Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kode Tambahan
ASTM
SNI Pengujian
KEKUATAN KAYU
ENV 1995-1-1, Design of timber structures. Part 1-1 General rules and rules and building
ASTM D 4442-92, Standard test methods for direct maisture content measurement of wood and wood base materials
ASTM D9, Terminology relating to wood
ASTM D 2395, Test method for specific grafity of wood and wood-base materials
ASTM D 4442, Test methods for direct maisture content measurement of wood-base materials
SNI 03-3527-1994, Mutu kayu bangunan
SNI 14-2023-1990, Kayu lapis structural
SNI 03-3972-1995, Metode pengujian modulus elastisitas tekan dan kuat tekan sejajar serat kayu konstruksi berukuran struktural
SNI 03-3974-1995, Metode pengujian modulus geser kayu konstruksi berukuran structural
SNI 01-2704-1992, Kayu lapis penggunaan umum
SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung
SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung
KEKUATAN KAYU Kode
mutu
Modulus
Elastisitas
Lentur
Kuat
Lentur
Kuat tarik
sejajar
serat
Kuat tekan
sejajar
serat
Kuat
Geser
Kuat tekan
Tegak lurus
Serat
Fb Fv
Ew Ft Fc Fc⊥
E26 25000 66 60 46 6.6 24
Aturan PKKI Lama E25 24000 62 58 45 6.5 23
1,4D (6.2-1)
1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8 W) (6.2-3)
1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)
1,2D + 1,0E + 0,5L (6.2-5)
0,9D + (1,3W atau 1,0E) (6.2-6)
PERATURAN PEMBEBANAN
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya, termasuk
tetapi tidak terbatas pada berat dan tekanan tanah,
pengaruh temperatur, susut, kelembaban, rangkak, dan
beda penurunan tanah, harus ditinjau di dalam
perencanaan.
Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh
fluida (F), tanah (S), genagan air (P), dan temperatur (T)
harus ditinjau dalam perencanaan dengan menggunakan
faktor beban: 1,3F; 1,6S; 1,2P; dan 1,2T.
KONSEP PERENCANAAN
Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan Kombinasi pembebanan Faktor waktu (λ)
batas yang berlaku sebagai hasil kali antara 1,4D (6.2-1) 0,6
tahanan terkoreksi, R’, faktor tahanan, φ, dan faktor
waktu, λ. Tahanan rencana harus sama dengan 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2) 0,7 jika L dari gudang
atau melebihi beban terfaktor, Ru: 0,8 jika L dari ruangan umum
Ru ≤ λφ R’ 1,25 jika L dari kejut*
Faktor tahanan, φ
1,2D + 1,6 (La atau H) + (6.2-3) 0,8
Jenis Simbol Nilai (0,5L atau 0,8 W)
Tekan φc 0,90
Lentur φb 0,85
Stabilitas φs 0,85 1,2D + 1,3W + 0,5L + (6.2-4) 1,0
Tarik φt 0,80 0,5 (La atau H)
Geser/puntir φv 0,75
Sambungan φz 0,65
1,2D + 1,0E + 0,5L (6.2-5) 1,0
R’ = R C1 C2 … Cn
Syarat Desain
Tu < λ φt T’
T’ = Ft’An
Dengan Ft’ adalah kuat taris sejajar serat terkoreksi dan An adalah
luas penampang neto.
KONSEP DESAIN DAERAH TARIK
Bilamana, akibat adanya alat pengencang, letak titik berat penampang neto
menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran lebar atau
lebih maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesaui dengan prinsip baku mekanika
dan prosedur
Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka perkuatan
mekanis harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi
Perencanaan komponen struktur tarik komposit, yaitu komponen struktur yang
tersusun dari gabungan kayu gergajian, kayu laminasi struktural, atau dari jenis
kayu lain yang berbeda kekakuannya dan bekerja pada arah sejjar serat, atau
kombinasi dengan pelat baja, atau batan baja, harus ditinjau berdasarkan konsep
penampang transformasi. Elemen-elemen harus digabungkan sehingga dapat
bekerja sebagai satu kesatuan dengan gaya-gaya terdistribusi sebanding dengan
kekakuan elemen penyusunnya
Contoh Soal
P
P P
Soal 1:
1/2P 1/2P
Hitunglah besarnya gaya tarik
maksimum yang dapat dipikul
oleh batang yang mengalami
gaya aksial tarik. Dimensi balok
Dalam bentuk konstruksi Kuda – Kuda ini 60 x 120 mm. Kayu yang
maka bagian ini adalah bagian yang digunakan adalah kayu E15 kelas
mengalami gaya tarik A
Contoh Soal
Data Kayu
Material
Perhitungan
E15 B = 60 mm σ = T / Anetto
Pu < λ φc P’
Kelangsingan λ = K e l
r (r = ix / iy)
Faktor Kelangsingan
KONSEP DESAIN TEKAN
175
KONSEP DESAIN TEKAN
Tabel ω - Formula
KONSEP DESAIN TEKAN
Mencari Profil Pakai untuk batang tertekan
Menggunakan Rumus Euler
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur terhadap sumbu kuatnya (x – x) adalah:
Keterangan:
M’=Mx’ adalah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x – x)
Sx adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x – x)
Fbx’ adalah kuat lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu kuat (x – x)
CL adalah faktor stabilitas balok, sama dengan 1,0
Perencanaan Lentur
Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang terletak jauh dari
tumpuan dan berada pada sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang
disebabkan oleh takikan dapat dikurangi menggunakan konfigurasi takikan
yang diiris miring secara bertahap daripada menggunakan takikan
dengan sudut-sudut yang tajam.
Takikan pd ujung balok tidak boleh melampaui seperempat tinggi balok
untuk balok masif, dan sepersepuluh tinggi balok untuk balok glulam (kayu
laminasi struktural).
Pengecualian: Pada balok-balok kayu masif yang tebal nominalnya lebih
kecil dari 100 mm, diperkenankan dibuat takikan yang tidak melebihi
seperenam tinggi balok dengan lokasi di luar sepertiga bentang yang
ditengah
Perencanaan Lentur
Tahanan lentur dari komponen struktur prismatis berpenampang persegi panjang dan bundar
Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh persamaan diatas sharus dikalikan
dengan faktor bentuk Cf = 1,15 untuk komponen struktur berpenampang bundar
selain daripada untuk tiang dan pancang; dan harus dikalikan dengan Cf = 1,40
untuk komponen struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap
sumbu diagonal.
Bila dijumpai suatu permukaan yang diiris miring sebesar sudut θ terhadap arah serat pada sisi
tekan balok glulam (kayu laminasi struktural) maka faktor interaksi tegangan, Cl, harus dihitung
untuk lokasi kuat kritis menggunakan persamaan berikut ini:
1
Cl = 2 2
⎛ φ F ' tanθ ⎞ ⎛ φb Fn' tanθ ⎞
1 + ⎜⎜ b b ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ φv Fv' ⎠ ⎝ φc Fc ⊥' ⎠
Perencanaan Lentur
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar daripada dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya
harus memiliki bresing lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral.
Bresing lateral tidak diperlukan pada balok berpenampang bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang mengalami
lentur terhadap sumbu lemahnya saja.
Bresing lateral harus dapat mencegah gerakan lateral sisi tekan balok dan harus dapat mencegah rotasi balok pada lokasi-
lokasi yang dikekang.
Sebagai alternatif, untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau peralihan lateral
ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap tebal nominal, d/b, sebagai berikut:
d/b < 2: tidak diperlukan pengekang lateral;
2 < d/b < 5: posisi tumpuan-tumpuannya harus dikekang menggunakan kayu masif pada seluruh ketinggian balok;
5 < d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;
6 < d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan
dan tarik dikekang secara bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh lantai dan pada
tumpuan-tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah rotasi;
d/b > 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh panjangnya.
Perencanaan Lentur
Dalam perhitungan lendutan, faktor komposit, CE, di bawah ini dapat
digunakan dalam menentukan kekakuan balok kayu masif; dengan catatan
bahwa komponen struktur merupakan gabungan dari balok-balok sejajar
dengan ukuran tinggi maksimum 300 mm, spasi maksimum 600 mm (pusat-
ke-pusat), dan ditutup dengan panel-panel truktural setebal 12 mm atau
lebih:
CE = 1,00 untuk komponen yang digabung menggunakan paku,
CE = 1,10 untuk komponen yang digabung menggunakan perekat dan
paku,
CE = 1,15 untuk komponen yang digabung menggunakan perekat.
Perencanaan Lentur
Tahanan geser terkoreksi dari suatu balok, V’, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
F'v Ib atau
V' =
Q
Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b, dan tinggi d, persamaan menjadi:
2
V' = F'v bd
3
Perencanaan Lentur
Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah
balok persegi panjang setinggi d, tahanan geser
terkoreksi pada penampang bertakik dihitung sebagai:
⎛2 ⎞ ⎛ dn ⎞
V ' = ⎜ F'v bd n ⎟ ⎜ ⎟
⎝3 ⎠⎝ d ⎠
dengan d adalah tinggi balok tanpa takikan dan dn
adalah tinggi balok di dalam daerah takikan.
Perencanaan Lentur
Apabila suatu sambungan pada balok persegi
panjang menyalurkan gaya yang cukup besar
sehingga menghasilkan lebih dari setengah gaya
geser di setiap sisi sambungan maka tahanan geser
horisontal terkoreksi dihitung sebagai berikut:
⎛2 ⎞ ⎛ de ⎞
V ' = ⎜ F'v bd e ⎟ ⎜ ⎟
⎝3 ⎠⎝ d ⎠
Perencanaan Lentur
Sebagai alternatif, apabila seluruh sambungan terletak
sejauh lebih dari 3d dari ujung balok maka tahanan
geser horisontal terkoreksi dapat dihitung sebagai:
⎛2 ⎞ ⎡ x − 3d ⎤
V ' = ⎜ F'v bd e ⎟ ⎢1 +
⎝3 ⎠⎣ 6d ⎥⎦
≤ F'v bd e
dengan x adalah jarak sambungan dari ujung balok.
Perencanaan Lentur
Tahanan puntir terkoreksi, Mt’, dari suatu balok persegi panjang masif dihitung sebagai:
b 2d 2 Ftv'
M t' =
3d + 1,8b
b adalah lebar penampang balok (ukuran sisi yang lebih kecil)
d adalah tinggi penampang balok (ukuran sisi yang lebih besar)
Ftv’ adalah kuat puntir terkoreksi
Untuk penampang balok tak persegi panjang, tahanan puntir terkoreksi dihitung berdasarkan
analisis puntir elastis linier menggunakan Ftv’ sebagai kuat geser puntir maksimum.
Contoh 1
Rencanakan Sebuah Gelagar Jembatan kayu yang
dipasang dengan cara sendi – rol . panjang 4
meter dengan Jarak Antar Gelagar 1.25 meter
dan beban yang terjadi adalah sebagai berikut :
Beban Kendaraan Merata (D) = 0.5 KN/m2
Beban Terpusar (T) = 5 KN
Kayu yang ada Jenis E15
Contoh 1
Analisa Gaya
Data Kayu
Beban Mati :
Analisa Gaya
E15 Karena tidak ada Profil asumsikan
Beban Terpusat:
Profil terlebih dahulu atau
Ft = 31 Mpa (σtr) T = 5 KN
memberikan SF ke Beban Lain
Koreksi Tahanan Sendi – Rol
Lentur = 0.85 Beban Hidup
Momen = (1/4)TL = 5KNm (Ce)
Q = 0.5 KN/m2 x 1.25 =0.625 KN/m
Geser = 0.75 Geser = P /2 = 2.5 KN
SF = 1.2 (asumsi ) Q’ = 0.75 KN/m
Layan = 0.8 Sendi – Rol Torsi = 0 Axial = tidak ada
Fl’ =32x 0.8 x 0.85 = 21.76 Mpa Momen = (1/8)Ql^2 = 1.5 KNm (Ce)
Geser = QxL /2 = 1.5 KN
Fv’= 5.1x 0.8 x 0.75 = 3.06 Mpa
Torsi = 0 Axial = tidak ada
Contoh 1
Beam
Geser = 2.5 KN Q
P M maks = 5 KNm
M’ = b (dc)2Fr’/6Ksr
Δc = 5wL4/32E’bdeb3
Keterangan:
W adalah beban kerja terdistribusi merata, dinyatakan dalam N/mm
L adalah panjang bentang, mm
Ew’ adalah modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi, MPa
b adalah lebar, mm
deb adalah tinggi efektif
deb = (de + dc)(0,5 + 0,735 tan θΤ) – 1,41 (dc) tan θB
de adalah tinggi penampang di ujung bentang, mm
dc adalah tinggi penampang di tengah bentang, mm
θΤ adalah kemiringan permukaan atas, derajat
θB adalah kemiringan permukaan bawah di ujung, derajat
Balok Pelengkung
Balok Lengkung
Tahanan lentur nominal
M’ = Mx’ = SxFbx’
Interaksi momen dan gaya aksial di pelengkung
2
⎛ Pu ⎞ ⎛ M bx ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜ ⎟ ≤ 1,0
⎜ ⎟
⎝ λφc P' ⎠ ⎝ λφb M x ⎠
'
KOMBINASI
belaku untuk komponen struktur yang memikul:
Beban lentur terhadap kedua sumbu utamanya dan/atau kombinasi
beban lentur dan aksial, baik tarik maupu tekan; dan
Kolom yang mengalami pembebanan eksentris.
Pada butir ini faktor tahanan penampang, φ, ditentukan sebagai
berikut:
Lentur φb = 0,85
Tarik sejajar serat: φt = 0,80
Tekan sejajar serat φc = 0,90
KOMBINASI
KOMBINASI
Tarik - Lentur
KOMBINASI
Tekan Lentur
KOMBINASI
Sisi tarik (dianggap terjadi interaksi stabilitas lateral):
Tu M ux M uy
+ + ≤ 1,0
λφ f T ' λφb M 's λφb M 'y
Kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom dengan konsol pendek yang
terletak di seperempat tinggi yang diatas, direncanakan terhadap dua beban
ekivalen sebagai berikut:
Pindahkan beban aksial yang bekerja pada konsol pendek, Pa, sedemikian
sehingga bekerja sebagai beban konsentris pada ujung kolom, bersama dengan
beban-beban konsentris lainnya yang bekerja di sepanjang kolom; dan
Tambahan beban transversal, Ps, di tengah tinggi kolom tak terkekang atau bagian
tak terkekang kolom dalam bidang yang ditinjau, dan besarnya:
3eblbr Pa
Ps =
lu2
KONSOL PENDEK
Ibr adalah jarak dari bawah ujung kolom tak terkekang atau bagian tak
terkekang kolom sampai sisi bagian atas konsol pendek, mm
eb adalah eksentrisitas beban yang bekerja pada konsol pendek, yaitu jarak
horisontal dari titik kerja beban ke titik pusat penampang kolom, mm
Iu adalah panjang kolom tak terkekang untuk arah tekuk yang sesaui dengan
arah momen pada konsol pendek, mm
AdditionalSoftware
Lendutan
PERENCANAAN KUDA -KUDA