Anda di halaman 1dari 10

ALBERT BANDURA

BIOGRAFI
Albert Bandura tumbuh sebagai anak laki-laki satu-satunya dari keluarga dengan lima
kakak perempuan dan dia dilahirkan pada 4 Desember 1925, di Mundare.Setelah lulus dari
sekolah menengah atas, Bandura melewatkan musim panas di Yukon, bekerja diperusahaan
penggalian jalan raya, di highway Alaska. Pengalaman ini membawanya berkenalan dengan
sesama pekerja, kebanyakan dari mereka melarikan diri dari kreditor dan hutang. Selain itu,
beberapa rekan kerjanya menunjukkan berbagai bentuk psikopatologi dengan kadar yang
berbeda-beda. Walaupun observasinya terhadap sesama pekerja mulai menumbuhkan minatnya
dalam psikologi klinis, ia tidak memutuskan menjadi psikolog sampai ia memasuki University
of British Columbia di Vancouver. Dia menerima gelar sarjana muda dalam waktu tiga tahun
dibidang psikologi dari University of British Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk
University of Iowa, tempat dimana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia
menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Waktu dia Iowa, dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur sekolah perawat.
Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus, dia melanjutkan
pendidikannya pascaprogram doktor di Wichita Guidance Center, Wichita, Kansas. Pada tahun
1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan
salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul
Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters meninggal dalam usia muda
karena kecelakaan sepeda motor. Sejak terbit buku pertama, Bandura terus menerbitkan beragam
buku dengan subjek yang bervariasi, sering kali berkolaborasi dengan mahasiswa pascasarjana.
Buku-bukunya paling berpengaruh adalah Social Learning Theory (1977), Social Foundation of
Tought and Action (1986), dan Self-Efficacy: The Exercise of Control (1997).
Bandura menjadi presiden American Psychological Association (APA) tahun 1974, dan
menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun
1980, ketua Western Psychological Association (1980), dan ketua kehormatan Canadian
Psychological Association (1999).
TEORI KOGNITIF SOSIAL
Belajar
Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia
cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup
banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung.
Pembelajaran melalui Observasi
Bandura yakin bahwa observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa
harus melakukan perilaku apapun. Hal terpenting bagi teori kognitif sosial adalah asumsi bahwa
mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa
pembelajaran melalui observasi lebih efisien dari pada belajar melalui pengalaman langsung.
Dengan mengobservasi orang lain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respon yang dapat
berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sama sekali.
Modeling
Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modeling. pembelajaran melalui
modeling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan
mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Dengan kata lain, modeling
meliputi proses kognitif, bukan sekedar imitasi. Beberapa faktor menentukan apakah seseorang
akan belajar dari seorang model dalam suatu situasi. Pertama, karakteristik model tersebut sangat
penting. Manusia lebih mungkin mengikuti orang yang memiliki status lebih tinggi. Kedua,
karakteristik dari yang melakukan obsevasi juga mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan
modeling. Orang-orang yang tidak mempunyai status, kemampuan, atau kekuatan lebih mungkin
untuk melakukan modeling. Ketiga, konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru juga mempunyai
pengaruh terhadap pihak yang melakukan observasi. Semakin besar nilai yang ditaruh seseorang
yang melakukan observasi pada suatu perilaku, lebih memungkinkan untuk orang tersebut
mengambil perilaku tersebut.
Proses yang Mengatur melalui Observasi
Bandura (1986) menemukan empat proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi, yaitu:
o Perhatian
Sebelum kita dapat melakukan modeling terhadap orang lain, kita harus memperhatiakn
orang tersebut. Apa faktor-faktor yang mengontrol perhatian? Pertama, karena kita mempunyai
kecenderungan untuk mengobservasi seseorang yang sering kita asosiasikan dengan diri kita, kita
lebih mungkin untuk memperhatikan orang-orang tersebut. Kedua, model yang atrktif dan
menarik lebih mungkin untuk diobservasi dari pada model yang tidak menarik, kita
mengobservasi perilaku yang kita rasa penting atau bernilai.
o Representasi
Agar sebuah observasi dapat mengarahkan pada pola respon yang baru, pola tersebut
harus dapat direpresentasikan secara simbolis di dalam ingatan. Representasi simbolik tidak
perlu dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk gambaran dan
dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Proses ini penting terutama dalam tahapan
bagi bayi, saat kemampuan verbal belum berkembang.
Walaupun begitu, pengodean secara verbal akan sangat meningkatkan kecepatan proses
pembelajaran pembelajaran melalui observasi. Dengan bahasa, kita dapat secara verbal
mengevaluasi perilaku kita dan memutuskan perilaku yang ingin kita buang dan yang ingin kita
coba. Pengodean secara verbal juga membantu kita untuk mempelajari perilaku tersebut saat ada
kesempatan. Pengulangan dapat juga melibatkan performa nyata dari respoppn modeling, dan
dapet membantu proses retensi.
o Produksi Perilaku
Setelah memperhatikan seorang model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi,
kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Dalam proses mengubah representasi kognitif ke
dalam tindakan yang tepat, kita harus bertanya pada diri kita beberapa pertanyaan mengenai
perilaku yang akan ditiru. Pertama kita akan bertanya, Bagaimana saya dapat melakukan hal
ini? Setelah secara simbolis mengulang respon-respon yang relevan, kita mencoba perilaku
tersebut. Selama melakukannya, kita memonitor diri kita dengan pertanyaan Apa yang sedang
saya lakukan? Terakhir, kita mengevaluasi performa dengan bertanya Apakah saya melakukan
dengan benar? Pertanyaan terakhir ini tidak selalu mudah untuk dijawab, terutama
perilaklakukan yang mengutamakan kemempuan motorik.
o Motivasi
Pembelajaran melalui obsevasi paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi
untuk melakukan perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada
pengumpulan informasi untuk belajar, namun performa difasilitasi oleh motivasi untuk
melakukan perilaku tertentu. Walaupun observasi dari orang lain mengajari kita bagaimana
melakukan sesuatu, kita dapat saja tidak mempunyai hasrat untuk melakukan tindakan tersebut.
o Pembelajaran Aktif
Setiap respons yang dibuat manusia pasti menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi dapat
memuaskan dapat juga tidak memuaskan, dan yang lainnya bahkan tidak mendapat perhatian
secara kognitif sehingga hanya mempunyai efek yang kecil. Bandura yakin bahwa perilaku
manusia yang kompleks dapat dipelajari saat seseorang memikirkan dan mengevaluasi
konsekuensi perilaku mereka. Konsekuensi dari respon ini memiliki tiga fungsi. Pertama,
konsekuensi dari respon memberi kita informasi mengenai dampak perilaku kita. Kita dapat
mempertahankan informasi tersebut dan menggunakannya sebagai panduan untuk tindakan
dimasa depan. Kedua, konsekuensi dari respon memotivasi perilaku kita yang bersifat antisipasi,
yaitu bahwa kita mampu secara simbolik merepresentasikan pencapaian dimasa depan dan
bertindak sesuai dengan hal tersebut. Ketiga, konsekuensi dari respon berfungsi untuk
menguatkan perilaku. Bandura (1986) beranggapan bahwa walaupun penguatan dapat sewaktu-
waktu bersifat tidak disadari dan otomatis, pola perilaku kompleks sangat difasilitasi oleh
intervensi kognitif.

Tradic Reciprocal Causation
Albert Bandura (1986, 1999b, 2001, 2002b) mengadposi suatu pendirian yang cukup
berbeda. Teori kognisi sosialnya menjelaskan fungsi psikologis dalam kondisi tradic reciprocal
causation. Sistem ini mengasumsi bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi antara tiga
variabel, yaitu lingkungan, perilaku, dan manusia. Manusia yang dimaksud oleh Bandura
diaplikasikan secara umum walaupun tidak eksklusif, seperti faktor kognitif, yaitu memori,
antisipasi, perencanaan, dan penilaian. Oleh karena itu manusia memiliki dan menggunakan
kapasitas kognisi tersebut. Walaupun kognisi mempunyai dampak kausal yang kuat pada
lingkungan dan perilaku, tetapi kognisi bukanlah entitas yang bersifat otonom atau independen
dari kedua variabel lainnya. Bandura (1986) mengkritik pakar teori yang mengatribusikan
penyebab perilaku manusia pada dorongan internal, seperti insting, dorongan, kebutuhan, dan
keinginan. Kognisi sendiri ditentukan dan dibentuk oleh perilaku dan lingkungan.
Tradic reciprocal causation direpresentasikan secara sistematis dalam:










Konsep Bandura mengenai tradic reciprocal causation. Fungsi manusia merupakan hasil
interaksi antara perilaku (behaviour-B), variabel manusia (person variable-P), dan lingkungan
(environment-E).
B mengimplikasikan perilaku (behaviour); E merepresentasikan lingkungan eksternal
(external environment); dan P merepresentasikan manusia itu sendiri (person), termasuk gender,
kedudukan sosial, ukuran, dan penampilan fisik yang menarik orang tersebut, tetapi lebih
ditekankan pada faktor kognitif, seperti pikiran, memori, penilaian, insight, dan lainnya.
Bandura menggunakan istilah timbal-balik (reciprocal) untuk mengindikasikan adanya
interaksi dari dorongan-dorongan, tidak hanya satu tindakan yang sama atau berlainan. Ketiga
faktor yang berhubungan timbal-balik tidak perlu mempunyai kekuatan yang sama. Walaupun
perilaku dan lingkungan sewaktu-waktu dapat menjadi
kontributor yang paling kuat terhadap performa, kognisi biasanya merupakan kontributor yang
paling kuat terhadap performa karena teraktivasi.
Sebuah Contoh Tradic Reciprocal Causation
Contoh yang mempunyai ilustrasi timbal-balik dari faktor perilaku, lingkungan, dan
personal dari sudut pandang sang ayah yang memberi kue kepada anaknya. Pertama,
permohonan anak mempengaruhi perilaku sang ayah (EB); juga menentukan sebagian kognisi
ayah (EP); perilaku sang ayah membantu untuk membentuk perilaku anaknya, yaitu
lingkungannya sendiri (BE); perilakunya juga mempengaruhi pikirsnnya sendiri (BP); dan
kognisinya menentukan sebagian dari perilakunya (PB). Untuk melengkapi ingkaran ini, P
(manusia) harus mempengaruhi E (lingkungan). Bagamana kognisi sang ayah membentuk secara
langsung lingkungannya tanpa diubah sebelumnya menjadi perilaku? Hal tersebut tidak dapat
terjadi. Akan tetapi, P tidak hanya mengindikasikan kognisi P; P meliputi keseluruhan
manusianya. Bandura 1999b mempunyai hipotesis bahwa manusia memunculkan reaksi yang
berbeda dari lingkungan sosialnya melalui karakteristik fisik mereka, seperti usia, ukuran, ras,
jenis kelamin, dan penampilan fisik, bahkan sebelum mereka mengatakan atau melakukan
sesuatu. Sang ayah dengan keutamaan yang dimiliki dari peranan dan statusnya mempunyai
dampak yang cukup menentukan pada anaknya. Oleh karena itu, kaitan kausalitas yang terakhir
telah utuh (PE).
Pertemuan secara kebetulan dan Peristiwa Tidak Disengaja
Bandura (1998a) mendefinisikan pertemuan yang kebetulan sebagai pertemuan yang
tidak disengaja dari orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. Kejadian yang
tidak disengaja adalah pengalaman dari lingkungan yang tidak terduga dan tidak disengaja.
Kehidupan sehari-hari manusia dipengaruhi dalam kadar yang besar atau kecil oleh orang-orang
yang kebetulan mereka temui dan oleh peristiwa-peristiwa acak yang tidak dapat mereka
prediksikan.
Ketidaksengajaan menambah dimensi yang terpisah dari skema apapun yang digunakan
untuk memprediksi perilaku manusia, dan membuat prediksi yang akurat menjadi tidak mungkin
didapatkan. Akan tetapi, pertemuan yang kebetulan mempengaruhi manusia hanya dengan
memasuki paradigma tradic reciprocal causation pada titik E (lingkungan) dan menambah
interaksi mutual dari manusia, perilaku, dan lingkungan. Saat pertemuan yang kebetulan terjadi,
menusia akan berperilaku menurut sikap mereka, serta bagaimana reaksi orang lain terhadap
mereka. Oleh karena itu, ketika banyak pertemuan yang kebetulan dan peristiwa yang tidak
direncanakan hanya mempunyai dampak yang sedikit atau tidak berpengaruh sama sekali pada
perilaku manusia.

Agen Manusia
Bandura (2001,2004) mendiskusikan empat aspek dari agensi manusia:
o Intensionalisme merujuk pada tindakan yang dilakukan seseorang secara bertujuan.
o Visi, dapat menentukan tujuan, mengantisipasi kemungkinan hasil dari tindakan mereka, dan
memilih perilaku yang akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan dan menghindari yang
tidak diinginkan.
o Reaktivitas diri mempunyai kapasitas dalam proses memotivasi dan meregulasi tindakan mereka
sendiri. Manusia tidak hanya menentukan pilihan, tetapi mereka memonitor kemajuan untuk
memenuhi pilihan-pilihan tersebut.
o Refleksi diri, manusia adalah penilai bagi bagaimana mereka berfungsi. Mereka dapat
mengevaluasi dampak dari tindakan orang lain terhadap diri mereka. Mekanisme refleksi diri
yang terpenting adalah efikasi diri.
Bentuk-bentuk Agen Manusia:
Efikasi Diri
Efikasi diri yaitu keyakinan mereka bahwa mereka mampu melakukan suatu tindakan yang akan
menghasilkan dampak yang diharapkan.
Agen Proxy
Proxy meliputi kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari. Melalui agen proxy, seseorang dapat mencapai tujuan dengan bergantung
pada orang lain untuk memperbaiki suatu objek. Sisi kelemahan proxy adalah dengan bergantung
terlalu banyak terhadap kompetensi dan kekuatan orang lain, seseorang akan dapat mengurangi
efikasi pribadi dan kolektif mereka.
Efikasi Kolektif
Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai keyakinan yang dimiliki manusia
mengenai kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan, dengan kata lain efikasi
kolektif adalah kepercayaan orang-orang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu
pencapaian kelompok. Faktor yang melemahkan efikasi kolektif yaitu: pertama, manusia hidup
dalam dunia yang tradisional; kedua, teknologi di masa sekarang tidak dimengerti atau dipercaya
bahwa manusia dapat mengontrolnya; ketiga, mesin-mesin sosial yang kompleks, dengan
tingkatan birokrasi yang menghambat perubahan sosial; keempat, jangkauan dan besaran dari
permasalahan manusia yang luar biasa dapat menurunkan efikasi kolektif.
Regulasi Diri
Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap ketergantungan mereka akan
agen proxy, dan mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai kapasitas yang
baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka.
Faktor-faktor Eksternal Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri setidaknya dalam dua cara. Pertama, faktor-faktor
tersebut memberikan kita suatu standar untuk mengevaluasi perilaku kita. Faktor internal
berinteraksi dengan pengaruh personal, membentuk standar individual untuk evaluasi. Kedua,
faktor eksternal mempengaruh iregulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan
penguatan. Kita membutuhkan insentif yang didapatkan dari faktor eksternal. Insentif untuk
dapat menyelesaikan suatu proyek jangka panjang biasanya datang dari lingkungan dan sering
kali dalam bentuk penghargaan setelah pencapaian tujuan. Akan tetapi, penghargaan diri untuk
performa yang mengecewakan biasanya berakibat pada hukuman dari lingkungan.
Faktor-faktor Internal Regulasi Diri
Observasi Diri
Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya
belum tentu tuntas. Kita harus memberikan peratian secara selektif terhadap beberapa aspek dari
perilaku kita. Observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya.
Proses Penilaian
Proses penilaian membantu kita meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif.kita
tidak hanya mampu untuk menyadari dirikita secara reflektif, tetapi juga menilai seberapa
berharga tindakan kita berdasarkan tujuan.
Reaksi Diri
Manusia berespon secara pasif dan negatif terhadap perilaku mereka, bergantung pada
bagaimana perilaku tersebut memenuhu standar personal mereka. Manusi menciptakan insentif
untuk tindakan mereka melalui penguatan diri atau hukuman.
Regulasi Diri Melalui Agen Moral
Mendefinisikan Ulang Perlaku
Orang menjustifikasi suatu perilakuyang salah dengan melakukan restrukturisasi kognitif.
Adapun teknik-teknik sebagai berikut:
Justifikasi moral, yaitu perilaku yang salah dibuat seolah-olah dapat dibela atau terlihat menjadi
benar.
Perbandingan yang bersifat menenangkan, menguntungkan antara perilaku tersebut dengan suatu
keburukan yang lebih parah.
Label yang bersifat memperhalus.
Tidak Menghiraukan atau Mendistorsi Konsekuensi dari Perilaku
Metode kedua menghindari tanggung jawab meliputi mendistorsi atau mengaburkan hubungan
antara perilaku dan konsekuensi merusak dari hal tersebut.
Dehumanisasi atau Menyalahkan Korban
Ketiga, manusia dapat mengaburkan tanggung jawab atas tindakan mereka dengan melakukan
dehumanisasi atas korban atau mengatribusikan kesalahan pada mereka.

Memindahkan atau Mengaburkan Tanggung Jawab
Melepaskan tindakan dari konsekuensinya adalah dengan memindahkan atau mengaburkan
tanggung jawab. Dengan melakukan pemindahan orang dapat meminimalisasikan konsekueni
dari tindakan.
Perilaku Disfungsi
o Depresi
Standar dari tujuan personal yang tinggi dapat berakibat ada pencapaian dan kepuasan diri. Akan
tetapi, saat seseorang menempatkan sesuatu tujuan yang terlalu tinggi, mereka memiliki
kemungkinan untuk gagal. Kegagalan sering berakibat terhadap depresi, dan orang depresi sering
menurunkan nilai pencapaian mereka. Hasilya adalah kesedihan kronis, perasaan tidak berharga,
dan tidak memiliki tujuan.


o Fobia
Fobia adalah ketakutan yang cukup kuat dan cukup bertahan untuk mempunyai efek yang cukup
parah dan melumpuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang.
o Agresi
Perilaku agresif saat terjadi pada titik ekstremdapat juga menjadi disfungsi. Ada lima alasan
orang melakukan agresi: (1) mereka menghayati korban; (2) mereka menghindari atau melawan
konsekuensi yang tidak diinginkan dari agresi yang dilakukan oleh orang lain; (3) mereka
mendapatkan cedera atau disakiti untuk tidak melakukan perilaku agresif; (4) mereka memenuhi
standar personal atas tindakan mereka dengan melakukan perilaku agresif; (5) mereka melihat
orang lain menerima penghargaan atas tindakan agresif atau hukuman untuk perilaku non-
agresif.
o Efikasi Diri dan Diabetes
Diabetes adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati,
termasuk pola makan yang khusus dan rutinitas olahraga. Diabetes menyebabkan orang memiliki
berbagai keterbatasan fisik, namun penyakit ini diasosiasikan dengan tantangan dalam kesehatan
mental. Pada kenyataan, prevalensi depresi di antara mereka yang menderita diabetes dua kali
lebih banyak daripada populasi umum. Salah satu sifat yang menonjol dari depresi adalah
kurangnya motivasi dan dengan diet yang ketat serta pola olahraga yang harus diikuti pasien
diabetes, hal tersebut menjadi sangat problematik bagi mereka yang berusaha mengelola
diabetes.

Anda mungkin juga menyukai