Anda di halaman 1dari 14

B1 A112 080

Tugas Wawasan Kemaritiman



PERANAN PENGEMBANGAN SEKTOR KELAUTAN DAN
PERIKANAN DALAM MEMPERKOKOH PEREKONOMIAN
NASIONAL DI SULAWESI TENGGARA


Di Susun Oleh :
MUHAMMAD EKY PRASETYO SAID



PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI (IE)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HALU OLEO (UHO)
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan laporan persentasi tentang peran pengetahuan tentang kemaritiman
terhadap pembangunan di sulawesi tenggara di tinjau dari pengembangan sektor kelautan dan
perikanan Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah wawasan kemaritiman.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan datang.


















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................
C. Manfaat Penulisan .........................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
I. Potensi Sektor Perikanan dan Kelautan ........................................
II. Pengembangan SDM .....................................................................
III. Ekonomi Masy. Pesisir ..................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, terletak antara 3 - 6 lintang selatan dan
120 - 124 bujur timur, merupakan wilayah daratan dan kepulauan; berbatasan di sebelah
utara dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, di sebelah timur dengan Laut
Banda, di sebelah selatan dengan Laut Flores, dan di sebelah barat dengan Teluk Bone.
Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan pegunungan,
dan berada pada ketinggian antara 500 - 2.800 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini
memiliki beberapa sungai yang relatif besar yang merupakan sumber pengairan, antara lain
Sungai Konaweha, Lambandia, Matarombeo, Lasolo, dan Watanakole. Iklim daerah
Sulawesi Tenggara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin laut sehingga curah hujan
cukup tinggi dan merata setiap tahunnya beragam antara 1.000 - 2.500 milimeter. Suhu
udara beragam antara 20 Celcius - 34 Celcius. Dengan kondisi fisik seperti tersebut di
atas, beberapa kawasan di propinsi ini mempunyai ciri sebagai kawasan yang rawan terhadap
bencana, antara lain erosi tanah, banjir, dan kebakaran hutan.

Lahan di Propinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar telah dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian, pertambangan, dan industri. Selain itu, di propinsi tersebut masih
terdapat potensi yang cukup besar untuk pengembangan kehutanan, perikanan laut,
perikanan darat dan pertambangan.

B. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pembangunan di Sulawesi Tenggara di Tinjau dari Pengembangan
Sektor Kelautan dan perikan
b. Untuk mengetahui potensi potensi yang dapat di kelola oleh masyarakat dari berbagai
sektor kelautan



C. Manfaat Penulisan
a. Dapat dijadikan sumber informasi terkait dengan pemahaman mengenai peran
pengetahuan masyarakat tentang kemaritiman terhadap pembangunan di Sulawesi
Tenggara jika di tinjau dari Pengembangan Sektor Kelautan dan Perikanan.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran didalam penulisan makalah.



















BAB II
PEMBAHASAN

PERANAN PENGEMBANGAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM
MEMPERKOKOH PEREKONOMIAN NASIONAL DI SULAWESI TENGGARA
Masyarakat Sulawesi Tanggara adalah masyarakat Maritim, yang secara historis telah
mengambangkan hubungan ekonomi dan sosial kebudayaan dengan bangsa-bangsa lain
didunia melalui jalur dan armada laut.
Secara Geografis wilayah Sulawesi Tanggara 75% wilayah laut, panjang garis pantai
1.740 km, dengan 651 pulau dan 361 pulau diantaranya sudah mempunyai nama. Mata
pencaharian sebagai nelayan adalah salah satu sumber kehidupan masyarakat Sulawesi
Tanggara sesuai dengan keadaan geografisnya yang terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi
oleh laut. Penduduk Sulawesi Tanggara sebagian besar berdomisili di kepulauan, termaksud
pulau pulau kecil yang terpencil dan minim terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan dan
kesehatan serta pelayanan pemerintah lainnya. Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan
sistem kehidupan maritim atau kelautan, karena memang sebagian besar bermukim di
wilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan dan pelayar, sebagai penunjang mata
pencaharian pokok.

I. POTENSI SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN
Salah satu persoalan mendasar dalam pembangunan perikanan adalah lemahnya
akurasi data statistik perikanan. Data perikanan di berbagai wilayah di Indonesia biasanya
berdasarkan perkiraan kasar dari laporan dinas perikanan setempat. Belum ada metode baku
yang handal untuk dijadikan panduan dinas-dinas di daerah setempat dalam pengumpulan
data perikanan ini.



Bagi daerah-daerah yang memiliki tempat atau pelabuhan pendaratan ikan biasanya
mempunyai data produksi perikanan tangkap yang lebih akurat karena berdasarkan pada
catatan jumlah ikan yang didaratkan. Namun demikian akurasi data produksi ikan tersebut
pun masih dipertanyakan berkaitan dengan adanya fenomena transaksi penjualan ikan tanpa
melalui pendaratan atau transaksi ditengah laut. Pola transaksi penjualan semacam ini
menyulitkan aparat dalam menaksir jumlah/nilai ikan yang ditangkap di peraiaran laut di
daerahnya.
Wilayah perairan laut Sulawesi Tenggara dengan luas areal 114.879 km merupakan
laut yang sangat potensial dan mengandung berbagai jenis kekayaan laut berupa : berbagai
jenis ikan, udang, mutiara, rumput laut, teripang dan hasil laut lainnya.
Potensiperikananlaut : 1.520,34 MT
Produksi : 221,43 MT
Pemanfaatan : 13,84 %
Nelayan : 105.982 orang
PotensiBudidayaLaut : 396.915 Ha
BudidayaKakapdanIkanPutih : 59.000 Ha
Budi dayaKerapu : 33.800 Ha
Budidaya Tiram & Kerang dara : 500. Ha
Budidaya Teripang : 5.800 Ha
Budidaya Kerang Mutiara & Abalone : 6.600 Ha
Budidaya Rumput Laut : 83.000 Ha
Telah dimanfaatkan 24, 25 %
Budidaya Mutiara 18.668 Ha
Budidaya Teripang, Kerapu dan Lobster 954 Ha
Budidaya Ikan Kuwe dan ikan lainnya : 452 ha
pembudidaya laut :83.166 Ha
PotensiPerikanan Air Payau 84.746 Ha
SudahterolahjadiTambak : 20.006 Ha
Pemanfaatan : 36,39 %
Pembudiaya : 20.984 orang
Potensiperikanan air tawar : 20.885 Ha
Dimanfaatkan : 1.682 Ha
Pemanfaatan : 4,82 %
Pembudidaya : 5.708 Orang
Komoditas ikan Mas, Nila Lele dan Gabus
Potensi Perairan Umum : 60.000 Ha.
Dimanfaatkan sebesar : 4.727, 1 ha
Pemanfaatan : 7, 88 %
Budidaya Rumput Laut seluas 27,385 ha

Total Produksi sebesar 1.786,8 ton/tahun
Dapat di kembangkan sampai 83000 Ha
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan sebagai
Kawasan industri usaha perikanan tangkap sebagai respons terhadap peran ekonomi sektor
Kelautan dan Perikanan yang belum maksimal, industrialisasi perikanan merupakan proses
perubahan sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas,
dan skala produksi sumber daya kelautan dan perikanan. Dengan demikian, industrialisasi
perikanan tidak semata-mata unit pengolahan ikan (UPI), tetapi juga aktivitas hulu, baik
penangkapan maupun budi daya sehingga terciptanya transformasi ekonomi-sosial dan
budaya perikanan yang dilakukan oleh semua pelaku usaha bidang perikanan dari skala kecil
sampai dengan besar.
Kelemahan dalam menjalankan pembangunan di daerah dan bahkannasional
sekurang-kurangnya disebabkan dua hal, yaitu:
1. Rendahnya prakarsamasyarakat dan dunia usaha untuk berperan serta dalam
pembangunan,
2. Penyelenggaraan pemerintahan belum mengarah pada terwujudnya pemerintahan yang
efektif dan esensial, atau belum ke arah truly government (pemerintah yang benar-benar
pemerintah) (Ali Mazi, 2003).Oleh karena hal ini terjadi maka upaya untuk mewujudkan
daerah ini mempunyaimasyarakat sejahtera, adil dan merata, aman dan demokratis, maju
danberkembang yang ditunjang dengan potensi sumberdaya alam berkelanjutantidak bisa
dicapai hanya dalam 1 - 5 tahun saja.

Pembangunan jika kita mempunyai indikator penilaiaan yang tidak jelasatau diluar
variabel-variabel pembangunan itu sendiri.Dalam upaya pembangunan sektor kelautan dan
perikanan yang saat ini telahdipersiapkan maka telah diidentifikasi beberapa kawasan
potensial dan strategipengembangannya. Terdapat 33 kawasan industri perikanan (KIP) yang
siapdikembangkan. KIP tersebut dikelompokan dalam 5 hub, yaitu:
1. Pasarwajo (Kabupaten Buton).
Hub Pasarwajo meliputi kawasan Banabungi/Wagola, Lasalimu/Kamaru,
LasalimuSelatan, Wangi-Wangi/Wanci, Kaledupa/Ambeua, Tomia/Waha-Usuku,
Binongko/Papalia, Kulisusu/Ereke.
2. Bau-Bau.
Hub Bau-Bau meliputi kawasan Kasipute, Boepinang,Kabaena Timur/Sikeli, Kabaena
Barat/Dongkala.
3. Tampo/Napabalano (Kabupaten Muna).
Hub Tampo meliputi kawasanNapabalano, Labuan Belanda dan Tiworo Kepulauan.
4. Lasolo (Kabupaten Konawe).
Hub Lapuko meliputi kawasan Wawonii/Langara, Waworete/Munse, Soropia, Sawa.
5. Torobulu (Kabupaten Konawe Selatan).
Hub Torobulu meliputikawasan Tinanggea dan Kolono
6. Mangolo (Kabupaten Kolaka).
Hub Mangolo meliputi kawasan pesisirKolaka bagian selatan dan barat.

KIP di Sulawesi Tenggara diharapkan mampu mendiversifikasi pengolahan hasil-hasil
perikanan: canning, fillet, frozen, industri pengolahan rumput laut, industri pengolahan
kerang mutiara, dan lain-lain. Outlet produksi untuk tujuan produksi dipusatkan pada masing-
masing lokasi hub, karena masing-masing hub tersebut tersedia dermaga, coldstorage, ice
making plant, SPBU, instalasi air bersih, prasarana dan sarana pendukung KIP. Semua hub
tersebut diprioritaskan untuk usaha penangkapan. Walaupun demikian, padalokasi KIP
terpadu juga akan dibangun berbagai industri untuk pengolahan hasilbudidaya.Dengan
semakin ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana transportasisaat ini, seperti
Woltermonginsidi International Airport, Betoambari Airport,Pelabuhan Murhum Bau-Bau
maka aliran barang hasil-hasil perikanan untuk tujuan ekspor dapat ditempuh dengan
beberapa jalur alternatif dari masing-masing hub.Pengembangan budidaya laut akan
dikembangkan secara luas dengan berbagai komoditas.

II. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pengembangan sumber daya manusia di Propinsi Sulawesi Tenggara diarahkan untuk
mewujudkan manusia berakhlak, beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dengan menanamkan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilai-nilai luhur budaya
bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, serta
pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembangan sumber
daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan, melalui
peningkatan kualitas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan agama,
serta pelayanan kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan ketersediaan
dan sebaran prasarana dan sarana dasar secara makin berkualitas dan merata.
Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan kreativitas,
produktivitas, nilai tambah, daya saing, kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara
lain melalui kegiatan pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan efektif, serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan
penguasaan iptek serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas
tenaga kerja di propinsi ini diarahkan terutama pada bidang industri yang memanfaatkan
sumber daya alam, yakni perikanan, kehutanan dan pertambangan, serta perkebunan,
peternakan, dan pariwisata.
Oleh karena itu Percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan tersebut
harus diwujudkan untuk mendinamisasi pembangunan daerah ini. Bersamaan dengan itu,
pada akhirnya diperhadapkan dengan berbagai masalah kesiapansumberdaya manusia yang
akan terlibat dalam mata rantai usaha ekonomi produktif tersebut. Permasalahan dimaksud
berupa kualitas sumber daya manusia. Pengalaman yang saya alami selama ini menunjukkan
bahwa kita tidak terlalu siap memasuki dunia usaha yang membutuhkan tantangan, seperti
terik matahari, hujan, gelombang dan ombak serta lumpur yang melumuri kaki danbadan.
Umumnya kita menyenangi pekerjaan yang sudah jadi dan bertempat didarat pada ruang yang
tertata rapih dan ber-AC, walaupun pendapatan yang diterima sangat rendah jika
dibandingkan dengan melibatkan diri pada usahaekonomi yang diuraikan di atas. Fenomena
ini dapat mengindikasikan bahwasumberdaya manusia kita kemungkinan mempunyai
keterbatasan segi penguasanilmu dan teknologinya. Jika hal ini terus terjadi maka akan sangat
sulitditemukan sumberdaya manusia
pioneer
Sementara itu, semua jenis usaha membutuhkan kualifikasi atau standar tenagakerja
agar usaha tersebut berjalan dengan baik. Jika sumberdaya manusia lokalini tidak dapat
memenuhi kualifikasi atau standar yang diperlukan maka merekadengan sendirinya akan
termarjinalkan, karena semua industri yang dibangun tersebut harus berjalan dengan dapat
mendatangkan sumberdaya manusia dariluar. Apabila proporsi sumberdaya manusia dari luar
lebih besar dan menempatiposisi lebih baik dalam setiap industri tersebut maka kecemburuan,
iri hati, fitnahdan dengki terhadap sumberdaya manusia lainnya sulit dielakan. Konflik
sosialyang terjadi pada beberapa daerah di Indonesia saat ini umumnya diawalidengan sifat-
sifat alamiah manusia tersebut di atas.
Perubahan dan kebutuhan pembangunan padamasa datang. Saat ini Pemerintah
Daerah Sulawesi Tenggara telah menyusuntujuan dan wawasan pembangunan Sulawesi
Tenggara yang terurai secara jelasdan sistematis yang dibingkai dalam beberapa pendekatan
dan strategi untuk mewujudkan Sultra Raya 2020.
Dalam perjalanan selama 17 tahun (2003 - 2020), lembaga pendidikan seharusnya
mampu merumuskan apa yang harusdipersiapkan, dikerjakan dan dicapai. Kita tidak
menginginkan masyarakat menyebut lembaga pendidikan yang ada sebagai lembaga pencipta
konflik sosial sebagai akibat dari tidak terwujudnya antara harapan yang diinginkan
masyarakat (termasuk alumni lembaga penyelenggara pendidikan) dengan kenyataan sehari-
hari. Lembaga pendidikan harus selalu mengevaluasi dirinya (self-evaluation ) untuk
menjawab segala kebutuhan lingkungannya, sebagaimana dirumuskan dalam paradigma baru
untuk mencapai tujuannya dimasa datang.













III. EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Di Sulawesi Tenggara, pola eksploitasi pada wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
sangat sering terjadi terutama pada ekosistim mangrove. Hal ini ditandai dengan
semakin berkurangnya luasan mangrove yang ada didaerah ini dimana pada tahun
1992, luas mangrove di Sulawesi tenggara sesuai interprestasi foto udara oleh tim yang
tergabung dalam Cheicoins International Consulting Divison bekerjasama dengan Pusat
studi Lingkungan Universitas Hasanuddin adalah 96.200 Ha (Soesilo, 1996) dan pada
tahun 1996 berkurang menjadi 70.840 Ha (Siswanto, 1997). Berdasarkan hasil
interprestasi Citra Landast, luas mangrove pada tahun 1998 sekitar 26.524,4 Ha dan pada
tahun 2000 mnjadi 15.326,9 Ha (Halili, 2001). Selanjutnya dikatakan bahwa didaerah
Muna tingkat kerusakan mangrove telah mencapai sekitar 40 50 %. Banyak darah
pantai dimana sebelumnya ditumbuhi mangrove tetapi kini telkah berubah menjadi
lokasi tambak, pemukiman penduduk, industri dan jalan raya.


















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
Masyarakat Sulawesi Tanggara adalah masyarakat Maritim, yang secara historis telah
mengambangkan hubungan ekonomi dan sosial kebudayaan dengan bangsa-bangsa lain
didunia melalui jalur dan armada laut.
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan sistem kehidupan maritim atau kelautan,
karena memang sebagian besar bermukim di wilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan
dan pelayar, sebagai penunjang mata pencaharian pokok.
Sebagian besar masyarakat pesisir di daerah ini khususnya dan Indonesiaumumnya
memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan keluarga merekadalam bentuk penangkapan,
budidaya dan jasa transportasi. sumberdaya sektor kelautan dan perikanan jika dikelola
merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources ) sehingga dapat
dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. sektor kelautan dan perikanan mempunyai
daya saing tinggi (competetive advantage) seperti ditunjukkan oleh bahan baku yang tersedia
dan produksiyang dihasilkannya. Industri sektor kelautan dan perikanan dapat melahirkan
industri-industri lainyang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Sektor perikanan
mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumber daya lokal dan menghasilkan
komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional.

B. Saran
Adapun saran penulis terhadap mahasiswa lainnya agar meningkatkan, menggali dan
mengkaji mengenai pembangunan maritim di Sulawesi Tenggara, meliputi potensi potensi
apa saja yang dapat di kelola oleh masyarakat maupun pemerintah dalam proses
pembangunan.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/3826031/Pembangunan_Berbasis_Sektor_Kelautan_dan_Perikanan
_Terpadu_Mewujudkan_Masyarakat_Sejahtera_dan_Tangguh

Anda mungkin juga menyukai