Anda di halaman 1dari 3

BANK DAN TANTANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA
Seseorang bercerita dengan semangat bahwa dia ditawari Customer Service sebuah Bank untuk
melakukan investasi yang katanya hasilnya lebih besar dari deposito. Ditambah lagi kalau dia
tiba-tiba meninggal, dia tidak perlu kuatir akan uang investasinya, justru keluarganya akan
diberikan uang sebesar 25 juta. Dan dia hanya perlu bayar lima ratus ribu perbulan. Hebatnya
lagi ini ditawarkan di Bank. Wah, menarik...
Berbeda kasus lainnya. Dia bercerita betapa kecewanya dia karena telah membeli produk
investasi dari sebuah Bank. Katanya investasi tersebut juga mendapatkan asuransi sebagai
bonusnya. Saat awal perkenalan, dia diiming-imingi nilai yang cukup bagus bila dia mau
berinvestasi minimal selama lima tahun. Tapi dia merasa menyesal, karena setelah sekian tahun
dia berinvestasi hasilnya seperti tidak bertambah. Malah lebih bagus kalau dia coba depositokan
saja uangnya.
Apakah Anda pernah mengalami hal yang sama seperti mereka ini? Pernahkah Anda pergi ke
suatu Bank lalu Anda merasa menerima penjelasan yang begitu menarik hati, atau justru salah
sasaran atau tidak tepat untuk Anda? Jika pertanyaan tersebut dilanjutkan, Menurut Anda,
produk yang ditawarkan oleh Bank tersebut produk yang dikeluarkan langsung oleh Bank atau
bukan? Apa jawaban Anda?
Dari hasil cerita tersebut, keduanya menganggap produk yang mereka ambil adalah produk yang
dikeluarkan langsung oleh Bank atau produk milik Bank. Dalam pikiran mereka: "kan Bank
yang menjual, jadi harusnya dijamin dan cukup aman seperti tabungan atau deposito dong.
Apalagi dibandingkan langsung dengan deposito hasilnya." Benarkah? Jawabannya adalah tidak.
Sejatinya, memang bank adalah tempat yang aman (dari segi modal pokok) untuk menyimpan
uang bagi awam. Tapi ingat, keamanan atau jaminan terhadap modal pokok hanya berlaku untuk
produk yang memang dikeluarkan oleh Bank dan itupun bila memenuhi beberapa syarat
penjaminan. Sedangkan saat ini Bank tidak hanya memasarkan produknya tapi juga
diperbolehkan memasarkan produk lembaga keuangan lain seperti asuransi ataupun manajer
investasi. Produk dari lembaga keuangan lain tentu saja tidak pernah ada jaminan terhadap
modal pokoknya. Jadi tentu saja, hasil yang diberikan bisa saja jauh lebih besar dari deposito,
namun potensi untuk merugi pun lebih besar. Karena itu, pegawai bank (customer service/wealth
manager) seharusnya mampu menjelaskan dengan baik dan tentu saja benar
kepada nasabahnya mengenai setiap produk yang ditawarkan dan tidak sembarang
membandingkan atau mengiming-imingi nasabah hanya berdasarkan return yang jelas berbeda
secara risikonya.
Kembali ke kasus diatas, kedua teman saya sebenarnya ditawari produk yang sejenis yaitu
produk asuransi. Namun diawal mereka hanya tergiur dengan hasil yang katanya bisa
didapatkan. Pada akhirnya ada yang kecewa. Jadi selain pihak Bank, nasabah pun memiliki
tanggung jawab untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai produk yang akan
dibelinya.
Mencermati masalah tersebut tentunya kita tidak dapat mengharapkan setiap nasabah untuk
memiliiki pengetahuan yang setara karena akses yang didapatkan pun berbeda. Proses
pembelajaran setiap nasabah digantungkan pada kemauan mereka untuk menggali informasi
sendiri. Karena itu solusi yang paling jelas dapat diterapkan secepat mungkin agar tidak ada
kesalahan informasi dalam penawaran produk adalah dengan cara memperbaiki kualitas dari sisi
Bank yaitu pegawainya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan Bank untuk memastikan hal tersebut antara lain
1. Pembentukan karakter dan moral pegawai
Pembentukan karakter dan moral perlu dilakukan, agar pegawai bank memiliki rasa tanggung
jawab yang cukup tinggi untuk menjaga amanah yang diberikan padanya. Baik amanah untuk
menyampaikan produk dengan sejelas mungkin, maupun amanah untuk tidak menggunakan
dana nasabah untuk kepentingan pribadinya. Tidak dapat dipungkiri bagian marketing/sales
Bank pasti dikejar oleh target yang cukup tinggi sehingga terkadang informasi penting namun
fatal sengaja disembunyikan demi penjualan.
2. Pembelajaran secara terus menerus mengenai produk yang akan ditawarkan, tidak hanya dari
sisi penjual tapi juga dari sisi pembeli
Perkembangan produk sangat pesat dan semakin kompleks. Pembelajaran yang menyeluruh
diperlukan, tidak hanya dari training tapi pendidikan dasar setiap produk. Pembelajaran ini
sebenarnya bisa didapatkan dari pendidikan sebelum memasuki dunia keija (Bank) ataupun
training internal berkelanjutan.
Unisba dengan Jurusan Keuangan dan Perbankan Syariahnya memiliki komitmen yang kuat
untuk menghasilkan output sumber daya yang mampu memenuhi kedua hal tersebut. Tidak
hanya dari segi pengetahuan produk bank, manajemen dan teknisnya, Unisba pun berusaha
membekali setiap lulusannya dengan pendidikan moral dan karakter yang cukup kuat agar dapat
mengemban amanah di dunia keija. Tentunya hal ini akan menjadi suatu nilai tambah juga bagi
Bank karena mereka akan menerima input sumber daya yang sudah terbentuk, sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk mengasah SDM yang dimiliki pun akan dapat dikurangi.
Artikel pernah dimuat di HarianKompas, Griya Ilmu Kamis 5 April 2012 halaman 46
Penulis Rakhmi Permatasari, ST.,M.Si. Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung

Anda mungkin juga menyukai