Di seluruh dunia penyakit jantung pada anak terus menjadi masalah
kesehatan utama pada masyarakat. Baik itu penyakit jantung bawaan maupun yang didapat. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Terjadinya PJB masih belum jelas namun dipengaruhi oleh berbagai faktor. Terdapat kecenderungan timbulnya beberapa PJB dalam satu keluarga. Pembentukan jantung janin yang lengkap terjadi pada akhir trimester pertama potensial dapat menimbulkan gangguan jantung. ecara garis besar PJB dibagi dalam ! kelompok" PJB non#sianotik dan PJB sianotik.. $mpat hal paling sering ditemukan pada neonatus dengan PJB adalah sianosis% takipnea% frekuensi jantung abnormal dan bising jantung. Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik &ena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik &ena sistemik dan &ena pulmonalis. ianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan'kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari ( gram ). alah satu bentuk PJB sianotik yang paling banyak ditemukan adalah Tetralogi *allot. +ngka kejadiannya sekitar (#,) dari seluruh penyakit jantung bawaan. -elainan Tetralogi *allot mula#mula dilaporkan pada tahun ./,!% tetapi *allot pada tahun .000 menguraikan sekelompok penderita dengan stenosis pulmonal1 dekstro#posisi pangkal aorta1 defek septum &entrikel1 hipertrofi &entrikel kanan. -ecuali selama umur minggu#minggu pertama% Tetralogi *allot merupakan bentuk penyakit jantung utama yang menyebabkan sianosis. embilan persen bayi yang ditemukan dengan penyakit jantung berat pada umur tahun pertama menderita Tetralogi *allot (2%.3/#2%!(04.222 kelahiran hidup). PEMBAHASAN 2.1 Definisi Tetralogi fallot (T*) adalah kelainan jantung bawaan tipe sianotik. didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut " Defek eptum 5entrikel (5D) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga &entrikel tenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru% bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan +orta o&erriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari &entrikel kiri mengangkang sekat bilik% sehingga seolah#olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan 6ipertrofi &entrikel kanan atau penebalan otot di &entrikel kanan karena peningkatan tekanan di &entrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal . 7ambar .. 7ambaran kelainan jantung pada tetralogi *allot 2.2 Epidemiologi Tetralogi *allot timbul pada 8#/ per .2.222 kelahiran dan menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum &entrikel% defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten% atau lebih kurang .2#.( ) dari seluruh penyakit jantung bawaan. Diantara penyakit jantung bawaan sianotik% Tetralogi *allot merupakan !48 nya. Tetralogi *allot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri. +ngka kejadian antara bayi laki#laki dan perempuan sama. 2.3 Etiologi Pada sebagian besar kasus% penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. *aktor'faktor tersebut antara lain " *aktor endogen Berbagai jenis penyakit genetik " kelainan kromosom +nak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan +danya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus% hipertensi% penyakit jantung atau kelainan bawaan *aktor eksogen 9iwayat kehamilan ibu " minum obat#obatan tanpa resep dokter% (thalidomide% de:troamphetamine% aminopterin% amethopterin% jamu)% saat hamil mengkonsumsi alkohol (alkoholik)% menderita diabetes. ;bu menderita penyakit infeksi " rubella. Pajanan terhadap sinar '<. -elainan ini sering ditemukan pada bayi dengan kehamilan ibunya diatas usia =2 tahun. Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 32) kasus penyebab adalah multifaktor. +papun sebabnya% pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan% oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. Tetralogi *allot lebih sering ditemukan pada anak#anak yang menderita sindroma Down. 2.4 Patofisiologi >ulai akhir minggu ketiga sampai minggu keempat kehidupan intrauterin% trunkus arteriosus terbagi menjadi aorta dan +. Pulmonalis. Pembagian berlangsung sedemikian% sehingga terjadi perputaran seperti spiral% dan akhirnya aorta akan berasal dari posterolateral sedangkan pangkal +. Pulmonalis terletak antero#medial -esalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal (overriding), timbulnya infundibulum yang berlebihan pada jalan keluar &entrikel kanan% serta terdapatnya defek septum &entrikel karena septum dari trunkus yang gagal berpartisipasi dalam penutupan foramen inter&entrikel. Dengan demikian dalam bentuknya yang klasik% akan terdapat = kelainan% yaitu defek septum &entrikel yang besar% stenosis infundibular% dekstroposisi pangkal aorta dan hipertrofi &entrikel kanan. -elainan anatomi ini ber&ariasi luas% sehingga menyebabkan luasnya &ariasi patofisiologi penyakit. ecara anatomis Tetralogi *allot terdiri dari septum &entrikel subaortik yang besar dan stenosis pulmonal infundibular. Terdapatnya dekstroposisi aorta dan hipertrofi &entrikel kanan adalah akibat dari kedua kelainan terdahulu. Derajat hipertrofi &entrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke septum. Derajat overriding ini lebih mudah ditentukan secara angiografis daripada waktu pembedahan atau otopsi. -lasifikasi overriding menurut -jellberg" (.) Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke belakang &entrikel kiri1 (!) Pada overriding !() sumbu aorta ascenden ke arah &entrikel sehingga lebih kurang !() orifisium aorta menghadap ke &entrikel kanan1 (8) Pada overriding (2) sumbu aorta mengarah ke septum sehingga (2) orifisium aorta menghadap &entrikel kanan1 (=) Pada overriding ,() sumbu aorta asdenden mengarah ke depan &entrikel kanan% septum sering berbentuk kon&eks ke arah &entrikel kiri% aorta sangat melebar% sedangkan &entrikel kanan berongga sempit. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum &entrikel dan derajat stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. Pengembalian &ena sistemik ke atrium kanan dan &entrikel kanan berlangsung normal. -etika &entrikel kanan menguncup% dan menghadapi stenosis pulmonalis% maka darah akan dipintaskan melewati cacat septum &entrikel tersebut ke dalam aorta. +kibatnya terjadi ketidak#jenuhan darah arteri dan sianosis menetap. +liran darah paru#paru% jika dibatasi hebat oleh obstruksi aliran keluar &entrikel kanan% dapat memperoleh pertambahan dari sirkulasi kolateral bronkus dan kadang dari duktus arteriosus menetap. 2.5 am!a"an Hemodinami# Pada% Tetralogi *allot perubahan hemodinamik ditentukan oleh besarnya defek septum &entrikel dan derajat penyempitan stenosis pulmonal. Pada waktu sistole% tekanan &entrikel kanan dan &entrikel kiri sama. -arena tekanan &entrikel kiri diatur oleh baroreseptor karotis% maka tekanan &entrikel kanan tidak pernah melampaui tekanan sistemik. ;nilah sebabnya mengapa pada Tetralogi *allot jarang terjadi gagal jantung pada masa anak. -arena tidak terdapat beban &olume tambahan maka jantung hanya sedikit membesar. +liran darah paru ditentukan oleh" (.) obstruksi akibat stenosis pulmonal yang relatif menetap% (!) tingginya tekanan &entrikel kanan yang relatif tetap pula% (8) tahanan &askular sistemik yang berubah#ubah. ecara hemodinamik yang memegang peranan adalah 5D dan stenosis pulmonal. Dan dari kedua kelainan ini yang terpenting adalah stenosis pulmonal. >isalnya% 5D sedang kombinasi dengan stenosis pulmonal ringan% tekanan pada &entrikel kanan masih rendah daripada tekanan pada &entrikel kiri. Shunt akan berjalan dari kiri ke kanan. Bila anak dan jantung semakin besar karena pertumbuhan% defek pada sekat &entrikel relatif lebih kecil% tetapi derajat stenosis menjadi lebih berat% arah shunt dapat berubah. Pada suatu saat dapat terjadi tekanan &entrikel kanan sama dengan &entrikel kiri% meskipun defek pada setum &entrikel besar% shunt tidak ada. Tetapi bila keseimbangan ini terganggu% misalnya karena melakukan pekerjaan% isi sekuncup bertambah% tetapi obstruksi pada &entrikel kanan tetap% tekanan pada &entrikel kanan lebih tinggi daripada tekanan pada &entrikel kiri% shunt menjadi kanan ke kiri dan terjadilah sianosis. Jadi gejala klinis sangat bergantung pada derajat stenosis dan besarnya defek sekat. ianosis sendiri tidak akan memberikan banyak keluhan selama konsumsi oksigen total masih normal. -adang#kadang darah dari atrium kanan dapat masuk ke atrium kiri melalui foramen o&ale yang terbuka karena tekanan pada atrium kanan menjadi lebih besar daripada tekanan pada atrium kiri. -eadaan hipoksia akan menimbulkan mekanisme kompensasi berupa timbulnya sirkulasi kolateral dan terjadinya polisitemia. 7ejala hipoksia biasanya mulai timbul pada usia .0 bulan. ?ntuk pembentukan sirkulasi kolateral diperlukan waktu bertahun#tahun% sedangkan positemia sudah dapat terjadi sejak bayi. ianosis kadang tidak tampak pada bulan#bulan pertama. Pada waktu anak bangun tidur malam atau tidur siang% atau sesudah makan% atau pada waktu menangis% sianosis bertambah jelas. ebagai mekanisme kompensasi untuk mengatasi hipoksia% anak yang sudah dapat berjalan akan jongkok (squatting)% setelah melakukan akti&itas fisis. 6al ini dimaksudkan untuk mengurangi alur balik dari ekstremitas bawah yang saturasi oksigennya rendah% dan kadar @A ! serta laktatnya tinggi. Peningkatan tahanan sistemik dengan jongkok% juga akan memperbaiki oksigenasi paru. 2.$ %lasifi#asi ecara klinis kelainan ini dibagi menurut derajat beratnya kelainan% yaitu sebagai berikut" .. Penderita tidak sianosis% kemampuan kerja normal. !. ianosis timbul pada waktu kerja% kemampuan kerja kurang. 8. ianosis timbul pada waktu istirahat% kuku berbentuk gelas arloji% bila kerja fisik sianosis bertambah% juga ada dispnea. =. ianosis dan dispnea sudah ada pada waktu istirahat% ada jari tabuh. Dalam masa ! tahun biasanya gejal#gejala lebih memburuk sehingga kasus dari golongan . dapat bergeser sampai golongan 8. +da juga kemungkinan perbaikan klinis% tetapi jarang% bila ada pelebaran anastomosis antara pembuluh darah yang keluar dari aorta dan yang dari a. pulmonalis 2.& Manifestasi %lini# Cyanotic Spell (serangan sianosis terjadi akibat meningkatnya pirau kanan ke kiri yang tiba#tiba% maka terjadi penurunan aliran darah ke paru yang berakibat hipoksemia berat). Pada serangan sianosis yang khas% bayi atau anak menjadi distres% paling sering pada waktu pagi% tidak perlu rangsangan dari luar. Dengan menangis anak menjadi tidak dapat didiamkan% hiperneu dan semakin biru. Pada bayi% keterangan tentang adanya sianosis sangat bergantung pada pengamatan ibunya. +da orang tua penderita yang tidak terlalu menaruh perhatian pada anaknya sehingga adanya sianosis ringan tidak diperhatikan. Pada bayi memang keluhan sianosis sangat ringan. Bila bayi ada sianosis berat% ada kecenderungan bahwa ada atresi jalan keluar pada &entrikel kanan (infundibulum dan atresi arteri pulmonalis). +kan tetapi% ketika sianosis mulai tampak% sianosis ini makin lama makin kelihatan jelas. Pada anak ini disamping keluhan sianosis% orang tuanya juga melaporkan adanya dispneu% kelelahan dan pertumbuhan terlambat. erangan sianosis ditemukan paling sering pada bayi yang baru mulai berjalan. esudah = sampai ( tahun% serangan tidak sering lagi tetapi bukan tidak diketahui. erangan yang paling mengherankan terjadi pada bayi yang karena hemoglobinnya rendah atau kadar oksigen arteri istirahat yang tinggi% atau keduanya% tidak tampak sianosis. 7ejala hipoksia biasanya mulai timbul pada umur .0 bulan. Pada waktu anak bangun tidur malam atau bangun tidur siang atau sesudah makan atau pada waktu menangis% sianosis bertambah jelas. +nak menjadi dispneu dan pucat% hilang kesadaran dan apnea% kadang#kadang menjadi kaku. -ehilangan kesadaran dapat agak lama sehingga anak seperti dalam keadaan meninggal. ebab#sebab terjadinya serangan hipoksia diduga karena otot infundibulum &entrikel kanan berkontraksi% sehingga aliran darah ke dalam paru berkurang. ?ntuk mengatasi keadaan ini% biasanya lutut anak ditekuk pada dada% dan ini dimaksudkan untuk memperbesar tahanan pada sirkulasi besar% dan mengurangi jumlah darah &ena yang kembali ke jantung dari ekstremitas inferior. Dengan demikian% dapat diharapkan mengurangi tahanan pada infundibulum. +nak yang sudah dapat berjalan sering menunjukkan gejala sering jongkok (squatting = hocken (Jerman)). Bila berjalan sekitar !2#(2 m% anak ini lalu jongkok% kegiatan ini selalu dikerjakan berulang#ulang. Jongkok ini maksudnya sama dengan usaha kita menekuk lutut seperti diatas% dan ternyata mengurangi gejala seperti dispnea. Pada pemeriksaan% biasanya sianosis terlihat terutama pada kulit dan mukosa. Jari#jari berbentuk% seperti trommel (jari tabuh)% kuku seperti gelas arloji% dan ginggi&a hiperplasi. Takipnea pada saat istirahat dan bertambah berat pada saat kerja fisik sedikit saja. 5ena jugularis biasanya terisi penuh sehingga kelihatan sedikit menonjol% dan gelombang + (gelombang +trium) jelas kelihatan. ering dapat terdengar suara ke#!% yaitu suara penutupan katub aorta% suara pertama normal. 7etaran kadang#kadang dapat diraba sepanjang linea parasternal kiri% tetapi jarang teraba pada fosa suprasternalis. Pada auskultasi sangat khas. Bisingnya ada ! macam% yaitu bising sistolik keras dengan nada rendah terdengar terkeras pada sela iga = linea parasternalis kiri (bising 5D) dan bising sistolik ejeksi dengan nada sedang% berbentuk fusiform dengan amplitudo maksimum pada akhir sistol dan berakhir dekat dengan suara ke#!. Bising ke#! ini adalah bisisng stenosis pulmonal. Pada stenosis ringan% bising ke#! ini akan lebih keras dengan ampitudo maksimum pada akhir sistole% suara ke#! masih membelah. edang bila stenosisnya berat% bisingnya lemah dan terdengar pada permulaan sistole. uara ke#! keras dan biasanya tunggal (+!)% P! tidak terdengar. Bising diastolik tidak ada. Bila terjadi pertumbuhan pembuluh darah kolateral% dapat terdengar bising kontinu pada punggung. Pada beberapa penderita% hepar sedikit membesar. Bila hepar ditekan% &ena jugularis akan tampak lebih berisi. *enomena ini disebut juga dengan fenomena epato!"ugular re#lu$ merupakan petunjuk bahwa atrium kanan dan &ena#&ena penuh darah. 2.' Peme"i#saan Pen(n)ang a. $lektrokardiografi ($-7) $lektrokardiografi menunjukkan de&iasi sumbu ke kanan dan hipertrofi &entrikel kanan. Tanpa penemuan ini diagnosa tetralogi *allot% dengan atau tanpa atresia pulmonalis% meragukan. Bila ada stenosis pulmonal minimal dengan dengan shunt dari kiri ke kanan yang besar. $lektrokardiogram dapat menunjukkan hipertrofi bi&entrikular. umbu superior ke kiri memberi kesan tetralogi fallot dengan defek kanal atrio&entrikular. b. 9ontgen thora: ecara klasik sinar : dada menunjukkan ukuran jantung normal dengan pengurangan &askularisasi paru. Biasanya segmen batang atresia pulmonalis adalah defisien. -arena shunt dari kiri ke kanan yang berlebihan &askularisasi pulmonal mungkin bertambah dan jantung membesar dan tidak dapat dibedakan dari tanda#tanda yang ditemukan pada bayi dengan sekat &entrikel. Pada atresia pulmonal dan sirkulasi kolateral berlebihan% jantung mungkin agak lebih besar daripada normal tetapi segmen batang arteri pulmonalis biasanya tidak ada. Tidak ada segmen batang arteri pulmonalis menjadikan jantung tampak seperti sepatu% diberi nama Coeur en sabot. Biasanya% bila arkus aorta ke kanan% ia dengan mudah terlihat pada foto dada biasa. -adang#kadang gambaran &askularisasi yang tidak tampak biasa pada foto dada dikenali sebagai sirkulasi kolateral. 7ambar !. *oto +P pasien tetralogi fallot. Didapatkan gambaran khas coer en sabot (sepatu kayu)% serta corakan &askular paru yang berkurang c. $kokardiografi Pada ekokardiografi adalah mungkin memperagakan sekat &entrikel% khas kono&entrikular dengan de&iasi anterior sekat infundibulum. +kar aorta besar dan mengarah ke kanan ber&ariasi overriding. aluran keluar pulmonal yang menyempit biasanya dengan mudah ditampakkan dan obstruksi dapat dengan mudah didokumentasikan dengan teknik Doppler. ekarang dimungkinkan bagi ekokardiografer mengenali defek sekat &entrikel tambahan pada bagian lain sekat &entrikel dengan teknik doppler berwarna dan anatomi arteria koronaria sering dapat dilihat dengan cukup baik untuk mengenali kelainan cabang#cabang konus di dalam saluran air keluar &entrikel kanan pada titik dimana irisan bedah mungkin diperlukan. tenosis pulmonal perifer proksimal dan hipoplasia relatif pembuluh darah pulmonal sentral dapat ditampakkan. Belum ada data yang cukup untuk merekomendasikan bahwa koreksi bedah Tetralogi *allot yang dilakukan dengan informasi diagnostik anatomik yang didasarkan seluruhnya atas ekokardiografi% tetapi sangat mungkin bahwa hal ini akan terjadi tidak lama lagi. Pandangan subsifoid dan parasternal paling jelas menampakkan defek sekat &entrikel% aorta yang menggeser ke kanan (overriding)% dan obstruksi saluran aliran ke luar &entrikel kanan. @abang arteria pulmonalis biasanya terlihat pada pandangan sumbu pendek parasternal dan suprasternal. +natomi arteria koronaria kiri dapat terlihat pada pandangan sumbu pendek parasternal atau pandangan sumbu#panjang yang ditujukan ke arah bahu kiri. ayangnya% ketika penderita menjadi lebih tua dan lebih besar% ketajaman ekokardiografi menghilang dan angiokardiografi menjadi keharusan. d. -ateterisasi Jantung dan +ngiokardiografi -ateterisasi jantung tidak diperlukan pada Tetralogi *allot% bila dengan pemeriksaan ekokardiografi sudah jelas. -ateterisasi biasanya diperlukan sebelum tindakan bedah koreksi dengan maksud untuk" .) mengetahui defek septum &entrikel yang multiple1 !) mendeteksi kelainan a. koronaria1 8) mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
e. Baboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik% untuk rnenilai perkembangan penyakit. 6emoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara ./#.0 g4dl% sedangkan hematokrit antara (2#/( ) . Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo# emboli% sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati. 2.* %ompli#asi a. Polisitemia 6al ini merupakan akibat dari keadaan hipoksia sehingga menimbulkan kompensasi berupa timbulnya sirkulasi kolateral. +kibat yang ditimbulkan dengan terjadinya polisitemia dapat meningkatkan hematokrit sehingga &iskositas darah meninggi yang dapat menimbulkan trombositopenia sehingga mempengaruhi mekanisme pembekuan darah. Polisitemia dapat menimbulkan kelainan pada mata% yaitu retinopati berupa pelebaran pembuluh darah retina. b. +sidosis metabolik. +sidosis metabolik sebagai akibat hipoksia hebat akan menyebabkan bertambah lamanya serangan sianotik ini. c. Trombosis otak dan abses otak Biasanya terjadi pada &ena serebralis atau sinus dura dan kadang#kadang pada arteria serebralis% lebih sering bila ada polisitemia berat. >ereka juga dapat dipercepat oleh dehidrasi. Trombosis paling sering pada penderita diatas usia ! tahun. d. 7agal jantung kongestif 7agal jantung sangat jarang terjadi pada penderita tetralogi fallot. Camun tanda ini dapat terjadi pada bayi muda dengan tetralogi fallot DmerahE atau asianotik. -arena derajat penyumbatan pulmonal menjelek bila semakin tua. 7ejala#gejala gagal jantung mereda dan akhirnya penderita sianosis% sering pada umur /#.! bulan. Penderita pada saat ini beresiko untuk bertambahnya serangan hipersianotik. 2.1+ Penatala#sanaan Tatalaksana Tetralogi *allot berupa perawatan medis serta tindakan bedah. Pada penderita yang mengalami serangan sianotik maka terapi ditujukan untuk memutuskan rantai patofisiologi serangan tersebut% antara lain dengan cara" a) Posisi lutut ke dada (knee!chest position). Dengan posisi ini diharapkan aliran darah ke paru bertambah karena peningkatan afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis. b) >orphine sulfat 2%.#2%! mg4kg @% ;> atau ;5 untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipnea. c) Bikarbonas natrikus . meF4kgBB ;5 untuk mengatasi asidosis. d) Aksigen dapat diberikan% walaupun pemberian disini bukan karena kekurangan oksigen% tetapi karena aliran darah ke paru yang berkurang. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea% sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. e) Propanolol 2%2.#2%!( mg4kg intra&ena perlahan#lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. . mg ;5 merupakan dosis standar pada dewasa. Dosis total dilarutkan dengan .2 ml cairan dalam spuit% dosis awal4bolus diberikan separuhnya% bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam ( sampai .2 menit berikutnya% isoproterenol harus disiapkan untuk mengatasi efek o&erdosis. f) -etamin .#8 mg4kg (rata#rata !%! mg4kg) ;5 perlahan. Preparat ini bekerja dengan meningkatkan resistensi &askular sistemik dan juga sebagai sedatif. g) 5asokonstriktor seperti phenilephrine 2%2! mg4kg ;5 meningkatkan resistensi &askular sistemik sehingga aliran darah ke paru meningkat. h) Penambahan &olume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penanganan sianosis. 5olume darah juga dapat mempengaruhi tingkat obstruksi. Penambahan &olume darah juga dapat meningkatkan curah jantung% sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat. Bangkah selanjutnya" .. Propanolol oral !#= mg4kg4hari dapat digunakan untuk mencegah serangan dan menunda tindakan bedah. !. Bila ada defisiensi Gat besi segera diatasi dengan pemberian preparat besi 8. 6indari dehidrasi. edangkan untuk tindakan bedah terdapat ! pilihan pada Tetralogi *allot. Pertama adalah koreksi total (menutup 5D dan reseksi infundibulum)% dan kedua bedah paliatif pada masa bayi untuk kemudian dilakukan koreksi total kemudian. Pada Tetralogi *allot golongan . tidak perlu terapi. Aperasi pada golongan ini menimbulkan lebih banyak resiko daripada hasilnya. Pada anak dibawah umur / tahun dengan golongan 8 dan = (BB H .2 kg) perlu dilakukan operasi paliatif. Aperasi paliatif ini merupakan operasi pertolongan sebelum dilakukan koreksi total. ;ndikasi prosedur operasi paliatif " # Ceonatus dengan T*#P+ # Bayi dengan hipoplastik anulus pulmonal yang memerlukan Dpatch transanulusE # Bayi H 8 bulan dengan sianosis berat # Bayi H 8 bulan dengan spell yang tidak dapat diatasi dengan obat#obatan Aperasi koreksi total dilakukan pada usia sejak lahir hingga ! tahun. Aperasi koreksi total pada bayi dan anak dengan berat badan yang masih rendah mengandung banyak resiko. Aperasi paliatif umumnya membuat anastomosis antara aorta dan a. Pulmonalis. ehingga diharapkan darah dari aorta mengalir ke dalam a. Pulmonalis. Paru akan mendapat cukup darah sehingga jumlah darah yang dioksigenasi lebih banyak. +da beberapa macam teknik bedah paliatif " a. +nastomosis Blalock#Taussig" menghubungkan salah satu a. ubkla&ia dan salah satu a. Pulmonalis. 6ubungan ini dapat secara end to side dapat juga secara end to end. b. +nastomosis Pott" menghubungkan sisi sama sisi antara a. Pulmonalis kiri dengan aorta desendendi luar perikardium. +nastomosis Iaterson" menghubungkan sisi sama sisi antara a. Pulmonalis kanan dengan aorta asendens. Tatalaksana Tetralogi *allot yang telah disepakati di ;ndonesia" 7ambar 8. +lgoritma tatalaksana Tetralogi *allot -eterangan" BT" Blalock Taussig shunt% PD+ stent" patent ductus arteriosus stenting, -ath" kateterisasi 2.11 P"ognosis. Tanpa operasi prognosis tidak baik. 9ata#rata mencapai umur .( tahun% tapi semua ini bergantung kepada besar kelainan. +ncaman pada anak dengan T* adalah abses otak pada umur !#8 tahun. 7ejala neurologis disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. +nak dengan T* cenderung untuk menderita perdarahan banyak karena mengurangnya trombosit dan fibrinogen kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada. DA,-A. PUS-A%A .. *yler% D. @. .33/. %ardiologi &nak 'adas. Jogyakarta" 7adjah >ada ?ni&ersity Press. !. Behrman% -liegman% and Jenson. !228. 'elson (e$tbook o# )ediatrics *+ th edition. ?+" I.B. aunders. 8. >arkum% +. 6. !22!. ,uku &"ar -lmu %esehatan &nak $disi .( 5ol. !. Jakarta" Balai Penerbit *-?;. =. taf pengajar ;lmu -esehatan +nak *-?;. .30(. ,uku %uliah -lmu %esehatan &nak ./ Jakarta" Bagian ;lmu -esehatan +nak *-?; (. +nonymous. !22,. (etralogy o# 0allot. Cational 6eart Bung and Blood ;nstitute. @ites at" www.nhlbi.nih.go&. 6. Antoseno% T.% Poewodibroto% .% dan 9ahman% >. +. !22,. (etralogi 0allot dan Serangan Sianosis. @ites at" www.pediatrik.com. ,. ;katan Dokter +nak ;ndonesia (;D+;). !22(. Standar )elayanan 1edis %esehatan &nak. Jakarta" Balai Penerbit ;D+;. 0. >adiyono% 9ahayuningsih% dan sukardi. !22(. )enanganan )enyakit 2antung pada ,ayi dan &nak/ Jakarta" *akultas -edokteran ?ni&ersitas ;ndonesia