Anda di halaman 1dari 7

Pengalaman Diculik Prabowo Subianto di

Bukit Hambalang
REP | 28 July 2013 | 05:21 Dibaca: 23403 Komentar: 69 24
Bapak sih main retweet-retweet. Jangan-jangan bapak mau diculik ama Prabowo kayak cerita
aktivis 98 itu. Gimana nasib ibuk ama anak-anak nanti.. kata istriku berwajah kecut melas.
Lha soalnya twit toss nya prabowo ama followernya lucu, buk. Gatel ikutan
Ya, aku mengerti kepanikan istriku. Memang agak mengejutkan mendapat pesan undangan
berbuka puasa dengan Prabowo Subianto dan para asisten pribadinya di Bukit Hambalang. Bukit
yang dari hasil searching di google konon adalah bukit yang terdapat istana Prabowo dan camp
pelatihan militer yang dijaga anggota Kopassus yang masih loyal kepada Prabowo. Hiii.
Tenang. Bapak pemanasan Aikido dulu. Nanti kalau di tengah jalan ada apa-apapercayalah
spirit Bushido yang lama bapak pelajari ini bisa diandalkan. Setidaknya buat kabur ke hutan-
hutan sekitar bukit Hambalang jelasku menetramkan perasaannya.
Istriku tampak mulai tenang dan wajah tegangnya mulai mengendor. Bahkan paras mukanya
berganti lagi menjadi penuh tanda-tanya.
Kok masih di depan laptop? Katanya mau pemanasan?
Lha ini, lagi buka youtube. Buat inget-inget jurusnya jawabku.
Aduh, bapak katanya lagi.
Kali ini sambil melempar sarung cap Gajah Ndodok. Entah tanda kesal atau sedang
mengingatkan waktu sholat Jumat.
.
Sebentar lagi ada yang jemput di pom bensin. Harap ditunggu demikianlah kira-kira sms yang
kuterima.
Dengan deg-deg an, aku memantau sekitar pom bensin Malesia yang sudah tutup itu. Sebel juga
sih pom bensin itu tutup. Bukan masalah bisnisnya, tapi emang dari tadi lupa isi bensin dan
berharap bisa isi bensin di pom bensin tempat bertemu pasukan Prabowo.
Duh, gawat, bensin tinggal setengan baris lagi. Gimana kalau di tengah jalan mau kabur?
Hadeeeh kataku dalam hati penuh kepanikan.
Huff aku mengatur nafas dan mulai mengumpulkan energi Ki disekitar pom bensin. Siapa tahu
terjadi kontak fisik, setidaknya satu dua pukulan atau kuncianku nanti bakal bikin para calon
penculik akan kabur atau menjerit kesakitan. Aku tertawa dalam hati membayangkan adegan
film yang kurang lebih mirip-mirip itulah. Hehehe
.
Pak, saya sudah di lokasi. Bapak dimana? kata suara ditelefon.
Aku diam saja sambil mengamati orang-orang yang berada disekitar pom bensin. Dari balik
deretan mobil, aku mencoba mencari wajah-wajah sangar dan berambut cepak yang mungkin
sedang disekitar.
Nggak ada.
Adanya seorang pemuda berbaju putih dan terlihat celingak-celinguk sambil memegang henpon
nya. Aku masih mengucek-ucek mataku. Masih nggak percaya, mosok Kopassusnya kayak gitu?
Beda banget dengan pengawal Bang Yos yang sama-sama capres dan pernah kutemui saat
menghadap beliau menjelang launching novel ku dulu.
Saya assistennya pak Prabowo mas katanya setelah aku hampiri.
Serius, mas?
Serius, pak. Emang kenapa pak? tanyanya heran.
Nggak papa. Heran aja. Emang kelahiran tahun berapa mas? tanyaku super kepo.
Delapan puluhan, pak
Oh
Lalu sedikit basa-basi, aku pun akhirnya mengikuti mobil yang akan membawaku ke bukit
Hambalang yang misterius itu.
Jalanan berkelok-kelok dan sempit. Walau sedikit mereda kekhawatiran namun sikap waspada
dan pandangan penuh energi ki untuk menyapu lokasi tetap aku pancarkan. Kurang lebih
begitulah yang dipakai para pendekar di cerita Kho Ping Ho dulu.
Benar, sepanjang jalan aku melihat beberapa orang berambut cepak dan tegap tampak berjalan
disekitar pintu masuk. Bajunya hampir sama. Putih-putih dengan selempang merah. Rada alay
juga sih bentuknya. Terlalu mencolok dan bling-bling untuk pasukan khusus.
Tak lama, kami pun sampai di pos penjagaan pertama. Tampak kopass.. eh satpam tersenyum
sopan sambil membukakan pintu. Hmm, adem juga tempatnya semilir. Lebih asri daripada
kantor mas Anies Baswedansalah satu Capres lain yang pernah kutemui saat sedang berjuang
mencarikan BTS untuk pulau Karas di Papua yang terdapat salah satu guru Pengajar Muda
berada.
Akhirnya kami berhenti di parkiran. Kali ini tidak begitu minder dibanding saat diundang ke
markas pak Dahlan Iskan di dekat bundaran HI. Jika dulu aku datang naik ojek dan dihalaman
parkirnya berderet mobil sedan mewah milik tamu pak DI. Kali ini walau cuman memakai mobil
sejuta umat, tetapi mobil yang lain juga gak jauh berbeda. Sekalinya ada yang mobil Lux, itu
juga mobil Luxio yang masih sepantaran harganya. Pedeeeee..
Mas, tadi yang baju putih merah bling-bling siapa? tanyaku penasaran.
Itu team marching band nya Gerindra, pak

ternyata Drum Band
Oalaaah, pantesan bajunya semarak ndangdut begitu. Mirip-mirip legenda Marching Band nya
Sampoerna. Perasaan makin lega walau tetap waspada. Ini kandang macan, bro.
Dan mendadak teringat kisah pedekar H. Mamak Ibrahim, seorang guru besar silat Cikalong
Pancer Bumi yang pernah mengalahkan harimau di hutan. Pertarungan melawan harimau, konon
adalah syarat seseorang disebut pendekar dijaman dulu. Dan konon lagi, jika pendekar masuk ke
kandang macan maka jika selamat, berarti pendekar itu adalah ibarat seekor Singa. Rajanya
pendekar. Sedangkan saya, sudah masuk kedalam kandang macan Singa kah saya? Saya masih
menunggu
..
HUP!
Sikap kamae, kuda kuda ala Aikido kupasang halus agar tidak kentara saat kulihat seseorang
membawa karung beras 10 Kg an. Ini mesti hati-hati. Jangan sampai kepalaku dikerukupi karung
beras itu. Bahaya!
SET!
Satu langkah kecil mundur menjaga jarak kulakukan. Dan saat pria itu berlari menuju arahku.
WUZZ!
Orang itu melewatku.
Aku hanya melonggo saat ia menuju ke pojokan koridor dan membungkus binatang yang
tertangkap kawannya. Terdengar suara kucing meronta didalamnya.
Maaf, Pak. Kucingnya mesti saya tangkap. Takut kutu-kutunya bikin Viktor gatal-gatal
katanya sambil menunduk sopan.
Oh, nggak papa pak Dokter Jawab si Mas sopan.
Dokter? Viktor? kataku bertanya binggung.
Iya, dokter hewan disini. Viktor nama salah satu kuda unggulan kami. Kami sedang mencoba
mengembang biakan kuda impor dan mencoba dikawin silangkan dengan kuda lokal jawabnya
tersenyum
..
Usai menumpang sholat di komplek yang sarat model Jawa kuno itu saya dan beberpa tamu lain
pun segera menuju tempat berbuka puasa. Sekilas kulirik ada foto pak Prabowo sedang berdua
dengan habib bersorban hitam berwajah Arab. Aku kurang hapal namanya, namun sering kulihat
di TV dan yang jelas bukan Habib nya FPI.
Oh, komplek ini saya beli lungsuran dari senior yang pindah ke Amerika. Dulu masih hutan
banget. Dan alhamdulillah sudah lunas cicilannya tahun 2008 kemarin, mas kata pak Prabowo
tertawa kecil saat kutanyakan perihal istana nya di bukit Hambalang ini.
Aduh, makin bertambah kekagetanku melihat gaya Prabowo yang 180 derajat berbeda dengan
gayanya di TV atau acara resmi lainnya. Belum lagi deretan asisten pribadinya yang masih
muda-muda banget. Penjemputku di pom bensin yang kuanggap muda, ternyata masih ada yang
lebih muda lagi. Berumur sekitar 22 tahun.
Memang caleg dan dewan pakarnya sudah tuwir-tuwir, om. Tapi DPP nya di dominasi anak
muda kayak kami. Biarlah yang lebih berpengalaman tampil didepan, kami yang masih muda
masih senang menjalani passion kami dibelakang layar sekalian belajar jawab salah seorang
asisten yang berbadan kurus dan berkacamata dengan rambut rada botak merendah. Botak loh
yah, bukan cepak. Hehehe
Itu botak karena kepinteran, mas sahut Prabowo yang di sambut ledekan asisten lain.
Ya, ketakukan dan kekhawatiran diculik da bertemu wajah-wajah jadul hilang total. Suasana
riang karena gap of generation tidak terjadi. Bahasan ala anak muda seperti kisah tuntutan jaksa
perihal manual book Ipad yang menggelikan saat kami membahas dan menghubungkan dengan
soal kasus pidana kasus frekuensi 3G nya IM2 pun mengundang gelak tawa.
Bahkan baru tahu kalau para pemuda ini jago sekali menggoda pak Prabowo. Khususnya saat
berbicang soal musik. Sesekali mereka menyindir soal aliran musik Koes Plus nya pak Prabowo.
Yang disindir tampak mesam mesem saja. Sesekali mengelak kalau Koes Plus adalah legenda
musik Indonesia.
Sempat muncul pertanyaan soal kerepotan mempunyai assisten yang sangat muda ini. Kalau soal
spirit dan energi pemuda yang besar sudah tidak bisa dipungkiri.
Ya paling repot kalau ada hajatan politik hari sabtu malam. Banyak yang absen karena mesti
apel pacarnya masing-masing. Kalau tidak diijinkan khawatir jadi pada galau, ya sudah terpaksa
di campur tim nya dengan yang sudah menikah. Padahal tahu sendiri, acara politik kan
banyaknya hari jumat, sabtu dan minggu kata pak Prabowo sambil melirik beberapa asistennya
yang ditanggapi tawa tertahan cekikikan.
Suasana cair dan santai ini akhirnya membuatku berani bertanya hal yang sangat krusial dan
stigmatis terhadap pak Prabowo. Yaitu soal penculikan aktivis 98. Pak Prabowo kemudian
bercerita tentang masuknya aktivis-aktivis lulusan Amerika yang membawa paham demokrasi
barat ke Indonesia waktu itu. Sebenarnya tidak menjadi masalah baginya pribadi.
Namun berdasarkan informasi dan laporan adanya beberapa aktivis yang mampu merakit bom
dan adanya peledakan bom di Pasar Senen waktu itu, muncul perintah untuk mengamankan
aktivis yang diduga mempu merakit bom.
Saya heran, padahal tugas itu jelas-jelas dari negara dan bukan hanya saya yang mendapatkan
tugas itu katanya sejenak sambil menahan nafas.
Dan pak Prabowo pun bercerita memang telah mengamankan para aktivis itu. Ya mengamankan
saja, entah dengan perintah kepada grup lain kok sampai ada yang hilang. Mungkin tugasnya
memang lain. Saat kudesak siapa grup lain itu, pak Prabowo tampak mengangkat bahu dan
menggeleng tidak tahu.
Dan memang agak mengejutkan ketika tahu bahwa beberapa aktivis yang diamankannya kini
malah menjadi caleg dari Gerindra, partai yang didirikannya. Boleh di cek di google nama
Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Desmond J Mahesa dan Aan Rusdianto.
Tak terasa waktu berlalu dan saya mesti pulang ke rumah. Sebelum pulang, aku menyempatkan
diri berfoto dengan Prabowo.
Pak Prabowo, toss dulu kataku menirukan di twitter.
sambutnya.

@hazmiSRONDOL:
@Prabowo08 @Oceng_Official: Pak @Prabowo08 toss dulu
Dengan langkah ringan aku pun keluar ruangan. Sambil jalan, sempat kulihat ada sejenis
lapangan tertutup. Seukuran lapangan futsal atau tiga kali lipat padepokan pencak silat Gunung
Talang di Semarang, tempatku dulu sewaktu SD dan SMP sering berlomba yang kini kabarnya
sudah terlantar. Cuman anehnya, hall/padepokan itu lantainya pasir. Mungkin belum selesai
renovasi atau pembangunannya.
Bukan tidak selesai, itu memang tempat latihan kuda jelas salah satu assisten.
Hmm, bukit Hambalang yang dikabarkan merupakan Istana ini ternyata lebih tepat disebut
tempat pengembang biakan dan pelatihan kuda. Walau memang sih, beberapa bangunan sangat
Njawani dan asri sekali. Ada rumah joglo dan pendoponya. Namun kalau disebut istana,
sepertinya masih jauh dibandingkan Istana Bogor atau bahkan masjid kubah emas di Depok.
Lebih mirip museum di TMII.
Mendadak kangen dengan kampung halaman. Hiks.
Langkah ringan pun kuayunkan saat pulang. Penculikan Prabowo yang kutakutkan ternyata tidak
terjadi. Dan kini, bolehlah aku merasa diriku seekor singa. Singa yang keluar dari kandang
macan dengan selamat. Dan kenyang oleh kolak pisang serta nasi lauk rendang.
.
Satu jam menjelang Imsyak
Auuuuum!
Aku pun men towel-towel buruanku yang sedang tertidur dikamar.
Zzzz jawabnya sambil berbalik badan sambil memeluk Thole dan melanjutkan tidurnya.
Auuuum
Aku pun menuju meja makan. Sahur. Sahur sambil kesal.

Penulis,
Twitter: @hazmiSRONDOL
[Bekasi, 28 Juli 2013]

Anda mungkin juga menyukai