Anda di halaman 1dari 25

TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL- ALFRED ADLER (1870-1937)

Rabu, 30 September 2009



Nama : Rissa Rendra Pradhaniasti
No : 13/08/2009
Matakuliah : Psikologi Kepribadian


TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL- ALFRED ADLER (1870-1937)
1. PENDAHULUAN
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada
mulanya bekerja sama dengan Freud dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan
pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama
pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Individual
Psychology). Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler
menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego. Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial
sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut
Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur
seksual sehingga kurang realistis. Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan
konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat dan nilai-nilai. Setiap perbuatan dilakukan orang secara
khas sesuai gaya hidup orang tersebut.
2. PANDANGAN ADLER TENTANG MANUSIA
Adler menjadi pelopor dalam psikologi perkembangan yang mengemukakan teori bahwa kesadaran
(consiusness) merupakan bagian yang penting dalam kepribadian (personality). Konsep pertama Adler,
manusia (the person) adalah mahluk sosial utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
psikologi sosial, bebeda dengan Freud, Adler berpendapat bahwa kebutuhan pemuasan seksual manusia
hanya merupakan salah satu dari banyaknya kebutuhan dasar manusia, hal tersebut tergantung
bagaimana cara kita mengatur, merencanakan dan melakukannya dalam aktifitas hidup kita, Adler lebih
menekankan kepada bagaimana kita dapat mengekspresikan kebutuhan seksual kita, bukan bagaimana
cara melakukannya. Konsep kedua, yaitu tentang diri yang kreatif. Tidak seperti ego Freud, yang terdiri
dari kumpulan proses psikologis yang melayani tujuan insting-insting diri, Adler merupakan system
subjektif yang menginterpretasikan dan membuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti.
Tambahnya lagi, diri mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup
sang pribadi yang unik, apabila pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan di dunia maka diri akan
berusaha menciptakannya. Konsep ketiga, psikologi Adler menekankan pada keunikan kepribadian.
Bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai.
Setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Adler memandang
kesadaran sebagai pusat kepribadian, manusia adalah makhluk sadar, mereka biasanya sadar akan alas
an-alasan tingkah laku mereka. Sadar akan inferioritas-inferioritas, sadar akan tujuan-tujuan yang
mereka perjuangkan. Lebih dari itu mereka sangat sadar akan dirinya sendiri dan mampu merencanakan
serta membimbing perbuatan-perbuatan itu bagi aktualisasi dirinya sendiri.

Bagi Adler, manusia lahir dalam keadaan tubuh yang lemah dan tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan
itu menimbulkan perasaan inferioritas dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler,
merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak
manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya.

3. STRUKTUR TEORI KEPRIBADIAN ADLER
Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan
pada uraian berikut:
a. Perjuangan menuju superioritas
Menurut Adler, manusia termotivasi oleh satu alasan utama, alasan tersebut bisa menjadi perasaan
inferior dan menjadi superior. Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan
perasaan inferioritas. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak
menyerah pada inferioritasnya.
b. Finalisme yang fiktif
Konsep Adler tentang motivasi manusia sangat berlawanan dengan keyakinan Freud. Menurut konsep
Adler, perilaku kita ditentukan oleh persepsi kita tentang apa harapan kita untuk mencapai masa depan,
bukan pada apa yang telah kita lakukan, atau apa yang kita peroleh di masa lalu. Fenomena psikologis
tidak dapat dijelaskan dengan insting, impuls, pengalaman, trauma, tetapi hanya dapat difahami melalui
perspektif (seperti juga fenomena) yang telah diperoleh individu sebelumnya, yang menghubungkan
seluruh kehidupan untu mencapai cita-cita. Teori Adler dapat menjadi pemandu perilaku kita dalam
mencapai cita-cita. Cita-cita adalah mimpi sebab mereka tidak berdasarkan realita. Mereka adalah
gambaran ide-ide kita yang mungkin menjadi dasar interpretasi subjektif kita tentang dunia. Mimpi (cita-
cita) bukan wujud dari nasib atau takdir.
c. Kesatuan dan konsistensi dalam diri kepribadian
Adler memilih nama psikologi individu (individual psychology) dengan harapan dapat menekankan
keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Psikologi individu menekankan
pentingnya unitas kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan ke satu tujuan
tunggal dan mengejar satu tujuan. Adler (1956) menemukan beberapa ciri operasi secara keseluruhan
dengan kesatuan dan konsistensi diri ini. Ciri pertama disebut dengan dialect organ tubuh, Adler
mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan
hewan, manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan
organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena
mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Ciri kedua kesatuan
kepribadian adalah harmoni diantara perilaku sadar dan perilaku bawah sadarnya. Adler (1956)
mendefinisikan alam bawah sadar sebagai bagian yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak
sepenuhnya dimengerti individu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dimengerti dan yang dijadikan
individu sebagai bantuan berharga bagi perjuangannya menuju keberhasilan, sementara pikiran-pikiran
bawah sadar adalah pikiran yang tidak dapat membantunya secara langsung.
d. Perasaan inferioritas dan kompensasi
Adler termasuk pada Neo freudian, konsep utamanya lebih kepada perilaku kompensasi dari perasaan
kekurangan diri yang nyata (inferiority compleks) menjadi kepada suatu kemampuan tertentu. Inferiority
kompleks ini akan menjadi masalah jika masuk pada kondisi neurotik, sehingga kompensasinya
berlebihan. Rasa rendah diri (inferior) mendorong seseorang untuk superior, sehingga individu terdorong
(memiliki motivasi yang besar) untuk secara terus-menerus bergerak dari kurang ke lebih, dari bawah ke
atas. Sifat rendah diri menurut Adler, adalah sesuatu yang normal, kita semua berawal sebagai mahluk
yang lemah dan kecil. Sifat rendah diri muncul secara konstan ketika kita menemukan tugas yang tidak
familier dan baru, yang harus dikuasai. Perasaan ini adalah menjadi penyebab semua perkembangan
tingkah laku manusia.
e. Minat sosial (social interest)
Adler menggambarkan minat sosial sebagai suatu kepedulian dan perhatian tentang kesejahteraan orang
lain yang terus menerus, sepanjang hidup, untuk memandu perilaku seseorang. Minat social menurut
Adler adalah tanggung jawab seorang ibu, bagaimana seorang ibu memberi pengalaman pertama kepada
anaknya mengembangkan anak memperluas minat atau ketertarikan pada orang lain, jika tidak maka
anak tidak siap untuk mengatasi masalah di sekitarnya, dan system pendidikan dapat menjadi pengganti
peran orang tua dalam melatih anaknya.
Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak
tersesat ke arah maladjusment. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pemabuk, anak
bermasalah, menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
Kehidupan sosial menurut Adler merupakan sesuatu yang alami bagi manusia, dan minat sosial adalah
perekat kehidupan sosial itu.
Minat sosial menjadi satu-satunya kriteria untuk mengukur kesahatan jiwa. Tingkat seberapa tinggi minat
sosial seseorang, menunjukkan kematangan psikologisnya. Orang yang tidak matang psikologisnya
kurang memiliki minat sosial, mementingkan diri sendiri, berjuang menjadi superioriti pribadi melampaui
orang lain. Sedangkan orang yang sehat secara psikologis, peduli terhadap orang lain dan mempunyai
tujuan menjadi sukses yang mencakup kebahagiaan semua umat manusia.
f. Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap
orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adler
menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara unik kita mencapai tujuan yang telah kita tetapkan dalam
hidup kita. Masing masing orang akan mengatur gaya hidupnya agar sesuai dan cocok dengan tujuan
akhirnya dan menetukan jalan atau cara untuk memperoleh tujuan tersebut.
g. Diri kreatif
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian. Menurut Adler, self kreatif atau
diri kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekuatan pertama dan kedua
adalah hereditas dan lingkungan). Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat
dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi impresi atau
kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan
fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self
kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.
4. PENELITIAN KHAS DARI ADLER
Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Adler menganggap urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam membentuk
kepribadian seseorang, urutan-urutan tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan dalam
menginterpretasikan setiap pengalaman yang didapat.
Adler menggambarkan; anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orangtuanya, sampai perhatian
itu terbagi saat ia mendapatkan adiknya. Perhatian dari orang tua cenderung membuat anak memiliki
perasaan mendalam untuk menjadi superior atau kuat, kecemasan tinggi dan terlalu dilindungi. Saat
kelahiran adiknya, menimbulkan dampak traumatik kepada anak sulung yang turun tahta sebagai anak
tunggal. Peristiwa ini mengubah situasi dan mengubah cara pandangnya terhadap dunia sekitarnya.
Anak Sulung Anak kedua Anak Bungsu Anak tunggal
S i t u a s i d a s a r
Menerima perhatian tidak terpecah dari orang tua
Turun tahta akibat kelahiran adik dan harus berbagi perhatian Memiliki model atau perintis, yakni
kakaknya
Harus berbagi perhatian sejak awal Memiliki banyak model perhatian, walaupun berbagi, tidak
berubah sejak awal
Sering dimanja Menerima perhatian orangtua tidak terbagi
Cenderung cukup dengan orang tuanya
Sering dimanja
D a m p a k p o s i t i f
Bertanggungjawab, melindungi dan memperhatikan orang lain
Organisator yang baik Motivasinya tinggi
Memiliki interes sosial
Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya Kompetisi yang sehat
Sering mengungguli semua saudaranya.
Ambisius yang realistik Masak secara sosial

D a m p a k n e g a t i f
Merasa tidak aman, takut tiba-tiba kehilangan nasib baiknya
Pemarah, pesimistik konservatif, perhatian pada aturan dan hukum
Berjuang untuk diterima
Tidak kooperatif, sering mengkritik orang lain Pemberontak dan pengiri permanen, cenderung
berusaha untuk mengalahkan orang lain
kompetitif berlebihan
Mudah kecil hati
Sukar berperan sebagai pengikut Merasa inferior dengan siapa saja
Tergantung pada orang lain
Ambisi yang tidak realistik
Gaya hidup manja Ingin menjadi pusat perhatian
Takut bersaing dengan orang lain
Merasa kedudukan dirinya benar dan setiap tantangan harus disalahkan
Perasaan kerjasama rendah
Gaya hidup manja

Tabel: Ciri Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Pembentukan kepribadian setelah kelahiran adiknya dapat membentuk tanggung jawab kepada orang
lain, melindungi orang lain, atau bahkan merasa sebaliknya, ia dapat menjadi merasa tidak aman dan
miskin interes sosial. Bila kelahiran tersebut berjarak 3 tahun atau lebih, maka ia akan marah karena ia
harus mengakui adiknya, beberapa faktor yang telah dimiliki oleh pengalaman sebelumnya bergabung
sebagai interpretasi pengalamannya, bila persiapan dan interes sosialnya baik maka ia akan
mengembangkan sikap kooperatif dan ia akan memakai gaya kooperatif itu kepada adiknya. Bila
kelahiran adiknya sebelum dia berusia 3 tahun maka kemarahan dan kebencian itu semakin bsar dan
tidak disadari, sikap itu menjadi resisten dan sulit diubah pada orang dewasa.

Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan
minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap
kakanya. Jika sikap kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat
kompetitif, atau menjadi penakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak mengembangkan
kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik, memiliki keinginan yang sehat untuk
mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap
revolusioner dan merasa bahwa otoritas itu dapat dikalahkan.


Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak bermasalah. mudah terdorong
pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu berdiri sendiri. Namun demikian ia mempunyai
banyak keuntungan, ia termotivasi untuk selalu mengungguli kakak-kakaknya dan menjadi anak yang
ambisius.

Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara-saudaranya melainkan
dengan kedua orangtuanya. Mereka sering mengembangkan perasaan superior berlebihan, konsep diri
rendah dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila kedua orangtuanya terlalu
menjaga kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal mungkin kurang baik mengembangkan
kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan mengharapkan perhatian untuk melindungi dan
memanjakannya.
5. KASUS
ANDRI memutuskan untuk berhenti sekolah dan melupakan segala sesuatu yang telah diraihnya. Sejak
peristiwa kecelakaan yang menyebabkan dia kehilangan kedua kakinya membuat andri merasa sangat
terpuruk dan kecewa. Andri merasa hidupnya telah hancur dan tidak mampu meraih masa depannya lagi.
Bahkan untuk bertemu orang saja, Andri merasa tidak sanggup dan malu karena harus di pandang
sebagai orang cacat. Tadinya Andri seorang remaja SMU yang energik, pintar dan bercita-cita untuk
menjadi seorang tentara yang gagah. Dia belajar keras untuk mendapatkan nilai-nilai di raportnya untuk
mendukung rencananya melanjutkan pendidikan di akademi militer.
Persiapan fisik juga telah dilakukan, untuk menjagai kesimbangan dan stamina tubuh agar layak
memenuhi persyaratan yang ada. Saat itu menjelang ujian akhir sekolah, Andri pergi mengunjungi
saudaranya di luar kota, dan ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan hilangnya kedua kakinya





6. ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus diatas, inferioritas bukan suatu pertanda abnormal melainkan bentuk penyempurnaan
dari manusia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai upaya perjuangan Andri untuk menjadi ke arah superior
dengan cara belajar keras untuk mendapatkan nilai yang bagus di rapot serta persiapan fisik untuk
menjaga stamina tubuh demi mendukung rencananya untuk dapat masuk akademi militer.
Berarti sebelum terjadi peristiwa kecelakaan yang menyebabkan Andri kehilangan kedua kakinya, Andri
adalah individu yang berkembang tanpa suatu kompleks inferioritas atau kompleks superioritas yang
merupakan manifestasi bentuk abnormal sesuai dengan konsep inferioritas Adler. Bukti bahwa Andri tidak
mengalami keabnormalan superioritas komplek adalah bahwa disamping keinginannya memperoleh
tujuan untuk kepentingan diri sendiri masih ditunjukkan minat sosial Andri yaitu adanya upaya membina
relasi sosial dengan kunjungan terhadap keluarga di luar kota sebelum terjadi kecelakaan.
Gambaran sebagai sosok remaja SMU yang energik mengindikasikan bahwa Andri cenderung berinteraksi
dengan orang disekitarnya, aktif, ramah dan mudah bergaul dgn lingkungan. Berdasarkan salah satu
paradigma dalam konsep psikologi individualnya Adler mengembangkan teori individualitas sebagai pokok
persoalan maka setelah terjadi kecelakaan itu muncul keabnormalan berupa inferioritas komplek.
Inferioritas komplek ditandai dengan simptom self image yg buruk yaitu keterpurukan, kekecewaan, malu
dan kontak sosial berubah. Tampilan-tampilan perilaku yang mendominasi dalam kasus ini yaitu
inferioritas komplek maka individu tersebut akan menunjukkan sikap menolak untuk bekerja sama (lebih
tertutup) atau sangat introvert. Rasa tidak mampu dan ragu akan kemampuan muncul karena
keterbatasan yang dimilikinya. Dan hal ini sangat mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan
selanjutnya.
Diposkan oleh education di 00.23
Sumber: http://blajar-psikologi-prapasca.blogspot.com/2009/09/teori-psikologi-individual-alfred-
adler.html

Ringkasan Inti Teori Alfred
Adler
December 3, 2013Uncategorized
Ringkasan Teori Alfred Adler
Alfred Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk individual yang dimotivasikan
oleh dorongan-dorongan social yang sudah dibawa sejak lahir. Adler menjadi pelopor
dalam psikologi perkembangan yang mengemukakan teori bahwa kesadaran
(consiusness) merupakan bagian yang penting dalam kepribadian (personality). Teori
Adler yang bertentangan dengan Freud, terletak pada kesadaran individu yang
berusaha memperbaiki kehidupannya dengan konsep bagaimana memahami
seseorang yang bekerja keras dapat menjadi sukses, sedangkan bagi orang yang
kurang bekerja keras dan tidak sukses merupakan tanggung jawab mereka dalam
membuat kesalahan memilih. Menurut Adler, manusia adalah mahluk social utama.
Kebutuhan pemuasan seksual manusia hanya merupakan salah satu dari banyaknya
kebutuhan dasar manusia, tergantung bagaimana manusia mengaturnya,
merencanakannya dan melakukannya dalam aktifitas hidup sehari-hari. Konsep diri
yang kreatif, mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya
hidup pribadi yang unik.
Struktur Kepribadian Teori Adler, yaitu :
1. Perasaan rendah diri dan kompensasi (Inferiority feeling and compensation)
2. Tujuan yang semu (Fictional finalism)
3. Berjuang untuk menjadi superior ( Striving for Superiority)
4. Minat Sosial (Social Interest)
5. Gaya hidup (Style of life)
6. Aku yang kreatif (Creative self)

1.Perasaan rendah diri dan kompensasi (Inferiority feeling and compensation)
Semua individu memiliki kekurangan / kelemahan, dan hal itu seringkali memicu
perasaan rendah diri. Untuk menutupi kekurangannya tersebut, individu berusaha
mengkompensasi dalam bidang lain.
2.Tujuan yang semu (Fictional finalism)
Pada dasarnya individu melakukan sesuatu adalah karena adanya tujuan ke masa
depan dan bukan ke masa lalu. Tujuan itu bersifat semu tapi dapat menjadi pendorong
bagi individu dalam melakukan sesuatu.
3.Berjuang untuk menjadi Superior (Striving for superiority)
Setiap individu selalu ingin menjadi yang sempurna / mengejar kesempurnaan.
Superioritas merupakan suatu gerak yang mengarahkan individu pada kesuksesan
terutama dalam konteks social.
4.Minat Sosial (Social interest)
Minat-minat social mencakup kerjasama, relasi, interpersonal dan social, identifikasi
kelompok dan empati. Individu dikatakan sehat apabila termotivasi oleh perasaan
inferiority yang normal disertai dengan minat social yang tinggi.
5.Gaya hidup (Style of life)
Merupakan cara yang unik dari setiap individu yang berjuang untuk mencapai tujuan.
Setiap individu memiliki gaya hidup, tetapi tidak ada dua orang yang mengembangkan
gaya hidup yang sama.
6.Aku yang kreatif (Creative self)
Individu menciptakan kepribadiannya sendiri dengan mengkonstruksi sifat-sifat aslinya
dengan pengalaman yang diperolehnya. Individu memiliki kekuatan sendiri untuk bebas
menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri.
Kepribadian seorang individu mulai terbentuk dan cenderung menetap sejak usia 5-6
tahun. Ada 3 pengaruh masa kanak-kanak yang menetap dalam suatu gaya hidup yang
salah :
1. Perasaan rendah diri ( feeling of inferiority )
2. Pemanjaan ( pampering )
3. Pengabaian ( neglectful )
Adler mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinan bahwa keturunan,
lingkungan, dan kreatifitas lingkungan bergabung membentuk kepribadian.
Adler menggambarkan perbedaan sifat anak sesuai dengan urutan kelahiran :
1. Anak pertama : menjaga, melindungi, pengatur yang baik, kecemasan tinggi, pengkritik
2. Anak kedua : motivasinya tinggi, suka bersaing, dapat bekerjasama, pemberontak, mudah
putusasa.
3. Anak bungsu : ambisius, realistis, manja, tergantung pada orang lain
4. Anak tunggal : dewasa secara sosial, manja, ingin selalu menjadi pusat perhatian, perasaan
kerjasama rendah, takut bersaing.
Sumber: http://fahrida.weblog.esaunggul.ac.id/2013/12/03/ringkasan-inti-teori-alfred-adler/

Adlerian (Psikologi Individual)
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam
memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau
psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain adalah Rudolph
Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja
Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek.
Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna.
Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler
mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa
seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi
sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil.
Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi
diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari konseling psikologi individual ini adalah agar
seorang konselor dapat mengetahui model-model konseling dan bagaimana menerapkan berbagai
teori dalam proses konseling.

Prinsip Dasar
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial.
Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya
dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan
sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan
orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial
seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa
puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang,
kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-
kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-
kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu
menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu melihat
bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang tidak dapat
dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi kekuatan dan
kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai
taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak dinamis mencapai
kesempurnaan dirinya.
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine
protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini
dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini
merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha
individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2. Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip
ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini berbeda,
maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai
reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler
beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive.
Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik
secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak pasien Adler yang dipandang
kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang
diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia
mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat
universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need
seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk
superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa
superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan
superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang
dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia
adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai
superior atau kesempurnaan.
3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)
Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara
tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti
individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang
mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau
menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah
dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama
dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan
dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki
kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang
cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi
dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk
dari lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan
berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada
yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang
dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang
dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut.
Dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku
dalam cara yang sama.
Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua
pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan
diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua
pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin
mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak
disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya
hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat
berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya cara
untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya,
bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk
membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan
usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa
meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan,
akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan
pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan
gaya hidup yang telah ada dari pada mengubahnya.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini
dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini
Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk
lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan
kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari
lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk
superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang
mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya hidup
bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru
yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler
mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap
karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia
dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu
yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-
kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat
menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh
kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan
adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi
yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang
sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia
merasa bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya,
dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang
terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan
apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan
akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang mahasiswa
yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar
atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap
tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu
yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-
tujuan yang lebih jauh pada masa datang.
Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal untuk
diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini tak
dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas melalui
gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan
semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah
laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang
nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan tujuan semu
dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya dalam kaitannya dengan
tujuan semu tersebut.
7. Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)
Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan
pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang
bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada masa
bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada lingkungan
keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak
mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat
perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati, individu
dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan
kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya
tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan
memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya
dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun
yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan
perasaan superior. Gaya hidup dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada
akhirnya terwujud tingkah laku yang ditampilkan secara keseluruhan.
Konsep Dasar
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu
kompensasi terhadap perasaan inferioritas . Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar teori
psikologi individual dengan psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of
inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Perasaan tidak mampu atau rasa rendah diri,
berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak yang dimanja, anak yang
mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang
berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Konsep utama dari teori psikologi individual yang benar-benar berbicara tentang diri atau self, yang
mana hal itu yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat dari gaya hidup masing-masing
individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada pengembangan diri individu. Masalah yang
paling sering dialami adalah masalah kepercayaan diri (konsep diri). Pembentukan konsep diri ini
dimulai sejak usia empat dan lima tahun pertama.
1. Persepsi Subyektif tentang Realitas
Penganut Adler berusaha melihat dunia dari kerangka subyektif klien, suatu orientasi yang
dinyatakan sebagai fenomenologis. Fenomenologis diberikan karena orientasi ini menaruh perhatian
pada cara individu dimana seseorang melihat dunianya. Realitas Subyektif ini mencakup persepsi
keyakinan dan kesimpulan individual.
2. Kesatuan serta Pola Kepribadian Manusia
Premis dasar dari pendekatan Adler disebut juga Psikologi Individual. Psikologi Adler berasumsi :
manusia adalah suatu makhluk sosial, kreatif, dan pengambil keputusan yang memiliki maksud
terpadu. Pribadi manusia menjadi terpadu lewat tujuan hidup. Implikasi (holistik) dari kepribadian ini
adalah bahwa seorang klien adalah suatu bagian integral dari sistem sosial.
3. Interes Sosial
Istilah ini berarti kesadaran individu akan kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat manusia
dan akan sikap seseorang dalam menangani dunia sosialnya. Didalamnya mencakup perjuangan
untuk masa depan yang lebih baik. Adler menyamakan interes sosial dengan rasa identifikasi dan
empati dengan orang lain. Menurut Adler pada saat interes sosial berkembang maka rasa rendah
diri serta keterasingan akan hilang. Interes sosial bisa berkembang bila diajarkan, dipelajari dan
digunakan. Mereka yang hidup tanpa interes sosial menjadi tidak bersemangat dan berakhir dengan
keberadaannya di sisi kehidupan yang tak berguna. Manusia itu memiliki kebutuhan dasar, yakni
perasaan aman, diterima, dan berguna.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior),
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup,
mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
1. Mengubah gaya hidup yang salah . Dalam hal ini konselor lebih fokus pada aspek kognitif.
Konselor cenderung mencari kesalahan berpikir dan memberikan penilaian pada hal-hal seperti
sikap tidak mempercayai, egois, ambisi yang tidak masuk akal.
2. Mengurangi intensitas inferior klien. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi rasa
rendah diri klien yaitu dengan cara memberi dukungan pada klien bahwa ia mempunyai
kemampuan sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang klien mampu mencapai
kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial dengan baik.
3. Meningkatkan minat sosial klien. Artinya menumbuhkan kesadaran di dalam individu akan
kedudukannya sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta suatu
sikap seseorang menangani dunia sosial untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
4. Mengkonfrontir mekanisme superioritas. Konfrontasi adalah respon konselor yang
menggambarkan adanya ketidaksesuaian atau pertentangan yang terkandung dalam
pernyataan yang diungkapkan klien. Konselor harus mampu menolong klien dengan cara
memberikan pemahaman atau mengevaluasi dampak yang dihasilkan pada orang lain dan
merenungkan akibat yang dia tanggung karena menjadikan superioritas sebagai prioritas utama.
Hubungan Konselor-Klien
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya
berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling
menjaga rahasia dan keselarasan sasaran. Awal mula kegiatan konseling, seyogyanya klien mulai
memformulasikan rencana atau kontrak. Klien tidak dipandang sebagai penerima yang pasif
melainkan klien adalah anggota dari kelompok yang aktif dalam hubunganna dengan kelompok lain
yang sederajat dimana tidak ada pihak yang berkedudukan lebih tinggi dan ada yang berkedudukan
lebih rendah.melalui perserikatan yang sifatnya saling mengisi atau kolaboratif klien mengakui
bahwa mereka bisa mempertanggungjawabkan perilaku mereka.
Proses Konseling
Proses konseling diarahkan oleh konselor untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan
masa sekarang dan masa lalu sejak klien berusia kanak-kanak. Mulai dari mengingat komponen-
komponen dalam keluarga, keanehan-keanehan prilaku yang terjadi didalam keluarga, sampai hal
yang spesifik. Hal ini sangat membantu konselor dalam menghimpun informasi serta menggali
feeling of inferiority (FOI) klien.
Konseling aliran Adler dibangun mengitari empat tujuan sentral, yang sesuai dengan empat fase
proses terapeutik (Dreikurs, 1967). Fase-fase ini tidak linier dan tidak bergerak maju dengan
langkah-langkah yang baku, melainkan fase-fase itu akan bisa dipahami sangat baik sebagai suatu
jalinan benang yang nantinya akan membentuk selembar kain. Maka tahap-tahapnya adalah:
1. Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat
Salah satu cara untuk menciptakan hubungan yang baik adalah klien diberi pertolongan oleh
konselor agar bisa menyadari asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan menangani
kekurangannya serta kewajiban yang harus dipikul. Konseling ini berfokus pada dimensi positif dan
menggunakan dorongan semangat serta dukungan.
2. Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien
Tujuan ganda dari fase kedua ini:
Memahami gaya hidup mereka dan melihat betapa itu semua memperngaruhinya dalam
menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang.
3. Memberi semangat untuk pemahaman
Pada dasarnya fase ini bersifat suka mendukung, mereka juga bersikap konfrontif. Mereka tentang
kliennya untuk mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku mengalahkan
diri sendiri. Interpretasi adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada proses didapatkannya
wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku disini dan sekarang dan pada ramalan ramalan dan
antisipasi antisipasi yang timbul dari kehendak seseorang.
4. Menolong agar bisa berorientasi ulang
Tahap akhir dari proses terapeutik adalah tahpa berorientasi pada tindakan yang disebut reorientasi
dan reedukasi, atau mengetrapakan wawasan dalam praktek. Pada tahap reorientasi klien
mengambil keputusan dan memodifikasi sasaran mereka. Hal yang esensial dari fase ini adalah
komitmen karena bila klien mengharapkan dirinya berubah maka harus ada kemauan untuk
menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat sesuatau yang khusus terhadap problema
yang dihadapinya.
Teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:
a. Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor.
Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya.
Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan
masalah klien.
b. Teknik analisis mimpi. Menurut Adler, mimpi merupakan refleksi gambaran tujuan hidup klien.
Dengan menganalisis mimpi yang dialami klien maka konselor dapat memperkirakan tujuan hidup
klien. Atas dasar itu kemudian konselor membantu klien.
Selain itu ada beberapa fase yang dilakukan konselor dalam memberikan layanan konseling
berdasarkan model ini, yaitu menciptakan hubungan (fase I), menggali dinamika individual (fase II),
memberi semangat untuk pemahaman (fase III), menolong agar bisa berorientasi ulang (fase IV) .
Fase membina hubungan akan sangat menentukan proses konseling selanjutnya hingga
menentukan fase selanjutnya yaitu menggali dinamika individu. Dinamika individu harus digali untuk
mengetahui gaya hidup dan pemecahan masalah yang tepat bagi individu. Hal-hal yang digali
diantaranya adalah konstelasi keluarga berupa urut-urutan kelahiran, karena hal itu mempunya
pengaru yang besar dalam membentuk gaya hidup individu. Selanjutnya pengalaman sewaktu usia
antara empat hingga enam tahun atau berbagai kenangan masa kecil. Mimpi yang sering dialami
karena bagi Adlerian hal itu menggambarkan prioritas dan keinginan. Mengenai prioritas itu sendiri
klien diarahkan untuk menilai mana prioritas yang lebih utama dalam hidupnya.
Proses selanjutnya klien diberi semangat, dorongan dan pemahaman untuk memupuk semangat
dan kepercayaan dirinya kembali, karena diri atau self membutuhkan hal itu. Terakhir adalah
menolong agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong klien agar bisa melihat
alternatif yang baru dan lebih fungsional. Klien didorong semangatnya dan sekaligus ditantang untuk
mengembangkan keberaniannya mengambil resiko dan membuat perubahan yang baik dalam
hidupnya.
Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia
Setelah mengetahui keseluruhan uraian dari teori Psikologi Individual milik Adler maka kami
berpendapat bahwa konseling ini cocok untuk diterapkan di Indonesia. Pada hakikatnya memang
benar manusia di Indonesia termotivasi oleh dorongan sosial yang tinggi, akan tetapi rasa rendah
diri kerap muncul dalam diri manusia dalam menjalin hubungan sosial. Oleh karena itu pendekatan
konseling Psikologi Individual dapat menjadi salah satu solusi untuk mengubah gaya hidup yang
salah pada masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Jadi
sangat berbeda dengan yang dikatakan oleh Freud. Adler membagi tujuh prinsip yang terkandung
dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu: Prinsip Rasa Rendah Diri, Prinsip Superior, Prinsip Gaya
Hidup, Prinsip Diri Kreatif , Prinsip Diri yang Sadar, Prinsip Tujuan Semu dan Prinsip Minat Sosial.
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu
kompensasi terhadap perasaan inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of
inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling ini antara lain Mengubah
gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior klien, Meningkatkan minat sosial klien dan
Mengkonfrontir mekanisme superioritas.
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya
berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling
menjaga rahasia dan keselarasan sasaran.
Proses tahap-tahapnya adalah: Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali dinamika
psikologi yang ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan Menolong agar bisa
berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:Teknik komparatif, dan
Teknik analisis mimpi. Dengan demikian konseling ini cocok diterapkan di Indonesia.
DAFTAR REFERENSI
Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. California: CPC Pacific Grve.
Sumber: http://edilkons10.wordpress.com/bimbingan-dan-konseling/teori-konseling/adlerian-psikologi-
individual/

Alfred Adler
Adler semula anggota bahkan ketua masyarakat psikoanalisis Wina yang menjadi organisasi
pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan diri karena mengembangkan ide-idenya sendiri.
Dia kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yakni Individual psychology.Perbedaan prinsip Adler
dengan Freud adalah sebagai berikut:
1. Freud memandang komponen kehidupan yang sehat adalah kemampuan mencintai dan
berkarya. Bagi Adler masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya
mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan
memperdulikan kesejahteraan mereka. Manusia dimotivasi oleh dorongan sosial, bukan
dorongan seksual. Cara orang memuaskan kebutuhan seksual ditentukan oleh gaya
hidupnya, bukan sebaliknya dorongan seks yang mengatur tingkah laku. Dorongan seksual
merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir.
2. Freud memandang kepribadian sebagai proses biologik mekanistik, sedang Adler termasuk
pelopor ego kreatif (ego creative). Ego adalah sistem subjektif yang sangat dipersonifikasikan,
yang menginterprestasi dan membuat pengalaman organisme menjadi lebih makna. Ego juga
mencari dan menciptakan pengalaman baru untuk membantu pemenuhan gaya hidup pribadi
yang unik.
3. Adler menekankan adanya keunikan pribadi
4. Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, bukan ketidaksadaran.
5. Adler keras berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak.
Psikologi individual memandang individu sebagai makluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan
selalu berati dengan orang lain (interest sosial) ada sejak mausia dilahirkan dan menjadi syarat utama
kesehatan jiwa. Rincian teori Adler mencakup enam hal berikut:
1. Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan
untuk sukses atau menjadi superior (Sriving for superiority)
2. Persepsi subyektif (subjective perception) individu membentuk perilaku dan kepribadian.
3. Semua fenomena psikologis disatukan (unity of personality) di dalam diri individu dalam
bentuk self.
4. Manfaat dari aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interest sosial (social interest)
5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai gaya hidup (life of style) dari self.
6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kreatif (creative power) individu.
PERJUANGAN MENJADI SUKSES ATAU SUPERIORITA
Menurut Adler Individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior,
perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superioritas atau untuk menjadi sukses.
Perjuangan bisa jadi mempunyai motivasi oleh minat sosial yang suda berkembang. Perjuangan bisa
mempunyai motivasi yang berbeda, tetapi semuanya di arahkan menuju tujuan final (final goal).
Menurut Adler untuk membimbing tingkah laku, setiap orang menciptakan tujuan final yang semu
(fictional final goal), memakai bahan yang diperoleh dari keturunan dan lingkungan. Tujuan ini semu
karena tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih menggambarkan fikiran orang itu
tentang bagaimana kenyataan itu didasarkan ada interprestasi subjektifnya mengenai dunia. Tujuan final
adalah hasil dari kekuatan kreatif individu: kemampuan untuk membentuk tingkah laku diri dan
menciptakan kepribadian diri.
MENGATASI INFERIORITAS DAN MENJADI SUPERIORITA:
DORONGAN MAJU
Bagi Adler kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utama dorongan untuk mengatasi
perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan
mengenai masa depan, tujuan dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik keinginan
menjadi superior, maka orang mencoba hidup sempurna mungkin, dan berusaha untuk semakin dekat
dengan tujuan final.
Adapun perasaan inferiorita yang melahirkan perjuangan superiorita, dan bersama-sama keduanya
menjadi dorongan maju yang sangat besar yang mendorong orang terus bergerak dari minus ke plus,
dari bawah ke atas. Dorongan ini menurut Adler di bawah sejak lahir.
Kondisi khusus seperti kelemahan organik/cacat, pemanjaan dan pengabaian mungkin dapat membuat
orang mengembangkan kompleks inferiorita (inferiority complex) atau kompleks superioritas (superiority
complex). Dua kompleks ini selalu berhubungan erat. Kompleks superior selalu menyembunyikan atau
kompensasi dari perasaan inperior, sebaliknya kompleks inperior sering menyembunyikan perasaan
superior.
PENGAMATAN SUBYEKTIF( SUBJECTIVEPERSEPTIONS)
Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan tujuantujuan untuk diperjuangkan
berdasarkan interpretasinya tentang fakta, bukan berdasarkan fakta itu sendiri. Kepribadian manusia
dibangun bukan oleh realita, tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu mengenai masa depannya.
Pandangan subyektif yang terpenting adalah tujuan menjadi superioritas atau tujuan menjadi sukses,
tujuan yang diciptakan pada awal kehidupan, yang hanya terpahami secara kabur. Tujuan final fiktif itu
membimbing gaya hidup (style of life) manusia, membentuk kepribadian menjadi kesatuan, dan kalau
tujuan itu dapat dipahami akan memberi tujuan kepada semua tingkah laku.
KESATUAN (UNITY) KEPRIBADIAN
Adler berkeyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah pecah. Psikologi Individu
menekankan pentingnya unitas kepribadian. Pikiran perasaan dan kegiatan semuanya diarahkan ke satu
tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan.
LOGAT ORGAN ( ORGAN DIALECT)
Unity kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan dan pikiran
tetapi unity juga meliputi organ tubuh. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan organ-organ tertentu
bukan suatu peristiwa yang terpisah, tetapi kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu, yang oleh
Adler dinamakan logat organ (Organ dialect ) atau bahasa organ.
KESADARAN DAN TAK SADAR
Unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan tak sadar. Menurut Adler tingkah laku tak sadar
adalah bagian dari tujuan final yang belum di formulasi dan belum dipahami secara jelas. Apakah tujuan
itu disadari atau tidak disadari adalah satu tujuannya untuk menjadi superior atau menjadi sukses. Adler
memakai ilustrasi, mahkota pohon dan akar keduanya berkembang ke arah yang berbeda untuk
mencapai tujuan yang sama.
MINAT SOSIAL
Minat sosial/perasaan sosial mengandung makna suatu perasaan menyatu dengan kemanusiaan,
menjadi anggota dari komunitas umat manusia. Jadi minat sosial/perasaan sosial adalah sikap
keterikatan diri dengan kemanusiaan secara umum, secara empati kepada setiap anggota orang per-
orang.
Menurut Adler interest sosial adalah bagian dari hakekat manusia dan dalam besaran yang berbeda
muncul pada tingkah laku setiap orang kriminal, psikotik, atau orang yang sehat. Minat sosial/perasaan
sosial membuat orang mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat
ke salah sesuaian. Semua kegagalan neurotic, psikotik, kriminal, pemabuk, anak bermasalah, bunuh diri,
menyeleweng, prostitusi adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki minat sosial. Mereka
menyelesaikan masalah pekerjaan, persahabatan, dan seks tanpa keyakinan bahwa itu dapat
dipecahkan dengan kerjasama.
PERKEMBANGAN MINAT SOSIAL
Menurut Adler ketika seorang anak lahir dia memiliki minat sosial yang lemah/kecil untuk dapat
berkembang sendiri. Untuk itu perkembangan minat sosial ini dikembangkan melalui hubungan ibu
anak, setiap anak akan memiliki pengalaman sosial atau minat sosial dalam kadar tertentu. Minat sosial
anak dapat berkembang dengan baik atau sehat pertama tergantung bagaimana hubungan cinta kasih
ibu dengan anak dan hubungan cinta kasih ibu dengan orang lain. Yang kedua hubungan cinta kasih
ayah dengan anak, dan hubungan cinta kasih ayah dengan orang lain.
PERLUNYA MINAT SOSIAL
Menurut Adler minat sosial itu penting karena merupakan sesuatu yang alami bagi manusia dan
merupakan perekat kehidupan sosial.
KRITERIA NILAI-NILAI KEMANUSIAAN
Minat sosial atau perasaan sosial menjadi satu-satunya kriteria untuk mengukur kesehatan jiwa. Tingkat
seberapa tinggi minat sosial orang, menunjukkan kematangan psikologinya. Orang yang kurang matang
minat sosialnya atau perasaan sosialnya mementingkan diri sendiri, berjuang menjadi suprioritas pribadi
melampaui orang lain. Orang yang sehat peduli kepada orang lain, dan mempunyai tujuan menjadi
sukses yang mencakup kebahagiaan semua umat manusia. Jadi minat sosial atau perasaan sosial
merupakan satu-satunya sarana penilai atau standar untuk menentukan kemanfaatan hidup seseorang.
Dan sering Adler menyebutnya merupakan barometer normalitas.
GAYA HIDUP
Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang
ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada. Masing-masing orang mempunyai
gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup telah terbentuk pada usia 4-5 tahun. Gaya hidup tidak hanya
di tentukan oleh kemampuan intrinsic (heriditas) dan lingkungan objektif, tetapi di bentuk oleh anak
melalui pengamatannya dan interprestasinya terhadap keduanya.
Gaya hidup ini tidak muda berubah. Ekspresi nyata dari gaya hidup mungkin berubah tetapi dasar
gayanya tetap sama, kecuali orang menyadari kesadarannya dan secara sengaja mengubah arah yang
ditujunya.
KEKUATAN KREATIF SELF( KREATIVE POWER THE SELF)
Self kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku, penggerak utama, sendi dan
obat mujarap kehidupan, yang membawahi dua kekuatan dan konsep lainnya. (kekuatan pertama heridity
dan kedua lingkungan)
Menurut Adler keturunan memberi kemampuan tertentu dan lingkungan memberi impresi / kesan
tertentu dan itu merupakan bahan dasar, diri kreatif memakai bahan dasar itu untuk membangun sikap
terhadap kehidupan dan hubungan-hubungan dengan dunia-dunia luar. Jadi diri kreatif adalah sarana
yang mengolah fakta-fakta dunia dan mengtransformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang
bersifat subjektif dinamik, menyatu personal, dan unik.
Menurut Adler manusia adalah aktor dan insiator tingkah laku. Karena kepribadian itu dinamis dan bukan
statis.
Sumber: http://psikologi.net/alfred-adler/

Friday, April 13, 2012
TEORI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER

TEORI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER

A. Pokok-pokok Teori Alfred Adler
1. Individualitas sebagai Pokok Persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu
individualitas, kebulatan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap
orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas,
tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya
kehidupannya yang bersifat individual.
2. Pandangan Teleologis : Finalisme Semu
Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-
harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya. Tiap orang mempunyai Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia
yang tak disadari, yang diperjuangkannya terhadap segala rintangan. Tujuan
yang ingin dikejar manusia itu mungkin hanya suatu fiksi, yaitu suatu cita-cita
yang tak mungkin direalisasikan, namun kendatipun demikian merupakan
pelucut yang nyata bagi usaha manusia, dan karenanya juga merupakan sumber
keterangan bagi tingkah lakunya. Menurut Adler orang yang normal dapat
membebaskan diri akhirnya dari fiksi ini, sedangkan orang yang neurotis tidak
mampu membebaskan diri.
3. Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta
melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
a. Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada
masyarakat,
b. Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Menurut Adler pengertian rasa rendah diri adalah mencakup segala rasa kurang berharga
yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif,
ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna. Adler menyatakan inferioritas yaitu
rasa diri kurang atau rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga atau
kurang mampu dalam bidang penghidupan apa saja. Misalnya saja anak merasa kurang jika
membandingkan diri dengan orang dewasa, dan karenanya didorong untuk mencapai taraf
perkembangan yang lebih tinggi, dan apabila dia telah mencapai taraf perkembangan itu timbul
lagi rasa diri kurangnya dan didorong untuk maju lagi, demikian selanjutnya. Tetapi dalam
keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah kemajuan atau
kesempurnaan.
5. Dorongan Kemasyarakatan
Dorongan untuk membantu masyarakat guna mencapai tujuan masyarakat yang
sempurna. Dalam hubungan ini Adler menyatakan sosial interest is true and inevitable
compensation for all the natural weaksesses of individual human being (Adler, 1929, p.31).
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir, pada dasarnya
manusia adalah makhluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan,
kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara spontan, melainkan harus
dibimbing dan dilatih.
Jadi apabila diikuti teori Adler dapat digambarkan demikian :
( 1 ) mula-mula manusia dianggap didorong oleh dorongan untuk mengejar kekuatan dan
kekuasaan sebagai lantaran untuk mencapai kompensasi bagi rasa rendah dirinya.
( 2 ) Selanjutnya manusia dianggapnya didorong oleh dorongan kemasyarakatan yang dibawa
sejak lahir yang menyebabkan dia menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi.
Menurut Adler dorongan untuk berkuasa, memainkan peran terpenting dalam perkembangan
kepribadian (Adler, 1946, p. 145.)
6. Gaya Hidup, Leitlinie
Menurut Adler gaya hidup adalah prinsip yang dapat dipakai landasan untuk memahami
tingkah laku seseorang. Inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Tiap orang
mempunyai gaya hidup masing-masing. Tiap orang mempunyai tujuan yang sama yaitu
mencapai superioritas, namun caranya untuk mengejar tujuan itu boleh dikata tak terhingga
banyaknya, ada yang dengan mengembangkan akalnya, ada yang melatih otot-ototnya,dll.
Menurut Adler gaya hidup ini ditentukan oleh inferioritas yang khusus, jadi gaya hidup itu
adalah suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangsempurnaan tertentu.
7. Diri yang Kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua
tingkah laku. Sukarnya menjelaskan persoalan ini ialah karena orang tak dapat menyaksikan
secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang
mengantarai antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya.
Diri yang kreatif inilah yang memberi arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta
membuat alat untuk mencapainya.

B. ARTI PSIKOLOGI INDIVIDUAL

Arti psikologi Adler mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk memahami tingkah
laku manusia. Pengertian seperti gambran semu, rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, diri
yang kreatif, memberi pedoman yang penting untuk memahami sesama manusia. Teori Adler
ini punya arti yang sangat penting, karena hal-hal berikut ini.
( 1 ) Penentuan tujuan-tujuan yang susila, seperti :
a) Keharusan memikul tanggung jawab,
b) Keberanian menghadapi kesukaran-kesukaran hidup,
c) Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan,
d) Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan-kecenderungan egoistis yang
tersembunyi.
( 2 ) Optimismenya dalam bidang pendidikan.

C. PENGARUH ADLER

Di Amerika teori Adler meluas berkat adanya The American Society of Individual
Psychology. Di Eropa sendiri murid-murid dan pengikutnya cukup banyak,salah satu diantara
mereka adalah Fritz Kunkel dengan karya utamanya : Einfuhrung in die Charakterkunde. Kankel
berpegang teguh kepada dasar pemikiran Adler. Secara ringkas pendapat Kunkel itu adalah :
1. Dua Dorongan Pokok
Seperti Adler, Kunkel berpendapat bahwa kehidupan jiwa adalah dinamis, dan dinamika ini
dikarenakan oleh adanya dua dorongan yang saling bertentangan yaitu :
( 1 ) Dorongan keakuan (Inchhaftigkeit atau Unsachlichkeit) dorongan untuk mengabdi kepada aku
(diri sendiri).
( 2 ) Dorongan kekitaan (Wirhaftigkeit atau Sachlichkeit) dorongan untuk mengabdi kepada kita
(Umum, dunia luar dirinya).

2. Termometer Penilaian Diri
Saling berhubungan antara kedua dorongan pokok dalam diri manusia itu digambarkan
dalamtermometer penilaian diri.
Posted by Illa Rezki Wanda at 1:23 PM
Sumber: http://illarezkiwanda.blogspot.com/2012/04/teori-kepribadian-alfred-adler.html

Anda mungkin juga menyukai