Anda di halaman 1dari 16

1

Makalah Satwa Liar dan Hewan Aquatik


Penyakit MAS pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila












Kelas 2012 A

Oleh:
Nisa Tazkiyah
(125130100111010)


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Penyakit MAS pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila dalam rangka memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester
(UTS) mata kuliah Satwa Liar dan Hewan Aquatik dengan dosen pengampu Dr. Uun
Yanuhar, S.Pi., M.Si Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas
Brawijaya 2014.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari teman-teman mahasiswa seangkatan tahun 2012 dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan moral pada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Serta penulia
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di masyarakat.


Malang, 21 April 2014

Penulis













3


DAFTAR ISI

HAL
HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan .................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Ikan Lele Dumbo ..................................................................... 6
2.2. Bakteri Aeromonas hydrophila .............................................................. 7
BAB II. PEMBAHASAN
3.1. Gejala Klinis ........................................................................................... 8
3.2. Gambaran Histopatologi ........................................................................ 9
3.3. Gambaran Patologi ................... ............................................................. 11
3.4. Identifikasi Bakteri ................... ............................................................. 11
3.5. Pengamatan Organ Dalam ..................................................................... 12
3.6. Pencegahan dan Pengobatan .................................................................. 13
3.7. Parameter Kualitas Air ................... ....................................................... 13
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 15
3.2. Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16









4


BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan unggulan
budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan lele dumbo berkembang pesat dikarenakan ikan
lele mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air
yang terbatas dengan padat tebar tinggi, mempunyai pertumbuhan yang cepat, teknologi
budidaya mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya mudah dan modal usaha yang
dibutuhkan rendah serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Wahjuningrum et al.,
2010). Kelautan Perikanan menargetkan produksi ikan lele meningkat dari 495 ribu ton
pada tahun 2012 menjadi 900 ribu ton pada tahun 2014, atau kenaikan total sebanyak
450% (rata-rata 35% per tahun). Hal ini mengakibatkan pemeliharaan ikan lele
dikembangkan secara intensif (Wahjuningrum et al., 2013).
Peningkatan produksi ikan lele secara intensif seringkali mengalami resiko,
salah satunya adalah timbulnya penyakit. Timbulnya penyakit dapat terjadi karena
kepadatan ikan tinggi saat pemeliharaan, transportasi benih, penanganan, dan kualitas
air yang buruk. Ikan lele dumbo mudah terserang penyakit akibat infeksi bakteri
Aeromonas hydrophila yang biasa dikenal dengan penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri A. hydrophila merupakan
mikroorganisme akuatik yang berada di perairan laut maupun perairan tawar, dalam
kondisi stres bakteri tersebut menjadi patogen dan bersifat patogen oportunistik pada
penyakit MAS pada ikan. Bakteri ini sangat mempengaruhi udaha budidaya ikan air
tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi
(80-100%) dalam kurun waktu yang singkat (1-2 minggu) (Asniatih et al., 2013).
Penyakit MAS pada ikan lele dumbo yang disebabkan infeksi bakteri dengan tingkat
kematian yang tinggi ini akan dibahas lanjut di dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain
a) Apakah gejala klinis penyakit MAS pada ikan lele dumbo?
b) Bagaimana gambaran patologi pada organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila?
5

c) Bagaimana gambaran histopatologi organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila?
d) Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri Aeromonas hydrophila?
e) Bagaimana pengamatan organ dalam ikan lele dumbo yang sehat dan yang
terindikasi penyakit MAS?
f) Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo?
g) Bagaimana parameter kualitas air yang baik untuk budidaya ikan lele dumbo?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini sesuai dengan
rumusan masalah diatas, adalah sebagai berikut:
a) Mengenali gejala klinis penyakit MAS pada ikan lele dumbo.
b) Mengetahui gambaran patologi pada organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila.
c) Mengetahui gambaran histopatologi organ dalam ikan lele dumbo yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila.
d) Mengetahui dan mempelajari cara mengidentifikasi bakteri Aeromonas hydrophila
untuk pengamatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo.
e) Memahami perbedaan pada organ dalam ikan lele dumbo yang sehat dengan yang
terindikasi penyakit MAS.
f) Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit MAS pada ikan lele dumbo.
g) Mengetahui dan memahami parameter kualitas air yang baik untuk budidaya ikan
lele dumbo.












6

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika dan
pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini termasuk
hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang tubuh maupun
beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias batrachus), lele dumbo
memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Adapun klasifikasi taksonomi ikan lele
dumbo sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus Burchell

Gambar 1. Lele dumbo dan bagian-bagiannya
7

Morfologi lele dumbo memiliki patil yang tidak tajam dan geriginya tumpul.
Sungut lele dumbo relatif lebih panjang dan tampak lebih kuat daripada lele lokal. Kulit
badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Kepala dan
punggungnya berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Lele dumbo
memiliki sifat tenang dan tidak mudah berontak saat disentuh atau dipegang.
Penampilannya kalem dan tidak banyak bergerak. Lele dumbo suka meloncat bila
merasa tidak aman. Lele dumbo juga mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
tergenang air (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat motil
karena mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu
kutubnya, berukuran 1-4 x 0,4-1 mikron, fakultatif aerobik, dan tidak berspora. Bakteri
ini umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik yang tinggi dan
senang hidup di lingkungan bersuhu 15-30
o
C dan pH berkisar antara 5,5-9. Bakteri ini
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan Motile Aeromonas Septicemia (MAS),
hemprrhagic Septicemia, penyakit ulcer atau Red-Sore Disease (Yudhie, 2009). Berikut
ini adalah klasifikasi taksonomi A. hydrophila:
Bangsa : Bacteria
Kingdom : Proteobacteria
Filum : Gammaproteobacteria
Kelas : Aeromonadales
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila

Gambar 2. Bakteri Aeromonas hydrophila


8

BAB III.
PEMBAHASAN

3.1 Gejala Klinis
Penyakit MAS (Motil Aeromonas Septicemia) pada ikan lele dumbo yang
terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila memperlihatkan gejala klinis umumnya
sebagai berikut:
Timbulnya hiperemia (tanda kemerahan) pada sungut dan sirip serta permukaan
kulit
Berenang tidak beraturan
Ikan lele sering berada di permukaan karena sesak nafas
Terdapat lesi eksternal pada beberapa organ seperti ekor, punggung, perut, atau
pada bagian kepala
Bagian mata mengalami exopthalmia (organ mata yang menonjol)
(Mahardika, 2012).
Gejala klinis penyakit MAS dapat dibagi menjadi dua, yakni secara internal
dan eksternal. Gambar dibawah ini merupakan hasil pengamatan Asniatih et al. (2013):

Gambar 3. Gejala klinis morfologi organ eksternal ikan lele dumbo dumbo (C.
gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: 2.A; Ikan lele dumbo
sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila 2.B; Ikan lele dumbo pada hari
ke-4 pasca infeksi bakteri A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan E
(Exopthalmia) atau mata menonjol keluar 2.C; Ikan lele dumbo (C.
gariepinus) pada hari ke-4 pasca infeksi A. hydrophila, BM (Bercak Merah)
9

dan L (Lesi) 2.D; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-5, PK (Pucat
Kemerahan).


Gambar 4. Gejala klinis morfologi organ internal ikan lele dumbo dumbo (C.
gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. Keterangan: A. Ikan lele dumbo
sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila, M (Merah), B. Ikan lele
dumbo pada organ internal pada hari ke-5 pasca infeksi A. hydrophila M
(Merah), P (Pink/pucat), MK (Merah Kehitaman). C. Insang ikan lele
dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 berwarna pink (pucat).

3.2 Gambaran Histopatologi
Gambaran histopatologi dibawah ini merupakan hasil pengamatan Asniatih et
al. (2013) dengan menginjeksikan bakteri Aeromonas hydrophila ke dalam tubuh ikan
lele dumbo secara intramuskular.
a) Insang

10

Gambar 5. Patologi arcus insang ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan
pewarnaan H-E (A. Perbesaran 400x, B. Perbesaran 800x). A.
Menunjukkan arcus insang dalam kondisi normal. B. Menunjukkan
kondisi arcus insang pasca infeksi A.hydrophila yakni terjadi perubahan
patologi berupa hemoragi (pendarahan yang disebabkan keluarnya
darah dari dinding vaskula karena kerusakan dinding vaskular) yang
terjadi pada jaringan konektif dan jaringan otot pada arcus insang.

b) Ginjal

Gambar 6. Patologi ginjal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan
pewarnaan H-E (Perbesaran 400x). A. Menunjukkan ginjal ikan lele
dumbo (C. gariepinus) dalam keadaan normal, Tubulus distal (T) dan
Jaringan Hematopoetik (JH) dalam kondisi normal. B. Menunjukkan
ginjal ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 yakni,
pada bagian tubulus distal (T) dan jaringan hematopoetik (JH), terjadi
perubahan patologi berupa artropi (A), yaitu ketidaknormalan jumlah
dan volume sel atau penyusutan sel, serta tubulus distal mengalami
kerusakan atau degenerasi hialin.

c) Hati

11

Gambar 7. A menunjukkan organ hati ikan lele dumbo dalam keadaan normal, H
(Hepatopankreas) tampak jelas. Gambar 7. B, menunjukkan organ hati
ikan lele dumbo pasca infeksi A. Hydrophila, hepatokankreas
mengalami kerusakan dalam bentuk perubahan patologi berupa
Nekrosis (N) yaitu kematian sel jaringan, Hemoragi (H) yaitu keluarnya
darah dari kardio vaskuler dan juga Edema (E) yaitu degenarasi
vakuola.

3.3 Gambaran Patologi
Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi diatas pada organ insang ikan lele
dumbo pasca infeksi terjadi perubahan patologi pada arcus insang berupa hemoragi
(keluarnya darah dari kardio vaskular). Hemoragi terjadi disebabkan kerusakan dinding
vaskula akibat trauma, atau meningkatnya porositas oleh infeksi bakteri, virus atau
toksin. Pada organ ginjal ikan lele dumbo terjadi perubahan patologi berupa degenerasi
hialin pada tubulus distal dan atropi pada jaringan hematopoetik. Atropi merupakan
penyusutan sel-sel hematopoetik akibat kelaparan atau malnutrisi (penyebab paling
umum), kekurangan persediaan darah yang cukup atau infeksi kronis. Sedangkan pada
organ hati terjadi perubahan patolohi berupa berupa adanya degenerasi atau kerusakan
pada hepatopankreas yakni inti sel dan sitoplasma sudah tidak tampak lagi. Hal ini
terjadi karena hati mengalami nekrosis yang diselingi dengan hemoragi dan edema.
Penyebab eema terjadi karena meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula sehingga
menimbulkan perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang
intestinum (Asniatih et al., 2013).

3.4 Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila
Menurut Asniatih et al. (2013), identifikasi bakteri dapat dilakukan melalui uji
fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu media RS (Rimler shotts) dan uji
pewarnaan gram seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil uji pewarnaan gram dan ui fisiologis bakteri A. hydrophila pasca infeksi
pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
No. Uji Media Hasil Referensi
1. Warna koloni Rimler-shotts (RS) Kuning BSNI, 2006
2. Pewarnaan gram Negatif, batang
pendek
BSNI, 2006

12


Gambar 8. Identifikasi bakteri pada ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila. A-B
Uji pada RS medium, dan C. Pewarnaan Gram

3.5 Pengamatan Organ Dalam
Menurut Wahjuningrum et al. (2010), pengamatan organ dalam dilakukan
bertujuan untuk mengetahui kelainan yang terjadi dengan cara membandingkan
perubahan morfologi dan warna organ dalam ikan lele dumbo pada perlakuan
pencegahan, pengobaran, dan kontrol negatif serta kontrol positif seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2. Pengamatan organ dalam ikan lele dumbo.
Organ
Kontrol
negatif
Dosis
Pencegahan
Dosis Pengobatan Kontrol Positif
Ginjal
Merah tua
kecoklatan
Merah tua
kecoklatan
Merah tua
Merah tua
kehitaman
Hati Merah Merah tua
Merah sedikit pucat &
membengkak
Merah pucat &
membengkak
Empedu Hijau kebiruan Hijau kebiruan Hijau kekuningan Kuning
Limpa Merah tua Merah tua Merah kecoklatan
Merah
kecoklatan
Pada perlakuan kontrol negatif, organ dalam ikan tidak mengalami kelainan.
Pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif, terjadi kelainan organ dalam berupa
pembengkakan, warna organ pucat dan berbeda, yaitu organ hati, limpa, ginjal dan
empedu. Perubahan warna organ limpa pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif
disebabkan karena peningkatan jumlah pigmen dan hemosiderin pada limpa oleh
aktivitas tiksin bakteri dalam menghancurkan sel-sel darah. Perubahan warna organ
empedu pada perlakuan pengobatan dan kontrol positif menjadi berwarna kekuningan,
disebabkan karena adanya gangguan pada organ hati, sehingga pembongkaran eritrosit
13

menjadi hemin, Fe dan globin menjadi terhambat sehingga menyebabkan produksi
hemin sebagai zat asal warna empeu menjadi menurun. Pada perlakuan kontro
positifwarna ginjal merah tua kehitaman dikarenakan ginjal telah menyaring buangan
sisa metabolisme dalam darah yang tercemar oleh toksin bakteri A. hydrophila. Organ
hati menjadi pucat dan membengkak pada perlakuan kontrol pofitif dan perlakuan
pengobatan diakibatkan A. hydrophila mengeluarkan toksin yang disebarkan ke seluruh
tubuh melalui darah sehingga kerja hati menjadi terganggu.

3.6 Pencegahan dan Pengobatan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar ikan lele dumbo dapat
terhindar dari penyakit MAS akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila ataupun
penyakit lainnya menurut Mahardika (2012), antara lain:
Pemberian pakan yang teratur
Mengganti air kolam jika sudah keruh dan kotor
Melakukan pemisahan antara ikan lele yang baik dengan yang kurang baik atau
kurang sehat
Kolam yang telah terinfeksi penyakit harus segera dilakukan pengeringan
Pengobatan yang umum dilakukan pada ikan lele dumbo yang terserang
penyakit MAS akibat infeksi bakteri A. hydrophila menurut Angka (2005), sebagai
berikut:
Pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC) dengan dicampurkan ke dalam pakan
dengan takaran 50 mg/kg pakan diberikan selama 7-10 hari
Atau pemberian antibiotik Teramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari selama 7-
10 hari berturut-turut
Atau bisa juga dengan pemberian antibiotik Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg
ikan/hari selama 304 hari
Ditambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gr/m
3
pada saat penggantian air
kolam
Cara yang terbaru dengan mencampurkan ekstrak bawang putih dan meniran
kedalam pakan yang dapat meminimalkan residu antibiotik di dalam tubuh ikan

3.7 Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya, meliputi
suhu, oksigen terlarut (OD) dan derajat keasaman (pH). Kualitas air optimum untuk
ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2006) adalah suhu 25-30
o
C, DO 6,5-12,5 mg/l, dan
14

pH 6,5-8. Pertumbuhan ikan lele dumbo akan terhambat pada suhu kurang dari 20
o
C
dan diluar kisaran suhu tersebut dapat mengurangi nafsu makan ikan. Lalu, menurunnya
oksigen terlarut dalam air dapat mengurangi nafsu makan ikan yang pada akhirnya
menyebabkan pertumbuhan terganggu, serta menyebabkan ikan menjadi stres sehingga
sistem imun menjadi menurun dan mudah masuk ke dalam tubuh ikan baik bakteri
maupun parasit. Sedangka rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit
sehingga memudahkan infeksi oleh patogen.




























15

BAB IV.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dapat menyebabkan penyakit
MAS (Motile Aeromonas Septicemia) yang ditandai dengan gejala klinis adanya tanda
kemerahan (hiperemia) pada sungut, sirip serta permukaan kulit, lele dumbo berenang
tidak beraturan dan selalu muncul di permukaan karena sesak nafas, munculnya lesi
eksternal pada beberapa organ, dan pada bagian mata mengalami exopthalmia.
Gambaran histopatologi dan patologi pada organ insang terjadi hemoragi, pada organ
ginjal terjadi degenerasi hialin pada tubulus distal dan atropi pada jaringan
hematopoetik, serta pada organ hati terjadi nekrosis sel berupa kerusakan
hepatopankreas. Kemudian untuk mengidentifikasi bakteri dapat dilakukan dengan uji
fisiologis ditanam pada media selektif RS yang hasilnya kuning dan uji pewarnaan gram
hasilnya negatif dan batang pendek. Pada pengamatan organ dalam dapat dilihat
perbedaan jelasnya di kontrol negatif dan kontrol positif. Pencegahan yang dilakukan
adalah dengan mengganti rutin air kolam jika nampak keruh dan kotor, pemberian
pakan teratur, pemisahan antara lele sehat dan lele sakit, serta pengeringan kolam segera
yang terinfeksi. Pengobatan yang dilakukan dengan pemberian antibiotik yang
dicampur di pakan, atau diberi taburan garam pada air kolam, serta cara terbaru dengan
mencampur ekstrak bawang putih dan meniran ke dalam pakan. Yang terakhir adalah
parameter kualitas air yang dijadikan pacuan aman atau tidaknya lingkungan ikan lele
dumbo.

4.2 Saran
Dari penjabaran makalah diatas, penulis dapat menyarankan kepada para
peternak ikan lele untuk lebih memperhatikan lingkungan kolam pemeliharaan, cara
pemberian pakan yang teratur, maupun kesehatan lele dumbo sehingga meningkatkan
kualitas produksi ikan lele dumbo.





16


DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) pada Ikan Lele
Dumbo (Clarias sp.), Patologi, Pengobatan dan Pencegahannya dengan
Fitofarmaka. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asniatih, Idris M., dan Sabilu K. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Kendari. Jurnal Mina
Laut Indonesia Vol. 3 No. 12, 13-21.
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele Dumbo. Erlangga: Jakarta. Hal 101.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Metode Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila
Secara Biokomia. BSNI. Jakarta. 9 hal.
Mahardika, Sutra. 2012. Penyakit yang Biasanya Muncul pada Ikan Lele.
http://stoonerfish.blogspot.com/2012/12/berikut-adalah-sambungan-dari-posting.html
. Diakses tanggal 19 April 2014, jam 22:10 WIB.
Puspowardoyo H., dan Djarijah A.S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat
Air. Kanisiud: Yogyakarta.
Wahjuningrum D., Astrini R., dan Setiawati M. 2013. Pencegahan Infeksi Aeromonas
hydrophila pada Benih Ikan Lele Clarias sp. yang Berumur 11 hari Menggunakan
Bawang Putih Allium sativum dan Meniran Phyllanthus niruri. Bogor. Jurnal
Akuakultur Indonesia Vol. 12 No.1, 94-104.
Wahjuningrum D., Solikhah E.H., Budiardi T., dan Setiawati M. 2010. Pengendalian Infeksi
Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Campuran
Meniran (Phyllanthus niruri) dan Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan.
Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2, 93-103.
Yudhie. 2009. Aeromonas hydrophila. http://yudhiestar.blogspot.com/2009/10/aeromonas-
hydrophyla_07.html. Diakses tanggal 20 April 2014, jam 16:53 WIB.

Anda mungkin juga menyukai