Anda di halaman 1dari 20

TUGAS DASAR KESELAMATAN KERJA

PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN





OLEH:

Christina S 121000325 Elsa Novrida 121000379
Andy Dwi Putra 121000331 Mindo Loveleen 121000385
Dara Asdalola 121000338 Maria Septi Aquanta 121000390
Ester Florani 121000343 Zeremia Samosir 121000396
Nofriwati 121000349 Faris Khairy 121000403
Irmayani M 121000353 Mayfitriana 121000412
Aruni 121000363 Widya Yanti Sihotang 121000419
Prima Indah K 121000367 Mirnawati Angkat 121000428
Gadis Siti Wilda 121000374


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas segala
Rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul Petugas Pemadam Kebakaran
Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kuliah Dasar Keselamatan Kerja.
Karya tulis ini membahas tentang tugas dan risiko pekerjaan pemadam kebakran.
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan diterima dengan senang hati demi
penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya.





Medan, Desember 2013



Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........i
DAFTAR ISI..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............1
1.2 Rumusan Masalah ...................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebakaran......................................................................................................................2
2.1.1 Contoh Kasus Kebakaran ............................................2
2.1.2 Penyebab Kebakaran.............................................................................................3
2.1.3 Cara mengatasi Kebakaran...................................................................................6
2.2 Petugas Pemadam Kebakaran....................................................6
2.2.1Alat-Alat yang Digunakan Pemadam Kebakaran..............................................7
2.2.2 Tugas Pokok Penanggulangan Pemadaman Kebakaran.................................................7
2.2.3. Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran................................................9
2.3 Pencegahan dan Pengendalian ..................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................16
3.2 Saran..................16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun
lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin
pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduknya semakin padat,
pembangunan gedung gedung perkantoran, kawasan perumahan, industrI yang semakin
berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran
membutuhkan penanganan secara khusus.
Sudah sangat banyak kerugian material bahkan juga ada korban jiwa. Banyaknya dari
jumlah kerugian tersebut disebabkan kurangnya jumlah personil dan jumlah armada yang
ada saat ini. Selain itu juga disebabkan lemahnya kemampuan pasukan pemadam
kebakaran dalam menangani kebakaran karena tidak adanya wadah pelatihan untuk
meningkatkan skill memadamkan api. Selain itu banyaknya daerah yang termasuk daerah
tidak terlindungi oleh jangkauan pelayanan pemadam yang sekarang.
Oleh karena itu dibutuhkan sarana untuk meningkatkan skill personelnya sehingga dapat
melakukan semua tugas-tugas dan fungsinya yang berhubungan dengan pencegahan dan
penanggulangan bahaya tidak hanya bahaya kebakaran tetapi juga bencana yang lainnya
yang mutlak dibutuhkan. Selain itu dapat melingkupi daerah-daerah yang termasuk tidak
terlindungi, sehingga dapat menekan angka terjadinya kebakaran dan bencana yang lain
dan kerugian yang akan terjadi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya kebakaran?
2. Bagaimana peran personel pemadam kebakaran dalam mencegah dan mengatasi
kebakaran?
3. Apa bahaya dan upaya pengendalian kecelakaan pada pekerja pemadam kebakaran?



BAB II
ISI


2.1. Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan
manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan
bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai segitiga api (fire triangle).
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu :
bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga
unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut,
api tidak dapat terjadi. Bahkan masih ada unsur ke empat yang disebut reaksi berantai, karena
tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus menerus. Keempat
unsur api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron.

2.1.1 Contoh Kasus Kebakaran

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar
Rikwanto kepada VoA mengatakan selama ramadan hingga setelah perayaan Idul Fitri
terjadi lebih dari 60 peristiwa kebakaran yang disebabkan antara lain oleh korsleting listrik
dan ledakan tabung gas. Penyebab lainnya adalah puntung rokok, petasan, pembakaran
sampah, keteledoran penggunaan alat-alat listrik, tambal ban yang dekat dengan penjualan
bensin eceran, dan lain-lain. Namun untuk lebih memastikan lagi, tim gabungan penyidik
Polda Metro Jaya dan Mabes Polri sedang menyelidiki kasus kebakaran ini, ujarnya
pekan lalu.
Data dari Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta menunjukkan ada 80 hingga 100
peristiwa kebakaran di hampir seluruh wilayah Jakarta sejak Januari 2012. Pihak pemadam
kebakaran mengaku banyak mengalami kendala di lapangan saat berusaha memadamkan
api. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin
kepada VoA mengatakan selain lokasi pemukiman padat penduduk yang sulit dijangkau,
lemahnya koordinasi intansi terkait seperti Satpol PP dan kepolisian dengan pihaknya juga
terjadi di lapangan, sehingga pemadaman api menjadi terhambat. Untuk mencapai TKP di
lapangan, kita kerap menemui hambatan yaitu [padatnya] lalu lintas menuju lokasi. Di
samping itu juga koordinasi terkait dengan instansi terkait perlu dimatangkan ke depannya.
Polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja [bekerja] untuk pengamanan setempat di sekitar
lokasi kebakaran, ujar Paimin. Ahli tata kota Yayat Supriatna dari Universitas Trisakti
Jakarta memperkirakan pemasangan instalasi listrik yang tak sesuai prosedur adalah
pemicu utama kebakaran yang marak terjadi di Jakarta. Kesalahan pemasangan instalasi
listrik itu sangat berpotensi menimbulkan arus pendek atau korsleting ketika konsumsi
listrik meningkat. Ia menilai wajar apabila pada bulan Ramadan banyak terjadi kebakaran,
karena pemakaian listrik rumah tangga lebih banyak dibanding hari biasa, apalagi bulan
Ramadan tahun ini berlangsung di tengah musim kemarau yang panas.
Udara panas mengakibatkan kebutuhan akan listrik semakin meningkat. Dan
kalau dilihat rata-rata penyebab kebakaran itu lebih dari 60 persen disebabkan korsleting
listrik, yang menunjukkan ada kesalahan prosedur dalam pemasangan listrik di pemukiman
padat penduduk di Jakarta. Hal itu ditambah dengan lemahnya pengawasan dari institusi
yang bertanggung jawab terhadap sistim pemasangan jaringan listrik dan pengawasan dari
tata kelola lingkungannya, ujarnya.
Data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta,
kebakaran di wilayah DKI Jakarta dari Januari hingga 24 Agustus kemarin telah memakan
korban jiwa, tercatat sebanyak 31 orang tewas dan 73 orang lainnya luka-luka.
Sementara itu selama bulan puasa hingga setelah Idul Fitri, kebakaran terus terjadi di
Jakarta. Empat hingga lima titik kebakaran terjadi di Jakarta hampir setiap harinya. Dari
data yang VOA himpun, lebih kurang ada 800 lebih keluarga kehilangan tempat tinggal
akibat kebakaran ini.

2.1.2 Penyebab Kebakaran
Dalam suatu perusahaan sering terjadi kecelakaan seperti kebakaran, adapun faktor
penyebab nya antara lain :
1. Nyala api dan bahan-bahan api yang pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai terbakar
dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari:
a. Sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sukar terbakar.
b. Besarnya zat padat tersebut ; jika sedikit, tak cukup timbul panas untuk terjadinya
kebakaran.
c. Keadaan zat padat, seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu lempengan tipis oleh
karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan oksigen.
d. Cara menyalakan zat padat, misalnya diatas atau sejajar dengan nyala api.
Benda pijar, mudah atau tidak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya benda
lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tidak mudah terbakar akan menyebabkan
terbakarnya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.
2. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api tidak perlu
atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan gelombang-gelombang
elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai benda maka, pada
benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi
panas dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut akan menyala. Kayu
yang diletakkan sekitar tungku yang pijar akhirnya akan menyala, sekalipun tidak dikenai
api.
3. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala, jika
terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat,
manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau meledak. Batas-batas
kadar ini tergantung pada bahan yang bersangkutan. Cepatnya api menjalar tergantung
kepada sifat zat, suhu dan tekanan udaradan berkisar diantara 1-2.000 m per detik.
Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledaknya.
4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair
Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupa suspensi
diudara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat
meledak.
5. Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbarnya campuran gas, uap
atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan api tidak dapat menyebabkan
terbakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan
akan menghilang di alam benda padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus
listrik. Dalam hal demikian, percikan api listrik tersebut pada pemutusan hubungan arus
terutama pada kumparan yang bertenaga listrik. Percikan api dapat pula timbul karena
kelistrikan statis sebagai akibat gesekan dua benda yang bergerak, diantara benda yang
bergerak dan udara, dan diantara cairan atau gas yang bukan penghantar listrik dengan
pipa yang dilaluinya, seperti yang terjadi pada pengisian bahan bakar minyak.
6. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang padat atau zat-
zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi
tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini dipercepat
oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral, zat tertentu seperti besi mungkin bertindak
sebagai katalisator bagi proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan bakteri
adalah penting. Kebanyakan minyak mudah teroksidasi, terutama minyak tumbuh-
tumbuhan.
7. Reaksi kimiawi
Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat terjadinya
kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggungan dengan udara.
Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin menimbulkan
kebakaran. Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, jika terkena air, dan
membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi.
Natrium dan kalium bereaksi keras dengan air dan membebaskan zat air, yang mungkin
terbakar, jika suhu naik melebihi 40
o
C. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik
akan menyebabkan nyala api. Seluloid mengurai pada suhu 100
o
C, mungkin menyala pada
suhu 150
o
C sebagai akibat zat asam yang dikandungnya dan mungkin meledak, bila
disimpan dalam wadah tertutup. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen
peroksida, klorat, perklorat, borat, perborat, dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada
pemanasan, dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya
bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas yang datang dari luar,
bahan yang mengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika
bahan organik terdapat dalam bentuk partikel atau jika kontak terus memerus dengan zat
yang mengoksidasi tersebut. Zat asam murni, terutama yang di kempa, mungkin menjadi
sebab kebakaran atau peledakan, jika bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat
terbakar. Maka dari itu, minyak atau gemuk tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder
oksigen atau katupnya.

8. Peristiwa-peristiwa lain
Gesekan antar dua benda menimbulkan panas, yang semakin banyak menurut besarnya
koefisien gesekan. Manakla panas yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas
ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang kurang minyak atau
gemuk. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas, yang mungkin berakibat
peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor tak didinginkan, atau
peledakan silinder-silinder gas yang bertekanan.

2.1.2 Cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran
1. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan
bahan dan benda yang dapat terbakar.
2. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas
atau suhu. Bahan airlah yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas
dengan jalan menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api.
3. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi
kadar atau prosentase O
2
pada benda-benda yang terbakar.
4. Menggunakan bahan pemadam kebakaran, seperti:
a. Bahan pemadam Air
b. Bahan pemadam Busa (Foam)
c. Bahan pemadam Gas CO
2

d. Bahan pemadam Powder Kering (Dry Chemical)
e. Bahan pemadam Gas Halon (BCF)
2.2. Petugas Pemadam Kebakaran

Pemadam kebakaran adalah pekerjaan dengan risiko tinggi berupa luka-luka dan penyakit
akibat kerja yang dapat mengakibatkan cacat dan kematian. Fakta bahwa lingkungan kerja
selama keadaan darurat dan tak terduga serta petugas pemadam kebakaran yang tidak siap
untuk setiap kemungkinan, membutuhkan pengalaman pelatihan dan pendidikan serta
pengembangan alat pelindung diri untuk melindungi petugas pemadam kebakaran dari bahaya
dan risiko pekerjaannya (ILO, 2000).
Kewenangan umum dinas pemadam kebakaran dalam memadamkan kebakaran tercantum
dalam The Fire Services Acts 1947 yang mempersyaratkan petugas pemadam kebakaran
bekerja dengan efisien dan terorganisasi guna memastikan pasokan air yang mencukupi untuk
memadamkan kebakaran dan memberikan hak kepada petugas pemadam kebakaran untuk
memasuki gedung
gedung jika dicurigai sedang mengalami kebakaran (Ridley, 2008).

2.2.1 Alat- alat yang digunakan pemadam kebakaran
1. Peralatan teknik operasional antara lain:
a. Peralatan pendobrak, antara lain: kapak, gergaji, dongkrak, linggis, spreader;
b. Peralatan pemadam, antara lain: pompa jinjing (portable pump) dan
kelengkapannya;
c. Peralatan ventilasi, antara lain: blower jinjing (portable blower) dan
kelengkapannya;
d. Peralataan penyelamat (rescue), antara lain : sliding roll, davy escape, fire
blanket, alat pernafasan buatan, usungan.
2. Kelengkapan perorangan, antara lain:
a. Pakaian dan sepatu tahan panas,
b. Topi (helm tahan api),
c. Alat pernafasan buatan jinjing (self contained breathing apparatus),
d. Peralatan Komunikasi perorangan (HT).
3. Peralatan-peralatan dan kelengkapan tersebut diatas, harus sesuai dengan ketentuan dan
standar yang berlaku.

2.2.2 Tugas Pokok Penanggulangan Pemadaman Kebakaran
Tugas pokok penanggulangan pemadaman kebakaran terdiri dari:
1. Pencegahan Kebakaran
Fungsi manajemen dalam pencegahan kebakaran adalah pada pemberian pelayanan untuk
mengantisipasi ancaman bahaya kebakaran dalam bentuk:
a. Pencegahan dalam arti penyiagaan keandalan bangunan dan lingkungan terhadap
bahaya kebakaran dalam bentuk kegiatan:
1) Pemeriksaan desain bangunan dan lingkungan khususnya peralatan proteksi
kebakaran (antara lain: alat pemadam api ringan, alarm kebakaran, hidran gedung,
sprinkler), sumber air pemadam, jalur evakuasi, dan akses untuk pemadam
kebakaran, termasuk untuk ambulan,
2) Pemeriksaan berkala dalam rangka menjamin kesiagaan manajemen terhadap
penanggulangan bahaya kebakaran bangunan dan lingkungan (tingkat keandalan
peralatan dan kesiagaan tenaga),
3) Pengawasan dan pengendalian bahan yang mudah terbakar,
4) Hasil penilaian atas butir 1), 2), dan 3) di atas bila memenuhi persyaratan
diberikan dalam bentuk rekomendasi atau perizinan.
b. Pencegahan dalam arti penyiagaan unit kerja penanggulangan kebakaran
diantaranya meliputi:
1) Pendataan daerah rawan kebakaran,
2) Penyusunan .Prefire Plan., rencana mengkaji dan mengembangkan strategi dan
taktik yang tepat untuk setiap bangunan atau lingkungan yang mempunyai potensi
kebakaran tinggi dan vital,
3) Penyiapan dan penyiagaan tenaga pemadam dan penyelamat, peralatan teknis
operasional, bahan pemadam, serta informasi lapangan,
4) Pembinaan SATLAKAR,
Satlakar mempunyai tugas membantu masyarakat dalam upaya menjaga
bangunan,penghuni, harta dan lingkungannya serta memberikan informasi kajadian
kebakaran kepada instansi pamadam kebakkaran.
5) Pembinaan kepada pengelolaan bangunan dan lingkungan,dalam bentuk
penyuluhan dan pelatihan.
2. Pemadaman Kebakaran
Fungsi manajemen dalam pemadaman kebakaran adalah pemberian pelayanan secara
cepat, akurat dan efisien mulai dari informasi kebakaran diterima sampai api padam,
kegiatannya berupa:
a. Penerapan prefire plan yang telah disusun dan disimulasikan terhadap kejadian
yang sebenarnya sesuai dengan strategi dan taktik yang harus digunakan.
b. Menjalankan seluruh fungsi-fungsi pendukung yang diperlukan seperti:
1) Memudahkan jalur pencapaian lokasi kebakaran melalui koordinasi dengan Polisi
Lalu Lintas dan DLLAJR,
2) Mengamankan lokasi kebakaran (oleh polisi atau hansip),
3) Memperbesar debit suplai air, melalui koordinasi dengan PDAM,
4) Mematikan listrik di sekitar lokasi, melalui koordinasi dengan PLN,
5) Menginformasikan Rumah Sakit (118), agar menyiapkan Ambulan untuk
mengangkut korban dari lokasi kebakaran ke Rumah Sakit,
6) Mengatur/mengamankan jalur komunikasi radio (ORARI),
7) Meminta bantuan unit pemadam lainnya bila diperlukan.
c. Fungsi pemadaman pada Daerah yang tidak tercakup oleh layanan instansi
pemadam kebakaran dapat dilaksanakan oleh Masyarakat/ Satuan Relawan
Kebakaran (Satlakar) yang telah dibentuk.
d. Pelaksanaan tugas bantuan pemadaman kebakaran sesuai dengan permintaan dari
daerah yang bersebelahan, perlu didukung dengan adanya naskah kesepakatan
bersama di antara dua atau lebih wilayah Kabupaten/Kota dalam bentuk
(Memorandum Of Understanding/MOU).
3. Perlindungan jiwa, harta benda dari kebakaran dan bencana lain
Fungsi manajemen dalam penyelamatan (rescue) adalah pemberian pelayanan untuk
memperkecil korban dan kerugian harta benda akibat kebakaran dan bencana lainnya,
dalam bentuk:
a. Pelayanan evakuasi dan pertolongan pertama dari tempat kejadian,
b. Bekerjasama dengan instansi terkait untuk melakukan pertolongan.
Fungsi penyelamatan (rescue) pada Daerah yang tidak ada instansi pemadam
kebakaran dapat dilaksanakan oleh Masyarakat/Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar)
yang telah dibentuk.
Setiap pelaksanaan kegiatan tersebut di atas tertuju pada sasaran yaitu
mempersiapkan penduduk, petugas termasuk tim medis serta instansi terkait, dan
peralatannya untuk mencapai basis penyelamatan kebakaran yaitu: memindahkan orang
dari lokasi bencana ke tempat yang aman, mencegah timbulnya kebakaran, mengurangi
kerugian harta benda dan jiwa pada saat kebakaran dan bencana lain, melokalisasi
penjalaran api dan memadamkan kebakaran.
4. Pembinaan Masyarakat
Melekukan penyuluhan dan penelitian kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
partisipasi dan kepedulin masyarakat dalam mengatasi ancaman bahaya kebakaran.

2.2.3. Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran
Selama melakukan tugas operasionalnya, baik pemadaman kebakaran maupun
penyelamatan jiwa, seorang petugas pemadam kebakaran dituntut untuk mampu mengenali
jenis jenis bahaya yang mungkin timbul pada situasi darurat (DEPDAGRI, 2005).
Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran antara lain (ILO, 2000) :
a. Bahaya Kecelakaan
a. Jatuh dari ketinggian selama bekerja dengan menggunakan tangga.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan gaitan
tangga pada tangga ketika bekerja.
b. Jatuh dari ketinggian karena runtuhnya bangunan.
Petugas pemadam kebakaran yang terjatuh atau terperosok kemungkinan bisa mengalami
patah tulang, cedera kepala, cedera punggung, dan kekurangan oksigen ataupun terhirup asap
atau sebaran gas beracun. Maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai untuk bekerja di ketinggian.
c. Tertimpa benda atau rubuhan bangunan yang jatuh saat melakukan pemadaman kebakaran
dan penyelamatan korban atau benda-benda. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan
Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
d. Menginjak, terkena kaca, logam atau benda tajam lainnya yang dapat menimbulkan luka
atau goresan, termasuk cedera akibat ledakan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung
pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
e. Terperangkap dalam bangunan yang roboh atau material yang runtuh. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk
alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan
Personal Alert Safety System (PASS) untuk memberitahukan petugas pemadam kebakaran
lain yang ada di
sekitarnya.
f. Kelelahan dalam mengangkat selama pemadaman kebakaran atau operasi penyelamatan.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan tingkat kebugaran
serta memperhatikan aturan cara mengangkat dan membawa yang tepat.
g. Kontak dengan permukaan yang panas atau gas yang sangat panas. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk
alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
h. Menghirup udara yang sangat panas dan atau hasil dari pembakaran.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained
Breathing Apparatus (SCBA).
i. Kontak dengan atau terpapar dengan bahan kimia selama pemadaman kebakaran, operasi
penyelamatan atau penanganan bahan kimia berbahaya. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat
pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
j. Gangguan pasokan udara selama operasi pemadaman kebakaran.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi kerja dan istirahat
selama aktif pada saat melakukan penyelamatan dari kebakaran.
k. Cedera akibat kecelakaan transportasi dalam merespon keadaan darurat. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan perangkat penahan yang tepat
seperti sabuk pengaman ketika berkendara.
l. Tergelincir, tersandung dan jatuh ke api. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.
b. Bahaya Fisik
a. Runtuhnya langit-langit, dinding atau lantai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung
pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert
Safety System
(PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya.
b. Munculnya flashover dan backdraft. Flashover terjadi ketika semua bahan yang mudah
terbakar didalam suatu ruangan telah dipanaskan hingga mencapai suatu titik yang akan
mengeluarkan uap-uap bahan bakar. Ketika uap-uap bahan bakar ini mencapai titik
penyalaannya, terjadilah nyala api. Semua bahan yang mudah terbakar didalam ruangan
tersebut akan menyala secara serentak. Backdraft adalah suatu ledakan yang terjadi pada saat
unsur oksigen secara tibatiba memperoleh akses ke api yang mulai mengecil akibat
berkurangnya kadar
oksigen didalam ruangan yang terbakar (Puslatkar Jakarta, 1998). Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat
pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
c. Terpapar panas yang dapat mengakibatkan kebakaran.
Panas dapat mengakibatkan cedera lokal dalam bentuk luka bakar. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat
pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
d. Terpapar panas yang dapat mengakibatkan heat stress.
Heat Stress selama pemadaman kebakaran dapat berasal dari udara panas, pancaran panas atau
kontak dengan permukaan panas. Keadaan ini diperparah dengan pakaian pelindung petugas
pemadam kebakaran oleh sifat pakaian itu sendiri serta tenaga fisik petugas yang
mengakibatkan produksi panas dalam tubuh (Guidotti, 1998). Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan sistem rotasi kerja dan istirahat selama aktif pada
saat melakukan penyelamatan kebakaran.
e. Meledaknya benda di permukaan tanah/lantai.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri
yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus
(SCBA) dan menggunakan Personal Alert Safety System (PASS) untuk memberitahukan
pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya.
c. Bahaya Kimia
a. Kurangnya oksigen di udara.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan hilangnya kinerja fisik, kebingungan, dan
ketidakmampuan untuk melarikan diri. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan
Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
b. Kehadiran gas karbon monoksida dan hasil pembakaran lainnya di udara. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap
termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
c. Terpapar bahan kimia selama keadaan darurat.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri
yang lengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
d. Bahaya Biologi
Petugas pemadam kebakaran dapat terpapar penyakit menular saat mengevakuasi korban.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi kontak dengan korban
secara langsung.
e. Bahaya Ergonomi dan Psikologi
a. Stress
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menemui psikolog untuk melakukan
konseling jika diperlukan.
b. Kelelahan dan cedera muskoskeletal selama penanganan atau memindahkan benda berat
seperti selang kebakaran saat mengenakan alat pelindung diri yang berat. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan tingkat kebugaran serta
memperhatikan aturan cara mengangkat dan membawa yang tepat.

2.3 Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan Kecelakaan pada pekerja pemadam kebakaran
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemiologi
dan desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksisus dan dilakukan imunisasi.
3. Menggunakan desinfektan yng sesuai dan cara penggunaan yang benar
4. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar
5. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
6. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
7. Kebersihan diri dari petugas
8. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan) dengan benar.
9. Mengindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
10. Menggunakan alat pernafasan dengan benar.
Usaha-usaha Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi petugas pemadam kebakaran
1. Latihan yang sebaik-baiknya
Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih atas dasar pengalaman semata-semata,
melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan yang meliputi pendidikan
teori, latihan jasmani, praktek tentang dan pengalaman-pengalaman yang benar-
benar dapat dari pemadam kebakaran. Maka percobaan sebaik-baiknya diadakan,
agar seseorang diberikan kesempatan untuk memperlihatkan kesanggupannya dan
untuk mengambil keputusan secara tepat tentang pekerjaan yang dipilihnya. Dalam
latihan, harus ditekankan bahwa cara yang tepat dan dilaksanakan secara benar
adalah teraman dan paling efisien. Dalam pendidikan teori, diberikan pengetahuan
tentang terjadinya peristiwa kebakaran, perambatan panas, bahaya-bahaya
kebakaran, pencegahan kebakaran, konstruksi bangunan, dasar-dasar pompa air,
isyarat-isyarat dan komunikasi yang dipakai pada dinas pemadam kebakaran,
penggunaan alat pemadam kebakaran, sistem sprinkler, dan pemakaian serta
keterbatasan-keterbatasan alat proteksi diri. Selama latihan, siswa-siswa petugas
pemadam kebakaran harus mengembangkan kesegaran jasmaninya dan
kemampuan-kemampuan fisik bagian-bagian tubuh yang penting dalam
menghadapi kebakaran seperti kekuatan lengan, kaki, paha serta kekuatan-kekuatan
rohaninya. Siswa-siswa harus mempelajari praktek dan mempraktekkannya sekali
cara-cara pemadaman kebakaran dan kegiatan-kegiatan yang ada sangkut pautnya.
2. Perlengkapan dan peralatan pemadam kebakaran yang memadai dan sesuai dengan
ketentuan dan standar yang berlaku.
3. Penggunaan alat-alat pelindung diri.
Pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang berat dan
membutuhkan pemakaian alat pelindung diri pada setiap operasi pemadaman ataupun
penyelamatan. Alat pelindung diri yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran harus
meliputi peralatan berikut ini (DEPDAGRI, 2005):
a. Peralatan Pelindung Kepala, Mata, dan Muka
Pelindung mata dan muka diperlukan jika bahaya-bahaya yang terjadi dapat mengakibatkan
cedera pada mata atau muka. Peralatan ini harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Selama melaksanakan operasi pemadaman, petugas pemadam kebakaran harus menggunakan
helm yang kuat dalam memberikan perlindungan baik dari kejatuhan benda, pukulan atau
tusukan benda tajam. Helm tersebut dilengkapi dengan penutup telinga dan tali pengikat dagu
yang dilengkapi dengan sistem suspensi. Helm harus kedap air, tidak mudah terbakar, atau
meleleh, dan tidak boleh terbuat dari bahan penghantar arus listrik agar dapat menangkal
bahaya terkena arus listrik. Peralatan pelindung jenis ini harus dipakai selama pelaksanaan
operasi pemadaman
kebakaran.
b. Peralatan Pelindung Tubuh
Para petugas pemadam kebakaran harus melindungi tubuh mereka dari kemungkinan sambaran
kobaran api. Selama menjalankan tugas, setiap petugas pemadam kebakaran seharusnya
menggunakan jas lengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari bahan kapas atau serat
yang tahan terhadap nyala api.
c. Sepatu dan Pelindung Kaki
Petugas pemadam kebakaran sebaiknya menggunakan sepatu boot panjang yang dipadukan
dengan celana panjang yang terbuat dari bahan tahan panas untuk melindungi kaki dari
kemungkinan tertusuk benda tajam, terkena cairan kimia yang merusak kulit, atau kejatuhan
benda yang keras dan berat.
d. Peralatan Pelindung Tangan
Petugas pemadam kebakaran yang menggunakan sarung tangan akan terhindar dari
kemingkinan risiko tertusuk benda tajam dan perembesan panas atau cairan/bahan kimia yang
bersifat merusak.
e. Alat Bantu Pernafasan
Penggunaan alat bantu pernafasan bertekanan positif (Positive Pressure SCBA) sangat
dianjurkan bagi petugas pemadam kebakaran, khususnya bagi mereka yang harus memasuki
ruangan-ruangan tertutup dan mencari korban. Salah satu alasan penggunaan alat bantu
pernafasan ini adalah karena berkurangnya oksigen dan terkontaminasinya udara dengan gas
beracun di dalam ruangan yang terbakar.
f. Peralatan dan Kelengkapan Lainnya
Ada 2 jenis peralatan yang telah dikembangkan untuk membantu petugas pemadam kebakaran
agar dapat bekerja dengan lebih aman, yaitu sistem keselamatan sinyal diri (Personal Alert
Safety System / PASS) dan detektor karbon monoksida (CO Detector).























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peristiwa atau pun bencana kebakaran terkadang tidak hanya berimbas pada pihak
yang kehilangan bangunan ataupun properti namun juga dapat mengakibatkan kerugian,
kecelakaan saat bekerja, cedera dan bahkan kematian bagi petugas pemadam kebakaran. Ada
pun peranan dan tugas pokok pemadam kebakaran adalah mencegah kebakaran terjadi,
memadamkan kebakaran apabila terjadi, melindungi jiwa juga harta benda dari kebakaran
serta membina masyarakat guna meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat akan
ancaman bahaya kebakaran.
Dalam menjalankan tugas pokoknya, petugas pemadam kebakaran pun tak luput dari
berbagai ancaman bahaya yang mungkin terjadi seperti penyakit-penyakit kardiovaskuler dan
pernapasan sangat mungkin mengenai petugas-petugas pemadam kebakaran. Keseleo,
kelelahan, luka serut, terbakar, jatuh, kejatuhan material atau terkena serpihan material,
tersengat aliran listrik yang mengakibatkan petugas terbakar, tergores atau tertusuk benda
tajam, kecelakaan diperjalanan erupakan bahaya yang dihadapi petugas selama tugas lapangan.
Untuk menghindari dan meminimalisir bahaya, petugas diperlengkapi dengan
pelatihan dan pengetahuan akan kesehatan pribadi, bahaya di lapangan, serta tindakan pertama
apa yang dapat dilakukan bila cedera. Petugas pemadam kebakaran wajib memakai alat
pelindung diri lengkap seperti : coverall, two pieces protection clothing (atasan dan bawahan),
rompi, sarung tangan, helm, dan safety shoes.

3.2 Saran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah dan meninimalisir bahaya yang
dihadapi petugas pemadam kebakaran. Manajemen hendaknya memberi pelatihan terhadap
petugas mengenai medan kerja, peralatan yang sesuai dengan standar, dan pengetahuan akan
kesehatan dan kecelakaan kerja yang mungkin mereka hadapi. Selain pelatihan perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi penyakit-penyakit kardiovaskuler atau
pernafasan yang bertujuan untuk upaya penyembuhan dini. Pemakaian alat pelindung diri yang
lengkap sangat diwajibkan untuk dikenakan. Fungsinya untuk melindungi petugas dari panas,
paparan api, reruntuhan dan arus listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Saat Bekerja.
http://www.asuransi-kesehatan.org/menggunakan-alat-pelindung-diri-apd-saat bekerja.
Diakses 14 Februari 2012.
Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Sumamur PK, M.Sc, Gunung Agung,
Jakarta.
http://www.voaindonesia.com/content/seratus-kasus-kebakaran-di-jakarta-sejak-
januari/1496115.html

Anda mungkin juga menyukai