajaran yaitu dari paradigma tranmisi pengetahuan dari guru menuju
aktivitas kelas yang berpusat pada pembelajar. Selain itu, tantangan masa
depan menuntut pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif. Fakta yang ada di lapangan, pembelajaran masih bersifat informatif,
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran masih
menekankan pada aktivitas mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.
Hal ini berakibat pada pembatasan kemampuan berpikir dan nilai fisika
yang rendah.
Model active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing
dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Melalui
model ini, siswa akan terlibat langsung dalam pembelajaran melalui
aktivitas masalah. Akan tetapi, efektivitas model active learning melalui
eksperimen inkuiri terbimbing dalam kegiatan pembelajaran memerlukan
penelitian lebih lanjut. Untuk itu perlu dibuat terlebih dahulu perangkat
penelitiannya dengan membagi 2 kelas yaitu menggunakan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
=
18

Kelas eskperimen menggunakan model active learning melalui
eksperimen inkuiri terbimbing dan kelas kontrol menggunakan model
diskusi. Variabel dalam penelitian meliputi model active learning melalui
eksperimen inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas sedangkan untuk
variabel terikatnya adalah meningkatnya berpikir kreatif dan hasil belajar
siswa. Desain penelitian control group pretest-posttest.
Sebelum diberikan perlakuan kedua kelas diberi pretest dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kedua kelas diberi perlakuan
berbeda, kelas eskperimen menggunakan model active learning melalui
eksperimen inkuiri terbimbing sedangkan kelas kontrol menggunakan
model diskusi. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelas ini
diberikan posttest . Dari pretest dan posttest, dapat diketahui sejauh mana
keefektifan penerapan model active learning melalui eksperimen inkuiri
terbimbing yang diteliti. Berikut skema kerangka berpikir penelitian:














19





























model active learning melalui
eksperimen inkuiri terbimbing
Pembelajaran dengan
model diskusi
Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Fakta
Pembelajaran bersifat informatif
Siswa kurang aktif
Hasil belajar rendah
pretest
Alternative model
pembelajaran
Siswa menguasai konsep dan
aktif dalam pembelajaran
Siswa kurang mengusai konsep dan
kurang aktif dalam pembelajaran
Peningkatan kemampuan berpikir
kreatif dan hasil belajar siswa
Kurang mengalami
peningkatan
Hipotesis benar
20



IX. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. Ho : peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang diajar
menggunakan model active learning melalui eksperimen
inkuiri terbimbing lebih kecil atau sama dengan yang diajar
dengan model diskusi.
Ha : peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang diajar
menggunakan model active learning melalui eksperimen
inkuiri terbimbing lebih besar daripada yang diajar dengan
model diskusi.
2. Ho : peningkatan hasil belajar siswa SMP yang diajar menggunakan
model active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing
lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model diskusi.
Ha : peningkatan hasil belajar siswa SMP yang diajar menggunakan
model active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing
lebih besar daripada yang diajar dengan model diskusi.

X. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Obyek Penelitian
1) Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VIII semester 2 SMP 19 Tegal tahun pelajaran 2012/2013
yang terdiri dari 6 kelas dan 199 siswa.
2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari yang diteliti
(Arikunto,2002:109). Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini
21

menggunakan teknik random sampling. Dengan menggunakan teknik
random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel yang akan
menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
.
3) Variabel Penelitian
Variabel yang diungkap dalam penelitian ini meliputi dua variabel,
yaitu:
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2002: 3).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
active learning melalui eksperimen inkuiri terbimbing.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2002: 3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
peningkatan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa.
B. DESAIN PENELITIAN
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah control
group pretest-posttest. Pola desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:



Keterangan:
Kelompok Pretest Perlakuan postest
E 0
1

0
3
K 0
2

0
4
22

E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
0
1
dan 0
2
= pretest sebelum penelitian
0
3
dan 0
4
= posttest sesudah penelitian

= penelitian dengan model active learning melalui


inkuiri terbimbing

= penelitian dengan model diskusi


Dengan desain ini nantinya akan dapat dilihat pencapaian hasil
pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Arikunto,
2006: 86)
C. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.
1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-
data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama siswa yang
menjadi sampel penelitian dan daftar nilai fisika kelas VIII semester
gasal tahun pelajaran 2012/2013 yang digunakan untuk keperluan
pengambilan sampel yaitu menguji normalitas dan homogenitas dari
populasi
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 2006: 150). Instrumen yang berupa tes pada
metode tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar
dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2006: 223).
Dalam penelitian ini digunakan tes uraian yang bertujuan untuk
23

mendapatkan data penguasaan konsep siswa. Tes diberikan kepada
kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan data awal
dan data akhir tentang hasil belajar. Tes yang diberikan kepada
kedua kelas menggunakan alat tes yang sama sehingga hasilnya
dapat digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Cara pemberian
skor pada instrumen tes uraian adalah jawaban benar bernilai 1-4 dan
bernilai 0 jika tidak menjawab
c. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistem
(Arikunto, 2006: 30). Dalam hal ini observasi digunakan untuk
mengamati beberapa aktivitas dan penampilan siswa dalam proses
belajar mengajar. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi
partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi
dalam pada hal ini pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan
kelompok yang sedang diamati. Dengan demikian pengamat dapat
menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang
dalam kelompok yang diamati. (Arikunto, 2006: 30-31).
Cara pemberian skor pada teknik ini adalah :
Skor 1 jika memenuhi 1 kriteria penilaian
Skor 2 jika memenuhi 2 kriteria penilaian
Skor 3 jika memenuhi 3 kriteria penilaian
Skor 4 jika memenuhi 4 kriteria penilaian atau semua kriteria
terpenuhi

2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya
24

lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160).
Sebelum alat pengumpulan data yang berupa tes uraian digunakan untuk
pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hasil uji coba
dianalisis untuk mengetahui apakah memenuhi syarat sebagai alat
pengambil data atau tidak. Dalam penelitian ini instrumen yang dibuat
adalah
a. Silabus
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran
c. LKS berbasis inkuiri terbimbing
d. Soal pretest dan posttest
e. Lembar observasi
Adapun langkah-langkah persiapan uji coba instrumen adalah sebagai
berikut:
a) Materi dan Bentuk Instrumen
Materi yang digunakan adalah materi pelajaran fisika kelas
VIII semester 2 pokok bahasan hukum newton dengan merujuk pada
silabus dan kurikulum yang berlaku. Bentuk instrumen yang
digunakan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, LKS,
soal pretest, soal posttest, dan lembar observasi unjuk kerja. Soal-
soal pretest dan posttest yang digunakan pada penelitian yang akan
dilaksanakan ini adalah tes uraian.
b) Metode Penyusunan Instrumen Uji Coba
Langkah-langkah penyusunan instrumen uji coba adalah sebagai
berikut:
a. Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan
instrumen dengan kurikulum. Dalam hal ini adalah materi bidang
studi fisika pokok bahasan hukum newton.
25

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu silabus, RPP, LKS, soal
pretest dan posttest dan lembar observasi unjuk kerja.
c. Merancang soal uji coba.
1) Menentukan tipe atau bentuk tes. Tipe tes yang digunakan
berbentuk uraian.
2) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang
disediakan.
3) Menyusun soal pretest dan posttest.
d. Merancang kegiatan eksperimen inkuiri terbimbing
c) Tahap Uji Coba Instrumen
Setelah instrumen tersusun rapi, langkah selanjutnya adalah
melakukan konsultasi kepada ahli (dosen pembimbing 1, dosen
pembimbing 2, guru SMP). Sedangkan uji coba soal tes dilakukan
pada siswa diluar sampel penelitian yang telah mendapatkan materi
gaya yaitu kelas SMP N 19 Tegal. Tujuan uji coba adalah untuk
mengetahui apakah soal layak digunakan sebagai alat pengambilan
data atau tidak. Indikatornya adalah dengan menghitung validitas,
reliabilitas, dan tingkat kesukaran.
XI. METODE ANALISIS INSTRUMEN
a. Analisis Instrumen
1. Uji validitas tes
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Rumus untuk menguji validitas adalah:


()()
*

()

+ *

()

+


26

Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : jumlah siswa
X : skor item
Y : skor total
XY : jumlah perkalian X dan Y
Dimana r
XY
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan.
(Arikunto, 2002: 146)

2. Uji reliabilitas tes
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk
menguji reliabilitas instrument berbentuk soal uraian digunakan
rumus Alpha yaitu :


-,

-
Dengan:
r
11
: reliabilitas intrumen
k : banyak butir soal

: jumlah varians butir

: varians total
Untuk mencari varians butir digunakan rumus:

()


Dengan N adalah jumlah siswa.
Setelah diperoleh koefisien realibilitas kemudian
dikonsultasikan dengan harga r product moment pada taraf 5%. Jika
27

harga

maka intrumen dapat dikatan reliabel dan


sebaliknya jika harga

maka dikatakan bahwa instrument


tersebut tidak reliabel.
(Arikunto, 2002: 171)

3. Taraf Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran yaitu angka yang menjadi indikator mudah
sukarnya soal bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal uraian
dapat dianalisis dengan rumus:


Keterangan:
P = indeks kesukaran

= jumlah seluruh skor

= skor maksimum
N = jumlah siswa
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
P < 0,30 adalah soal tergolong sukar
0,30 P 0,70 adalah soal tergolong sedang
P > 0,70 adalah soal tergolong mudah
( Surapranata, 2004: 21)
b. Analisis Data
Analisis data hasil penelitian akan dilakukan melalui dua tahap yaitu:
1. Tahap awal Penelitian
a. Uji homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakan kedua sampel yang digunakan (kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol) dapat diasumsikan memiliki kondisi awal yang
28

sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan
menyelidiki apakah kedua sampel mempunai varians yang sama
atau tidak. Hipotesis statistika sebagai berikut.
0
H =
2
2
2
1
o o = , artinya kedua kelas mempunyai varians sama.
1
H =
2
2
2
1
o o = , artinya kedua kelas mempunyai varians tidak
sama.
Untuk menguji homogenitas digunakan persamaan:



Kemudian menarik kesimpulan dengan membandingkan x
2
hitung

terhadap x
2
tabel
pada o=5% dan dk merupakan banyaknya kelas
dikurangi 1. jika x
2
hitung
< x
2
tabel
maka H
0
diterima. Hal ini berarti
kedua kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau dikatakan
homogen. (Sudjana, 2005: 261-263).
b. Uji normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang aakan di analisis berdistribusi normal. Jika data berdistribusi
normal maka digunakan analisis statistik parametrik. Rumus yang
digunakan untuk uji normalitas adalah uji chi kuadrat yaitu
sebagai berikut :



dengan

harga chi kuadrat


} log ). 1 ( ){ 10 (ln
) 1 ( ) (log
) 1 (
) 1 (
2 2
2
2
2
i i
i
i
i i
s n B x
n s B
n
s n
s
=
=


=
29

n
s
x
t
0

=

frekuensi data observasi

frekuensi yang diharapkan



Jika chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat table berarti
data yang diperoleh berdistribusi normal (Sugiyono, 2002: 79)
2. Tahap akhir
a. Uji ketuntasan hasil belajar

Kriteria secara individu :
Nilai > 72% = tuntas belajar
Nilai < 72% = tidak tuntas belajar
Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar secara klasikal
digunakan rumus

Keterangan :
= prosentase ketuntasan belajar klasikal
= jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar
= jumlah siswa seluruhnya
Apabila hasil belajar yang dicapai adalah 75% atau lebih, maka
dipandang telah tuntas belajar (Mulyasa, 2007: 99).
b. Analisis efektivitas terhadap nilai standar KKM
Adapun persamaannya seperti dalam Sudjana ( 2005:227)
adalah
sebagai berikut :

30


dengan
x = skor rata-rata
0
= Kriteria Ketuntasan Minimum
s = standar deviasi
n = jumlah siswa
t = tingkat keefektifan
Dengan = 5% dan dk = n-1 maka pembelajaran dikatakan efektif
jika t > -t
(1-a)(n-1)
dan dan tidak efektif jikat s -t
(1-a)(n-1)
.
c. Uji peningkatan hasil dan kemampuan berpikir kreatif
Uji peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif
dilakukan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar
kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diberi
metode pembelajaran. Gain peningkatan hasil belajar kognitif dan
kemampuan berpikir kreatif dapat dihitung dengan menggunakan
rumus gain ternormalisasi. Rumus gain ternormalisasi adalah
sebagai berikut:
pre
pre post
S
S S
g

=
0
0
100

Keterangan:
pre
S
= Skor rata-rata tes awal (%)
post
S
= Skor rata-rata tes akhir (%)
31

Kriteria faktor gain <g> :
tinggi jika g > 0,7
sedang jika 0,3 g 0,7
rendah jika g < 0,3
(Hake, 2002: 3)
d. Uji t
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test. Adapun
persamaannya sebagai berikut.
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
+

=
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2 1
2
n
s
n
s
r
n
s
n
s
x x
t

Keterangan
1
x
: nilai rata-rata kelompok eksperimen
2
x : nilai rata-rata kelompok kontrol
2
1
s : varian data pada kelompok eksperimen
2
2
s : varian data pada kelompok kontrol
s
1
: standart deviasi pada kelompok eksperimen
s
2
: standart deviasi pada kelompok kontrol
1
n
: banyaknya subyek pada kelompok eksperimen
2
n
: banyaknya subyek pada kelompok kontrol
r : korelasi antara dua sampel
(Sudjana, 2005: 239)

e. Analisis deskriptif persentase
32

Analisis deskriptif persentase digunakan untuk menganalisis data
kemampuan berpikir kreatif siswa. Langkah - langkah
menganalisis data yaitu sebagai berikut :

1. Membuat tabulasi data
2. Menghitung persentase data menggunakan rumus :

x 100%
Keterangan :
= persentase
skor yang diperoleh
jumlah seluruh skor
3. Mendeskripsikan persentase data secara kualitatif, dengan
cara :
a. Menentukan persentase skor ideal (skor maksimum) =
100%
b. Menentukan persentase skor terendah (skor minimum)
= 25%
c. Menentukan range persentase = 100% - 25% = 75%
d. Menentukan banyak interval yang dikehendaki
e. Menentukan lebar interval = 75% : 4 = 18,75%
f. Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval
Berdasarkan perhitungan di atas, maka criteria kualitatif untuk
kemampauan berpikir kreatif, dan aktivitas siswa dapat dilihat
pada table di bawah ini
Tabel. kriteria kemampuan berpikir kreatif
33

No Interval persentase Kriteria
1 81,25% x < 100% Sangat kreatif
2 62,5% x < 81,25% Kreatif
3 43,75% x < 62,5% Cukup kreatif
4 25% x < 43,75% Kurang kreatif

Tabel. Kriteria aktivitas siswa
No Interval persentase Kriteria
1 81,25% x < 100% Sangat aktif
2 62,5% x < 81,25% Aktif
3 43,75% x < 62,5% Cukup aktif
4 25% x < 43,75% Kurang aktif










34

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Anni, Tri Catharina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES Press
Feldhusen, John., 1995. Creativity: A Knowledge Base,Metacognitive Skills,
and Personality Factors. The Journal Of Creative Behavior. 29, 255-
268. Buffalo: The Creative Education Foundation.
Hake, Richard. 2002. Interactive Engagement Vs Traditional Methods: A Six-
Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory
Physics Courses. American Journal of Physics. 1-26
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Kennedy, Ruth. 2007. In-Class Debates: Fertile Ground for Active Learning
and the Cultivation of Critical Thinking and Oral Communication
Skills. International Journal of Teaching and Learning in Higher
Education. 19(2): 183-190
Prince,Michael. 2004 Does Active Learning Work? A Review of the
Research. International Journal of Teaching and Learning in Higher
Education. 93(3): 223-231
Mulyasa. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Munandar,utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
35

Reid, A. dan P. Petocz. 2004. Learning Domain and The Process of
Creativity. The Australian Educational Researcher. 31: 45-61
Sagala,S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugandi, Achmad dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabet

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &
Menyenangkan. Jogjakarta : Universitas Sanata Darma.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Intrepetasi
Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suyitno, A 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Yerigan, T. 2008. Getting Active In The Classroom. Journal of College
Teaching & amp; Learning. 5(6): 20-24.

Anda mungkin juga menyukai