Anda di halaman 1dari 10

AIDS

APAKAH AIDS ?

• Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
• Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)
• Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi
juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh
tidak rusak oleh virus AIDS.
BAGAIMANA AIDS MENULAR ?

• 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan
homoseksual)
• 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik)
• 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar
• 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV
• 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV
GEJALA AIDS

• Rasa lelah berkepanjangan


• Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
• Berat badan turun secara menyolok
• Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
• Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
• Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
• Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas

BAGAIMANA MENCEGAH AIDS

• Tidak berganti-ganti pasangan seksual


• Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang
diulang
• Dengan formula A-B-C
○ ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
○ BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya saja
○ CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom

ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME


Oleh : Kelompok PMS

• PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA :


Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981.
Menurut UNAIDS(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah
orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai
28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi
baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak.
Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab
kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia,
epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di
Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari
59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
• POLA PENULARAN VIRUS AIDS :
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada
darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan
(seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui
hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai
narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49
tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35%
bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi
yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian
ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan
dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
• SIAPA YANG RAWAN TERHADAP VIRUS AIDS ? :
Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan.
Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang
mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya
dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya
remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada
"kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.
• PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS :
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk
sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh
manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan
pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini
disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut
dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka
keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan
bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah
aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau
menjadi donor darah.
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah
putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka
kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi
berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita
akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.
Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun
waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7
tahun.
Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3
tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini
berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi
oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang.
Saat ini penyebarannya adalah :
○ Afrika Sub-sahara : 14 juta
○ Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta
○ Asia Timur-Pasifik : 35.000
○ Timur Tengah : 200.000
○ Karibia : 270.000
○ Amerika Latin : 1,3 juta
○ Eropa Timur - Asia Tengah : 30.000
○ Australia : 13.000
○ Eropa Barat : 470.000
○ Amerika Utara : 780.000
Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi
HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.
• PENCEGAHAN AIDS :
Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus
AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka
penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan
lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum
suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah
abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be
faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C
adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus
digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.
• PREDIKSI YANG AKAN DATANG :
Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta
orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan
Tenggara.
Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di
Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus
baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.
Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah
pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.
Penurunan infeksi HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan
pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah
yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah.
Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga
mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.
• TAHAPAN PANDEMI AIDS :
Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena
diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke
kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang
mengidap HIV.
• KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :
Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor
sosiologis-gender.
Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi
"menampung", dan alat reproduksi wanita sifatnya "masuk kedalam" dibandingkan pria
yang sifatnya "menonjol keluar". Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi
khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya
virus HIV.
Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami
perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya
infeksi virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan,
ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang
menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya
terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan
penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan
kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa
dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan
hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit
menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS.
Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat
menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan
tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar
dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.
• SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA :
Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang,
dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita
sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari
lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.
Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah
dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat
kesehatan kita.
Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung
es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompok-
kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya
yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah
lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di
perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.
Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus
angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka
jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa
pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM
yang tangguh untuk bersaing di pasar global).
• PENGOBATAN DAN VAKSINASI :
Pertemuan Konperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1996 yl
melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan
viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan.
Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan
obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000 - US$
25.000/tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin
dalam jangka waktu 1,5 - 3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan
menyebabkan resistensi.
Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10% pengidap HIV
yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak
bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara
bermakna.
Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya
vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainyaoun ditemukan vaksin
untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi
yang tinggi (80%) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan
sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit
disediakan oleh negara berkembang.
Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan
vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin.
Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang
miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai
cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan
mampu.
• KESIMPULAN :
Upaya pencegahan tetap lebih baik dan cost-effective dibandingkan dengan upaya
pengobatan. Untuk itu perlu dimasyarakatkan upaya pencegahan AIDS bagi seluruh
lapisan masyarakat, termasuk untuk kelompok remaja-mahasiswa.

Sifilis DEFINISI
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

PENYEBAB
Bakteri Treponema pallidum.

Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut)
atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar
ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.

Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi
kembali.

GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rara 3-4 minggu.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung,
kerusakan otak maupun kematian.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:


1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang
tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-
jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa
ulkus.

Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah
menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak
mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat
menular.
Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.
Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.
Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara keseluruhan.

2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi.
Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan
muncul ruam yang baru.

Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.


Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya
dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga
penglihatan menjadi kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri.
Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih.
Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik
akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.

Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular)
dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak
gambaran seperti digigit ngengat.
Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual,
lelah, demam dan anemia.

3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali.
Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .

4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
- Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan.
Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan,
menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa
ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki
dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala.
Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya
semakin memburuk di malam hari.
- Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal.
Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri
dada, gagal jantung atau kematian.
- Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati.
3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik
dan neurosifilis tabetik.

Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis.
Gejala yang terjadi tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan
medulla spinalis:
- Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk,
kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang,
pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
- Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam mengunyah, menelan
dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot
(paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan
sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur (paralisa
flasid).

Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila.
Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan
mereka mulai mengalami demensia.
Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat
sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala,
sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian,
perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan
penurunan persepsi.

Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis.
Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap.
Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara
tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan
dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya.
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap
kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi.
Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak
terbaca.
Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas.
Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang
lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih
dan pita suara.
Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa
menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya.
Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.

Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:


1. Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR (rapid plasma
reagin).
Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes
ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis.
Pemeriksaan ini lebih akurat.
Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody
absorption), yang digunakan untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga
digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.

Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh cairan


serebrospinal.

Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksan antibodi.

PENGOBATAN
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya, karena itu
penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai penderita dan mitra
seksualnya telah selesai menjalani pengobatan.
Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir terancam tertular.
Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam
tertular. Mereka harus menjalani tes penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif,
mereka perlu menjalani pengobatan.

Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin:
- Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong, masing-masing 1
kali.
- Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan tambahan dengan selang waktu
1 minggu.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua bentuk sifilis fase
tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan lebih lama.
Jika penderita alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-
oral selama 2-4 minggu.

Lebih dari 50% penderita sifilis stadium dini, terutama sifilis fase skunder, mengalami
reaksi Jarisch-Herxheimer dalam waktu 2-12 jam setelah pengobatan pertama.
Reaksi ini diyakini merupakan akibat dari matinya jutaan bakteri.
Gejalanya adalah merasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil
dan semakin memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu.
Penderita neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan.

Setelah menjalani pengobatan, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara
teratur.
Hasil positif dari pemeriksaan antibodi biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang
seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk
mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang lain.

PROGNOSIS

Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder dan fase
laten adalah baik.
Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan
yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki

CARA PENCEGAHAN.
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan
risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular
sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha
untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena
adanya sifilis juga perlu dilakukan. \

Anda mungkin juga menyukai