Anda di halaman 1dari 9

Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob

Siti Humaidah (1506 100 030)


Dosen Pembimbing : 1) Dr.rer.nat. Ir.Maya Shovitri,M.Si. dan Nengah Dwianita K, S.Si., M.Si.

Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2011

Abstract

This study aimed to determine the potential of vacuum desiccator as an anaerobic incubator.
Desiccator vacuum is being pumped so that the atmosphere inside is empty. Tested Isolate used are
Pseudomonas aeruginosa as aerobic bacteria, Escherichia coli as facultative anaerobic bacteria and
Desulvofibrio as obligate anaerobic bacteria. Tested isolates were incubated in a vacuum desiccator.
As a comparison is Hungate technique that is replacing the oxygen gas inside the tube head space
with nitrogen gas and positive control. Positive control is a culture grown in test tubes containing
thioglikolat media without gas replacement (replacing gas) and incubated with putting it on the
laboratory bench. The results showed that all isolates tested could grow in a vacuum desiccator,
Hungate technique and control. It is anticipated by the factors used thioglikolat media has influence
on the degradation conditions of aerobic - anaerobic. Also because of time pumping gas out of the
desiccator is not maximized so that there is still oxygen in the head space test tube.

Keyword: Vacuum desiccator

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme anaerob adalah
mikroorganisme yang tidak menggunakan
oksigen sebagai elektron akseptor dalam
proses respirasinya, tetapi menggunakan bahan
anorganik lain (Madigan et al, 1997).
kebanyakan mikroorganisme anaerob sangat
sensitif terhadap oksigen. Keberadaan sedikit
oksigen saja dalam lingkungannya dapat
menghambat dan membunuh mikroorganisme
tersebut.
Mikroorganisme anaerob mulai diteliti
pada tahun 1877 dengan ditemukannya bakteri
Vibrion septique oleh Louis Pasteur. Berbagai
macam metode telah dikembangkan untuk
membiakan mikroorganisme anaerob, salah
satunya oleh Brewer pada tahun 1940 yang
menambahkan sodium tioglikolat
(C
2
H
3
NaO
2
S) pada media biakan sebagai
reagen pereduksi oksigen (Margaret, 2009).
Perkembangan teknik anaerob juga
didukung oleh Hungate pada tahun 1950 yang
mengembangkan metode pergantian gas yang
berada di ruang kosong (head space) suatu
wadah biakan. Gas yang berada di ruang
tersebut dikeluarkan dan diganti dengan gas
nitrogen, hidrogen dan karbondioksida.
Metode ini dituliskan pada buku The Rumen
and Its Microbes (Chung et al., 1997).
Pada saat ini, laboratorium mikrobiologi
banyak menggunakan anaerob jar bebas
oksigen dan teknik Hungate untuk isolasi
mikroorganisme anaerob (Burt et al., 1977).
Menurut Gillespie (1994) anaerob jar adalah
suatu wadah yang kedap udara dan rendah
oksigen dan digunakan sebagai inkubator
mikroorganisme anaerob. Reduksi oksigen
pada anaerob jar dilakukan dengan sitem
GasPak yaitu menambahkan paladium
sehingga oksigen (O
2
) dapat bereaksi dengan
hidrogen (H
2
) dari GasPak menjadi air (H
2
O)
(Harley and Prescott, 2002). Paladium sangat
efektif untuk mereduksi oksigen, tetapi disisi
lain paladium mahal harganya (Shahin et al,
2002).
Desikator adalah wadah untuk
mengeringkan suatu spesimen dan menjaganya
dari kelembaban udara (Daintith 1994).
Desikator sederhana laboratorium adalah
wadah yang pada bagian dasarnya berisi silika
gel atau bahan kimia pengering lainnya.
Desikator dilengkapi dengan penutup kaca
yang dilapisi oleh vaselin. Vaselin atau
petroleum jelly merupakan hidrokarbon
golongan alkana dengan 20 hingga 30 atom
karbon yang berasal dari minyak bumi
(Oxtoby, 2002). Vaselin berfungsi sebagai
penutup celah antara penutup dan wadah
desikator sehingga tidak ada aliran udara
masuk atau keluar dari desikator. Vaselin juga
berfungsi sebagai zat anti mikroorganisme
(Fitriana, 2009). Berdasarkan kondisinya,
desikator berpotensi untuk dikembangkan
menjadi anaerob jar dengan menghilangkan
gas yang berada di head space desikator.

Rumusan Permasalahan
Apakah desikator yang sudah vakum
dapat digunakan sebagai inkubator kultur
bakteri anaerob?

Batasan Permasalahan
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Gas yang berada di head space desikator
divakum dengan menggunakan pompa vakum.
2. Kondisi anaerob ditentukan oleh indikator
biologi yaitu Desulvofibrio sebagai bakteri
obligat anaerob, Escherichia coli sebagai
bakteri fakultatif anaerob, Pseudomonas
aeruginosa sebagai bakteri obligat aerob.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui potensi desikator
sebagai inkubator kultur bakteri anaerob.

Manfaat Penelitian
Apabila terbukti desikator berpotensi
positif sebagai anaerob jar, maka
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Biologi ITS mempunyai anaerob jar yang
murah dan aplikatif. Sehingga penelitian
tentang bakteri anaerob dapat dikembangkan
di Laboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Biologi ITS.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai Oktober 2010 di Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS.

Alat, Bahan, dan Cara kerja
Isolat Uji
Tiga jenis bakteri digunakan sebagai
isolat uji yaitu Pseudomonas aeruginosa
sebagai bakteri aerob obligat, Escherichia coli
sebagai bakteri anaerob fakultatif, dan
Desulvofibrio sebagai anaerob obligat. Isolat
E. coli dan P. aeruginosa adalah
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Biologi ITS. Isolat Desulvofibrio
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Airlangga.

Pembuatan Media
Media yang digunakan adalah media
thioglikolat (Lampiran 2). Media thioglikolat
(Oxoid, CMO173, Inggris) sebanyak 30 gr
dilarutkan dalam 1000 ml akuades hingga
homogen. Media dituang ke tabung reaksi
sebanyak 7,5 ml, kemudian diautoklaf selama
15 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1,5
atm.
Untuk isolat uji bakteri obligat anaerob
Desulvofibrio perliter media ditambahkan 2 gr
MgSO
4
. 7H
2
O sebagai elektron akseptor dan
300 ml sodium laktat sebagai elektron donor
(Widdle and Bak, 1991). Selanjutnya media
tersebut digunakan untuk kultur bakteri obligat
anaerob.

Desikator Sebagai Anaerob J ar
Sembilan buah tabung reaksi berisi
media thioglikolat diinokulasi dengan isolat
uji. Inokulasi pada media dilakukan dengan
menginokulasi 1 l isolat ke media. Biakan
kemudian diletakan ke dalam desikator yang
kemudian ditutup rapat. Gas yang ada
didesikator dikeluarkan dengan pompa
(Haiou, Cina) selama 1 menit (Lampiran 3).
Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 72
jam dan diamati pertumbuhannya. Parameter
yang digunakan sebagai indikator keberadaan
oksigen seperti (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Parameter keberadaan oksigen

*) head space = ruang kosong di tabung reaksi
antara permukaan media dan tutup karet atau
sumbat.



Teknik Hungate pada tabung reaksi
Teknik Hungate dalam penelitian ini
adalah dengan mengalirkan gas nitrogen ke
wadah biakan. Inokulasi pada media dilakukan
dengan menginokulasi 1 l isolat ke media.
Tabung reaksi yang sudah berisi isolat uji
ditutup dengan penutup sumbat karet dan
kemudian dialiri gas nitrogen selama 2 menit
(Lampiran 4). Selanjutnya biakan diinkubasi
pada suhu ruang selama 72 jam. Parameter
pengamatan seperti pada (Tabel 3.1).

Konfirmasi Isolat Uji Setelah Inkubasi
Isolat uji yang hidup setelah inkubasi
dilakukan karakterisasi untuk mengkonfirmasi
apakah isolat yang hidup tersebut adalah isolat
uji yang telah diinokulasikan.

A. Karakterisasi Bakteri Desulfovibrio
Isolat yang diduga sebagai
Desulfovibrio dikarakterisasi berdasarkan
buku panduan standar Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology meliputi:

Pengamatan makroskopik
Pengamatan makroskopik dilakukan
dengan cara mengamati pertumbuhan isolat
pada tabung reaksi pada media thioglikolat
(Oxoid, CMO173, Inggris). Hasil positif
pengamatan bakteri Desulfovibrio adalah
apabila bakteri tersebut tumbuh pada dasar
tabung reaksi (Cappuccino and Sherman,
2001; Harley and Prescott, 2002).

Pengamatan mikroskopik
Preparat ulas ditetesi larutan kristal
violet sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan
selama 20 detik, selanjutnya dicuci preparat di
bawah air mengalir dan dikeringanginkan.
Selanjutnya larutan iodin (Merck, Jerman)
diteteskan sebanyak 2-3 tetes di atas
permukaan preparat dan didiamkan selama 1
menit, kemudian dicuci di bawah air mengalir
dan dikeringanginkan. Larutan etil alkohol
(Merck, Jerman) 95% diteteskan setetes demi
setetes di atas permukaan lapisan preparat
sampai kristal violet tercuci dan kemudian
dicuci di bawah air mengalir dan
dikeringanginkan. Larutan safranin diteteskan
di atas permukaan kaca obyek dan didiamkan
selama 20 detik, dicuci di bawah air mengalir
dan dikeringanginkan. Setelah kering, preparat
ditutup dengan gelap penutup untuk diamati
dibawah mikroskop pada perbesaran 1000X
dengan bantuan minyak imersi (Lay, 1994).
Hasil positif bakteri Desulfovibrio berwarna
merah muda (merupakan gram negatif) dan
berbentuk koma. Hal ini dikarenakan lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis pada bakteri
tersebut dan tidak dapat mengikat pewarna
pertama dan hanya dapat mempertahankan
pewarna kedua, berupa safranin yang berwarna
merah (Lay, 1994).

Uji Pembentukan Hidrogen Sulfida (H2S)
Jarum inokulasi dengan ujung tajam
yang sudah mengandung isolat bakteri
ditusukkan ke dalam media semi padat Triple
Sugar Iron Agar (TSIA) (Difco, USA)
(Lampiran 1) yang ditambahkan 2 gr MgSo
4
.
7H
2
O sebagai elektron akseptor dan 300 ml
sodium laktat sebagai elektron donor (Widdle
and Bak, 1991). secara aseptis kemudian
diikubasikan selama 24 jam pada temperatur
37C (Cappuccino & Sherman, 2001). Hasil
positif Desulfovibrio ditandai dengan
terbentuknya endapan hitam di dalam media
sebagai indikator terbentuknya H2S.

B. Karakterisasi Bakteri Escherichia coli
Isolat yang diduga sebagai E. coli
dikarakterisasi berdasarkan buku panduan
standar Bergeys Manual of Determinative
Bacteriology meliputi:

Pengamatan makroskopik
Pengamatan makroskopik dilakukan
dengan cara mengamati pertumbuhan isolat
pada tabung reaksi di media thioglikolat
(Oxoid, CMO173, Inggris). Hasil positif
pengamatan bakteri E. coli adalah apabila
isolat bakteri tumbuh sepanjang kolom tabung
reaksi (Cappuccino and Sherman, 2001,
Harley and Prescott, 2002).

Pewarnaan Gram
Cara kerja pewarnaan Gram E. coli
sama pada pewarnaan Gram Desulfovibrio.
Hasil positif bakteri E. coli berwarna merah
muda (merupakan gram negatif) dan berbentuk
batang. Hal ini dikarenakan lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis pada bakteri
tersebut dan tidak dapat mengikat pewarna
pertama dan hanya dapat mempertahankan
pewarna kedua, berupa safranin yang berwarna
merah (Lay, 1994).

Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Satu ose biakan bakteri diinokulasikan
secara aseptis pada media agar miring TSIA
pada tabung reaksi dan diinkubasi 24 jam pada
temperatur 37C. Hasil positif E. coli
merupakan bakteri yang melakukan fermentasi
laktosa dan glukosa sehingga terjadi
penurunan pH menjadi asam yang ditandai
dengan terjadi perubahan warna menjadi
kuning pada seluruh bagian media dan
menghasilkan gas yang ditandai dengan sedikit
terangkatnya bagian bawah media biakan
(Harley and Prescott, 2002).

C. Karakterisasi Bakteri Pseudomonas
aeruginosa
Isolat yang diduga sebagai
P. aeruginosa dikarakterisasi berdasarkan
buku panduan standar Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology meliputi:

Pengamatan makroskopik
Pengamatan makroskopik dilakukan
dengan cara mengamati pertumbuhan isolat
pada tabung reaksi di media thioglikolat
(Oxoid, CMO173, Inggris). Hasil positif
pengamatan bakteri P. aeruginosa adalah
apabila isolat bakteri hanya tumbuh di
permukaan media (Cappuccino and Sherman,
2001; Harley and Prescott, 2002).

Pewarnaan Gram
Cara kerja pewarnaan Gram
P. aeruginosa sama pada pewarnaan Gram
Desulfovibrio dan E. coli. Hasil positif bakteri
P. aeruginosa berwarna merah muda
(merupakan gram negatif) dan berbentuk
batang. Hal ini dikarenakan lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis pada bakteri
tersebut dan tidak dapat mengikat pewarna
pertama dan hanya dapat mempertahankan
pewarna kedua, berupa safranin yang berwarna
merah (Lay, 1994).

Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Cara kerja uji TSIA pada P. aeruginosa
sama pada uji TSIA E. coli. Hasil positif
P. aeruginosa merupakan bakteri yang hanya
memfermentasi glukosa ditandai dengan
adanya perubahan warna menjadi kuning pada
bagian bawah agar (Harley and Prescott,
2002).

Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan sembilan
kali pengulangan. Data penelitian dianalisa
dengan menggunakan metode deskriptif.
Deskripsi keberhasilan teknik vakum dan
Hungate meliputi kemampuan hidup isolat uji
dengan parameter pada (Tabel 3.1).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi desikator vakum sebagai
inkubator anaerob dengan menggunakan
media thioglikolat. Yang dimaksud dengan
desikator vakum adalah desikator yang semua
gas yang ada di atmosfernya dipompa keluar.
Desikator tersebut kemudian digunakan
sebagai tempat inkubasi dari isolat uji dalam
tabung reaksi yang head space-nya tidak
dialiri gas nitrogen (Gambar 4.1a). Sebagai
pembanding dilakukan teknik Hungate, yaitu
kultur isolat uji tabung tabung reaksi, dimana
gas di head space-nya diganti dengan gas
nitrogen (dari gas oksigen menjadi gas
nitrogen) dan diinkubasi tidak di dalam
desikator vakum tetapi hanya diletakkan di
meja laboratorium saja (Gambar 4.1b). Hasil
dan pembahasan diurut mulai dari kontrol
positif, teknik Hungate dan desikator vakum.




Gambar 4.1 (a) Inkubasi di desikator vakum
dan (b) Inkubasi di suhu ruang pada teknik
Hungate

Pada penelitian ini digunakan kontrol
positif untuk mengetahui pertumbuhan isolat
uji tanpa adanya perlakuan inkubasi di
desikator vakum dan teknik Hungate. Kultur
pada kontrol positif ditanam di tabung reaksi
yang berisi media thioglikolat tanpa pergantian
gas (replacing gas) dan diinkubasi dengan
meletakannya di meja laboratorium.
Berdasarkan Gambar 4.2 dan Lampiran 2
diketahui bahwa pada kontrol positif ini semua
isolat uji P. aeruginosa (bakteri aerob obligat),
E. coli (bakteri anaerob fakultatif) dan
Desulvofibrio (bakteri anaerob obligat) dapat
tumbuh.


(a) (b)



Gambar 4.2 Isolat uji yang tumbuh pada
kontrol positif setelah inkubasi selama 72 jam.
(a) P. aeruginosa, (b) E. coli dan
(c) Desulvofibrio.

Adanya pertumbuhan isolat uji pada
kontrol positif ini mungkin disebabkan oleh
faktor pendukung berupa media thioglikolat.
Media thioglikolat adalah media yang
mengandung sodium thioglikolat, 0,075%
agar, resazurin dan nutrisi lainnya (Lampiran
1). Sodium thioglikolat berfungsi sebagai
donor elektron yang akan mereduksi oksigen
di dalam media.
Kandungan agar 0,075% pada media
thiogliolat menghambat difusi oksigen dari
permukaan media ke dasar media, sehingga
ada stratifikasi konsentrasi oksigen dalam
media. Konsentrasi oksigen pada permukaan
media relatif lebih tinggi dari pada bagian
tengah dan bawah, sehingga bagian permukaan
media relatif bersifat aerob dan bagian dasar
media bersifat anaerob (Marschall et al; 1992).
Adanya stratifikasi konsentrasi oksigen pada
media mengakibatkan perbedaan lokasi
pertumbuhan isolat uji (Gambar 4. 2). P.
aeruginosa yang bersifat aerob obligat tumbuh
hanya di permukaan media, E. coli yang
bersifat anaerob fakultatif tumbuh pada
seluruh bagian media dan Desulfovibrio yang
bersifat anaerob obligat tumbuh di bagian
bawah media.
Pada permukaan media kontrol positif
terlihat perubahan warna resazurin menjadi
merah muda. Resazurin pada media
thioglikolat merupakan indikator redoks yang
akan berubah warna menjadi merah muda jika
terdapat oksigen (Turoski, 2001). Warna
merah muda setinggi 1cm terlihat jelas pada
permukaan media dari isolat uji Desulfovibrio
yang menunjukkan adanya oksigen pada
permukaan tersebut (Gambar 4.2). Sedangkan
pada kultur E. coli tidak nampak adanya
warna merah muda, karena oksigen diduga
telah habis digunakan untuk respirasi E. coli.
Warna merah muda pada kultur P. aeruginosa
terlihat samar karena tertutup oleh biomasa sel
yang tumbuh pada permukaan media (Gambar
4.2).
Demikian pula dengan teknik Hungate,
isolat uji P. aeruginosa (bakteri aerob obligat),
E. coli (bakteri anaerob fakultatif) dan
Desulvofibrio (bakteri anaerob obligat) juga
dapat tumbuh seperti terlihat pada Gambar 4.3
dan Lampiran 2. Harapan awalnya adalah
dengan aplikasi teknik Hungate maka yang
dapat tumbuh hanyalah isolat Desulfovbrio
saja sebagai indikator ketidakberadaan oksigen
di head space tabung reaksi. Tetapi hasil
penelitian ini menunjukkan hal yang
sebaliknya, semua isolat uji dapat tumbuh.
Dugaan penyebab tumbuhnya isolat uji pada
teknik Hungate adalah sama dengan kontrol
positif, yaitu diduga karena kandungan media
thioglikolat. Namun antara kontrol positif dan
teknik Hungate terdapat perbedaan
penampakan warna merah muda pada
permukaan media thioglikolat. Pada teknik
Hungate tidak ada warna merah muda yang
menandakan oksigen telah habis tergantikan
oleh nitrogen.




Gambar 4.3 Isolat uji yang tumbuh pada
teknik Hungate setelah inkubasi selama 72
jam. (a) P. aeruginosa, (b) E. coli dan
(c) Desulvofibrio.

Meskipun isolat P. aeruginosa masih
dapat tumbuh setelah aplikasi teknik Hungate,
tetapi biomassa selnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan kontrol positif.
P. aeruginosa adalah bakteri obligat aerob
yang mutlak membutuhkan gas oksigen untuk
respirasinya. Walaupun tidak dilakukan
perhitungan gas oksigen di headspace tabung
reaksi, namun diduga penukaran gas oksigen
dengan gas nitrogen belum dapat
menghilangkan semua gas oksigen dalam
Zona
aerob

(a)
(a) (c) (b)
(c) (b)
headspace tabung reaksi setelah aplikasi
teknik Hungate. Menurut Ortega (2007)
dengan konsentrasi 0,4% saja P. aeruginosa
masih bisa tumbuh dengan waktu pembelahan
biner sel (doubling time) 138 20 menit.
Lamanya waktu paruh ini bisa dilihat dari
tipisnya biomassa sel pada teknik Hungate jika
dibandingkan dengan kontrol positif (Gambar
4.2). Selain itu ternyata menurut Ramsdell
(1935), kadar oksigen kurang dari 0,3 ml
dalam media tidak mengakibatkan perubahan
warna pada resazurin. Rendahnya kadar
oksigen dalam teknik Hungate ini mungkin
sebagai penyebab tidak terdeteksinya
keberadaan oksigen oleh resazurin.
Proses vakum yang dilakukan pada
desikator diharapkan dapat mengeluarkan
semua gas yang berada di dalam head space
desikator dan head space tabung reaksi. Gas
yang ada di head space tabung reaksi
diasumsikan dapat ikut tertarik keluar ketika
proses vakum dilakukan, karena tabung reaksi
hanya ditutup dengan kapas dan kasa.
Sehingga, berdasarkan parameter keberadaaan
oksigen (Tabel 3.1) bakteri fakultatif anaerob
dan obligat aerob diharapkan akan mati.
Namun hasil yang diperoleh adalah isolat uji
P. aeruginosa (bakteri aerob obligat), E. coli
(bakteri anaerob fakultatif) dan Desulvofibrio
(bakteri anaerob obligat) dapat tumbuh seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.4 dan
Lampiran 2. Hal ini diduga selain karena
faktor media thioglikolat, juga karena faktor
oksigen yang masih ada di head space tabung
reaksi. Terlihat dari Gambar 4.4 ada warna
merah muda pada permukaan media yang
diinokulasi dengan Desulfovibrio sebagai
indikasi keberadaan oksigen.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemompaan gas keluar
dari desikator yang dilakukan selama 1 menit
(60 detik) belum dapat mengeluarkan gas yang
berada di head space tabung reaksi. Adanya
oksigen di head space tabung reaksi dapat
mendukung pertmbuhan bakteri P. aeruginosa
(bakteri aerob obligat) dan E. coli (bakteri
anaerob fakultatif) walaupun inkubasi
dilakukan di dalam desikator yang divakum.




Gambar 4.4 Isolat uji yang tumbuh pada
desikator vakum setelah inkubasi selama 72
jam. (a) P. aeruginosa, (b) E. coli dan (c)
Desulvofibrio

Melihat indikasi ini, mungkin potensi
desikator vakum sebagai inkubator kultur
bakteri anaerob dapat dikaji ulang dengan
meningkatkan waktu vakum sampai dengan
batas maksimalnya. Batas waktu maksimal
tersebut dapat dilihat berdasarkan volume
desikator dan kecepatan proses vakum pompa
(air displacement) seperti persamaan (1)
berikut.




Bila kecepatan pompa vakum (Haiou, Cina)
adalah 0,9 m
2
/h atau 0,25 L/dt dan volume
desikator adalah 18,5 L, maka waktu maksimal
proses vakum adalah 74 detik seperti
perhitungan (2) dibawah ini




Secara kualitatif, biomassa isolat uji
yang tumbuh dari dua metode anaerob tersebut
(desikator vakum dan teknik Hungate) tidak
berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif diduga
memiliki perbedaan biomassa sel. Sebagai
contoh pada isolat uji Desulfovibrio.
Pertumbuhan isolat uji pada kontrol positif
(Gambar 4.2), teknik Hungate (Gambar 4.3)
dan desikator vakum (Gambar 4.4)
menunjukan kesamaan ketinggian biomassa
sel bila dilihat dari dasar media. Tetapi apabila
diuji secara kuantitatif, mungkin jumlahnya
tidak sama. Uji kuantitatif yang bisa dilakukan
adalah secara turbidimetrik yaitu perhitungan
Volume desikator
Air Displacement
Volume desikator
Air Displacement
18,5 L
0,25 L/dt
(1)
=
=
74 detik (2)
(a) (c) (b)

(2)
massa sel berdasarkan kekeruhan (Waluyo,
2008).
Untuk konfirmasi bahwa isolat yang
tumbuh bukan kontaminan, maka dilakukan uji
konfirmasi dengan pengamatan mikroskopik
dan uji fermentasi dengan media Triple Sugar
Iron Agar (TSIA). Uji TSIA dilakukan karena
dapat membedakan fermentasi dari E. coli dan
P. aeruginosa serta dapat membuktikan
adanya gas H
2
S pada bakteri yang mereduksi
sulfur. Menurut Holt et al., (1994) E. coli
bersifat anaerob fakultatif dan dapat
menfermentasi laktosa dan glukosa, sedangkan
P. aeruginosa bersifat obligat aerob dan hanya
dapat menfermentasi glukosa saja.
Hasil uji TSIA menunjukan karakter
isolat uji E. coli seperti yang diharapkan, yaitu
melakukan fermentasi laktosa dan glukosa
sehingga terjadi penurunan pH menjadi asam
dan menghasilkan gas. Indikasi penurunan pH
ditunjukkan dengan perubahan warna merah
menjadi kuning pada seluruh bagian media dan
indikasi ada gas ditunjukkan oleh terangkatnya
bagian bawah media biakan (Gambar 4.5).




Gambar 4.5 Uji TSIA pada E. coli pada (a)
kontol positif, (b) teknik Hungate dan (c)
teknik desikator.

Uji TSIA juga menunjukkan bahwa
isolat uji P. aeruginosa adalah isolat yang
diharapkan. Media TSIA mengandung 1%
laktosa, 1% sukrosa dan 0.1% glukosa. P.
aeruginosa hanya mampu memfermentasikan
sebagian saja dari gula tersebut yaitu glukosa.
Fermentasi parsial yang dilakukan P.
aeruginosa dapat dilihat dari perubahan warna
media TSIA yang juga parsial, ada bagian
yang berubah warna menjadi kuning dan ada
yang masih berwarna merah. Warna merah
menunjukkan bahwa gula tidak
difermentasikan dan tidak terjadi perubahan
pH (tetap basa) (Gambar 4.6) (Harley and
Prescott, 2002).




Gambar 4.6 Uji TSIA pada P. aeruginosa. (a)
teknik desikator, (b) teknik Hungate dan (c)
kontol positif.

Sedangkan uji TSIA Desulfovibrio tidak
menghasilkan karakter yang diharapkan, yaitu
terbentuk endapan hitam (FeS) yang
merupakan reaksi dari H
2
S dengan ferous
sulfat pada media TSIA, meskipun media telah
ditambahkan MgSO
4.
7H
2
O sebagai elektron
akseptor dan sodium laktat sebagai elektron
donor. Desulfovibrio adalah bakteri pereduksi
sulfat yang menggunakan SO
4
sebagai elektron
akseptor sehingga terbentuk H
2
S (Madigan et
al, 1997; Matias et al, 2005). Widdle and Bak
(1991) menyatakan bahwa substrat yang toksik
bagi Desulfovibrio adalah yang mengandung
indol atau phenol yang dapat menghambat
pertumbuhan Desulfovibrio dan
mengakibatkan tidak terbentuknya H
2
S pada
media. Sedangkan media TSIA mengandung
phenol red sebanyak 0,024 gr per liter (Harley
and Prescott, 2002). Selain itu Desulfovibrio
adalah bakteri yang bersifat obligat anaerob;
media TSIA yang digunakan walaupun telah
ditambahkan MgSO
4.
7H
2
O sebagai elektron
akseptor dan sodium laktat sebagai elektron
donor tetapi tidak dikondisikan secara anaerob.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
desikator berpotensi sebagai inkubator kultur
anaerob ditandai dengan tumbuhnya isolat
Desulfovibrio (anaerob obligat). Namun
terdapat kelemahan dalam pemanfaatan
desikator vakum ditandai dengan hidupnya
isolat P. aeruginosa (aerob obligat) dan E. coli
(fakultatif anaerob) yang diduga masih
terdapat oksigen di head space tabung reaksi.

SARAN
Untuk mengetahui potensi desikator
vakum sebagai alternatir anaerob jar perlu
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
diperhatikan kemungkinan kebaradaan oksigen
dalam head space tabung reaksi.

DAFTAR PUSTAKA
Chung, King-Thom dan M. P. Bryant. 1997.
Robert E. Hungate: Pioneer of
Anaerobic Microbial Ecology.
Department of Microbiology and
Molecular Cell Sciences, The
University of Memphis, Memphis, TN
38152 Department of Animal Science,
University of Illinois, Urbana, IL
61801, U.S.A. Anaerobe (3): 213
217.
Dwidjoseputro. D. 1978. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Penerbit Djambatan:
Surabaya.
Fitriana, M. 2009. Skripsi: Formulasi dan Uji
Aktivitas Antijamur Secara In Vitro
Salep Minyak Atsiri Rimpang Temu
Giring (Curcuma heyneana val.)
dengan Basis Vaselin. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah:
Surakarta.
Gilespie, S. H. 1994. Medical Microbiology
Ilustrated. Butterwort Heinemann:
London.
Hansen, S. P. 1999. High Vacuum with
Mechanical Pumps. Bell Jar. Vol. 8,
No. 2.
Harley and Prescott. 2002. Laboratory
Exercise In Microbiology. 5th
Edition. Mc Graw Hill.
Holt, J.G. (1994). Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology . Ninth
Edition. Williams and Wilkins: USA.
Horn, K. V., Katherine. W., dan E. J.
Baccaglini. 1997. Evaluation of the
AnaeroPack System for Growth of
Anaerobic Bacteria. Department of
Clinical Pathology, Westchester
County Medical Center,1 and
Department of Pathology, New York
Medical College,2 Valhalla, New
York 10595. Journal Of Clinical
Microbiology. Vol. 35, No. 8: 2170
2173,
Imhof, A. dan I. Heinzer. 1996. Continuous
Monitoring of Oxygen Concentrations
in Several Systems for Cultivation of
Anaerobic Bacteria. Institute of
Microbiology, Kantonsspital, CH-
5001 Aarau, Switzerland. Journal of
clinical microbiology. Vol. 34, No. 7:
16461648.
Lay, W.B. (1994). Analisis Mikroba di
Laboratorium. PT Raja Grafindo.
Madigan, M.T dan J.M. Martinko. 1997.
Brock; Biology of Microorganisms.
8th edition. Pearson Prentice Hall,
USA.
Mans, J. 2006. Vacuum Physics and
Technology. 6th edition. Spring. E-
book.
Marschall, Christoph., P. Frenzel., dan H.
Cypionka. Influence of oxygen on
sulfate reduction and growth of
sulfate-reducing bacteria. 1992. Arch
Microbiol Vol: 159:168-173.
Margaret. 2009. Artikel: The Recognition of
Anaerobic Growth and the
Development of the Anaerobic Jar.
www.cmpt.ca/pdf_archived.../anaerob
es_jar_mswift_03_7_4.pdf.
Didownload pada 29 November 2009
pukul 08.00 WIB.
Nelson, D. L. dan Michael M. C. 2004.
Lehninger: Principles Of
Biochemistry. 4th edition. Worth
Publishers. Inc, New York.
Ortega. C. A dan C. S. Harwood. 2007.
Responses of Pseudomonas
aeruginosa to low oxygen indicate that
growth in the cystic brosis lung is by
aerobic respiration. Molecular
Microbiology Vol 65(1): 153165.
Oxtoby, D.W. 2002. Prinsip- Prinsip Kimia
Modern. Edisi keempat. Erlangga:
Jakarta.
Pak, K Ran, H Lee, H lee1, Y kim,Y oh, and S
Choi. 2003. Involvement of Organic
Acid During Corrosion of Iron
Coupon by Desulfovibrio
desulfuricans. Journal Microbiol.
Biotechnol. Vol 13(6): 937941
Ramsdell.G. A., W. M. T Johnson., JR., and f.
R. Evans. 1935. Investigation of
Resazurin as an Indicator of The
Sanitary Condition of Milk. Journal
Dairy Science. Vol 18: 705-717.
Reed G. B. dan J. H. ORR. 1945. Cultivation
of Anaerobes and Oxidation-
Reduction Potentials. Queen
University, Kington, Kanada. J. Bact:
309-320.
Shahin, May., W. Jamal, T. Verghese, dan
V.O. Rotimi. 2002. Comparative
Evaluation of Anoxomat and
Conventional Anaerobic GasPak Jar
Systems for the Isolation of Anaerobic
Bacteria. Departments of
Microbiology, Faculty of Medicine,
Kuwait University and Mubarak Al-
Kabeer Teaching Hospital, Kuwait.
Med Princ Pract. Vol 12: 8186.
Smith. 1952. Desiccator Data. Noyes
Chemical Laboratories. University of
Illinois. Analytica Chimica Acta. Vol
6.
Turoski V., S. D. Richardson., J. Plude. 2001.
Paper: A New Method For Monitoring
Toxicity Using Stock Culture Or
Indigenouss Biomss. Division of
Enviromental Chemistry. American
Chemistry Society. Vol 41 No 1.
Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar
dalam Mikrobiologi. UMM press:
Malang.
Watt, B, j. G. Collee. dan R. Brown. 1976.
Tests of Performance of Anaerobic
Jars. Microbiological Laboratories,
Western General Hospital, Crewe
Road, Edinburgh EH4 2XU and
Department of Bacteriology,
University Medical School, Teviot
Place, Edinburgh. J. clin. Path. Vol
29: 534-536.
Widdle and Bak edited by Burt, R. dan K. D.
Phillips. 1991. Gram Negative
Mesophilic Sulfat Reducing Bacteria
in Technical methods: A new
anaerobic jar. Public Health
Laboratory, Luton and Dunstabk
Hospital, Lewsey Road, Luton LU4
ODZ, UK. J. Clin. Pathol. Vol
30:1082-1084.
www.textbookofbacteriology.net/themicrobial
world/Structure.html. Diakses pada
tanggal 7 April 2010 pada Pukul 21.58
WIB.
www.eid.ac.cn/MirrorResources/7279/ecoli.ht
m.1.1.html. Diakses pada tanggal 7
April 2010 pada Pukul 21.30 WIB.
http://www.jlindquist.net/generalmicro/dfnewt
hiopage.html. Diakses pada tanggal 23
januari 2011 pada Pukul 18.00 WIB.
http://en.academic.ru/dic.nsf/enwiki/76356.
Diakses pada tanggal 7 April 2010
pada Pukul 22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai