Anda di halaman 1dari 21

KATARAK JUVENILE

I.PENDAHULUAN


Katarak berasal dari bahasa Yunani,yaitu Katarrhakies,Inggris Cataract dan Latin Cataracta yang
artinya air terjun.Sedanglan dalam bahasa Indonesia disebut pula bular,berupa penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penahanan cairan ) lensa, denatuasi protein lensa
atau akibat kedua-duanya.

Kekeruhan lensa ini biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu yang lama.
Katarak adalah penyakit yang terdapat pada usia lanjut,menurut penelitian-penelitian potongan
melintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% warga Amerika Serikat dan angka
ini meningkat sampai sekitar 50% pada mereka usia antara 65 tahun dan 74 tahun sehingga
sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun
2
, akan tetapi juga akibat
kelainan kongenital atau penyakit mata lokal menahun,antara lain glaukoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa. Katarak dapat juga berhubungan pada proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat juga disebabkan oleh hal lain,seperti bahan toksik khusus (kimia dan
fisika).Sedang yang lainnya berupa keracunan obat dapat menimbulkan katarak,misalnya:
1. Eserin ( 0,25% - 0,5 % )
2. Kortikosteroid
3. Ergot
4. Antikolinestrerase Topikal
Pada kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menyebabkan katarak, antara lain :
Diabetes Mellitus
Galaktosemia
Distrofi Miotonik
Katarak dapat juga ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (
katarak senil, juvenile, herediter ) atau kelainan kongenital mata .Misalnya yang disebabkan
berbagai faktor ,antara lain :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit Predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi Virus dimasa pertumbuhan janin
6. Usia
Keluhan pada pasien katarak biasanya terjadi penglihatan yang berasap dan tajam penglihatan
yang menurun secara progresif dan kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa menjadi tidak
transparan, sehingga pupil akan bewarna putih atau abu-abu.
Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk berdasarkan
tingkat,kekeruhan ini dapat juga ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa, seperti korteks dan
nukleus.
Ciri-ciri lensa katarak berupa; edema lensa ,perubahan protein ,peningkatan proliferasi dan
kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum ,edema lensa bervariasi sesuai
stadium perkembangan katarak. Katarak immatur (insipien) hanya sedikit opaq sedang katarak
matur yang keruh total ( tahap menengah lanjut ) mengalami sedikit edema. Bila kandungan air
maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamai intumesensi (membengkak ).Pada
katarak hipermatur (sangat lanjut ) air telah keluar dari lensa dan meninggalkan benda yang
sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput.

II. Anatomi Lensa dan fisiologi

A. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.










Gambar 1 : Anatomi lensa manusia

B. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.

Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,
lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
C. Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa
lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.
1
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang
mengalami gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.
III. Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara
65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding
pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan
dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.

Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya
penglihatan. Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah
penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %.
Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan
ras kulit hitam paling banyak.


IV. KLASIFIKASI KATARAK
Klasifikasi katarak berdasarkan usia:

1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

A. KATARAK KONGENITAL
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit
lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti
mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia
retina, dan megalo kornea.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

1. kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.
2. katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus
saja.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum. Untuk mengetahui penyebab
katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada
kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria. Pada setiap leukokoria perlu pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan
diagnosis banding lainnya. Pemerisaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.
Pada umumnya katarak kongenital bersifat sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Dua puluh tiga persen dari katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
secara autosomal dominan. Penyakit penyerta katarak kongenital yang merupakan penyakit
herediter adalah mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik, displasia
retina dan megalokornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo
virus, herpes simpleks, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, Epstein-Barr virus, sifilis dan
toxoplasmosis saat kehamilan terutama pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan
penyakit metabolik adalah galaktosemia, homosisteinuria, diabetes mellitus dan
hipoparatiroidisme.
Katarak kongenital juga ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental. Katarak kongenital juga mungkin bisa disebabkan oleh Chondrodysplasia
syndrome, Down syndrome (trisomi 21), Pierre-Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome,
Lowe syndrome, Trisomi 13, Conradi syndrome, Ectodermal dysplasia syndrome dan
Marinesco-Sjogren syndrome.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital sebagai berikut :
a. Katarak Piramidalis Polaris Anterior
Ada beberapa pendapat mengenai penyebab kekeruhan lensa pada polaris anterior.
Mungkin terjadi akibat uveitis anterior intra uterin, ada juga yang berpendapat kekeruhan
lensa terjadi akibat ketidaksempurnaan pelepasan kornea terhadap lensa dalam
perkembangan embrional dan lainnya berpendapat terjadi akibat sisa dari vesikulosa
lentis yang persisten. Letaknya terbatas pada polaris anterior. Biasanya ukurannya 1 mm,
namun dapat lebih kecil tapi jarang lebih besar. Berbentuk piramid yang mempunyai
dasar dan puncak karena ini disebut katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat
kedalam atau keluar. Kekeruhan lensa dapat unilateral atau bilateral. Keluhan tidak berat,
stasioner dan penglihatan kabur waktu terkena sinar. Karena pada waktu ini pupil
mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup
tidak terlalu mengganggu, karena pada saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih
banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan
stasioner, sehingga tidak memerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian midriatika
seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil
menjadi lebih lebar. Bila timbul gangguan visus yang hebat dan tidak terlihat fundus pada
pemeriksaan oftalmoskop maka dilakukan pembedahan. Dapat dipertimbangkan
iridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah lensa yang masih jernih. Sering terjadi
anisometropi, sehingga perlu diperhatikan refraksi pada penderita.


Gambar 3 : Katarak Polaris Anterior

b. Katarak Piramidalis Polaris Posterior
Terjadi karena resorbsi selubung vaskuler yang tidak sempurna sehingga menimbulkan
kekeruhan dibelakang lensa.Kadang-kadang terdapat arteri hialoiea menetap.Arteri
hialoiea merupakan cabang dari arteri centralis yang memberi suplai nutrisi pada
lensa.Pada umur 6 bulan dalam kandungan arteri ini mulai diserap, sehingga pada
keadaan normal pada waktu lahir arteri ini sudah tak tampak lagi.Kadang-kadang
penyerapan tidak berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal bintik putih
dibelakang lensa, berbentuk ekor di posterior lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak,
kekeruahannya stasioner sehingga tak memerlukan tindakan. Kelainan ini bersifat
unilateral dan biasanya diikuti ukauran mata yang lebih kecil (mikroftalmia).


Gambar 4 : Katarak Polaris Posterior
c. Katarak Zonularis atau Lamelaris
Mengenai daerah tertentu dan biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersususn
sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders, merupakan
tanda khas untuk katarak zonularis. Katarak ini paling sering didapatkan pada anak-
anak.Kadang-kadang bersifat herediter. Kekeruhannya berupa cakram dengan diameter
lebih dari nukleus lensa, biasanya 5 mm, mengelilingi bagian tengah yang jernih, korteks
diluarnya juga jernih. Biasanya progresif tapi lambat.Kelainan ini selalu bilateral, tetapi
dapat dengan kepadatan yang berbeda dan dapat menyebabkan ambliopia.Ukuran mata
dan diameter kornea normal.Kadang-kadang keluhan sangat ringan tapi dapat juga
kekeruhannya bertambah, sehingga visus sangat terganggu. Bila kekeruhan sangat tebal
sehingga fundus tidak terlihat pada pemeriksaan ophtalmoskop maka perlu dilakukan
aspirasi dan irigasi lensa.


Gambar 5 : Katarak Lamelaris
d. Katarak Nukleus
Katarak ini jarang ditemukan.Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada 3 bulan
pertama.Kekeruhan biasanya pada nukleus lensa, biasanya berdiameter 3 mm, dengan
densitas yang bervariasi. Kepadatan biasanya bersifat stabil tetapi dapat juga bersifat
progresif dan menjadi lebih besar dalam ukurannya.Dapat unilateral atau bilateral.
Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea, terutama pada kasus yang unilateral.


Gambar 6 : Katarak Nukleus
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah bila pupil terlihat
berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria, pada setiap leukoria diperlukan
pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Walaupun 60 % pasien
dengan leukoria adalah katarak kongenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio
retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.

Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi dalah makula lutea yang tidak
cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata sangat penting bagi
penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar setelah 2
bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang fungsinya.
Makula tidak akan berkembang sempurna hingg walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka
biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.

Selain itu, katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus, strabismus dan fotofobia.
Apabila katarak dibiarkan, maka bayi akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil yang gelap
dan akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan.
Pada katarak kongenital penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup
mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walupun dilakukan
ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia
sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi berupa
nistagmus dan strabismus.
Penanganan tergantung jenis katarak unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain,
dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena
bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia.
Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak dilakukan
bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan
pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah yang
umum dilakukan pada katarak kongenital adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan
aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :
1. katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera setelah
katarak terlihat.
2. katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum
terjadinya juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan
segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya.
3. katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan
kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4. katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih koservatif sehingga sementara dapat di
coba dengan kacamata midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai mulainya tanda-
tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang
lebih baik.

B. KATARAK JUVENIL
Katarak juvenil adalah penurunan penglihatan secara bertahap dan kekeruhan lensa terjadi
pada saat masih terjadi perkembangan serat- serat lensa sehingga konsistensinya lembek
seperti bubur atau soft cataract. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 40 tahun dan
lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital. Katarak
yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari
9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti:
1. Katarak metabolik
- katarak diabetik dan galaktosemik
- katarak hipokalsemik (tetani)
- katarak defisiensi gizi
- katarak aminoasiduria
- Otot : distrofi miotonik
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
- kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia , aniridia , dll)
- katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal)
- katarak anoksik
- toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll)
- katarak radiasi
- lain-lain kelainan kongenital , sindrom tertentu , disertai kelainan kulit , tulang ,
dan kromosom.

Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya
menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah penglihatan.
Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang baik pada mata
lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya.
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya
mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka. Kekeruhan
penglihatan tergantung pada:
- kekeruhan lensa
- bagian lensa yang keruh
- apakah terdapat mata malas
- adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan penglihatan
Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral, anak akan memiliki
penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh, sehingga sangat sedikit cahaya
yang masuk, anak akan memiliki penglihatan yang buruk.
Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil , anak kemungkinan akan mengalami
ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak. Otak hanya dapat
melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang
tajam karena katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas. Walaupun
katarak telah diangkat dengan operasi, penglihatannya akan tetap kabur karena otak tidak
mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan jelas.

I. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari katarak juvenil belum diketahui dan pada kasus-kasus yang
ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk mengetahui riwayat keluarga
pasien secara detil. Katarak dapat ditemukan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak
senilis, katarak juvenile, katarak herediter ) atau kelainan kongenital mata. katarak disebabkan
oleh berbagai macam faktor seperti :
- Fisik
- Kimia
- Penyakit predisposisi
- Genetic dan gangguan perkembangan
- Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
- Usia
II. Tanda dan gejala
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun
dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau
terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip
pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini
diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Namun setelah
sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini
berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan
anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan
ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya
paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih
baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak
tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita
glaucoma.


8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding
warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.



Gambar 7. Bintik hitam yang tidak bergerak pada katarak


III. Pemeriksaan Fisik
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik
untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika
dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya
konstriksi pupil yang kuat.
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran
miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa. Pemeriksaan dengan
menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi
juga untuk melihat struktur okular yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen
anterior lainnya.

IV. Penatalaksanaan Katarak
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata
bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu
biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi
katarak 16ias dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun
kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda,
maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam
meskipun pengelihatan tidak akan kembali.

V. Persiapan bedah katarak:
Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan
dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent.
Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada
kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan
memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya.
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Riwayat alergi obat
- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah
- Tekanan bola mata
- Uji Anel
- A-scan Ultrasonografi: untuk mengukur panjang bola mata yang bersama dengan
mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam
pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk
mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa
dengan alat retinometri
- Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri )
dengan alat biometri
- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat
menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

VI. Teknik-teknik pembedahan katarak
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah.
Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra
Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular
(ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE,
ECCE dan phacoemulsifikasi.
1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi limbus superior 140-
160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula
Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan
terjadi katarak sekunder.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi yang
mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180 dihubungkan
dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka
kejadian astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema
kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.


2. Operasi katarak ekstrakapsular

Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior,
sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior
untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden
komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan
metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.




Gambar 8. Extraksi Ekstrakapsular
3.Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan kapsul
bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang
insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang
mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun
kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena akan
menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa
adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko
perdarahan.
Cepat menyembuh.
Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata.


Gambar 9. Fakoemulsifikasi
Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat
ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.


Komplikasi

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma
maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah
adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri
patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progesif
lambat.

Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan:
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

Anda mungkin juga menyukai