Aids
Aids
APAKAH AIDS ?
• Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
• Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)
• Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi
juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh
tidak rusak oleh virus AIDS.
BAGAIMANA AIDS MENULAR ?
• 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan
homoseksual)
• 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik)
• 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar
• 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV
• 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV
GEJALA AIDS
Sifilis DEFINISI
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
PENYEBAB
Bakteri Treponema pallidum.
Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut)
atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar
ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.
Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi
kembali.
GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rara 3-4 minggu.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung,
kerusakan otak maupun kematian.
Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah
menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak
mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat
menular.
Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.
Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.
Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi.
Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan
muncul ruam yang baru.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular)
dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak
gambaran seperti digigit ngengat.
Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual,
lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali.
Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
- Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan.
Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan,
menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa
ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki
dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala.
Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya
semakin memburuk di malam hari.
- Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal.
Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri
dada, gagal jantung atau kematian.
- Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati.
3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik
dan neurosifilis tabetik.
Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis.
Gejala yang terjadi tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan
medulla spinalis:
- Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk,
kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang,
pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
- Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam mengunyah, menelan
dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot
(paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan
sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur (paralisa
flasid).
Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila.
Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan
mereka mulai mengalami demensia.
Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat
sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala,
sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian,
perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan
penurunan persepsi.
Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis.
Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap.
Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara
tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan
dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya.
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap
kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi.
Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak
terbaca.
Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas.
Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang
lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih
dan pita suara.
Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa
menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya.
Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksan antibodi.
PENGOBATAN
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya, karena itu
penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai penderita dan mitra
seksualnya telah selesai menjalani pengobatan.
Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir terancam tertular.
Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam
tertular. Mereka harus menjalani tes penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif,
mereka perlu menjalani pengobatan.
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin:
- Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong, masing-masing 1
kali.
- Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan tambahan dengan selang waktu
1 minggu.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua bentuk sifilis fase
tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan lebih lama.
Jika penderita alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-
oral selama 2-4 minggu.
Lebih dari 50% penderita sifilis stadium dini, terutama sifilis fase skunder, mengalami
reaksi Jarisch-Herxheimer dalam waktu 2-12 jam setelah pengobatan pertama.
Reaksi ini diyakini merupakan akibat dari matinya jutaan bakteri.
Gejalanya adalah merasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil
dan semakin memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu.
Penderita neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan.
Setelah menjalani pengobatan, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara
teratur.
Hasil positif dari pemeriksaan antibodi biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang
seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk
mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang lain.
PROGNOSIS
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder dan fase
laten adalah baik.
Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan
yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki
CARA PENCEGAHAN.
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan
risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular
sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha
untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena
adanya sifilis juga perlu dilakukan. \