Anda di halaman 1dari 21

Latar Belakang Masalah

Kecemasan saat berbicara di depan


umum merupakan keadaan yang wajar,
bahkan dikatakan sebagai bagian dari
pengalaman berbicara di depan umum.
Namun ketika kecemasan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
performa maka hal ini menjadi suatu
masalah karena ketika performa
terganggu hal tersebut menunjukkan
ketidakmampuan diri dalam menghadapi
situasi. Hal ini dapat berakibat pada
pembentukan rasa rendah diri, dimana
segala pikiran negatif dapat menjadi faktor
penghambat perkembangan diri untuk
jangka panjangnya, sedangkan saat
berbicara di depan umum (jangka
pendek), pikiran negatif tersebut akan
mengakibatkan seseorang tidak dapat
mengendalikan situasi.


Contoh Kasus
Keluhan Tn. D (58). Saya sering ingin
membawa istri untuk berekreasi atau
jalan-jalan ke mal untuk sekadar melihat-
lihat. Tetapi, bila ada sesuatu
yang dibutuhkan di rumah, saya akan
menyarankannya untuk membeli. Namun,
begitu dia melihat saya kesulitan
memperoleh tempat parkir, dia akan cepat
memutuskan untuk pulang saja, ia
kelihatan cemas, panik dan banyak keluar
keringat, apalagi bila melihat kemacetan
lalu lintas atau melihat kerumunan
orang banyak. Saya kasihan melihat istri
panik, tetapi terus terang saya juga
akhirnya sering merasa jengkel karena
harus cepat pulang padahal saya masih
ingin berjalan-jalan."

Definisi
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani,
phobos, yang berarti takut.
Menurut DSM-IV, fobia sosial adalah
ketakutan yang tidak beralasan atau
ketakutan yang berlebihan terhadap
situasi sosial, dan interaksi dengan
orang lain yang secara otomatis dapat
membawa perasaan-perasaan self-
consciousness, judgement, evaluasi,
dan perasaan inferior.
Sebab-sebab
1. Faktor biologis
Predisposisi genetik analisis
pedigree/silsilah keluarga
Iregularitas fungsi neurotransmitter
Abnormalitas dalam jalur otak

2. Faktor sosial-lingkungan
Pemaparan terhadap peristiwa yang
mengancam/traumatis
Mengamati respon takut pada orang lain
Kurangnya dukungan sosial

Lanjutan
3. Faktor behavioral
Classical conditioning
Operant conditioning
Extinction

4. Faktor kognitif-emosional
Konflik psikologis yang tidak terselesaikan
Faktor-faktor kogntif, seperti prediksi berlebih
tentang ketakutan, keyakinan yang irasional,
sensitivitas berlebih tehadap ancaman,
sensitivitas kecemasan, dan self-efficacy
yang rendah.

Lanjutan
5. Faktor spiritual
Fobia sosial disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya akan adanya
perlindungan yang selalu diberikan
oleh Allah SWT. Selain itu, fobia sosial
juga dapat disebabkan oleh kurangnya
mendekatkan diri kepada Allah SWT
sehingga individu tersebut rentan
memiliki prasangka atau pikiran negatif
terhadap orang lain.


Pendekatan menurut aliran-aliran
Psikodinamika
Menurut Freud, fobia sosial atau
hysteria-ansietes merupakan manifestasi
dari konflik Oedipal yang tidak
terselesaikan. Selain adanya dorongan
seksual yang kuat untuk melakukan
incest, terdapat pula rasa takut terhadap
kastrasi. Hal ini menyebabkan terjadinya
konflik dan ansietas. Akibatnya, ego
berusaha menggunakan
mekanisme-pertahanan represi yaitu
membuang jauh dari kesadaran.

Kognitif
Pendekatan ini menyatakan bahwa inti
dari fobia sosial adalah hasrat yang kuat
untuk menyampaikan kesan diri yang baik
kepada orang lain dan ditandai dengan
rasa tidak aman mengenai kemampuan
yang dilakukan (Clark & Wells, 1995).

Biologis
1. Teori Neurotransmiter
a. Mekanisme Dopaminergik
b. Mekanisme Serotonergik
c. Mekanisme Noradrenergik
d. Pencitraan Otak
Gejala-gejala
Palpitasi jantung
Banyak
mengeluarkan
keringat
Gemetaran
Panas-dingin
Pusing
Gangguan perut
Kerongkongan
terasa tersekat
Diare
Otot menjadi
tegang
Gelisah
Onset fobia sosial
Fobia sosial biasanya dimulai
pada masa kanak-kanak atau
remaja, biasanya pada usia 13
tahun. Diagnosis bahwa
seseorang mengalami fobia sosial
jika orang tersebut memiliki gejala
setidaknya selama 6 bulan.
Fobia sosial tipikal bermula pada
masa kanak-kanak atau remaja
dan seringkali diasosiasikan
dengan riwayat rasa malu
(USDHHS, 1999a).
Prevalensi
Estimasi prevalensi seumur hidup
untuk fobia sosial berkisar antara 3%
sampai 13% (APA, 2000).
Fobia ini memiliki tingkat komorbiditas
tinggi dengan berbagai gangguan
mood dan penyalahgunaan alkohol
(Crum & Pratt, 2001; Jansen
dkk., 1994; Kessler dkk., 1999;
Lecrubier & Weiler, 1997).
Terapi
Medication (terapi obat)
1. Selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIS)
2. Benzodiazepines
3. Buspirone
4. Propranolol (Beta-Blockers )
5. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIS)

Terapi Kognitif
Terapis membantu klien untuk bisa
memandang situasi secara rasional
dengan cara mengumpulkan bukti-bukti
untuk menguji keyakinan klien sehingga
mampu mengubah keyakinan yang
irasional menjadi rasional.

Virtual Reality Exposure
Melalui proses pemaparan terhadap suatu
seri stimuli virtual yang makin bertambah
menakutkan dan hanya bila ketakutan
sudah berkurang pada langkah terdahulu,
orang belajar untuk mengatasi ketakutan
dengan cara yang sama dengan
seandainya mereka mengikuti program
pemaparan gradual terhadap stimuli fobik
dalam situasi aktual.
Lanjutan
Terapi CBT
Rangkaian terapi yang dilakukan adalah
melakukan assessment independent dan
self report terhadap klien. Kemudian diikuti
dengan pelatihan dalam hal restrukturisasi
keterampilan kognitif, exposure yang
diulang terhadap simulasi dari situasi yang
ditakuti dalam tiap sesi, dan dihubungkan
dengan homework assignments
(Heimberg, Juster, Hope, & Mattia, 1995).
Setelah pelatihan tersebut dilakukan maka
seluruh rangkaian assessment
independent dan self report dilakukan
kembali.

Terapi Pemaparan
Klien mendapatkan instruksi untuk
memasuki situasi sosial yang makin penuh
stres dan untuk tetap tinggal dalam situasi
tersebut sampai dorongan untuk kabur
sudah menjadi berkurang. Terapis dapat
membantu membimbing mereka selama
percobaan pada pemaparan, dan secara
bertahap menarik dukungan langsung
sehingga klien mampu untuk menghadapi
sendiri situasi tersebut.
Prevensi
Fobia sosial dapat dicegah dengan
cara memberikan pola asuh yang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dan keberanian pada anak sehingga
anak mampu beradaptasi dan
membina hubungan sosial yang baik
dengan orang lain.
Kualitas Hidup
Fobia sosial dapat mempunyai pengaruh
besar pada fungsi sehari-hari dan kualitas
hidup seseorang (Leiboitz dkk., 2000;
Olfson dkk., 2000; Stein & Kean, 2000).
Fobia sosial dapat menghalangi orang
untuk menyelesaikan sasaran
pendidikannya, maju dalam karier atau
bertahan dalam pekerjaan yang
membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Makin banyak jumlah situasi yang ditakuti,
makin besar gangguan fungsinya (Stein,
Torgrud, & Walker,2000).
Dalil-dalil
Q. S. Yunus: 36
Artinya: Kebanyakan mereka hanya
mengikuti dugaan. Dugaan, tidak berarti
sama sekali bila berhadapan dengan yang
haq. Allah sungguh Maha Mengetahui
segala yang mereka lakukan.
Q. S. Al-Hujuraat: 12
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
hindarilah jauh-jauh sangka menyangka,
sedikit persangkaan sudah merupakan
dosa.
Q. S. Yunus: 62
Artinya: Ketahuilah bahwa kekasih Allah
tidak pernah khawatir dan berduka cita.

Prognosis
Fobia sosial cenderung menjadi
kronik. Bila tidak diobati dapat menjadi
komorbiditas dengan gangguan lain
seperti depresi, penyalahgunaan
alkohol atau obat.
Anak yang memiliki kegiatan sekolah
dan aktivitas sosial memiliki prognosis
yang lebih baik.
Kesimpulan
Fobia sosial merupakan gangguan
mental yang ditandai dengan
kecemasan ketika berhadapan dengan
situasi sosial atau melakukan performa
di depan umum.
Fobia sosial dapat menjadi suatu
masalah yang serius karena
berpengaruh pada keberfungsian fisik
maupun psikologis.

Anda mungkin juga menyukai