Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR 01/PJ.07/2007

TENTANG

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PEMBETULAN
KETETAPAN PAJAK, KEBERATAN, PENGURANGAN ATAU
PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI, DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN
KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 16, Pasal 26 dan
Pasal 36 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, dipandang perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal tentang Prosedur Pengajuan
dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak,
Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi,
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3984);
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
542/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-297/PJ/2002
tanggal 5 Juni 2002 tentang Pelimpahan Wewenang Direktur
Jenderal Pajak kepada Para Pejabat di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-68/PJ/2007 tanggal
9 April 2007;
6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-27/PJ./2003
tentang Tempat Pelayanan Terpadu pada Kantor Pelayanan Pajak.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PEMBETULAN KETETAPAN PAJAK, KEBERATAN,
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,
DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR PAJAK PENGHASILAN, PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH.
BAB I
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PEMBETULAN KETETAPAN PAJAK

Pasal 1
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat membetulkan surat ketetapan pajak, Surat
Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar,
atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
(2) Pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di atas dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas
pemerintahan yang baik, sehingga apabila terdapat kesalahan atau
kekeliruan yang sifatnya manusiawi dalam suatu ketetapan pajak
perlu dibetulkan sebagaimana mestinya.
(3) Sifat kesalahan atau kekeliruan tersebut tidak mengandung
persengketaan antara fiskus dengan Wajib Pajak.
Pasal 2
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak terbatas pada kesalahan
atau kekeliruan sebagai akibat dari :
a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan yang dapat berupa
nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor surat ketetapan
pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh
tempo;
b. Kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal dari penjumlahan
dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagian
suatu bilangan;
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam
penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi
administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan
penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan
kekeliruan dalam pengkreditan.
Pasal 3
(1) Surat permohonan pembetulan ketetapan pajak Wajib Pajak dapat
disampaikan langsung atau melalui pos tercatat ke KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP
yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses
surat permohonan pembetulan ketetapan pajak adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan
secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau
petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat permohonan
pembetulan ketetapan pajak disampaikan melalui pos tercatat.
BAB II
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 4
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pasal 5
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari
surat ketetapan pajak, pemotongan atau pemungutan pajak dalam hal
Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak,
pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya.
Pasal 6
Surat keberatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Satu surat keberatan untuk satu ketetapan pajak atau satu bukti
pemotongan/pemungutan pajak;
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak
yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut
penghitungan Wajib Pajak;
d. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas;
e. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan
pajak atau tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali
karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur) yang
harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa
tersebut;
f. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat keberatan
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak sebagaiman diatur dalam
Pasal 32 Undang-undang KUP.
Pasal 7
Sebelum mengajukan keberatan Wajib Pajak dapat meminta
keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan
pajak, penghitungan laba/rugi, pemotongan atau pemungutan pajak
kepada Kepala KPP.
Pasal 8
(1) Surat keberatan Wajib Pajak disampaikan langsung atau melalui
pos tercatat ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar atau ke
KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses
surat keberatan adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan
secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau
petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat keberatan
disampaikan melalui pos tercatat.
Pasal 9
(1) Dalam proses penyelesaian keberatan Wajib Pajak wajib
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy sesuai
surat permintaan dari unit kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
menyelesaikan keberatan.
(2) Paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Pajak wajib
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung.
(3) Setelah 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Wajib Pajak belum memberikan penjelasan
dan atau pembuktian, Wajib Pajak dapat diminta kembali untuk
memberikan penjelasan dan pembuktian yang kedua tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung.
(4) Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat permintaan
penjelasan dan atau pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Wajib Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau
pembuktian.
(5) Dalam hal masih diperlukan, Wajib Pajak dapat diminta
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tambahan, yang
wajib ditanggapi oleh Wajib Pajak paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja sejak tanggal surat permintaan penjelasan dan atau
pembuktian tambahan.
(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan penjelasan dan atau
pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan
dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk
hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan maka
keberatan akan diproses berdasarkan data yang ada.
Pasal 10
(1) Wajib Pajak dapat dipanggil untuk melakukan pembahasan
sengketa perpajakan dan wajib menandatangani Berita Acara
Pembahasan Sengketa Perpajakan.
(2) Berdasarkan hasil pembahasan sengketa perpajakan, kepada Wajib
Pajak akan dikirimkan Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian
Keberatan untuk ditanggapi.
(3) Wajib Pajak dapat memberikan tanggapan tertulis atas Surat
Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan dan/atau
dapat menghadiri undangan pembahasan akhir pada waktu yang
ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan.
(4) Hasil pembahasan akhir akan dituangkan dalam Berita Acara
Pembahasan Akhir dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan
dapat disampaikan langsung kepada Wajib Pajak pada
pembahasan akhir atau dikirimkan sebagai lampiran Surat
Keputusan Keberatan.
(5) Dalam hal Wajib Pajak tidak menghadiri undangan pembahasan
akhir, Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan akan dikirimkan
sebagai lampiran Surat Keputusan Keberatan.
BAB III
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 11
Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang dikenakan
karena adanya kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahan
Wajib Pajak.
Pasal 12
Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Hanya boleh diajukan oleh Wajib Pajak yang tidak mengajukan
keberatan atas surat ketetapan pajaknya;
b. Diajukan atas suatu Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan;
c. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
d. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas;
e. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan
pajak kecuali karena keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak (force
majeur) yang harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar
biasa tersebut;
f. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat permohonan
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 32 Undang-undang KUP.
Pasal 13
(1) Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi Wajib Pajak disampaikan secara langsung atau
melalui pos tercatat ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar atau ke
KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses
surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan
secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau
petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
disampaikan melalui pos tercatat.
Pasal 14
(1) Dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi, dalam hal diperlukan Wajib
Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau pembuktian disertai
dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam
bentuk hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan dari
unit kantor Direktorat Jenderal Pajak yang menyelesaikan
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi.
(2) Paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Pajak wajib
memberikan penjelasan dan atau pembuktian disertai dengan
dokumen/ bukti dan buku-buku pendukung.
(3) Setelah 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Wajib Pajak belum memberikan penjelasan
dan atau pembuktian, Wajib Pajak dapat diminta kembali untuk
memberikan penjelasan dan pembuktian yang kedua disertai
dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung.
(4) Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat permintaan
penjelasan dan atau pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Wajib Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau
pembuktian.
(5) Dalam hal masih diperlukan, Wajib Pajak dapat diminta
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tambahan, yang
wajib ditanggapi oleh Wajib Pajak paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja sejak tanggal surat permintaan penjelasan dan atau
pembuktian tambahan.
(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan penjelasan dan atau
pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan
dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk
hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan maka
permohonan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
akan diproses berdasarkan data yang ada.
Pasal 15
(1) Wajib Pajak dapat dipanggil untuk melakukan pembahasan
sengketa perpajakan dan wajib menandatangani Berita Acara
Pembahasan Sengketa Perpajakan.
(2) Berdasarkan hasil pembahasan sengketa perpajakan, kepada Wajib
Pajak akan dikirimkan Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi untuk
ditanggapi.
(3) Wajib Pajak dapat memberikan tanggapan tertulis atas Surat
Pemberitahuan Hasil Penelitian Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Penelitian Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan/atau dapat menghadiri undangan
pembahasan akhir pada waktu yang ditentukan dalam Surat
Pemberitahuan Hasil Penelitian Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi.
(4) Hasil pembahasan akhir akan dituangkan dalam Berita Acara
Pembahasan Akhir dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Pengurangan
atau Penghapusan Sanksi Administrasi dapat disampaikan
langsung kepada Wajib Pajak pada pembahasan akhir atau
dikirimkan sebagai lampiran Surat Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi.
(5) Dalam hal Wajib Pajak tidak menghadiri undangan pembahasan
akhir, Daftar Hasil Akhir Penelitian Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi akan dikirimkan sebagai
lampiran Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi.
BAB III
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK YANG
TIDAK BENAR

Pasal 16
Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak
yang tidak benar.
Pasal 17
Surat permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Diajukan untuk suatu surat ketetapan pajak;
b. Mengemukakan jumlah pajak menurut penghitungan Wajib Pajak
seharusnya terutang;
c. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat permohonan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 32 Undang-undang KUP;
Pasal 18
(1) Surat permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar Wajib Pajak disampaikan langsung atau melalui
pos tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak
terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang
bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses
surat permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan
secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau
petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat pengurangan
atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar disampaikan
melalui pos tercatat.
Pasal 19
(1) Dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar Wajib Pajak wajib
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy sesuai
surat permintaan dari unit kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak yang tidak benar.
(2) Paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Pajak wajib
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung.
(3) Setelah 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Wajib Pajak belum memberikan penjelasan
dan atau pembuktian, Wajib Pajak dapat diminta kembali untuk
memberikan penjelasan dan pembuktian yang kedua tentang dasar
perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku
pendukung.
(4) Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat permintaan
penjelasan dan atau pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Wajib Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau
pembuktian.
(5) Dalam hal masih diperlukan, Wajib Pajak dapat diminta
memberikan penjelasan dan atau pembuktian tambahan, yang
wajib ditanggapi oleh Wajib Pajak paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja sejak tanggal surat permintaan penjelasan dan atau
pembuktian tambahan.
(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan penjelasan dan atau
pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan
dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk
hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan maka
permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang
tidak benar akan diproses berdasarkan data yang ada.
Pasal 20
(1) Wajib Pajak dapat dipanggil untuk melakukan pembahasan
sengketa perpajakan dan wajib menandatangani Berita Acara
Pembahasan Sengketa Perpajakan.
(2) Berdasarkan hasil pembahasan sengketa perpajakan, kepada Wajib
Pajak akan dikirimkan Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar.
(3) Wajib Pajak dapat memberikan tanggapan tertulis atas Surat
Pemberitahuan Hasil Penelitian Pengurangan atau Pembatalan
Ketetapan Pajak yang Tidak Benar sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal
Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak dan/atau dapat
menghadiri undangan pembahasan akhir pada waktu yang
ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar.
(4) Hasil pembahasan akhir akan dituangkan dalam Berita Acara
Pembahasan Akhir dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar dapat
disampaikan langsung kepada Wajib Pajak pada pembahasan akhir
atau dikirimkan sebagai lampiran Surat Keputusan Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar.
(5) Dalam hal Wajib Pajak tidak menghadiri undangan pembahasan
akhir, Daftar Hasil Akhir Penelitian Pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak yang tidak benar akan dikirimkan sebagai
lampiran Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan
Ketetapan Pajak yang Tidak Benar.
Pasal 21
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kembali atas keputusan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal keputusan, kecuali karena keadaan diluar kekuasaan
Wajib Pajak (force majeur) yang harus disertai bukti pendukung adanya
keadaan luar biasa tersebut.
BAB V
KETENTUAN LAIN

Pasal 22
Surat Keputusan Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan,
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar harus diterbitkan
paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
permohonan diterima.
Pasal 23
Dalam hal Wajib Pajak diwakili atau menunjuk kuasa, Wajib Pajak
wajib memberikan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2000.
Pasal 24
(1) Ketentuan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku untuk proses
pengajuan dan penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan
pajak, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar jenis pajak Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
(3) Terhadap ketentuan mengenai pembetulan ketetapan pajak,
keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar
yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku
lagi.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku untuk prosedur
pengajuan dan penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan pajak,
keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar jenis
pajak Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang diajukan sejak tanggal ditetapkannya
ketentuan ini.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2007
Direktur Jenderal,


Darmin Nasution
NIP 130605098

Anda mungkin juga menyukai