Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Surat Kabar
2.1.1 Pengertian Surat Kabar
Surat kabar merupakan sumber informasi yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak masyarakat yang memilih untuk membaca surat kabar demi
memperoleh informasi.
Menurut Stephens dalam Collier's Encyclopedia (2004) Newspaper, a
publication that appears regularly and frequently, and carries news about a
wide variety of current events
2
atau Surat kabar adalah suatu publikasi yang
terbit secara berkala dan menyajikan berita mengenai berbagai peristiwa yang
sedang terjadi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat kabar adalah lembaran-
lembaran kertas bertuliskan berita dan sebagainya, koran.
Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Belanda yaitu krant dan dari
bahasa Perancis yaitu courant. Surat kabar atau Koran adalah suatu penerbitan
yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah
yang disebut kertas Koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.

2
Mitchell Stephens, History of Newspaper, http://www.nyu.edu/classes/stephens/Colliers%20page.htm

Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca.
Surat kabar juga berisi kartun, TTS, dan hiburan lainnya.
3


2.1.2 Perkembangan Media Cetak Surat Kabar di Dunia
Media berita yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah surat kabar. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan media cetak tersebut pertama kali oleh masyarakat Romawi
pada tahun 59 SM, pada masa pemerintahan Cayus J ulius Caesar. Pada masa tersebut
surat kabar masih menggunakan tulisan tangan. Menggunakan beberapa papan tulis putih
yang dipancangkan di lapangan terbuka di tempat rakyat berkumpul. Papan tulis putih
yang disebut Forum Romanum itu berisi pengumuman-pengumuman resmi Menurut
isinya, papan pengumuman tersebut dibedakan menjadi dua macam. Acta Senatus, papan
pengumuman yang memuat laporan-laporan singkat mengenai sidang-sidang senat dan
keputusan-keputusannya. Dan Acta Diurna Populi Romawi, yang memuat keputusan-
keputusan dari rapat rakyat dan berita-berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat
propaganda pemerintah Romawi yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa
yang perlu diketahui oleh rakyat.
4

Kemudian setelah ditemukannya alat cetak oleh bangsa China pada tahun 700-an,
maka penggunaan surat kabar sebagai media cetak mulai berkembang luas dan surat
kabar yang dicetak menggunakan balok kayu berpahatan tulisan aksara China tersebut
diklaim sebagai surat kabar cetak pertama di dunia, surat kabar itu bernama Ti Pao. Yang
diterbitkan di kalangan pemerintah pada zaman Dinasti Han (202 SM-221M) dan mulai
disebar luaskan pada zaman Dinasti Tang (618 to 906).

3
Koran, http://id.wikipedia.org/wiki/Koran
4
Bambang, Z. et al.(2006).Mahir Berjunalistik. Yogyakarta: Amara Books
Bentuk surat kabar pada zaman dahulu masih sangat sederhana, bentuknya berupa
newssheet dan beritanya lebih banyak berkaitan dengan dunia bisnis para banker dan
pedagang dari Eropa. Yang lebih dikenal dengan nama Avisi atau Gazette yang terbit di
Venesia, Italia.
5

Seiring dengan berjalannya waktu, media cetak surat kabar semakin berkembang,
apalagi semenjak ditemukannya mesin cetak surat kabar yang dapat mencetak surat kabar
dalam jumlah banyak sekitar tahun 1450-an oleh J ohann Guttenberg . Sehingga banyak
sekali surat kabar-surat kabar dari kawasan Eropa mulai terbit secara harian, mingguan,
dan bulanan. Pada tahun 1605, Abraham Verhoeven di Antwerpen, Belgia mendapat izin
untuk mencetak Nieuwe Tijdinghen. Baru pada tahun 1620 selebaran ini terbit secara
teratur. Pada tahun 1629 Nieuwe Tijdinghen berganti nama menjadi Wekelijksche
Tijdinghen.
Di J erman, terbit surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung pada
tahun 1609 oleh Lucas Schulte yang terbit secara mingguan. Kemudian pada tahun yang
sama juga terbit surat kabar Relations di Strassburg oleh J ohann Carolus. Lalu terbit juga
Frankfurter Journal pada tahun 1615. Sampai kemudian lahir Leipzeiger Zeitung pada
tahun 1660, yang mula-mula mingguan, kemudian jadi harian. Inilah koran harian
pertama di dunia. Artinya, terbit setiap hari.
Di Belanda, terbit surat kabar tertua bernama Courante Uyt Italien en
Duytschland pada tahun 1618. Surat kabar ini diterbitkan oleh Caspar Van Hilten di
Amsterdam. Di Inggris, surat kabar pertama bernama Curant of General News yang terbit
pada tahun 1662. Menyusul dengan terbitnya The London Gazette pada tahun 1665.
Namun koran yang pertama terbit secara harian adalah The London Daily Courant pada

5
A Brief History of Newspaper, http://www.newspaper-industry.org/history.html
tahun 1702. Lalu ada The Times, koran yang terbit sejak abad 17 dan yang pertama kali
memakai sistem cetak rotasi. Di Perancis, pemerintah menerbitkan surat kabar Gasette de
France pada tahun 1631.
6


2.1.3 Perkembangan Media Cetak Surat Kabar di Indonesia
Dengan terbitnya berbagai macam surat kabar di Eropa, berpengaruh juga kepada
Indonesia saat itu. Surat kabar pertama yang masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa
Belanda pada abad 18 atau pada tahun 1744, ketika sebuah surat kabar bernama
Bataviasche Nouvelles diterbitkan. Pada tahun 1776 di J akarta, terbit surat kabar Vendu
Niews yang mengutamakan diri pada pelelangan. Sampai pada abad ke 19, semua surat
kabar di Indonesia diterbitkan dan dikelola oleh penguasa Belanda. Dengan pembacanya
berasal dari kalangan orang-orang Belanda atau bangsa Pribumi yang mengerti bahasa
Belanda.
Sedangkan surat kabar pertama sebagai bacaan untuk kaum pribumi dimulai pada
tahun 1854 ketika diterbitkannya majalah Bianglala disusul oleh Bromartani pada tahun
1885, keduanya terbit di Weltevreden. Pada tahun 1856 terbit Soerat Kabar Bahasa
Melajoe di Surabaya. Sampai pada tahun 1904, pers di Indonesia mulai bangkit pada saat
Raden Mas Djokomono mendirikan NV J avaansche Boekhandel & Drukkerij en Handel
in Schrifbehoeften Medan Prijaji di Bandung. Diikuti dengan terbitnya mingguan Medan
Prijaji pada tahun 1907 dan pada tahun 1910 Medan Prijaji berubah menjadi harian.
Medan Prijaji merupakan surat kabar pertama milik anak bangsa Indonesia. Sejak saat itu

6
Sumadiria, A.S. Haris.(2006).Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis
Professional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
surat kabar-surat kabar terbitan Indonesia mulai berkembang. Isi dari surat kabar terbitan
anak bangsa ini umumnya bersifat perjuangan.
Pada saat itu berkembang juga surat kabar-surat kabar terbitan warga Indonesia
keturunan Tionghoa. Surat kabar-surat kabar tersebut menggunakan bahasa Tionghoa
Melayu dan menjadi sarana efektif untuk menyebarluaskan berita perjuangan
nasionalisme. Harian Sin Tit Po, Harian Matahari, dan Harian Sin Po, merupakan surat
kabar-surat kabar yang memuat berita perjuangan nasionalisme. Pada tahun pertama
setelah proklamasi kemerdekaan 1945, pers Indonesia menunjukkan jati dirinya sebagai
pers perjuangan. Akan tetapi pada tahun 1950, pers Indonesia mulai tergoda dan hanyut
dalam dunia politik praktis. Pers Indonesia terjebak diantara partai politik yang ada pada
saat itu dan pers tidak lagi mengabdi kepada kebenaran untuk rakyat, melainkan untuk
kemenangan para pejabat partai.
Sejak Dekrit Presiden 1 J uli 1959, pers nasional mengalami masa suram. Setiap
perusahaan penerbitan pers diwajibkan memiliki surat izin terbit (SIT). Pada tanggal 1
Oktober 1958, Penguasa Darurat Perang Daerah (Paperda) J akarta Raya menetapkan
batas akhir pendaftaran bagi seluruh penerbitan pers untuk memperoleh surat izin
terbit(SIT).
Setelah terjadinya G30S/PKI tahun 1965 terjadi perubahan besar pada bangsa
Indonesia, khususnya terjadi perubahan pada warga Indonesia keturunan Tionghoa. Pada
tahun 1966 rezim militer Orde Baru mengeluarkan larangan perayaan ritual kepercayaan,
tradisi dan adat-istiadat Tionghoa di luar rumah. Kemudian dikeluarkan anjuran agar
nama-nama Tionghoa diganti menjadi nama-nama Indonesia. Selanjutnya diumumkan
larangan mengimpor dan mengedarkan barang-barang cetakan dalam bahasa Tionghoa.
Hal ini berpengaruh juga kepada surat kabar-surat kabar berbahasa Mandarin. Satu-
satunya koran berbahasa Cina terbitan J akarta hanyalah Harian Indonesia. sejak
dihapuskannya semua bacaan berhuruf Cina pada tahun 1967, Harian Indonesia menjadi
satu-satunya koran di bawah pengawasan Departemen Penerangan yang menjadi alat
sosialisasi bagi warga keturunan Cina yang hanya memahami bahasa Mandarin.
7

Hal ini berlangsung cukup lama, sampai pada pukul 12.00 siang Kamis 21 Mei
1998, ketika berganti pemerintahan Orde Baru menjadi pemerintahan Reformasi.
Pemerintahan demokrasi yang baru terbentuk dan kebijakan mengenai pelarangan Bahasa
Mandarin dicabut dan penggunaan Bahasa Mandarin mulai bebas dan terbuka. Diikuti
juga dengan kebebasan pers yang berubah menjadi kemerdekaan pers.
Secara yuridis, UU Pokok Pers No. 21/1982 pun diganti dengan UU Pokok Pers
No. 40/1999. Dengan undang-undang dan pemerintahan yang baru, siapa pun dapat
menerbitkan dan mengelola pers. Seperti ditegaskan pada Pasal 9 UU Pokok Pers No.
40/1999, ayat (1) setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan
perusahaan pers. (2) ditegaskan lagi , setiap perusahaan pers harus berbentuk badan
hukum Indonesia. Kewenangan yang dimiliki oleh pers nasional sangat besar, menurut
Pasal 6 UU Pokok Pers No. 40/1999, pers nasional melaksanakan peranan:(a) memenuhi
hak masyarakat untuk mengetahui, (b) menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi,
mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia serta menghormati
kebhinekaan, (c) mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat, dan benar, (d) melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

7
Era Bebas Omong Cang Cing Cung, www.kompas.com/kompas-cetak/0101/14/latar/era14.htm
yang berkaitan dengan kepentingan umum, dan (e) memperjuangkan keadilan dan
kebenaran.
8

Artinya dalam era reformasi ini, kemerdekaan pers benar-benar dijamin dan
senantiasa diperjuangkan untuk diwujudkan. Hal ini membuat banyaknya surat kabar-
surat kabar terbitan baru dimana-mana, termasuk surat kabar-surat kabar berbahasa
Mandarin. Surat-surat kabar berbahasa Mandarin yang beredar saat ini di daerah DKI
J akarta adalah Harian Xing Zhou Ribao(Harian Indonesia), Harian Guoji Ribao
(International Daily), Harian Shang Bao, Harian asal Surabaya yaitu Qiandao Ribao dan
Harian asal Singapura yaitu Lianhe Ribao.

2.1.4 Sejarah Surat Kabar Tionghoa
Setelah kita mengetahui perkembangan media surat kabar di Indonesia, terasa
kurang lengkap apabila kita tidak mengetahui sejarah surat kabar berbahasa Mandarin di
Indonesia pertama kali.
Partisipasi orang Tionghoa peranakan di dunia pers berbahasa Melayu dimulai
pada 1869, ketika Lo Tun Tay menjadi editor untuk surat kabar dwi mingguan,
Mataharie, yang diterbitkan oleh percetakan Bruining&Wijt di Batavia. Pertumbuhan
dan perkembangan pers pada abad ke-19 tidak mungkin terjadi tanpa dukungan kaum
Tionghoa peranakan yang merupakan kelompok pedagang kuat. Sebagai media iklan,
pers abad-19 sangat menarik para pedagang dan pemilik toko Tionghoa, dan para
penerbit yang bijaksana harus yakin bahwa koran mereka menyajikan informasi
komersial dan perdagangan eceran yang diminati para pedagang Tionghoa. Orang

8
Sumadiria, A.S. Haris.(2006).Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis
Professional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Tionghoa memang mendominasi perdagangan eceran di J awa sejak zaman Tanam Paksa
sampai dasawarsa awal abad ke-20. Bakat dagang dan kelihaian orang Tionghoa dalam
bernegosiasi menimbulkan rasa ketidakpercayaan dan rasa permusuhan di kalangan
penduduk pribumi yang lebih sering melakukan negosiasi bisnis dengan orang Tionghoa.
Dalam era 1870-an, orang Tionghoa-lah yang berani menyuarakan pendapat
mereka tentang berbagai masalah yang terjadi melalui pers. Hal ini dapat dilihat dari
keluhan-keluhan yang ditulis dalam sepucuk surat oleh orang Tionghoa asal Kupang
dalam Hindia-Nederland edisi 8 dan 12 J anuari 1881 dan kemudian dikutip Bintang
Timor. Sepucuksurat tersebut berisikan Ketidakbahagian orang Tionghoa atas
kebijakan Belanda pada orang Tionghoa. Hal ini terus menggema dalam sejumlah surat
kabar yang lebih populer di Batavia, Semarang dan Surabaya sampai menjelang akhir
abad ke-19.
Surat kabar tidak hanya menyediakan orang Tionghoa sebuah forum untuk
membeberkan pandangan mereka dan menguji kebolehan mereka menulis syair dalam
ragam Melayu rendah. Surat kabar juga merupakan media untuk saling mencerca dalam
perseteruan pribadi, bahkan dengan sesama anggota komunitas mereka. Namun, kecaman
terhadap sesama orang Tionghoa bersifat konstruktif. Melalui pers, orang Tionghoa bisa
membahas berbagai persoalan dalam komunitas mereka. Pada abad- 19, tampak beberapa
bentuk kesadaran budaya dipromosikan oleh pembaca Tionghoa peranakan dalam pers
berbahasa Melayu.
Dengan adanya krisis ekonomi 1884, menyebabkan jatuhnya harga gula dan kopi
di pasar dunia, mendorong beberapa pengusaha Tionghoa mencoba peruntungan mereka
dalam bisnis percetakan. Pada 6 April 1886, Bintang Timor, surat kabar berbahasa
Melayu yang diterbitkan dan dicetak oleh perusahaan Gebroeders Gimberg & Co.
mengalami kesulitan keuangan. Krisis pun datang ketika A. J ohannes, manajer bisnis
perusahaan tersebut mengumumkan bahwa Gebroeders Gimberg & Co. Mengalami
kebangkrutan dan meminta agar semua pelanggan Bintang Timor untuk segera melunasi
tunggakan hutang mereka sebelum diambil langkah hukum. Pada Desember 1886,
Bintang Timor menerbitkan iklan besar menandakan percetakan tersebut ditutup. Pada
hari penjualan, seorang Tionghoa Surabaya tampil sebagai penawar yang berhasil
mendapatkan hak milik atas perusahaan tersebut dan mendapatkan hak menerbitkan
Bintang Timor.
Untuk komunitas Tionghoa, penjualan percetakan Gebroeders Gimberg sangat
penting secara simbolik. Ini menandai awal kesertaan orang Tionghoa dalam penerbitan
surat kabar dan mengantar era baru perkembangan pers berbahasa Melayu. Di Buitenzorg
(Bogor) pada akhir 1885, seorang Tionghoa peranakan lain memperoleh hak milik
sebuah perusahaan percetakan Lie Kim Hok, ketika itu berusia sekitar 33 tahun, membeli
percetakan itu dari janda mendiang D.J .van der Linden, seorang misionaris Protestan dan
editor Bintang Djohar. Lie Kim Hok membeli percetakan tersebut seharga 1000 gulden.
Sumbangsih terbesar Lie Kim Hok bagi komunitas Tionghoa adalah dalam
memperkenalkan gagasan organisasi pan-Tionghoa di Hindia-Belanda, yang berpuncak
pada kelahiran Tiong Hoa Hwee Koan(THKK)
9
, organisasi masyarakat uang bergerak di
bidang sosial dan pendidikan pada 1900.
Kendati bukan orang Tionghoa pertama yang memiliki percetakan di Hindia
Belanda, Tjoa Tjoan Lok-lah yang pertama mewarisi koran yang dikenal luas dengan

9
Agus Sudibyo, Pers Tionghoa, Sensibilitas, Budaya, dan Pamali Politik, J uni 2001,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0106/dikbud/pers39.htm
sebuah sejarah panjang. Ia mampu membeli perusahaan percetakan milik orang Eropa
sehingga banyak menyebabkan banyak orang Belanda menjadi berang. Namun di tangan
pemilik yang baru, Bintang Timor tampil sebagai pelopor surat kabar berorientasi
Tiongkok. Surat kabar ini memulai trend memproduksi apa yang disebut dengan organ
atau anggota dari suatu organisasi, yang melayani khalayak pembaca atau kelompok
khusus(meskipun pada awalnya tidak resmi) yang kemudian menjadi kekhasan pers pada
awal abad 20. Hingga saat itu, kecuali surat kabar dan terbitan berkala milik misionaris
Kristen, pers umumnya melayani semua kelompok bangsa kendati kepentingan orang
Eropa selalu lebih diutamakan.
Sejak J anuari tahun 1887, perubahan yang terjadi di Bintang Timor menjadi kian
jelas. Sejak saat itu, sekitar 75% berita dan artikel dalam surat kabar itu berhubungan
dengan orang Tionghoa. Pada 15 J uli 1887, Bintang Timor yang berganti kepemilikan
dan editor tersebut kini menjadi harian dibawah kop Bintang Soerabaia. Untuk lebih
menekankan identitas barunya sebagai surat kabar Tionghoa, penerbit mencetak halaman
khusus berwarna pada hari-hari besar Tionghoa. Sebagai contoh, edisi 1 September
1887(No. 198) dicetak dengan halaman kuning-kuning, sedangkan pada hari besar
Tionghoa lainnya warnanya bisa merah marun, hijau, atau biru. Kiat ini meningkatkan
penjualannya dikalangan Tionghoa, sehingga bahkan Pemberita Betawi merasa perlu
mengikuti cara tersebut dengan mencetak edisi khusus berwarna merah jambu unutk
menandai perayaan Tahun Baru Tiongkok.
Setahun kemudian di Semarang terbit sebuah surat kabar tiga mingguan, Tamboor
Melayoe, dibawah kepemimpinan saudagar Tionghoa bernama Sie Hian Ling. Kendati
memakai nama, Tamboor Melayoe, dalam kenyataannya media ini adalah surat kabar
Tionghoa. Sari beritanya sebagian besar dikutip dari surat-surat kabar Tionghoa
perantauan dan beberapa kutipan lain dari surat kabar Eropa. Surat kabar ini berhenti
terbit pada paruh kedua 1889.
Kemudian ada surat kabar lainnya yang bernama Sinar Terang mengawali
penampilan reguler hariannya pada 25 J uni 1888 dan editor pertamanya adalah
W.Meulenhoff. Kecuali satu di Serang, semua distributornya adalah orang Tionghoa
yang tinggal di Bogor, Bandung, Cianjur, Sukabumi, Garut, Cirebon, Semarang, Demak,
Surabaya, Tegal, dan Padang.
Lima tahun kemudian, seorang peranakan lain bernama Oeij Tjai Hin, yang sudah
bergerak dalam dunia penerbitan memiliki sebuah percetakan, menjadi editor Bintang
Barat, menyusul keluarnya J . Kieffer dan E.F. Wiggers yang kemudian mendirikan
Bintang Betawi. Tidaklah mengejutkan dibawah Oeij Tjai Hin, Bintang Barat
menerbitkan lebih banyak artikel untuk memanjakan selera para pembaca Tionghoa dan
makin banyak diantara mereka yang menyumbangkan artikel yang diminati orang
Tionghoa. Selain itu penerbit Bintang Barat juga menerbitkan sebuah surat kabar Minggu
pertama dalam bahasa daerah, bernama Courant Doeminggoe, surat kabar ini juga
disunting oleh Oeij Tjai Hin dan nomor contohnya keluar pada 28 J anuari 1894. Akan
tetapi menjelang 1900 baik Bintang Barat maupun edisi Minggu-nya, Courant
Doeminggoe, terpaksa menghentikan penerbitannya. Pada tahun 1894, Yap Goan Ho
menerbitkan surat kabar edisi contoh Chabar Berdagang, sebuah surat kabar pengiklan
komersial. Tetapi surat kabar ini tidak pernah berlanjut dan segera bangkrut karena gagal
mendapatkan respon yang menggembirakan dari pelanggan.
Pada 1898 Sinar Terang yang dirintis Yap sepuluh tahun sebelumnya juga
berhenti terbit. Pada 1892, Yap mencoba mendirikan perusahaan percetakan yang lain di
Semarang, tetapi tidak ada kabar mengenai kegiatan ini setelah kelahirannya. Surat kabar
lain yang terbit di Semarang pada awal abad-20 adalah Bintang Semarang yang
menyebut dirinya Soerat Kabar dan Advertentie dan seluruh agennya terdiri dari orang
Tionghoa. Surat kabar ini diterbitkan oleh NV Semarang Courant, dibawah pimpinan Sie
Hian Ling, mantan editor Tamboor Melayoe.
Pers milik orang Tionghoa juga berkembang di Sumatera. Di Padang, agen surat
kabar Sinar Terang yang terbit di J akarta adalah seorang peranakan, Lie Bian Goan. J uni
1894, dia juga menerbitkan Pertja Barat, koran dwimingguan. Pada 1894, sudah beredar
surat kabar lain berbahasa Melayu di Padang, yaitu Palita Ketjil dan Sinar Menang-
Kabau. Pada 1895 Palita Ketjil berganti nama menjadi Warta Berita. Pada sekitar 1897,
surat kabar yang diterbitkan dan diedit oleh Baharoedin, Sinar Menang-Kabau
menghadapi kesulitan dan berhenti terbit. Mundurnya Lie Bian Goan dari dunia pers
tidak membuat kegiatan jurnalistik di Padang atau Sumatera berakhir. Pada 1898, Tjahaja
Sumatra terbit di Padang dipimpin oleh Lim Soen Hin.
Selain itu pers di daerah Ambon juga mulai berkembang. Hal ini dapat dilihat
pada tahun 1897, Baba Ong Kie Hong menjadi editor dan manajer sebuah penerbitan
berkala misionaris, Penghentar (sebuah berkala penginjil dwimingguan yang pertama
terbit pada 4 Oktober 1894). Pada 1899, K.D.Que seorang Tionghoa di Manado yang
sudah mendapatkan status hukum sebagai orang Eropa mendirikan sebuah percetakan
yang diberi nama Menadosche Drukkerij. Pendiri surat kabar dan usaha percetakan oleh
orang Tionghoa mendapatkan momentumnya menjelang akhir abad-20, terutama di J awa.
Surat kabar tidak hanya berdir di kota-kota pelabuhan, namun juga di kota-kota yang
lebih kecil seperti Bogor dan Sukabumi. Perkembangan yang marak ini mengakibatkan
terjadi peluncuran Politik Etis dan juga adanya kebangkitan kesadaran sosial-ekonomi
orang Tionghoa dalam pembentukan Tiong Hoa Hwee Koan pada 1900.
Pertumbuhan dramatis pers Tionghoa peranakan yang berawal pada akhir 1880-an
dan mendapatkan momentumnya pada 1890-an menyebabkan beberapa perubahan
kebijakan yang diatur oleh pemerintah Belanda, yang berpengaruh luas terhadap orang
Tionghoa. Kehadiran Tiong Hoa Hwee Koan tidak hanya menandai bangkitnya
nasionalisme Tionghoa di Hindia. Tapi juga mempercepat perkembangan organ bagi
organisasi tersebut yang sangat berhubungan dengan Tionghoa dalam watak dan
orientasinya.
Untuk pertama kalinya di Hindia, pada 1901 terbit sejumlah surat kabar yang
menggunakan bahasa Melayu rendah tapi dengan judul beraksara Tionghoa, sementara
pada halaman-halamannya aksara Tionghoa bertebaran diantara baris kalimat. Pada April
1901, Tan Ging Tiong dan Ijoe Tjai Siang mendirikan Li Po. Surat kabar ini berjaniji
akan memuat artikel tentang ajaran Konghucu. Pada 1902, percetakan Sie Dhian Ho yang
baru berdiri di Surakarta dibawah pimpinan Tan Soe Djwan menerbitkan mingguan
Tionghoa, Sien Po. Surat kabar ini selain menggunakan ragam Melayu rendah juga
menggunakan huruf Tionghoa untuk nama dan istilah Tionghoa tertentu. Pada tahun yang
sama, Sie Dhian Ho menerbitkan Taman Pewarta. Meskipun menggunakan nama
Melayu, namun dia menyebut surat kabar tiga mingguan itu organ tidak resmi Tiong
Hoa Hwee Koan. Pada tahun 1902, Lo Swie Tek menerbitkan Loen Boen di Surabaya
yang merupakan organ lain Tiong Hoa Hwee Koan. Masih pada tahun yang sama, sebuah
percetakan baru milik orang Tionghoa di Semarang menerbitkan surat kabar berbahasa
Melayu, Warna Warta. Kendati dimaksudkan sebagai surat kabar komersial untuk segala
bangsa, dengan depan halaman iklan dan hanya dua halaman berita dan artikel, surat
kabar ini menyatakan diri sebagai organ tidak resmi Tiong Hoa Hwee Koan.
Pada 1903, mengantarkan kelahiran lebih banyak lagi surat kabar yang dikelola
dan dimiliki orang Tionghoa peranakan. Pada 15 Maret, percetakan Kwa Hok Ing
meluncurkan nomor-nomor contoh Pewarta Soerabaja, harian lain yang siap bersaing
dengan Bintang Soerabaia. Dari percetakan Tjoe Toei Yang, terbitlah Kabar Perniagaan
di Batavia. Surat kabar ini pun merupakan salah satu organ tak resmi dari Tiong Hoa
Hwee Koan. Pada 16 Agustus 1904, Tjoe Toei Yang menjual Kabar Perniagaan kepada
sebuah percetakan Tionghoa yang baru berdiri, NV Boekhandel en Drukkerij Hoa Siang
In Kiok. Pada Mei 1903, terbit surat kabar lain oleh penerbit Soekaboemische Drukkerij
di Sukabumi, Ho Po. Surat kabar tersebut berorientasi pada ajaran Konghucu, surat kabar
organ Tiong Hoa Hwee Koan ini beredar di Bogor. Pada 12 November 1903, .pemilik
percetakan Tjoa Tjoe Kwan Sien Ien Kiok, Tjoa Tjoe Kwan menerbitkan surat kabar
dwimingguan, Darmo Kondo yang menggunakan bahasa Melayu dan J awa. Dua bulan
kemudian, Tjoa meluncurkan edisi contoh mingguan Tionghoa, Ik Po dengan 6.000
eksemplar. J umlah yang jelas mengisyaratkan keyakinannya akan sukses penerbitan baru
ini. Edisi regular surat kabar ini mulai terbit sejak 15 Maret 1904. Surat kabar ini
menggunakan ragam Melayu rendah dan aksara Tionghoa.
Munculnya surat kabar dengan nama Tionghoa berlanjut sampai bangkitnya
Sarekat Islam dan Indische Partij, hingga berdirinya Boedi Oetomo, hampir setiap tahun
muncul sebuah surat kabar Tionghoa baru. Sejak 1 J uli 1906 di Batavia terbit mingguan
Seng Kie Po. Bahkan kota kecil seperti Bogor memiliki sebuah mingguan Tionghoa, Tio
Hoa Wie Sin Po yang terbit pada 1905. Di Bondowoso terbit juga sebuah surat kabar
pada 1908, namun peredaran surat kabar Sinar Tiong Hoa ini terbatas karena diterbitkan
oleh Klub Membaca Tionghoa di kota tersebut.
Pertumbuhan surat kabar pada dasawarsa pertama abad ke-20 makin banyak
editor Tionghoa yang berkemampuan tidak dibawah sejawat Indo mereka, sebab banyak
diantara mereka menerima pelajaran bahasa penduduk pribumi atau berpengalaman
sebagai penerjemah atau sebagai pejabat dikalangan komunitas mereka.
Gelombang baru nasionalisme Tionghoa juga menyebabkan banyak penerbit surat
kabar dari kalangan Eropa sadar bahwa lebih praktis mempekerjakan seorang editor
Tionghoa atau pribumi jika surat kabar itu akan menjangkau pasar luas. Melihat keadaan
surat kabar Tionghoa yang berkembang pesat membuktikan bahwa bangkitnya kesadaran
sosial-ekonomi dalam dua dasawarsa terakhir abad ke-19 sangat membantu
perkembangan sebuah pers yang berorientasi Tionghoa dan menyebabkan kalangan
Tionghoa peranakan menggeluti jurnalistik dengan sungguh-sungguh. Tekanan ekonomi
dan tumbuhnya sentimen anti-Tionghoa menjadi pemicu yang menyadarkan orang
Tionghoa akan peranan penting pers.
10

Demikianlah sejarah singkat dari awal perjalanan penerbitan surat-surat kabar
Tionghoa di Indonesia. Yang mendorong semakin banyaknya penerbitan surat kabar
berbahasa Mandarin yang bersifat nasionalisme pada saat itu.



10
Adam, Ahmat.(2005).Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, 1855-1913.
J akarta:Hasta Mitra
2.2 Minat dan Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang hampir setiap waktu dilakukan oleh
masyarakat. Dan sangat diperlukan untuk memperoleh informasi dan juga pengetahuan,
menurut Zheng Shi Tao
11
atau dalam
terjemahannya membaca adalah suatu pondasi bagi masyarakat modern untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan.
Kemudian setiap orang pasti memiliki minat yang berbeda-beda terhadap
sesuatu. Akan tetapi apa dari arti minat itu sendiri.
Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan.
Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J .S.
Poerwadarminta, minat adalah perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu,
keinginan.
Menurut W.S Winkel SJ . (1996), minat adalah kecenderungan subyek yang
menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi tersebut.
12

Sedangkan menurut Desmita secara umum arti minat adalah sesuatu yang menarik
perhatian. J adi minat baca adalah sesuatu yang menarik untuk dibaca, sehingga cara,
metode dan pola penyajian yang tidak menarik perhatian, tidak akan merangsang minat
baca
13



11
19991
12
Winkel, W.S.(1996).Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
13
Desmita, Masyarakat dan Minat Baca, Oktober 2005,
http://www.sumbar.litbang.deptan.go.id/sing11102005_dm.htm
2.3 Glodok
Glodok yang mendapat julukan China Town atau Pecinan ini merupakan salah
satu kampung tua di ibu kota. Semasa VOC atau kompeni, Glodok merupakan kawasan
di luar tembok benteng kota Batavia. Sejak November 1740, penguasa VOC menetapkan
kawasan Glodok sebagai tempat tinggal para pemukiman Cina. Maksudnya, agar
penguasa Belanda mudah melakukan pengawasan terhadap mereka. Di perkampungan ini
ditempatkan seorang Kapiten Cina yang diserahi tugas mengawasi masyarakatnya.
14

Disamping itu Glodok merupakan daerah Pecinan terbesar di daerah J akarta,
dikarenakan setengah jumlah populasi penduduk Glodok adalah warga keturunan
tionghoa. Menurut data yang didapatkan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
DKI J akarta Kelurahan Glodok, pada bulan Mei 2007 jumlah keseluruhan populasi warga
Glodok adalah 11.009 jiwa, dimana jumlah keseluruhan populasi warga keturunan
Tionghoa ada 6.280 jiwa. Atas dasar daerah Pecinan dengan jumlah penduduk Tionghoa
terbanyak di J akarta, maka penulis mengambil daerah Glodok sebagai daerah penelitian.









14
J akartaMenyimpanSejarahKampungTua, http://www.tamanismailmarzuki.com/article/jakartakotatua.htm

Anda mungkin juga menyukai