Anda di halaman 1dari 28

Tahun Prevalensi

Penyalahgunaan
Narkoba
Jumlah enduduk % Terhadap
Jumlah
Penduduk
2009 3,60 juta orang 231 juta jiwa 1,99 %
2010 4,02 juta orang 237 juta jiwa 2,21 %
2011 5,00 juta orang 242 juta jiwa 2,80%

Jumlah dan Ranking Kasus Narkotika Tahun 2012
Provinsi Jumlah Kasus Ranking
DKI Jakarta 5.228 I
Sumatera Utara 2.403 II
Jawa Timur 1.394 III
Jawa Barat 1.071 IV
Sumatera Selatan 987 V
Kalimantan Selatan 970 VI
Aceh 866 VII
Riau 650 VIII
Sulawesi Selatan 645 IX
Lampung 637 X
Menurut data yang dikutip dari BNN (2012), dampak
NAPZA meliputi dampak fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi.

Berdasarkan dampak yang telah dikemukakan di atas,
penyalahgunaan NAPZA menimbulkan penderitaan
bagi pecandu NAPZA.

Penderitaan dapat membuat manusia merasakan
hidup yang sesungguhnya. Dalam penderitaan
dikatakan bahwa manusia dapat menjadi matang,
karena melalui penderitaan itulah manusia belajar dan
semakin memperkaya hidupnya (Frankl dalam
Bastaman 1996).

Permasalahan yang ingin diungkap jawabannya
dalam penelitian ini adalah bagaimana
kebermaknaan hidup yang dilakukan oleh mantan
pecandu NAPZA di Banda Aceh?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan kebermaknaan hidup yang
dilakukan oleh mantan pecandu NAPZA di Banda
Aceh.



Kebermaknaan hidup adalah keadaan yang
menunjukkan sejauh mana individu telah mengalami
dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya
menurut sudut pandang dirinya sendiri, dan makna
hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, tetapi
hanya dapat dipenuhi jika dicari dan ditemukan oleh
diri sendiri (Frankl, 2003).

Dimensi-Dimensi Makna Hidup:
Dimensi Personal
Dimensi Sosial
Dimensi Nilai

NAPZA adalah bahan atau zat yang bila masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial (Depkes,
2011).

Mantan pecandu NAPZA memiliki arti proses dari
seorang pecandu NAPZA untuk berhenti dari
kebiasaan mengkonsumsi NAPZA, dimulai ketika
merasa malu dan bersalah, baik dengan keluarga
maupun lingkungan, karena telah mengetahui
kebiasaan buruknya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Teknik yang dilakukan dalam penelitian adalah
wawancara dan observasi terhadap mantan
pecandu NAPZA yang menjadi subjek penelitian.

Peneliti menggunakan prinsip pengumpulan data
informasi sampai titik jenuh (saturation point) yaitu
sampai peneliti tidak lagi mendapat informasi baru
dari subjek sehingga jumlah sampel dalam
penelitian ini tidak ditentukan secara tegas di awal
penelitian, tetapi dapat diputuskan selama proses
pengumpulan data dilakukan (Sarantakos dalam
Poerwandari, 1998).
Prosedur pengambilan data pada penelitian ini
adalah dengan cara snowball sampling (bola salju
atau berantai).

Penelitian ini dilakukan di kota Banda Aceh. Lokasi
ini dipilih karena di kota Banda Aceh terdapat
tempat rehabilitasi narkoba, sehingga terdapat
mantan pecandu NAPZA yang sudah direhabilitasi.
Analisis Data:
Reduksi data
Penyajian data
Verifikasi
Kesimpulan
Lokasi penelitian dilakukan di Rumoh Geutanyoe.
Rumoh Geutanyoe merupakan pusat perawatan dan
pemulihan bagi pecandu NAPZA yang ada di Banda
Aceh, yang berdiri pada bulan Mei 2007 kerjasama
YAKITA dengan Caritas Germany.

Peneliti mengambil tiga subjek mantan pecandu
NAPZA dengan usia yang berkisar diantara 20 hingga
30 tahun.

Dimensi S1 S2 S3
Usia (Tahun) 23 tahun 23 tahun 30 tahun
Usia Pada Saat
Pertama
Menggunakan
NAPZA
15 tahun 14 tahun 13 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Islam Islam
Pendidikan SMA SMA SMA
Domisili Banda Aceh Banda Aceh Banda Aceh
Asal BA BM TKN
Suku Aceh Aceh Aceh
Lama
Menggunakan
NAPZA
4 tahun 5 tahun 8 tahun
S1 memperoleh kebermaknaan hidup melalui rasa senang,
bahagia, dan bangga dengan keadaannya sekarang. Di
samping itu S1 juga berusaha untuk melakukan hal-hal yang
positif dan bermanfaat bagi dirinya juga orang lain dalam
memaknai hidupnya saat ini seperti membantu orang tua di
rumah, mencari pekerjaan sampingan untuk meringankan
beban ekonomi orang tua, berbagi pengalaman kepada
pecandu di RG dan memberi motivasi kepada teman yang
sedang dalam masalah. Interpretasi ini sesuai dengan
pendapat Bastaman (2007) tentang kehidupan bermakna
S2 memperoleh kebermaknaan hidup ditampakkan melalui
adanya rasa senang, bahagia, dan bangga dengan
kehidupannya yang sekarang. Di samping itu S2 juga
berusaha untuk melakukan hal-hal yang positif dan
bermanfaat bagi dirinya juga orang lain sebagai wujud
kepeduliannya terhadap orang lain, seperti bekerja sebagai
konselor untuk mendampingi pecandu di RG, berusaha jujur
dan tulus dalam membantu orang lain, serta melakukan
penyuluhan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP).
S2 juga berusaha mempererat tali silaturahmi dengan
keluarganya seperti menjalin komunikasi yang baik dan
berusaha berdiskusi dengan orang tua jika ada masalah
yang dihadapinya. Interpretasi ini sesuai dengan pendapat
Bastaman (2007) tentang kehidupan yang bermakna.

S3 merasa senang dan bebas setelah berhenti
menggunakan NAPZA. Di samping itu S3 juga mengambil
pelajaran dari masa lalunya untuk lebih menghargai hidup
dan menjaga kepercayaan dari orang terdekat dengan
tidak menggunakan NAPZA lagi. S3 juga berusaha
melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat dalam
memaknai hidupnya saat ini seperti menjadi konselor untuk
membantu pecandu yang berada dalam pemulihan,
mendekatkan diri kepada Tuhan, meningkatkan gairah untuk
bekerja serta berusaha memperbaiki hubungan dengan
keluarganya. Interpretasi ini merujuk pada pendapat
Bastaman (1996) tentang kebermaknaan hidup.

Pada masa menjadi pecandu NAPZA, ketiga subjek
merasakan hidup yang tidak baik, tidak terarah, dan
menderita akibat dampak yang ditimbulkan oleh
penggunaan NAPZA seperti sering melakukan
tindakan kriminal antara lain mencuri, taruhan,
melakukan pengeroyokan, melakukan penculikan,
dikeluarkan dari sekolah, tidak dapat menyelesaikan
pendidikan, dan tujuan hidupnya hanya untuk
menggunakan NAPZA.

Secara sosial ketiga subjek dijauhi oleh teman, dan
dicemooh serta dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Ketiga subjek juga merasakan dampak
secara fisik yaitu merasakan sakit, nyeri, dan
kedinginan.

Secara psikologis, ketiga subjek mengalami
kesedihan, kekecewaan, kehampaan akan
hidupnya di masa lalu akibat dampak yang
ditimbulkan oleh penyalahgunaan NAPZA.

Hal ini sejalan dengan pendapat Bastaman (1996)
yang menyatakan bahwa subjek berada pada
tahap derita dimana subjek mengalami peristiwa
tragis yang menyebabkan hidupnya tidak
bermakna.

Setelah subjek berhenti menjadi pecandu, subjek juga
merasa bebas untuk melakukan hal yang positif,
sehingga subjek menemukan makna kerja dan makna
cinta, dimana subjek merasa apa yang dikerjakannya
memiliki makna dan berguna bagi individu lain
sehingga hal tersebut mampu membuat ketiga subjek
dapat terus bertahan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bastaman (1996)
yang menyatakan bahwa ketiga subjek berada pada
tahap kehidupan bermakna dimana ketiga subjek
dapat mengambil pelajaran berharga dari masa
lalunya tersebut sehingga menimbulkan perasaan
bahagia.

Ketiga subjek juga memiliki tujuan hidup yang sama
yaitu ingin tetap bersih dari NAPZA, ingin
membahagiakan orang tua, dan ingin menjadi
pribadi yang bermanfaat bagi orang lain seperti
membantu pecandu yang berada di pemulihan
dengan berbagi pengalaman, memberi arahan,
dan motivasi kepada pecandu tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bastaman (1996)
yang menyatakan bahwa subjek berada pada
tahap realisasi makna dimana subjek sudah dapat
melakukan apa yang menjadi keputusannya
dengan melakukan kegiatan yang terarah untuk
pemenuhan makna hidup.
Ketiga subjek memandang kejadian tersebut sebagai
suatu penderitaan yang dapat dijadikan sebagai sebuah
pengalaman hidup yang dapat membuat diri mereka
lebih baik di masa kini.

Ketiga subjek memaknai kejadian masa lalu dengan
berusaha untuk melakukan hal-hal positif dan melakukan
perubahan positif dalam hidupnya saat ini. Untuk
mencapai tujuan kebermaknaan hidup (meaning of life)
ketiga subjek cenderung membiasakan diri untuk bersikap
positif dan mencoba mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara meningkatkan ibadah.

Selain itu ketiga subjek juga berusaha menjadi pribadi
yang bermanfaat dengan membantu pecandu yang
berada dalam pemulihan.
Peneliti menyimpulkan bahwa ketiga mantan
pecandu NAPZA merasa menemukan dirinya lebih
hidup dan bermakna setelah berhenti
menggunakan NAPZA.

Ketiga subjek memiliki kesamaan dalam
menetapkan tujuan hidup yang baru, yaitu adanya
keinginan untuk mencapai kesuksesan dan menjadi
pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga
mendorong ketiga subjek untuk lebih memfokuskan
diri pada kegiatan-kegiatan yang terarah seperti
memfokuskan diri pada pekerjaan. Keinginan
tersebut membuat kehidupan ketiga subjek menjadi
bermakna

Kepada subjek penelitian
Kepada peneliti selanjutnya
Kepada penelitian selanjutnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai