Hipnosis tidak lain adalah metode untuk mengkomunikasikan sugesti dan gagasan. Yang terpenting di sini adalah respons dan perilaku yang ditunjukkan oleh subjek berkaitan dengan rangsangan yang diberikan kepadanya melalui sugesti. Karena itu dalam membawakan hipnosis mestinya orang tidak sekadar menyampaikan pernyataan verbal yang dihafalkan dari contoh skrip yang sudah ada, tetapi ia perlu mempertimbangkan bahwa itu adalah upaya untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Celakanya ada kecenderungan untuk memberi label tertentu pada sebuah teknik dan menerapkannya berdasarkan label yang kadang tak ada maknanya.
Pendekatan Visualisasi Sebagai contoh, pendekatan visualisasi hebat yang diberi label Teknik Rumah- Pohon-Orang. (The House-Tree-Man Technique). Mestinya jauh lebih tepat kalau pendekatan ini diberi label Sebuah Contoh Teknik Pencitraan Visual, atau Sebuah Teknik Berdasarkan Pencitraan Visual, atau Pencitraan Visual sebagai Teknik. Sebagai sebuah teknik The House-Tree-Man sama sekali tidak esensial. 2 Anda bisa saja membuat label lain, misalnya, Teknik Taman-Perempuan-Jam Matahari (The Garden-Woman-Sundial Technique) atau Teknik Gedung Sekolah-Guru-Murid-Bangku-Papan Tulis-Kapur (The Schoolhouse-Teacher- Pupil-Desk-Blackboard-Chalk Technique).
Prinsip dasarnya adalah membangkitkan citraan visual berkaitan dengan pengalaman seseorang. Rangsangan semacam itu akan membangkitkan dalam diri subjek serangkaian respons yang bisa berkembang menjadi trance. Sama sekali tidak ada alasan yang memadai untuk selalu melibatkan sebangun rumah, sebatang pohon, dan seorang manusia dalam Teknik Rumah-Pohon-Manusia. Satu-satunya tujuan penting dalam teknik ini adalah membangkitkan dan memanfaatkan proses visualisasi, dan objek-objek yang akan digunakan sebagai citraan visual seharusnya dipilih yang berkaitan dengan pengalaman hidup subjek, bukan sesuatu yang bersifat textbook. Prinsip dasar pendekatan ini adalah mengorientasikan semua teknik hipnotik kepada subjek, yang merupakan komponen responsif dalam situasi itu.
Pendekatan Tangan Mengambang di Udara (Hand Levitation)
Dalam mengembangkan dan mengajarkan teknik hand levitation saya berikhtiar untuk menjelaskan dan menekankan bahwa ini adalah teknik yang menghendaki subjek berpartisipasi pada tingkatan motorik. Jadi, prinsipnya, teknik ini adalah 3 teknik partisipatoris yang melibatkan aktivitas motorik dan istilah hand levitation digunakan karena sejumlah alasan.
Tangan dilibatkan di sini dengan alasan bahwa ketika subjek dalam keadaan pasif, maka tanganlah yang bisa dengan mudah diminta mewujudkan gagasan tentang aktivitias motorik tanpa mengganggu keadaan fisik subjek yang diam. Tiap subjek, anda tahu, memiliki pengalaman hidup dengan gerakan tangan selagi tubuhnya beristirahat.
Sesungguhnya tidak jadi soal tangan mana yang akan terangkat dan mengambang, tetapi para inovator yang tidak kritis dan penuh semangat mencoba menyempurnakannya dengan sejumlah variasi tanpa dasar. Teknik levitation ini kemudian berkembang dengan pengambangan pada tangan kanan, tangan kiri, kedua tangan bersamaan atau bergantian, dan pada jari telunjuk kanan, jari telunjuk kiri, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa yang penting di sini adalah aktivitas motorik dan bukan bagan tubuh mana yang terangkat. Bagian tubuh tertentu hanya penting ketika ia dimaksudkan untuk tujuan tertentu yang berkaitan dengan penggunaannya, misalnya isyarat jari, untuk memberikan jawaban dengan gestur.
Istilah levitation (pengambangan) digunakan mula-mula untuk menandai karakter aktivitas motorik dan bukan perintah untuk membuat gerakan. Pertimbangan dasarnya adalah membangkitkan sensasi subjektif tentang aktivitas motorik yang ringan, bebas, terjadi dengan sendirinya, dan tanpa upaya sadar. 4 Karena itu levitation bisa saja naik atau turun, horisontal atau gerakan memutar. Bahkan tidak penting apakah akan benar-benar muncul gerakan nyata karena yang dikehendaki adalah sensasi subjektif gerakan tanpa upaya sadar dan bukan gerakan itu sendiri. Karenanya istilah hand levitation tepat digunakan karena kita lebih mudah mensugesti gerakan pada tangan ketimbang pada bagian-bagian tubuh yang lain.
Confusion Technique (Teknik Kebingungan)
Ada banyak teknik lain yang perlu kita bicarakan prinsip esensialnya. Misalnya, apa yang disebut teknik kebingungan (confusion technique). Teknik ini nyaris tidak pernah dijelaskan dalam literatur dan sering dipandang rumit dan membingungkan. Pada kenyataannya, ini adalah prosedur yang relatif simpel. Lazimnya ia adalah teknik verbal, tetapi elemen-elemen nonverbal bisa dengan mudah ditambahkan dan bahkan bisa menjadi bagian utama teknik.
Sederhananya begini, teknik kebingungan ini didasarkan pada penyampaian serangkaian gagasan yang satu sama lain tampaknya hanya memiliki kaitan yang sangat longgar. Gagasan-gagasan tersebut dihubungkan oleh benang merah yang tidak dikenali oleh subjek, yang meningkatkan perbedaan asosiasi, dan diselipi dengan penekanan pada gagasan yang jelas. Itu semua menghalangi subjek dari kemungkinan mengembangkan satu rangkaian asosiasi, tetapi semakin membuat mereka merasa perlu untuk melakukan sesuatu, sampai mereka siap menerima tawaran sugesti yang jelas dan pasti. Katakanlah, teknik ini mungkin melulu 5 verbal atau gabungan elemen-elemen verbal dan nonverbal; keduanya bisa saja digunakan sebagai induksi cepat atau lambat, tergantung pada situasi dan tujuan yang diinginkan.
Misalnya, dalam ceramah di depan staf profesional di rumah sakit Virginia, seorang perawat dipaksa oleh atasannya untuk sukarela menjadi subjek. Untungnya perempuan ini tertarik menjadi subjek, tetapi ia tidak suka disuruh- suruh. Saya mengambil keuntungan dari situasi emosional ini untuk menggunakan teknik kebingungan. Mula-mula disampaikan sugesti nonverbal kepada subjek, yang belum pernah menyaksikan atau terlibat dengan hipnosis sebelumnya, untuk menjadikannya trance dalam waktu singkat.
Saat ia maju ke depan ruangan kuliah dari lorong samping, kursi untuknya kugeser ke posisi yang agak mencolok. Ketika ia kira-kira enam kaki dari kursi, aku bertanya, Maukah kau duduk di kursi ini di sini? saat menyampaikan kata ini, tangan kiriku dengan pelan-pelan kuletakkan di bagian belakang kursi, seolah-olah menunjuknya. Saat kata di sini kusebutkan, aku menggerakkan tangan kananku, seolah-olah menunjukkan kursi lain di sebelah kursi sesungguhnya. Ia terpaku sejenak, tetapi saat ia melanjutkan jalannya, kursi itu sedikit kusorongkan ke arahnya, menyebabkan terdengarnya suara berisik saat kaki kursi menggesek lantai. Suara ini terdengar jelas. Saat ia makin dekat, kursi itu kutarik sedikit agak menjauhinya, dan segera saat ia melihat itu, kursi kudorong balik kurang lebih satu inci, dan kemudian satu inci lagi ke depan dan 6 ke samping ke arahnya. Semua ini ia perhatikan karena tangan kiriku di punggung kursi terus menunjuk satu titik.
Sekarang ia sudah mencapai kursi, membalikkan tubuh pelan-pelan, dan mulai merendahkan tubuhnya ke kursi. Segera setelah lututnya menekuk, kursi kuputar sekitar satu inci, dan saat ia berhenti lagi sesaat untuk melihat kursi, aku memegang siku kanannya dan menariknya pelan-pelan ke samping dan kemudian ke depan. Saat ia ia berpaling untuk memberikan respons atas hal ini, sikunya kulepaskan dan tangan kanannya dan pergelangannya kupegang dengan lembut dan kugerakkan sedikit ke atas dan kemudian turun. Saat ia mengalihkan pandangannya dari siku ke tangan, aku mengatakan pelan, Duduk nyaman sajalah, dan saat kau duduk, tutup saja matamu dan masuklah ke dalam trance, dan saat kau terus duduk di situ, tidurlah semakin lelap dalam trance hipnotik.
Saat ia duduk di kursi, aku menambahkan, Dan sekarang kau bisa menarik nafas dalam-dalam penuh kenyamanan selagi aku meneruskan ceramahku. Setelah itu, tanpa perlu waktu dan pernyataan lagi ia segera mendemonstrasikan trance somnambulistik dan seluruh fenomena deep trance lainnya. Ia kubangunkan sekitar satu jam kemudian, dan menunjukkan amnesia total dengan menyatakan, Tapi kau membuatku bingung sehingga aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus duduk begini, dan kau ingin aku melakukan apa dengan tanganku?
Kujawab, Maukah kau memasuki trance. 7
Ia menjawab, Aku sungguh tidak tahu. Aku tidak yakin. Aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa dihipnotis. Kurasa mungkin aku bisa. Aku ingin mencobanya jika kau menginginkan. Aku menanyakan apa yang ia maksud dengan pernyataan bingung yang baru ia katakan.
Yah, waktu aku mulai maju kemari, kau memintaku duduk di kursi ini, dan kemudian kau mulai menggeser kursi ke sini dan kemudian ke sana, dan kemudian kau mulai menggerakkan lenganku, dan sebelum aku tahu apa yang kauinginkan, kau memegang tanganku dan aku tetap bingung. Kau ingin aku melakukan apa?
Dalam pertanyaan di ujung penjelasannya itu, subjek mendefinisikan secara memadai tujuan dari teknik kebingungan, yakni kebutuhan mendesak untuk mendapatkan kepastian yang mudah dimengerti tentang apa yang diinginkan. Dalam situasi yang menyulitkan di mana kebingungan berkembang, apakah dengan cara verbal, nonverbal, atau kombinasi keduanyya, subjek sangat siap menerima apa pun ide simpel yang pertama kali muncul. Dengan itu kebingungannya berakhir. Dalam contoh kasus ini, ia menerima seketika sugesti, Duduk nyaman sajalah. Tutup matamu, dan tidurlah lelap.
Begitulah, perintah itu sangat melegakan untuk dilakukan. Saat bangun dari trance, ia kembali ke situasi kebingungan yang tadi diinterupsi oleh deep trance yang berkembang cepat. 8
Ringkasnya, serangkaian aktivitas fisik disodorkan kepada si subjek. Mula-mula satu sugesti nonverbal, dan kemudian sugesti nonverbal berikutnya disodorkan sebelum ia bisa merespons sugesti pertama, dan seterusnya. Setiap sugesti itu bisa ia terima, tetapi waktu yang tersedia tidak cukup untuk memutuskan harus merespons dengan cara bagaimana. Sementara itu kebutuhan untuk merespons ia rasakan semakin meningkat.
Selanjutnya, setiap sugesti baru adalah gabungan dari isyarat-isyarat yang bertentangan (gerakan maju dan mundur, atau ke kiri dan ke kanan) yang mendesakkan kebutuhan kepadanya untuk menyeleksi pilihan ganda yang disodorkan ini. Ketika subjek mencapai titik psikologis di mana ia siap memenuhi kebutuhannya yang kian menguat untuk membuat respons, saya memberinya pernyataan langsung yang simpel.
Dalam satu kalimat, kita bisa mendefinisikan teknik kebingungan sebagai teknik di mana serangkaian rangsangan diberikan dan kebutuhan untuk merespons dihambat sampai subjek, ketika semakin menumpuk kebutuhannya untuk merespons, bisa membuat respons yang melegakan ketika gagasan yang sangat jelas disampaikan kepadanya.
Dalam contoh tersebut, sekiranya subjek belum siap memasuki trance, aku bisa dengan mudah meneruskannya dengan mengalihkan perhatian dari tangan kanan ke tangan kiri, kemudian ke siku kanan dan kemudian ke lutut kiri, demi 9 memberinya stimulus yang mengacaukannya. Alasannya, dengan cara itu kita meningkatkan kebutuhan subjek untuk memberikan respons.***
------------------------------------------ *) Ini adalah tulisan Erickson yang tidak diterbitkan. Ditulis pada pertengahan 1940-an.
Penerjemah A.S. Laksana Tentang Penulisan Kreatif, silakan kunjugi http://as-laksana.blogspot.com Tentang Ericksonian Hypnosis, silakan kunjungi: http://tranceformasi.blogspot.com